Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : SPASIAL

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SMP DAN SMA DI KABUPATEN TAMBRAUW, PROPINSI PAPUA BARAT Gewab, Hapon Ch; Malik, Andi; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 2, No 3 (2015)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Kabupaten Tambrauw kurang mempunyai minat untuk bersekolah karena  kurang tersedianya sarana fasilitas  pendidikan yang memadai, khususnya tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kabupaten Tambrauw, kendala lainnya kondisi jalan bebelok-belok dan rusak mengakibatkan akses menuju fasilitas pendidikan terhambat, demikian juga dengan sebaran penduduk yang tidak merata di wilayah ini menjadi kendala dalam perencanaan dan penyediaan fasilitas pendidikan tingkat SMP dan SMA.Menyikapi pertambahan penduduk akan fasilitas pendidikan, maka penelitian ini bertujuan untuk  merumuskan arahan distribusi fasilitas pendidikan  SMP dan SMA yang merata dan menjangkau seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Tambrauw berdasarkan standar yang ditetapkan hingga tahun 2034. Sebelumnya dilakukan evaluasi terhadap penyediaan fasilitas pendidikan SMP dan SMA eksisting dengan melakukan analisis terhadap kecukupan fasilitas pendidikan berdasarkan standar pemenuhan kebutuhan usia sekolah terhadap fasilitas SMP dan SMA eksisting, tingkat keterisian sekolah, dan kondisi jalan. Kemudian untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan analisis mengenai penyediaan fasilitas pendidikan dan distribusi SMP dan SMA berdasarkan rombongan belajar serta kondisi jalan. Berdasarkan analisis terhadap penyediaan fasilitas pendidikan SMP dan SMA di Kabupaten Tambrauw  belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan penduduknya serta belum dapat menjangkau seluruh wilayah ini dari tingkat efisiensi dan efektifitas. Studi ini memprediksikan jumlah penduduk pada tahun 2034 berjumlah 195.608 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia sekolah 13-15 tahun dan 16-18 tahun di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2034 sebanyak 9782 jiwa dan 9425 jiwa dengan perkiraan penambahan kebutuhan fasilitas pendidikan SMP sebanyak 87sekolah dan  SMA sebanyak 26 sekolah pada tahun 2034 yang tersebar di seluruh kecamatan di kabupaten Tambrauw   Kata kunci : Fasilitas Pendidikan, arahan, distribusi
PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN WISATA AIR PANAS DI LANGOWAN Pesik, Febryani Ribka; Warouw, Fela; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Langowan memiliki berbagai potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi salah satu daerah destinasi wisata di Kabupaten Minahasa. Potensi sumber air panas yang mengandung mineral seperti belerang banyak ditemukan pada kawasan permukiman dan pertanian di kecamatan Langowan Utara. Sumber mata air panas yang ada di kecamatan Langowan Utara berasal dari pertemuan antara air tanah dengan magma yang berada di dapur magma di jalur vulkanik dari salah satu gunung berapi yang aktif di daerah Sulawesi Utara yaitu Gunung Soputan. Sumber-sumber air panas tersebut ada yang sudah dimanfaatkan menjadi tempat pemandian air panas dan ada juga yang belum dikembangkan menjadi tempat pemandian air panas. Infrastruktur dasar seperti jalan, drainase, air bersih dan persampahan sudah terlayani dengan baik sebaliknya untuk fasilitas penunjang obyek wisata belum tersedia sesuai dengan ketentuan yang ada. Potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa tempat pemandian air panas sehingga selanjutnya wilayah kecamatan Langowan Utara dapat menjadi kawasan wisata pemandian air panas yang ada di Langowan. Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kawasan wisata air panas yang ada di Langowan dan menentukan pengembangan kawasan wisata air panas dengan konsep 3A. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan cara observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian ini yaitu membuat zonasi untuk pengembangan atraksi wisata alami yang ada di kecamatan Langowan Utara, zonasi untuk atraksi alami dan buatan yang ada di Langowan,  zonasi untuk aksesibilitas antar obyek wisata penunjang yang ada di Langowan dan zonasi amenities (fasilitas) yang dapat dikembangkan dalam rangka menunjang tercapainya suatu kawasan wisata air panas di Langowan.Kata Kunci : Pengembangan, Pariwisata, Air Panas, Langowan.
DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO Sakti, Bimo; Gosal, Pierre H; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

. Kejadian berupa banjir dan genangan merupakan suatu hal yang terjadi setiap musim hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah perkotaan. Hal tersebut terjadi juga di Kota Manado Kecamatan Paal Dua, di daerah ini selalu mengalami genangan air pada saat musim hujan. Perkembangan pembangunan kota pada kawasan ini mengakibatkan berkurangnya lahan tak terbangun, hal inilah yang merupakan pemicu terjadinya peningkatan volume air pada permukaan tanah. Dimana air pada permukaan yang mengalir tidak sesuai lagi dengan perhitungan awal perencanaan drainase kawasan secara eksisting. Dampak dari peningkatan jumlah aliran air permukaan atau run off ketika hujan pada lokasi penelitian ini mengakibatkan masalah pada sistem drainase kawasan. Dengan mengidentifikasi perkembangan penggunaan lahan dan mengkaji dampak dari perkembangan penggunaan lahan terhadap sistem drainase di Kecamatan Paal Dua Kota Manado diharapkan akan didapati sebuah solusi yang sesuai untuk mengantisipasi terjadinya perencanaan yang tidak tepat pada kawasan / lokasi Penelitian. Untuk itu dalam rangka mengkaji dampak dari perkembangan pembangunan terhadap perencanaan sistem drainase kawasan digunakanlah metode analisis spasial untuk membantu dalam penggambaran perkembangan penggunaan lahan yang terjadi pada 15 tahun terakhir. Sedangkan metode statistik deskriptif  digunakan untuk mengumpulkan sekaligus menyajikan data yang telah terkumpul dan mendeskripsikannya sesuai dengan kajian penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam perkembangan penggunaan lahan terbangun dari tahun 2003 sampai 2015 sebesar 12,23% dari luas  wilayah kecamatan  sebesar 925,06 Ha  yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air di wilayah kecamatan ini. Hal itulah yang memberikan dampak pada sistem drainase yang ada. Kata kunci : Dampak, Perkembangan Penggunaan Lahan, Sistem Drainase
ANALISIS PELAYANAN TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA DI KOTA TERNATE Buamona, Muhammad Syaiful; Timboeleng, James; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek yang sangat strategis dan diharapkan mampu mengakomodir seluruh kegiatan masyarakat. Rendahnya tingkat penggunaan kendaraan umum dibandingkan penggunaaan kendaran pribadi di kawasan perkotaan, menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi masih tinggi dan di sisi lain pelayanan angkutan umum perkotaan terlihat masih rendah. Untuk itu transportasi yang ada di Kota Ternate sangat diperhatikan dari pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Ternate dan wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan transportasi angkutan kota, perencanaan rute angkutan kota dan hubungan rute perencanaan dan kawasan wilayah kota di Kota Ternate. Metode analisis yang di gunakan adalah deskkriptif kuantitatif dan kualitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. Hasil studi, yaitu kurangnya rute angkutan kota yang beroperasi di daerah perbukitan,ini di lihat dari permintaan masyarakat untuk adanya penambahan rute di beberapa kawasan, karena akan adanya hubungan antar kawasan dan pergerakan mobilitas masyarakatnya dalam melalkukan aktifitas mereka. Kata Kunci : Transportasi, Angkutan Kota
EVALUASI PELAYANAN TRANSPORTASI BENTOR DI KOTA KOTAMOBAGU BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA Karongkong, Hendriek H; Lintang, Tessa Viola Anastassya; Supardjo, Surijadi
SPASIAL Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angkutan umum memiliki peran dan fungsi sangat penting dalam mobilitas masyarakat untuk memenuhi pergerakannya. Dilihat dari sudut pengguna jasa, pada umumnya terdapat beberapa kebutuhan seperti, waktu perjalanan yang lebih pendek atau kecepatan perjalanan, fasilitas perpindahan yang lebih baik, waktu menunggu yang lebih pendek, kenyamanan, atau perlindungan terhadap cuaca yang lebih baik. Sesuai dengan tujuan penyediaannya, angkutan umum seharusnya bisa memberi pelayanan yang baik dan layak bagi penggunanya. Pada kenyataannya tujuan tersebut masih jauh dari harapan. Kualitas pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu masih belum maksimal, oleh karena itu peningkatan pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu perlu dilaksanakan untuk melayani kebutuhan pergerakan penumpang. Ketidakmampuan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu memberi pelayanan maksimal kepada masyarakat membuat Bentor di Kota Kotamobagu tidak mampu menunjukkan fungsinya sebagai angkutan Kota yang mampu melayani penumpang dengan pelayanan maksimal. Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat kinerja pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Kotamobagu. Hasil dari evaluasi ini menunjukkan bahwa, kinerja pelayanan angkutan Bentor di Kota Kotamobagu pada empat Kecamatan di Kota Kotamobagu berdasarkan persepsi pengguna sudah cukup memuaskan. Walaupun ada beberapa kinerja pelayanan yang dirasa masih belum memuaskan pengguna. Adapun kinerja yang paling banyak dikeluhkan pengguna sebagai kinerja yang paling buruk adalah tingkat keamanan, kriminalitas serta tarif bentor yang tidak sesuai dengan jarak tempuh. Oleh karena itu, beberapa solusi yang menjadi rekomendasi dari hasil penelitian ini antara lain perlu adanya perubahan model (modifikasi) dimana saat ini penumpang berada tepat di depaan sopir, sementara hal utama yang harus di perhatikan pada sebuah transportasi umum adalah keselamatan penumpang, sehingga penumpang harus terletak di belakang pengemudi. Dengan demikian dari segi kenyamanan dan keamanan lebih bisa di nikmati oleh para pengguna jasa transportasi. Selain itu harus ada penetapan tarif yang pasti dari pemerintah terkait. Kata kunci: angkutan Bentor, Kendaraan Roda Tiga, kinerja pelayanan, dan evaluasi
UPAYA PENANGANAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DI TANJUNG SELOR, KALIMANTAN UTARA Sonda, Stephany Matra; Makarau, Vicky H; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup rumit untuk diatasi. Perkembangan perkotaan membawa pertumbuhan kota pada konsekuensi negatif lewat beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan.Timbulnya banyak pemukiman kumuh diperkotaan dimana menjadi penyebab tidak terkendalinya pembangunan perumahan dan permukiman sehingga menyebabkan muncul kawasan kumuh pada beberapa bagian kota sebagai dampak dari penurunan daya dukung lingkungan. Permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang dihadapi di kawasan permukiman perkotaan. Menumpuknya sumber mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di kawasan perkotaan dan tinggal di lahan lahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman kumuh. Di sisi lain, belum terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada beberapa kawasan permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan.Kawasan Bulu Perindu dan Tanjung Rumbia merupakan kawasan kumuh yang berada di Ibu kota Kabupaten Bulungan dalam RP2KPKP Kabupaten Bulungan 2016 kawasan ini menjadi prioritas penanganan dengan kategori kumuh berat. Permasalahan pada kawasan Bulu Perindu dan Tanjung Rumbia terkait dengan ketersediaan infrastruktur yang  menggambarkan kondisi infrastruktur Bulu Perindu dan Tanjung  Rumbia yang belum memadai. Tujuan penelitian mengidentifikasi ketersediaan pelayanan infrastruktur permukiman kumuh berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di lokasi penelitian, serta menganalisis upaya penanganan infrastruktur permukiman kumuh pada kawasan penelitian. Penelitian ini menggunakan Metode analisis Kuantiatif Deskriptif. Hasil analisis menunjukan kondisi faktual di lapangan yaitu belum tersedianya infrastruktur yang memadai di kedua kawasan tersebut. Identifikasi ketersediaan infrastruktur dengan perhitungan SPM dan analisis upaya penanganan infrastruktur kawasan permukiman kumuh Bulu Perindu dan Tanjung Rumbia adalah dengan melakukan Pencegaha dan Peningkatan Kualitas.                                             Kata Kunci: Permukiman, Infrastruktur, Kekumuhan
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP POTENSI BAHAYA LONGSOR DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOLONODALE KABUPATEN MOROWALI UTARA Mala, Bayu Kristanto Setiawan; Moniaga, Ingerid L; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan wilayah perkotaan Kolonodale sebagai ibukota Kabupaten Morowali Utara, telah menyebabkan perubahan tutupan lahan dari lahan tidak terbangun (lahan hijau) menjadi lahan terbangun. Perubahan tersebut terjadi akibat pertumbuhan penduduk dan pembangunan infrastruktur wilayah. Pembangunan di Kabupaten Morowali Utara belum terarah pada perencanaan ruang yang berkelanjutan sehingga pembangunan cenderung mengarah pada tata ruang yang dapat menyebabkan munculnya potensi bahaya longsor. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perubahan tutupan lahan dan menentukan tingkat kerawanan longsor di kawasan perkotaan Kolonodale. Perencanaan tata ruang terhadap bahaya longsor dikaji dalam analisis keruangan (spasial). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan superimpose (overlay).  Data-data fisik dasar yang berkaitan dengan perubahan tutupan lahan merupakan data series tahun 2006, 2011, 2016 yang dioverlay untuk mengetahui perubahan tutupan lahan di kawasan perkotaan Kolonodale. Parameter bencana longsor yang dianalisis yakni  kelerengan, jenis tanah, curah hujan, dan penggunaan lahan. Hasil analisis, diketahui bahwa kawasan perkotaan Kolonodale mengalami perubahan tutupan lahan dalam kurun waktu 10 tahun seluas 75,81 Ha atau 4,71%. Dengan menggunakan metode overlay berdasarkan empat parameter bencana longsor (kelerengan, jenis tanah, curah hujan, dan penggunaan lahan) maka diperoleh tiga klasifikasi tingkat kerawanan longsor yakni tingkat kerawanan rendah, tingkat kerawanan sedang, tingkat kerawanan tinggi. Kerawanan longsor  terbesar yakni klasifikasi tingkat kerawanan sedang seluas 1.424.16 Ha atau 88,46 % dari luas total wilayah perkotaan Kolonodale. Kata Kunci : Tutupan Lahan, Longsor, Sistem Informasi Geografis
IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN LAHAN KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SISTEM INFOMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KOTA BITUNG) Renyut, Lukas Rezky; Kumurur, Veronika; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bitung merupakan pusat kegiatan industri dan ekonomi yang memiliki topografi berupa daratan dan berbukit yamg relatif dekat yang berdampak pada penggunaan ruangnya menyebar ke daerah pebukitan. Hal ini akan menyebabkan perubahan fungsi lahan yang sangat berdampak terhadap munculnya lahan kritis. Dengan keadaan demikian mengakibatkan tingkat kekritisan lahan semakin tinggi dan dapat berdampak pada bencana erosi dan longsor. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi bencana yang muncul akibat lahan kritis tersebut maka perlu di identifikasi dan memetakan persebaran lahan kritis di Kota Bitung serta pemanfaatan ruang pada lahan kristis. Adapun metode yang digunakan  yaitu analisis spasial dengan menggunakan perangkat ArcGis. Prosesnya dengan cara overlay, metode ini sangat baik digunakan untuk kajian keruangan. Data spasial erosi, kelerengan, penutupan tajuk dan menajemen lahan dapat digunakan untuk mengetahui persebaran lahan kritis. Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial lahan kritis terdiri dari 3 tahap yaitu Tumpangsusun data spasial, Editing data atribut, dan Analisis tabular. Hasil dari penelitian ini yaitu mengetahui persebaran lahan kritis dan pemanfaatan ruang pada lahan kristis. Persebaran lahan kritis kota Bitung terbagi atas 8 kecamatan yaitu Kecamatan Aertembaga ±4869,21 ha, Kecamatan Girian ±422,46 ha, Kecamatan Madidir ±1833,95 ha, Kecamatan Maesa ±94,58 ha, Kecamatan Matuari ±872,65 ha, Kecamatan Ranowulu ±11568,29 ha, Kecamatan Lembeh selatan 2977,52 ha, dan Kecamatan Lembeh Utara ±2279,14 ha. Pemanfaatan ruang pada lahan kritis di Kota Bitung didominasi oleh Ladang, Pasir bukit, Rawa, tanah kosong keselurahan lahannya masuk dalam kriteria lahan kritis. Untuk pemanfaatan ruang hutan rimba, perkebunan dll sebagian ruangnya masuk dalam kriteria lahan kritis dan tidak kritis. Khususnya untuk pemanfaatan ruang permukiman dan tempat kegiatan, seluruh ruangnya termasuk pada kriteria lahan kritis hal ini akan mengakibatkan ruang permukiman sangat rentan bencana banjir, erosi dan longsor. Kata kunci: Lahan Kritis, Pemanfaatan ruang, Pemetaaan, SIG
ANALISIS ASPEK KEBENCANAAN DI KECAMATAN BOLANGITANG BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Usup, Firda Miranti H.; Franklin, Papia J.C.; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Bolangitang Barat merupakan kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang setiap tahunnya sering di landa banjir karena kecamatan ini dialiri oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Bolangitang yang membentang melewati Desa Paku hingga Desa Bolangitang Induk. Tujuan dari penelitian ini yaitu Mengidentifikasi Aspek Kebencanaan di Kecamatan Bolangitang Barat dan Menganalisis tingkat kerentanan kebencanaan di Kecamatan Bolengitang Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan pendekatan analisis overlay/superimpose untuk menganalisa tingkat kerentanan bencana yang ada di Kecamatan Bolangitang Barat. Berdasarkan identifikasi yang di lakukan, Kecamatan Bolangitang Barat memiliki 3 aspek kebencanaan yaitu bencana banjir, longsor dan abrasi pantai. Analisis tingkat kerentanan kebencanaan di Kecamatan Bolangitang Barat yaitu : (1). Hasil analisis kerentanan bencana banjir kelas tinggi adalah desa Bolangitang II, kerentanan sedang yaitu desa Bolangitang I, desa Bolangitang Induk, dan desa Paku. Kelas kerentanan rendah yaitu desa Jambusarang, desa Sonuo, desa Ollot, desa Ollot I, dan Desa Ollot II. (2). Hasil analisis kerentanan bencana longsor kelas tinggi adalah desa Bolangitang II, kerentanan sedang yaitu desa Bolangitang I, desa Bolangitang Induk, dan desa Paku. Sedangkan untuk kelas kerentanan rendah yaitu desa Jambusarang, desa Sonuo, desa Ollot, desa Ollot I, dan Desa Ollot II. (3) Hasil analisis kerentanan bencana abrasi pantai kelas tinggi adalah desa Bolangitang II, kelas kerentanan sedang yaitu desa Bolangitang I, dan kelas kerentanan rendah yaitu desa Bolangitang Induk. Kata Kunci : Kerentanan, Bencana, Banjir, Longsor, Abrasi
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KEPULAUAN SIAU KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Lamanongko, Nadya G; Tarore, Raymond Ch; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Soemarno, 2006). Kondisi topografi Kepulauan Siau pada umumnya memiliki bentuk wilayah yang berbukit dan bergunung, dan memiliki kemiringan lereng yang curam. Meskipun curam, daerah ini masih dimanfaatkan penduduk untuk ditanami dengan tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh dan pala. Daerah yang datar relatif sempit dan umumnya hanya terdapat di pesisir pantai yang dijadikan tempat pemukiman penduduk, seperti di Ulu, Ondong (P.Siau). BAB 5 Tentang Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pasal 37 Menetapkan bahwa Kawasan peruntukkan permukiman sebagaimana dimaksud pada Pasal 33   huruf d di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pemukiman yang sehat, nyaman dan aman dari bahaya bencana alam, yang terdiri dari permukiman perkotaan meliputi permukiman di Kawasan Perkotaan Ulu, Kawasan Perkotaan Ondong dan Kawasan Perkotaan Buhias dan permukiman perkampungan meliputi permukiman yang terbentuk di kawasan perkampungan sebagai sentra produksi yang tersebar di seluruh wilayah Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.  Undang-Undang No 1 Tahun 2011 menjelaskan bahwa permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana , utilitas umum , serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan pedesaan. Penelitian ini bertujuan Mengidentifikasi eksisting penggunaan lahan permukiman di kepulauan siau dan Menganalisis kesesuaian lahan permukiman di kepulauan siau. Dengan manfaat Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman dalam menganalisis kesesuian lahan permukiman di kepulauan siau kabupaten siau tagulandang biaro, Merekomendasi untuk pemerintah dalam menangani masalah yang terjadi dalam kesesuaian lahan permukiman di kepulauan siau dan Hasil penelitian ini dapat juga memberikan pemahaman terhadap masyarakat dan pihak lainnya.Kata Kunci: Kemampuan Lahan ,Kesesuaian Lahan ,Kesesuaian Lahan Permukiman