Claim Missing Document
Check
Articles

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN WEB FACILITATED Sukma Perdana Prasetya,
Pendidikan Geografi Vol 9, No 17 (2010)
Publisher : Pendidikan Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; mso-hyphenate:none; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-language:AR-SA;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page WordSection1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.WordSection1 {page:WordSection1;} --> Abstract: Distance education is contemporary process of the education. It facilitates fast, easy delivery of information with its concrete hardware and software tools. The development of high technology, internet and web faclitated delivering become impact of effective using as delivery system to the students. Within the global perspective, even the all work place need educated staff, therefore; there is huge tendency to be education without any time, space, distance limitations from anywhere of the world. Distance Education programs and related web-design should be effective and available in immediate time to catch the students for doing e-learning through the internet connection. If the web faclitated is a tool to deliver information and attract attention of students in order to access e-learning, there should be evaluation and reflections of how this page can be more attractive and informative to be effective. In the study, the scope of the research, there should be the approximate reflections of how web design should be in distance education based on the concrete, approval research study results.
PENGARUH E-LEARNING DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA Sukma Perdana Prasetya,
Pendidikan Geografi Vol 11, No 21 (2013)
Publisher : Pendidikan Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini  bertujuan:  (1) menguji perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang menerapkan e-learning berbasis web-facilitated dan tradisional, (2) menguji perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah (3) menguji interaksi antara e-learning dan motivasi belajar terhadap hasil belajar. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan desain  faktorial 2 x 2. Subjek penelitian  adalah Mahasiswa Pendidikan Geografi, FIS, Unesa yang memprogram mata kuliah Geografi Politik semester genap tahun  ajaran 2012/2013. Data hasil belajar dikumpulkan  dengan tes hasil belajar  dalam bentuk uraian dan data motivasi belajar dikumpulkan dengan angket motivasi belajar. Data yang terkumpul diolah secara statistik  dengan menggunakan teknik analisis varians (anava) dua jalur dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok mahasiswa antara mahasiswa yang menerapkan e-learning berbasis web-facilitated dan tradisional (Fhitung = 6,331; p = 0,021.)  (2) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah (Fhitung = 6.332; p = 0,021) dan (3) ada  interaksi antara e-learning dan motivasi belajar terhadap hasil belajar (Fhitung = 4.326; p =  0,036).   Kata Kunci: e- learning, motivasi belajar, hasil belajar     PENDAHULUAN Penyampaian  materi pada matakuliah Geografi Politik di Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya diajarkan masih berkutat pada pengungkapan fakta yang menekankan hafalan seperti menjelaskan definisi, ruang lingkup, dan manfaat Geografi Politik. Sedangkan aspek kognitif yang lebih tinggi seperti menganalisis, mengevaluasi dan  mengkreasi belum dikembangkan secara optimal. pembelajaran  masih menggunakan metode  berupa ceramah. Mahasiswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, dimana mahasiswa diminta mendengar dan menghafal serangkaian materi dari dosen. Penerapan metode belajar tersebut menyebabkan hasil belajar yang diperoleh mahasiswa menjadi rendah. Untuk  mencapai tujuan pembelajaran yang ideal diperlukan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik. Penerapan metode  ceramah membuat partisipasi mahasiswa relatif rendah. Sebagian besar mahasiswa hanya mampu meniru apa yang dikerjakan dosen. Mahasiswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif. Mereka cenderung mencatat kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabis-kan banyak waktu dan pembelajaran jadi tidak efisien. Mahasiswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap matakuliah Geografi Politik.  Hasil prates Geografi Politik mahasiswa angkatan 2011 A,B, dan C rata-rata 64,52.  Fakta ini menunjukkan  bahwa mahasiswa  belum memiliki pengetahuan awal baik. Skor rata-rata prates yang rendah ini mengindikasikan perlunya dilaksanakan inovasi pembelajaran Geografi Politik agar mahasiswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan nilai yang lebih baik. Inovasi pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran Geografi Politik  melalui penerapan e-learning berbasis web-faclitatated. Penyempurnaan metode pembelajaran,  dimana  semula pembelajaran dilakukan secara tradisional dan bersifat statis di dalam kelas dengan sedikit sumber, ditambah dengan menggabungkan  pemberian materi, penugasan dan evaluasi tambahan melalui teknologi web (Web Facilitated).   Gambar 1 menyajikan posisi e-learning berbasis web-faclitated dan tradisional Melalui penerapan e-learning dosen dapat mengelola pembelajaran lebih fleksibel, yaitu: meng-upload silabus, meng-upload RPP, meng-upload materi, memberi tugas,  menerima tugas, melaksanakan e-test/e-quiz, memberi nilai, memantau partisipasi mahasiswa, berinteraksi antara dosen dan mahasiswa melalui menu pojok diskusi dan chat, dan lain sebagainya. Pembelajaran  web-facilated sangat memungkinkan dilaksanakan dalam perkuliahan Geografi Politik, dimana perkuliahan tatap muka di kelas dilaksanakan sebanyak minimal 70%, sedangkan  maksimal 30% mahasiswa dapat mengakses materi di web yang telah dirancang oleh dosen atau dapat mengakses informasi dari web lain (Prasetya, 2011). Tabel 1 menyajikan metode pembelajaran dalam pemanfaatan e-learning. Selain metode  pembelajaran, hal lain yang perlu dipertimbangkan  dalam mempengaruhi hasil belajar adalah karakteristik pebelajar. Salah satu karakteristik pebelajar yang perlu dipertimbangkan adalah motivasi belajar. Reigeluth (1983) memperlihatkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) kondisi pembelajaran yang di dalamnya terdapat karakteristik pebelajar (motivasi belajar), (2) strategi pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran. Kerangka teori pembelajaran disajikan pada Gambar 2   Tabel 1. Pemanfaatan E-learning Prosentase Pembelajaran Metode Deskripsi 0% Tradisional Pembelajaran memanfaatkan fasilitas Online, komputer dimanfaatkan sebagai media  visual Pembejajaran dengan tatap muka di kelas. 1 ≤ 30% Web Facilitated Pemanfaatan web dalam proses pembelajaran untuk membantu peningkatan penguasaan bahan ajar yang tidak terpenuhi dalam proses tatapmuka (pemberian materi tambahan melalui teknologi web). Pemanfaatannya lebih banyak pada pengumpulan tugas (assignments) 31 ≤ 70% Blended/ Hybrid Proses pembelajaran menggunakan kombinasi antara bahan ajar berbasis web dan tatap muka. Porsi pembelajaran online lebih besar dari tatap muka. Dalam proses pembeljaran, interaksi (forum didkusi) lebih banyak dilakukan. 100 % Online Seluruh proses pembelajaran melalui online. Tidak ada pembelajaran tatap muka. Sumber: Praherdiono, 2009                 Gambar     2 Kerangka Teori Pembelajaran (diadaptasi dari Regeluth, 1983)            Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menguji perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang menerapkan e-learning berbasis web-facilitated dan e-learning berbasis tradisional, 2) menguji perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah, 3) menguji interaksi antara penerapan  e-learning dan motivasi belajar terhadap hasil belajar.   METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2.  Variabel bebas adalah penerapan e-learning yang berbasis web-facilitated dan e-learning yang berbasis tradisional. Kemudian variabel bebas atribut (moderator) adalah motivasi belajar yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu  motivasi belajar tinggi dan  motivasi belajar rendah. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar domain kognitif, yang diukur pada level tingkat tinggi berupa menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Tabel 2 menyajikan rencana analisis data penelitian.   Tabel 2  Rancangan Analisis Data Penelitian                       Variabel                       perlakuan                       (A) Variabel atribut (B) e-learning Web-facilitated (A1) tradisional (A2) Motivasi belajar Tinggi (B1) A1B1   A2B1 Rendah(B2)     A1 B2   A2B 2   A1B1   = e-learning berbasis web-facilitated dengan motivasi belajar tinggi A2B1      =  e-learning berbasis tradisional dengan motivasi belajar tinggi A1B2 = e-learning berbasis web-facilitated dengan motivasi belajar rendah A2B2    =   e-learning berbasis tradisional dengan motivasi belajar rendah     Penelitian didesain dimana dua variabel atau lebih  dimanipulasi pada waktu yang sama untuk dipelajari efek-efek yang disebabkan karena interaksi-interaksi beberapa variabel. Peneliti menaruh perhatian pada variabel bebas, dan ingin menilai baik efek-efeknya secara terpisah, maupun secara bersama. Kedua variabel bebas dimanipulasi, disain ini memungkinkan diadakan analisis dari efek-efek utama untuk kedua variabel eksperimen maupun analisis antara perlakuan-perlakuan. Desain faktorial membagi kelompok-kelompok berdasarkan jumlah macam perlakuan dan kelompok yang akan diteliti.  Rancangan prosedur penelitian sebagai disajikan pada Tabel 3.   Tabel  3  Prosedur Penelitian   Kelompok Prates Perlakuan pada kelompok postes 1 O1 X1Y1 O2 2 O1 X1Y2 O2 3 O1 X2Y1 O2 4 O1 X2Y2 O2 Diataptasi dari Tuckman,1999   Keterangan:  X1= e-learning berbasis web-facilitatetd X2= e-learning berbasis tradisional Y1= motivasi belajar tinggi Y2= motivasi belajar rendah O1  = prates O2  = postes   Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi, FIS, Unesa angkatan 2010 yang memprogram mata kuliah Geografi Politik pada semester Genap 2012/2013. Subjek ditetapkan dalam penilitian ini melalui tahapan menetapkan kelas yang seluruh mahasiswanya akan mendapat perlakuan e-learning berbasis web-facilitated (kelas eksperimen) dan perlakuan e-learning berbasis tradisional (kelas kontrol). Tabel 4 menyajikan subjek penelitian.         Tabel 4. Subjek Penelitian Mahasiswa Pendidikan Geografi  semester Genap 2012-2013   Kelompok Kelas Jumlah Kontrol 2010 A 52 Eksperimen 2010 B 26 2010 C 30   Prosedur Penelitian    Dalam pelaksanaan eksperimen diterapkan langkah-langkah sebagai berikut: (1) memberikan  inventory motivasi belajar. Mahasiswa diberikan instrumen mengenai motivasi belajar dengan tujuan untuk mengidentifikasikan motivasi belajarnya (tinggi atau rendah), (2) melaksanakan prates dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar dalam bentuk esai untuk menguji kemampuan awal mahasiswa mengenai materi Geografi Politik yang hendak dipelajari, (3) melaksanakan perlakuan pembelajaran (eksperimen), dan (4) melaksanakan postes. Setelah kegiatan eksperimen berupa pemberian perlakuan pembelajaran selama delapan kali pertemuan sudah dilaksanakan, maka kedua kelompok diberi tes akhir atau postes. Tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh  perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap hasil belajar Geografi Politik dan interaksi pengaruh antara variabel bebas dan variabel moderator terhadap hasil belajar.       Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari: (1) tes hasil belajar yang terdiri dari prates dan postes,  (2) inventory motivasi belajar. Instrumen tes hasil belajar ini diberikan sebelum dan sesudah perlakuan (prates dan postes). Tes digunakan untuk menentukan hasil dari perlakuan yang diterapkan. Tes berupa uraian yang terdiri dari 10 soal dengan nilai masing-masing soal 0 sampai 5 sehingga nilai maksimal yang dicapai 50. Nilai hasil belajar dihitung dengan cara membagi jumlah total nilai yang diperoleh dengan 5 kemudian dikali 10. Dengan demikian apabila mahasiswa memperoleh nilai sempurna maka hasil belajarnya akan mendapat nilai 100. Nilai akhir mengacu pada standar penilaian perguruan tinggi yaitu antara 0-100. Analisis data penelitian menggunakan hasil yang diperoleh dari postes. Jenjang kemampuan diukur mencakup ranah menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Untuk mengumpulkan data motivasi belajar mahasiswa digunakan instrumen motivasi belajar. Instrumen motivasi belajar digunakan untuk menilai apakah mahasiswa mempunyai kecenderungan motivasi tinggi atau motivasi rendah.  Instrumen tersebut terdiri dari 14 butir  pertanyaan.     Teknik Analisis Data Penelitian ini membandingkan perlakuan e-learning berbasis web-facilitated  dan e-learning berbasis tradisional berdasarkan tingkat motivai belajar terhadap hasil belajar. Kemudian melaksanakan analisis adanya interaksi antara penerapan  e-learning dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar. Sesuai dengan jenis variabel penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians (anava) dua jalur. Penggunaan  desain faktorial  di dalamnya terdapat variabel bebas, variabel moderator dan variabel terikat. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap uji prasarat dan tahap uji hipotesis. Langkah penelitian disajikan pada Gambar 3.   HASIL  PENELITIAN Deskripsi Data Hasil Penerapan E-learning Data mengenai hasil belajar Geografi Politik dengan menerapkan e-learning berbasis web-facilitated diperoleh skor tertinggi 90 dan skor terendah 60, jumlah mahasiswa (N) 56, skor rata-rata (mean) 79,73, simpangan baku (SD) sebesar 8,022.   Data mengenai hasil belajar Geografi Politik dengan menerapkan e-learning berbasis tradisional diperoleh skor tertinggi 89 dan skor terendah 56, jumlah mahasiswa (N) 52, skor rata-rata (mean) 74,12, simpangan baku (SD) sebesar 9,002.     Deskripsi Data  Hasil Angket Motivasi Belajar   Data hasil belajar materi Geografi Politik dengan menerapkan e-learning berbasis web-facilitated pada mahasiswa yang memiliki motivasi belajar : (1) motivasi tinggi dari subjek (N) 27 diperoleh skor tertinggi 90 dan skor tertendah 64, skor rata-rata (mean) 80,93,   simpangan baku (SD) sebesar 7,46. (2) motivasi rendah dari jumlah subjek (N) 29,  skor tertinggi 86 dan terendah 60, skor rata-rata (mean) 72,22,  simpangan baku 6,856. Data hasil belajar Geografi Politik dengan menerapkan e-learning berbasis tradisional pada mahasiswa yang memiliki motivasi belajar : (1) motivasi belajar tinggi dari subjek (N) 25 diperoleh skor tertinggi 89 dan skor tertendah 59, skor rata-rata (mean) 77,05,   simpangan baku (SD) sebesar 9,069. (2) motivasi rendah dari jumlah subjek (N) 27,  skor tertinggi 88 dan terendah 56, skor rata-rata (mean) 70,26,  simpangan baku 9,573. Pengujian Prasarat Dari hasil uji Lillefors Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) melalui uji  Kolmogorov-Smirnov didapat baik untuk hasil belajar e-learning berbasis web-facilitated ataupun e-learning berbasis tradisional, tingkat signifikansi atau probabilitas diatas 0,05 (0,200 dan 0,189 lebih besar dari 0,05), maka dapat disimpulkan  distribusi kedua data hasil belajar adalah normal, (2) melalui uji Shapiro-Wilk didapat baik untuk hasil belajar e-learning berbasis web-facilitated ataupun e-learning berbasis tradisional, tingkat signifikansi atau probabilitas diatas 0,05 (0,213 dan 0,192 lebih besar dari 0,05) , maka dapat disimpulkan  distribusi kedua data hasil belajar adalah normal. Dari hasil uji Lillefors Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) melalui uji  Kolmogorov-Smirnov didapat baik untuk hasil belajar dari motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah, tingkat signifikansi atau probabilitas diatas 0,05 (0,156 dan 0,200 lebih besar dari 0,05) , maka dapat disimpulkan  distribusi kedua data hasil belajar berdasarkan motivasi belajar adalah normal, (2) melalui Shapiro-Wilk didapat baik untuk hasil belajar dari motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah, tingkat signifikansi atau probabilitas diatas 0,05 (0,398  dan 0,220 lebih besar dari 0,05), maka dapat disimpulkan  distribusi kedua data hasil belajar berdasarkan motivasi belajar adalah normal. Dari hasil perhitungan data hasil belajar dengan bentuan komputer program SPSS versi 16  diperoleh hasil hitung statistik Lavene dengan tingkat signifikansi  atau probabilitas mean (rata-rata)  berada diatas 0,05 (0,491 lebih besar dari 0,05). Demikian pula  jika dasar pengukuran  adalah median data  angka signifikansi adalah 0,312 yang tetap diatas 0,05. Maka  dapat disimpulkan H0 diterima, sehingga dapat diartikan bahwa variansi sampel homogen. Dengan memperhatikan hasil pengujian kedua prasarat tersebut, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk pengujian analisis varians (anava) dapat dilakukan.   Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan data hasil belajar Geografi Politik diperoleh  harga Fhitung = 6,851 dengan taraf signifikansi  0,022. Hal ini menunjukkan bahwa taraf signifikansi α = 0,022 berada di bawah angka signifikansi 0,05 (0,022 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi Politik antara kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan e-learning berbasis web-facilitated ataupun e-learning berbasis tradisional. Dari hasil perhitungan data hasil belajar Geografi Politik diperoleh  harga Fhitung = 6.743 dengan taraf signifikansi  0,014. Hal ini menunjukkan bahwa taraf signifikansi α = 0,014 berada di bawah angka signifikansi 0,05 (0,014 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi Politik antara kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah. Dari hasil perhitungan data hasil belajar  Geografi politik untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh interaksi antara penerapan e-learning dan motivasi belajar mahasiswa terhadap hasil belajar Geografi Politik  diperoleh harga Fhitung = 3.529 dengan taraf signifikan α = 0,024 berada di bawah  taraf signifikansi 0,05 (0,024 < 0,05), dengan demikian H0 ditolak. Ini berarti ada pengaruh interaksi antara penerapan e-learning dan motivasi belajar mahasiswa terhadap hasil belajar Geografi Politik.   PEMBAHASAN  Pengaruh E-learning terhadap Hasil Belajar Pengujian hipotesis menunjuk-kan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan  antara kelompok mahasiswa yang belajar dengan e-learning berbasis web-facilitated dan kelompok mahasiswa yang  belajar dengan e-learning berbasis tradisional. Berdasarkan perhitungan nilai rata-ratanya, secara keseluruhan penerapan e-learning berbasis web-facilitated mempunyai pengaruh yang lebih baik daripada penerapan e-learning berbasis tradisional terhadap hasil belajar Geografi Politik. Ada beberapa faktor yang  menjadi penyebab  perolehan hasil belajar pada penerapan e-learning berbasis web-facilitated lebih unggul dibandingkan dengan e-learning berbasis tradisional. Pertama, e-learning berbasis web-facilitated dapat menantang kemampuan mahasiswa serta memberikan kesempatan untuk menentukan pengetahuan baru bagi mahasiswa karena pengetahuan baru didapat berdasarkan skema  yang dimiliki mahasiswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.    Pentingnya pembelajaran bermakna ditegaskan oleh Joyce, Weil & Calhoun (2009), yang mengungkapkan bahwa hakikat mengajar adalah membantu para pebelajar memperoleh makna dari aktivitas pebelajar yang mengolah informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinnya, dan bagaimana cara belajar.  Pemaknaan belajar yang dimiliki oleh pebelajar memegang peranan penting. Menurut teori kontruktivis pembelajaran merupakan usaha pemberian makna oleh pebelajar (mahasiswa) pada pengalamannya  melalui asimilasi dan akomodasi  yang menuju pada arah pembentukan struktur kognitifnya (Degeng, 1997). Berbeda dengan e-learning berbasis tradisional yang menekankan  besarnya peran pembelajar (dosen) dalam mencari dan menampilkan sumber belajar melalui internet. Hasil pencarian sumber belajar dari dosen tersebut kemudian ditampilkan di dalam pembelajaran di perkuliahan. Keadaan demikian membuat mahasiswa kesulitan untuk mengembangkan pemahaman yang selama ini lebih sering diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran tersebut  menyebabkan dosen menjadi pusat ataupun sumber utama pengetahuan, sehingga mahasiswa  tidak dapat mengembangkan pola berpikirnya. Mahasiswa cenderung menerima hal yang diberikan dosen. Dosen  kurang memberi kesempatan pada mahasiswa untuk mengolah pengetahuan yang mereka miliki, padahal mahasiswa sendiri memiliki pengetahuan dasar untuk dapat dikembangkan. Kedua, Desain pembelajaran dengan memanfaatkan akses internet mempunyai  3 dimensi yaitu, dimensi teknologi, tugas, dan sosial. Dimensi Teknologi sebagai alat komunikasi yang memungkinkan transaksi pembelajaran dapat berlangsung misalnya  ketersediaan perangkat keras (komputer atau laptop), jaringan internet dan kemampuan mengakses informasi. Dimensi Tugas-tugas terdiri dari konten pembelajaran, sumber dari web lain, kegiatan e- test, tugas materi dan aktifitas-aktifitas yang digunakan dalam pembelajaran. Dimensi Sosial mengarah pada interaksi mahasiswa selama proses pembelajaran  virtual tersebut (Prasetya, 2011). Ketiga, Web faciltated memberikan  kesempatan bagi mahasiswa untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing. Pebelajar tidak hanya menjadi penerima yang pasif melainkan juga menjadi penentu pembelajaran bagi dirinya sendiri,  artinya pebelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam suatu konten yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Mereka   bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, mereka  bisa mengulang-ulang lagi sampai merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum dipahami, mahasiswa dapat menghubungi dosen selaku nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Komunikasinya juga masih bisa dipilih, mau secara serentak atau tidak. Pebelajaran-pun menjadi lebih bersifat pribadi yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran yang berbeda-beda   Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar   Pada pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap hasil belajar Geografi Politik. Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Motivasi belajar didorong oleh motivasi berprestasi. Mahasiswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai perstasi akademik yang  tinggi apabila ; 1). rasa takut akan kegagalan lebih rendah dari pada keinginannya untuk berhasil, 2) tugas-tugas di dalam kelas cukup memberikan tantangan, tidak terlalu mudah tetapi tidak terlalu sukar, sehingga memberikan kesempatan untuk berhasil. Mengamati upaya meningkat-kan hasil belajar tidak jarang ditemukan adanya Mahasiswa yang kurang memiliki gairah dalam memecahkan masalah yang akan dipecahkan, terutama cara apa yang paling sesuai pada dirinya dan dapat dipakai untuk memecahkan masalah tersebut. Kondisi ini berakibat kurangnya pencapaian hasil belajar. Kurangnya keberhasilan dalam belajar salah satunya disebabkan oleh kurangnya motivasi dalam belajar.   Interaksi E-learning dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar   Pada pengujian hipotesis  diperoleh  kesimpulan bahwa terdapat interaksi antara penerapan e-learning dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Geografi Pilitik. Artinya, capaian  hasil belajar mahasiswa tidak hanya akibat dari penerapan e-learning, namun juga dipengaruhi oleh karakteristik atau kondisi mahasiswa berupa motivasi belajarnya. Setiap  interaksi antara penerapan e-learning  dengan motivasi belajar, yaitu interaksi penerapan e-learning  berbasis web-facilitateddengan motivasi belajar tinggi (eWF-MT), penerapan e-learning  berbasis web-facilitated dengan motivasi belajar rendah (eWF-MR), penerapan e-learning  berbasis tradisional dengan motivasi belajar tinggi (eT-MT), penerapan e-learning  berbasis tradisional dengan motivasi belajar rendah (eT-MR), memberikan pengaruh berbeda terhadap hasil belajar Geografi Politik. Berdasarkan atas hasil rata-rata menunjukkan bahwa interaksi yang paling baik dalam meningkatkan hasil belajar Geografi Politik adalah interaksi strategi  penerapan e-learning  berbasis web-facilitateddengan motivasi belajar tinggi (eWF-MT) dengan skor 80,93 dan selanjutnya diikuti secara berturut-turut interaksi eT-MT (77,05),  eWF-MR (72,22), dan ET-MR (70,26). Hasil belajar dengan penerapan e-learning  berbasis web-facilitated tidak selalu lebih baik, tergantung motivasi belajar yang dimiliki oleh mahasiswa. Interaksi antara penerapan e-learning  berbasis web-facilitateddengan motivasi belajar tinggi merupakan interaksi yang paling baik dalam meningkatkan hasil belajar Geografi Politik. Kombinasi antara penerapan e-learning  berbasis web-facilitated dengan motivasi belajar tinggi dapat saling memperkuat antara yang satu dengan lainnya. Penerapan  e-learning  berbasis web-facilitateddengan motivasi belajar tinggi mendapat capaian hasil belajar yang lebih baik karena memberi kesempatan kepada pebelajar (mahasiswa) pada pengalaman yang optimal. Pengalaman Optimal mengembang-kan ide relevan  untuk memahami motivasi instrinsik. Pebelajar  lebih termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi  tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Nakamura dan Csikzentmihalyi (dalam Santrock, 2007),  mengembangkan  ide  pengalaman optimal dalam penguasaan teknologi baru dalam pembelajaran akan menghasilkan perasaan senang dan bahagia yang besar. Istilah flow digunakan untuk pengalaman optimal dalam hidup. Pengalaman optimal terjadi ketika individu terlibat dalam  tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Anggapan tentang level tantangan  dan keahlian dapat menghasilkan hasil yang berbeda-beda (Gambar 4). Flow paling mungkin terjadi di area  di mana murid ditantang  dan menganggap diri mereka punya keahlian yang tinggi. Ketika keahlian murid tinggi tetapi aktivitas yang dihadapinya tidak menantang, hasilnya adalah kejemuan. Tantangan di bidang teknologi bagi murid dipandang sebagai aktivitas dunia nyata. Contohnya ketika tugas autentik berbasis komputer (e-learning) juga membutuhkan upaya keras untuk menguasasinya, pebelajar seringkali bersedia melakukan  usaha  itu dalam rangka mencari solusi masalah yang mereka hadapi. Pembelajaran dengan komputer melalui jaringan internet (E-learning) mengandung aplikasi yang relevan secara personal kemungkinan besar akan meningkatkan motivasi pebelajar. Teknologi yang ditujukan untuk membangkitkan minat pebelajar, rasa ingin tahu pebelajar, dan kreativitas pebelajar, besar kemungkinan akan meningkatkan motivasi pebelajar dibanding metode yang hanya berisi ceramah dan latihan soal saja (Santrock, 2007).   SIMPULAN Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan: 1) hasil belajar Geografi Politik antara kelompok yang belajar dengan penerapan e-learning  berbasis web-facilitated dan penerapan      e-learning       berbasis tradisional berbeda secara signifikan. Secara keseluruhan hasil belajar Geografi Politik mahasiswa yang diajar dengan penerapan e-learning  berbasis web-facilitated lebih tinggi daripada hasil Geografi Politik Mahasiswa yang diajar dengan penerapan e-learning  berbasis tradisional, 2) terdapat perbedaan signifikan  hasil belajar Geografi Politik antara mahasiswa yang memiliki kecenderungan motivasi belajar tinggi dan rendah. Kecenderungan motivasi belajar tinggi lebih baik pada hasil belajar Geografi Politik dari pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan motivasi belajar rendah, 3) terdapat interaksi antara penerapan e-learning dan kecenderungan motivasi belajar  terhadap hasil belajar Geografi Politik. Hasil belajar  yang paling baik adalah pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan motivasi belajar tinggi dan diajar dengan penerapan e-learning  berbasis web-facilitated. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh penerapan e-learning dan kecenderungan motivasi  belajar mahasiswa.                   DAFTAR  PUSTAKA Degeng, I.N.S, 1997. Strategi Pembelajaran, Mengorganisasikan Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP Malang bekerjasama dengan Biro Penerbitan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan.   Joyce B, Weil, M,  & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching 8nd. New Jersey : Pearson Education. Inc, Publishings Allyn & Bacon.   Praherdhiono, H. 2009. Penerapan Konstruktivis Dalam Pembelajara E-learning. Modul Perkuliahan Media Pembelajaran.Teknologi Pembelajaran. Pascasarjana Universitas Neger Malang.   Prasetya, S.P, 2011. Pengembangan E-learning berbasis Web Facilitated pada mata kuliah Kosmografi. Laporan PHKI Universitas Negeri Surabaya.   Reigeluth, C. M. 1983. Instructional-Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. Volume I. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.   Santrock, John W. 2007.  Educational Psychology, 2nd Edition. McGraw-Hill Company, Inc. University Of Texas. Dallas.   Tuckman, B.W. 1999.  Conducting Educational Research, Fifth Edition. Harcourt Brace & Company. United States Of America.
MEMFASILTASI PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA PERDANA PRASETYA, SUKMA
Pendidikan Geografi Vol 12, No 1 (2014): Volume 12 Nomor 1 Juni 2014
Publisher : Pendidikan Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penerapan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered) dalam pembelajaran Geografi diasumsikan akan menimbulkan hasil yang lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari pandangan bahwa proses pembelajaran yang benar adalah pembelajaran yang tidak hanya memindahkan informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi juga menggalakkan perkembangan kemampuan siswa (bertanya dan menemukan). Guru  Geografi membutuhkan adaptasi gaya mengajar  dan metode pembelajaran mereka untuk memfasilitasi proses belajar (learning process) dengan menawarkan beragam kesempatan belajar yang sesuai untuk gaya belajar siswa yang berbeda, subjek materi yang berbeda, dan untuk hasil belajar berbagai materi Geografi yang berbeda.   Kata Kunci : Pembelajaran, Geografi, Student Centered.   PENDAHULUAN Pengajaran yang berpusat pada guru masih dominan di Indonesia. Meskipun kurikulum terus berubah dan disempurnakan dengan menuntut keterlibatan aktif siswa dalam belajar, kenyataannya pengajaran tradisional tersebut masih banyak diterapkan. Dalam pengajaran tradisional tersebut siswa menjadi pasif atau tidak lebih hanya sebagai penerima pengetahuan dari guru. Siswa tidak mempunyai kontrol terhadap perolehan belajar mereka. Guru membuat semua keputusan mengenai kurikulum yang mencakup metode, sumber belajar,  media, penilaian, dan sebagainya. Bahkan dengan lugas Duckworth (2013) menegaskan bahwa pengajaran berpusat pada guru sebenarnya mencegah perkembangan pendidikan siswa, dimana siswa tidak diberi kebebasan dan tanggung jawab dalam mengembangkan pengetahuan. Bertentangan dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa diberi kebebasan aktif dalam belajar mengumpulkan pengetahuan, bagaimana mereka  belajar, dan kapan mereka belajar. Artinya siswa mengambil tanggung jawab dan mengarahkan proses belajar mereka sendiri. Guru yang lebih tahu banyak pengetahuan faktual tentang konten materi belum tentu memiliki siswa yang aktif belajar. Guru yang mempunyai banyak pengetahuan faktual kemungkinan mampu membuat  banyak presentasi-presentasi yang lebih jelas dan mudah difahami siswa. Guru yang banyak pengetahuan siap menghadapi semua pertanyaan siswa dan tidak harus berkelit dengan memberikan jawaban yang kabur. Pengetahuan  yang memadai memang perlu dimiliki guru, tetapi tidak cukup untuk proses pembelajarpuan efektif karena pengetahuan akan lebih bermakna apabila diperoleh melalui pengalaman konstruksi oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Guru berperan memfasilitasi dengan merancang strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Jacobsen et al. (2009) mengemukakan strategi-strategi pembelajaran dimana guru berperan sebagai fasilitator, dengan memper-kenankan siswa untuk mengambil bagian yang lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu menkontruksi pengetahuannya sendiri. Guru sebagai fasilitator memberi kesempatan siswa untuk mengoptimal-kan kemampuan-kemampuan memecah-kan masalah dengan mengunakan strategi-strategi yang berpusat pada siswa, dimana siswa memiliki  kebebasan dan otonomi yang lebih luas. Bila dik2aitkan dengan pembelajaran Geografi, strategi  pembelajaran yang berpusat pada siswa sangat sesuai untuk diterapkan. Menurut  Pawson et al. (2006) Geografi merupakan studi multidisiplin (melibatkan berbagai aspek fisik dan sosial). Karakter belajar multidisiplin ini merupakan pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui aktivitas aktif siswa untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan beragam sumber informasi dan data, beragam pemikiran dan bahkan beragam latar keilmuan. Pembelajaran Geografi yang diseting dengan melibatkan siswa baik secara individu dan kelompok dalam membangun pemahaman pengetahuan geografi  telah mampu menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini diakibatkan karena  proses  pengkonstruksian pengetahuan geografi dilakukan secara bersama-sama menggantikan proses pembelajaran klasikal dengan sistem ceramah yang proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang ditangkap oleh siswa secara individu dan kelompok. Pengkonstruksian pengetahuan secara bersama-sama melalui kerja kelompok memungkinkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain dan secara bersama-sama membangun pemahaman. Dalam pembelajaran Geografi  yang berpusat pada siswa, guru harus lebih banyak meninggalkan gaya belajar ceramah dengan menggunkan catatan-catatan dan banyak meninggalkan catatan power point agar pembelajaran  siswa lebih aktif. Keterlibatan guru dan siswa dalam kolaboratif pembelajaran harus lebih ditekankan untuk menelaah fonemena geosfer secara komperhensif. Dalam dua dekade terakhir, gaya mengajar berpusat pada guru digantikan dengan gaya mengajar berpusat pada siswa. Pembelajran berpusat pada siswa dipandang paling pantas karena memberikan lebih otonomi, lebih mengarahkan belajar sendiri (self-directed learning), dimana siswa dapat berpartisipasi tentang apa, bagaimana dan kapan mereka belajar, serta membangun pengetahuan melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman mereka sendiri (Weimer, 2012). Penerapan pendekatan yang berpusat pada siswa dalam pembelajaran geografi diasumsikan akan menimbulkan hasil yang lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari pandangan bahwa proses pembelajaran yang benar adalah pembelajaran yang tidak hanya memindahkan informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi juga menggalakkan perkembangan kemampuan siswa (bertanya dan menemukan). Selain itu, guru harus mampu membantu siswa belajar bertanya dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi secara efektif dan bukan semata-mata membantu mereka memperoleh pelajaran.   MODEL-MODEL GAYA MENGAJAR GURU Menyinggung pembelajaran secara umum, Kain (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa mempunyai pendekatan yang mengharuskan berbagai pengetahuan dibangun melalui kegiatan aktif siswa dalam beragam aktivitas. Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa bertujuan untuk mengembangkan program dan materi pembelajaran yang dibangun dengan mengumpulkan pengalaman dan pengetahuan siswa, baik diperoleh secara individu maupun  bersama. Pandangan kontruktivis tentang pengetahuan dan pembelajaran mengusulkan bahwa siswa seharusnya mempunyai kebebasan berfikir aktif sehingga dapat menguji secara kritis prosedur dalam  mengkontruksi pengetahuan. Kelas pembelajaran yang berpusat pada siswa senantiasa mengikutsertakan siswa ke dalam aktivitas yang membutuhkan rasionalitas, penemuan, pemecahan masalah, pengumpulan data, aplikasi dan mengkomunikasikan gagasan. Gagasan utamanya dimulai dari pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran dengan tidak meniadakan arti pentingnya pengetahuan faktual berupa hafalan, tetapi lebih menekankan cara terbaik bagi siswa untuk mencapai dan memahami pengetahuan tersebut. Dengan pemahaman pengetahuan tersebut siswa akan dapat merefkesikan, mengorganisasikan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Efektifitas penerapan pembelajaran berpusat pada siswa sangat tergantung pada gaya mengajar guru di kelas. Gaya mengajar guru mengarahkan pada kombinasi dari teknik dan metode yang diterapkan guru di kelas. Pada Pendidikan Geografi secara umum ada tiga model gaya pembelajaran, yaitu transmission-reception models, behavior-shaping models, dan the interactionist models seperti yang disajikan di Gambar 1 (Lambert and Balderstone 2012).                   Gambar 1. Model  Mengajar Guru Geografi (sumber: Lambaert dan Balderstone, 2012)     Model pertama (The Transmission-Reception Model), Siswa merasa sebagai organime  kosong yang menunggu untuk diisi pengetahuan. Kelas dirancang secara formal dengan cara memindahkan pengetahuan langsung dari guru ke siswa. Meja tulis diarah di depan, guru menempati posisi dominan di depan kelas. Informasi lebih bersifat faktual dan hafalan konsep Geografi yang dipresentasikan sampai selesai, sedangkan siswa merekam informasi yang sudah ditentukan oleh guru. The Transmission-Reception Model yang umumnya dilakukan guru,  membuat guru cenderung mengajar monoton. Seperti ceramah, menulis di papan tulis, menggunakan buku bacaan, mencatat di buku tulis, mengerjakan tugas tertulis, dan mengerjakan tes secara tertulis. Semua kegiatan tersebut lebih menitikberatkan pada aspek visual dan auditorial.    Dengan pola pembelajaran sekarang ini yang diuntungkan adalah siswa dengan gaya belajar visua- auditorial. Disisi lain, sistem pengajaran di sekolah mengharuskan siswa untuk diam dan mendengarkan guru. Model kedua (The Behavior-Shaping Model), guru menyediakan contoh dan sekumpulan pengalaman belajar kepada siswa ke dalam sosial grup. Dalam kelas pembelajaran Geografi menekankan pada pemahaman dan penerapan konsep Geografi. Ketika terjadi interaksi komunikasi antara siswa dan guru, beberapa strategi yang digunakan seringkali berupa tanya jawab, diskusi, penugasan, dan umpanbalik kelas dari siswa yang telah menyelesaikan beberapa tugas. Model Ketiga (The Interactionist Model), model ini menekankan pada pembelajaran individu siswa dan guru melibatkan proses inkuiri dan pemecahan masalah secara kolaboratif. Siswa  dipandang sebagai organime sosial dan kelas dirancang adanya interkasi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa. Model ini menjadikan guru menjadi bagian dari proses pembelajaran dan mempunyai kekhasan berupa tanggungjawab pembelajaran dari guru dialihkan kepada siswa. Beberapa tipe strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada model ini antara lain: pembelajaran cooperative, pemecahan masalah, pembelajaran inkuiri, debat, studi kasus, bermain peran, dan simulasi. Dari Gambar 1, dapat dideskripsikan gaya model pertama merupakan gaya mengajar tradisional dengan pendekatan yang berpusat pada guru. Sedangkan pada model kedua dan ketiga lebih cenderung mengarah pada gaya mengajar yang berpusat pada siswa. Penyesuaian terhadap semua gaya mengajar merupakan bagian penting dalam persiapan guru Geografi untuk mengajar dengan berbagai kondisi, dimana guru Geografi dapat mempertimbangkan perolehan hasil belajar siswa ke tingkat yang lebih tinggi. Buch and Bartley (2012) mengemukakan bahwa guru Geografi membutuhkan adaptasi gaya mengajar  dan metode pembelajaran mereka untuk memfalitasi proses belajar (learning process) dengan menawarkan beragam kesempatan belajar yang sesuai untuk gaya belajar yang berbeda, subjek materi yang berbeda, dan untuk hasil belajar berbagai materi Geografi yang berbeda. Lebih lanjut Prasetya (2013), mengemukakan bahwa gaya dan strategi mengajar diterapkan oleh guru Geografi perlu secara terus-menerus direvisi susuai pada konten dasar materinya. Atau bisa jadi konten materinya sama tetapi menggolongkan siswa berbeda, maka gaya dan strategi mengajar guru Geografi juga perlu memfasilitasi perbedaan karakter belajar siswa tersebut.   PERBANDINGAN TEACHER CENTERED VS STUDENT CENTERED   Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa mempunyai perbedaan yang jelas, antara lain dapat dilihat dengan membandingkan paradigma, pedagogis, dan strategi pembelajaran pada Tabel 1, 2, dan 3.     MELIBATKAN SISWA DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA SISWA Guru secara terus-menerus mencari makna untuk keberhasilan belajar siswa mereka. Hal ini selalu mempunyai arti penting dalam pembelajaran di kelas. Tetapi sering perubahan waktu terjadi pergeseran paradikma pendidikan. Agar pemeblajaran berjalan optimal, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini. Kenali karakteristik siswa. Tergantung besarnya kelas, Artinya dapat menyebut karakter umum seperti nama, gaya belajar, kemampuan individual, dan sebaginya. Sebaiknya guru perlu memahami sifat dan karakteristik siswa  terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap mata  pelajaran, motivasi untuk belajar dan hasil belajar yang dicapainya. Belajar yang baik harus dapat melibatkan siswa secara proses dan  komprehensif baik segi intelektual, emosional maupun psikomotor. Perbedaan tersebut mencakup karakteristik maupun kemampuan fisik dan psikis. Adanya perbedaan secara  individu di  antara siswa dapat    mempengaruhi  proses dan hasil belajar.  Oleh     karena itu, guru  perlu memperhatikan perbedaan siswa, supaya aktivitas dan konten  belajar yang diberikan selaras dengan  penempatan potensi siswa yang bersangkutan. Melalui memahami karakter siswa guru dapat mengadaptasikan strategi pembelajaran yang sesuai dengan siswa, membantu siswa mengembangkan ketrampilan yang mempunyai kemampuan rendah, membantu kekurangsiapan siswa dalam mengembangkan ketrampilan belajar. Gaya mengajar. Guru senantiasa mendukung interktif kelas. Salah satu aspek pembelajaran berpusat pada siswa adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berbagi pengetahuan dengan temannya.  Guru harus mampu menjabarkan bahan pengajaran dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk pertanyaan-petanyaan problematik untuk didiskusikan antar teman, dalam bentuk skenario atau disimulasikan dan didemonstrasikan oleh siswa, dalam bentuk pernyataan hipotesis untuk dipecahkan melalui problem solving, dalam bentuk konsep dan prisip agar diaplikasikan oleh para siswa. Membuat pelajaran yang relevan. bahan pelajaran yang diberikan benar-benar dibutuhkan untuk pelajaran selanjutnya atau untuk kehidupan mereka di kemudian hari. Bahan pelajaran  yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Bahan bahan pelajaran dapat didesain dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk  pertanyaan-petanyaan problematik untuk didiskusikan antar teman, dalam bentuk scenario atau disimulasikan dan didemonstrasikan oleh siswa, dalam bentuk pernyataan hipotesisuntuk dipecahkan melalui problem solving, dalam bentuk konsep dan prisip agar diaplikasikan oleh para siswa. Pengajaran aktif (active teaching). Guru  harus dapat mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran berkadar aktivitas siswa yang tinggi.  Untuk mencapai ke arah itu bukan berati guru cukup hanya dapat memilih dan melaksanakan strategi pembelajaran yang  diklasifikasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Strategi  belajar yang efektif seperti cara belajar mandiri, berkelompok, cara mempelajari buku, cara bertanya  atau mengajukan pertanyaan, cara mengemukakan pendapat dan sebagainya. Cara-cara tersebut  hendaknya ditanamkan pada siswa sehingga siswa dapat mempraktikkanya.   PENUTUP Pembelajaran yang berpusat pada siswa, menumbuhkan kemampuan  membangun pengetahuan sendiri, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman untuk mencapai ketuntasan belajar baik secara individu maupun klasikal.  Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Geografi dapat ditingkatkan apabila guru dapat memilih dan menerapkan strategi inovatif berpusat pada siswa yang tepat sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran yang diberikan.         Tabel 1. Perbandingan Paradigma Teacher Centered vs Student Centered        Tabel 2. Perbandingan Pedagogis Teacher Centered vs Student Centered        Tabel 3. Perbandingan Strategi Teacher Centered vs Student Centered        DAFTAR PUSTAKA Buch, K., and S. Bartley. 2012. Learning styles and training delivery mode preference. Journal of Workplace Learning 14 (10): 5–10. Duckworth, E. 2013. Helping students get to where ideas can find them. Journal of The New Educator, 5(3): 10-22.         Jacobsen D.A, Paul Eggen, Donal Kauvhak. 2009. Methods For Teaching. New Jersey : Pearson Education. Inc, Publishings Allyn & Bacon. Kain, D. J. 2003. Teacher-centered versus student-centered: Balancing constraint and theory in the composition classroom. Journal of Pedagogy 3 (1): 104–108. Lambert, D., and D. Balderstone. 2012. Learning to Teach Geography in the Secondary Schools. London: Routledge-Falmer. Prasetya, Sukma. P, 2013. Pengaruh Strategi dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Penginderaan Jauh Siswa SMA Kelas XII IPS,  Disertasi, Malang: Universitas Negeri Malang. Weimer, M. (2012). Learner-Centered Teaching. San Francisco: Jossey Bas
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VLOG PADA MATERI MITIGASI BENCANA ALAM DI KELAS XI IPS SMA NEGERI SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN YAHYA MUZACKY, ABDULLAH; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Materi geografi ini banyak memuat tentang keadaan fisik permukaan bumi. Pembelajaran geografi di SMAN Singgahan hanya menggunakan bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan modul, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi geografi kebanyakan menjelaskan tentang kondisi fisik permukaan bumi. Tujuan penelitian pengembangan media pembelajaran dengan ADDIE bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa XI IPS 1 dan 2. Metode penelitian yang digunakan yakni menggunakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE terdiri dari tahapan analysis, design, development, implementation, evaluation. Subjek uji coba penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas XI IPS 1 yang termasuk dalam kelas control dan kelas XI IPS 2 termasuk kelas experiment, dimana kelas experiment akan diberikan media berupa vlog dengan jumlah siswa 33. Hasil penelitian dilihat dari angket respon siswa terhadap penggunaan media vlog. Nilai yang diperoleh 244 atau 77%, menunjukan minat terhadap penggunaan media vlog. Hasil validasi kelayakan media dengan persentase kelayakan 78% merupakan kategori layak digunakan. Keefektifan penggunaan vlog diukur dengan membandingan hasil belajafr posttest antara kelas siswa yang menerapkan media vlog dan kelas siswa yang tidak menerapkan media vlog melalui analisis independent uji t-test. Hasil analisis menunjukan nilai p=0.000 yang berarti nilai p=0.000 < nilai ?=0.05, sehingga disimpulkan terdapat berbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran vlog dengan tidak menggunakan media. Kata Kunci: ADDIE, Vlog, Minat Belajar, Hasil belajar
PENGEMBANGAN MEDIA INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MITIGASI BENCANA ALAM DI KELAS XI IPS MAN 1 MOJOKERTO ROMADHON, MOCHAMMAD; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pembelajaran geografi mempelajari tentang keadaan bentang alam di permukaan bumi. Pembelajaran geografi di MAN 1 Mojokerto menggunakan lembar kerja siswa , terkadang juga menampilkan power point sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi geografi kondisi fisik di permukaan bumi. Guru memerlukan media pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas, salah satunya yaitu media Index Card Match. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) kelayakan media yang digunakan pada materi mitigasi bencana alam, (2) pengaruh penggunaan media terhadap minat dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini merupakan jenis Research and Development (R&D) dengan model pengembangan ADDIE yang terdiri tahapan analysis, design, development, implementation, evaluation. Media diuji validasi oleh ahli materi dan ahli media. Analisis deskripsi hasil belajar menggunakan ketuntasan klasikal dengan subjek penelitian siswa kelas XI IPS 2 sebagai kelas eksperimen dan XI IPS 3 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan (1) kelayakan media berdasarkan ahli media dalam segi kelayakan penyajian mendapat skor 96% termasuk kategori sangat layak dan dalam segi kelayakan penggunaan bahasa mendapat skor 96% yang berarti sangat layak. (2) Hasil belajar siswa mengalami kenaikan dengan nilai minimal 75, dimana nilai pretest kelas eksperimen sebesar 59,47% menjadi 83,15% dan nilai posttest ketuntasan klasikal sebesar 92,10%. Sedangkan pada kelas kontrol mengalami sedikit kenaikan dengan nilai pretest sebesar 57,05% menjadi 74,74% dan pada nilai posttest dengan ketuntasan klasikal sebesar 76,92%. Berdasarkan angket minat siswa mendapat skor 285 dengan persentase 75% menunjukkan bahwa siswa minat akan penggunaan media pembelajaran dalam hal menggunakan media Index Card Match sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci : ADDIE, Index Card Match, minat belajar, hasil belajar
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TIDAK MELANJUTKAN SEKOLAH PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH (SMA/SMK/MA) DI KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN KULSUM HIDAYATI, UMMI; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKecamatan Galis Kabupaten Bangkalan adalah daerah dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjangSekolah Menegah Atas terendah dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Bangkalan yaitu 4,25 % yangmenunjukkan bahwa masih banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA/SMK/MA. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui faktor faktor penyebab anak tidak melanjutkan sekolah pada jenjang sekolah menengah(SMA/SMK/MA) di Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Galis KabupatenBangkalan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak lulusan SMP/MTs tahun 2018 yang tidak melanjutkan sekolah kejenjang SMA/SMK/MA yaitu 142 anak. Jumlah sampel sebanyak 59 yang ditentukan dengan menggunakan rumusslovin dan pengambilan sampel dilakukan dengan proporsional sampling secara random sampling. Metodepengumpulan data kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan distribusi persentase.Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor faktor penyebab anak tidak melanjutkan sekolah pada jenjangsekolah menengah (SMA/SMK/MA) di Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut : 1) Motivasiindividu masih rendah (59,3 %), 2) Motivasi orang tua rendah (50,8 %), 3) Pendidikan terakhir orang tua lulusan SD(81,4 %) dan 4) Pendapatan yang kurang dari Rp.500.000 (50,8 %).Kata kunci: APK, Motivasi, Aksesibilitas, Sosial, Ekonomi
PENGEMBANGAN MEDIA DIORAMA MATERI TATA SURYA MATA KULIAH KOSMOGRAFI KUSUMA, ROY; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak :Salah satu permasalahan dalam perkuliahan di jurusan pendidikan geografi adalah kurangnya inovasi dalam penerapan media pembelajaran. Selama ini penerapan media pembelajaran pada materi tata surya kurang inovatif karena dosen terbatas pada penggunaan media powerpoint dan disertai dengan metode ceramah. Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengembangkan media diorama yang menggambarkan keadaan tata surya yang layak digunakan dan 2). Mengetahui respon mahasiswa sebagai calon pengguna media terhadap media yang telah dikembangkan.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan Four-D atau R&D oleh Thiagarajan dkk yang terdiri dari beberapa tahap yaitu 1. Pendefinisian (define), 2. Perancangan (design), 3. Pengembangan (develop), dan 4. Penyebaran (disseminate). Teknik pengumpulan data dengan metode angket respon mahasiswa yang melibatkan 45 mahasiswa kemudian dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan skoring oleh Likert.Hasil penelitian menunjukkan bahwa media diorama pada materi tata surya mata kuliah kosmografi layak digunakan karena telah melalui tahap revisi dan validasi oleh ahli media dan ahli materi dengan perolehan 83,1%. Respon mahasiswa sebagai calon pengguna memperoleh persentase sebesar 86,4%. Menurut liker persentase antara 80,01-100% maka media tersebut dikategorikan sebagai media yang ?Sangat Layak? dan ?Sangat Menarik?. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa media diorama materi tata surya mata kuliah kosmografi layak digunakan pada perkuliahan kosmografi di Jurusan S1 Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya.Kata kunci : Penelitian Pengembangan, Media 3D, Kosmografi, Tata Surya
PENGEMBANGAN MEDIA DIORAMA GEOGRAFI PADA MATERI PENGINDERAAN JAUH KELAS X UNTUK SMA/MA BAGUS SUPRAYOGI, MOHAMMAD; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu menggunakan media pembelajaran karena ruang lingkupnya sangat luas. Karakteristik pelajaran geografi adalah kajian tentang fenomena geosfer, dan kaitannya dengan manusia di permukaan bumi. Pemilihan media yang tepat untuk mengkaji tentang fenomena geosfer adalah diorama. Diorama sebagai media pembelajaran diharapkan dapat menimbulkan suasana belajar mengajar lebih menarik dan membantu suasana belajar yang menyenangkan serta lebih aktif. Proses pengambilan data diorama dalam penginderaan jauh, komponen penginderaan jauh, interaksi antara tenaga dan objek, sensor dan wahana, penggunaan data, semua yang berkaitan dengan penginderaan jauh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan pengembangan media diorama geografi dan respon siswa dalam media pembelajaran pada materi penginderaan jauh. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu mengembangkan bahan ajar media diorama. Model penelitiannya adalah pengembangan R&D (research and development) dengan model ADDIE. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Teknik pengumpulan daya menggunakan lembar validasi ahli media, ahli materi dan respon pengguna media. Analisis data menggunakan skoring, kemudian dipersentasekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Media diorama penginderaan jauh yang telah dikembangkan mendapat penilaian kelayakan oleh ahli media pembelajaran dengan rata-rata nilai 85% dan dari ahli materi 81,7%, maka skor rata-rata yang diperoleh dari kedua validator sebesar 83,35%. Berdasarkan skala Likert nilai 83,35% termasuk dalam rentang X 81%, sehingga dikategorikan ?sangat layak?. 2) Respon siswa terhadap media diorama penginderaan jauh memperoleh nilai 92,5%, hasil tersebut adalah rekapitulasi dari penghitungan skala guttman yang berasal dari 20 respon siswa yang telah direkapitulasi menggunakan skala likert sehingga mendapat nilai rata - rata 92,5% bedasarkan skala likert nilai 92,5 dari rata rata tersebut berada dalam rentang 81% - 100% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Kata Kunci : Diorama, ADDIE, Penginderaan Jauh
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN KELAS X DI SMA NEGERI 1 SUMBERREJO BOJONEGORO SAFITRI, NURUL; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 5, No 7 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Permasalahan siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro adalah kurangnya ketertarikan untuk mengikuti pelajaran geografi di kelas, karna penjelasan guru tanpa menggunakan media dianggap monoton, dan tidak ada ragamnya. Dengan permasalahan tersebut penelitian ingin mengembangkan Ular tangga sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengembangkan media permaina ular tangga yang layak digunakan, 2) Untuk mengetahui keefektifan penggunaan media ular tangga dalam meningkatkan hasil belajar, 3) Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan permainan ular tangga. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode Research and Development / R&D, dengan model pengembangan ADDIE (Analysis-Desain-Develop-Implement-Evaluate). Pada tahap Development, ular tangga Geografi dinilai kelayakannya oleh 2 ahli materi (dosen, & guru Geografi), 1 ahli media (Dosen), 16 siswa uji coba kelompok kecil, dan 36 siswa uji coba lapangan. Jenis penelitian ini menggunakan Quarsi Espriment Design dengan desain penelitian Non Equivalent Kontrol Goup Design. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara oleh guru Geografi, dan siswa kelas X IPS di SMAN 1 Sumberrejo Bojonegoro, analisis 35 butir soal, analisis relibialitas soal, analisis perbandingan hasil belajar menggunakan uji t, lembar observasi siswa, dan lembar observasi aktivitas guru. Data angket maupun validasi yang dianalisis menggunakan ketentuan skala Likert, hasil belajar siswa dianalisis menggunakan uji T-test menggunakan program SPSS Versi 23. Hasil penelitian menunjukkan : 1) hasil validasi media ular tangga Geografi memperoleh kelayakan dari ahli media 74,16% dengan kategori layak, kelayakan materi dari ahli materi memperoleh 77% dengan kategori layak, kelayakan materi oleh guru Geografi memperoleh 98% dengan kategori sangat layak. 2) kelas eksperiment mendapat rata-rata postest sebesar 83,97, sedangkan untuk kelas kontrol mendapat nilai posttest sebesar 78,13. Berdasarkan hasil perhitungan Independent t-test diperoleh sig(2-tailed) 0,002 pada hasil Postest kedua kelas yang menunjukkan perbedaan hasil belajar. 3) Aktivitas siswa pada kelas eksperiment mengalami peningkatan dengan mengunakan media ular tangga yaitu 84%. Aktivitas guru pada kelas eksperimen juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 80%. Kata Kunci :Geografi, Pengembangan, Peningkatan Hasil Belajar, ADDIE.
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PUZCITA (PUZZLE CINTA TANAH AIR) UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SUB MATERI KERAGAMAN FAUNA DI INDONESIA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPIT INSAN PERMATA BOJONEGORO RACHMAWATI, ADHIKA; PERDANA PRASETYA, SUKMA
Swara Bhumi Vol 5, No 7 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakProses pembelajaran memerlukan media yang sesuai dengan kondisi peserta didik kelas VII. Peserta didik kelas VII merupakan peserta didik dalam tahap peralihan dari sekolah dasar ke jenjang sekolah menengah pertama yang menyukai hal-hal kontekstual, permainan dan gambar-gambar sehingga membutuhkan media pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan menghasilkan sebuah media pembelajaran Puzcita (Puzzle cinta tanah air) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik SMP. Kelayakan media pembelajaran puzcita ditinjau dari hasil validasi, hasil aktivitas peserta didik, hasil belajar peserta didik dan respon peserta didik.Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan model 4D. Penelitian dan pengembangan ini terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap define (pendefinisian), tahap design (perancangan), tahap develop (pengembangan), dan tahap disseminate (penyebaran). Penelitian ini dibatasi sampai pada tahap Develop (Pengembangan) tepatnya sampai tahap uji coba terbatas. Penelitian ini diujikan secara terbatas pada 25 peserta didik. Penelitian dilakukan di SMPIT Insan Permata Bojonegoro. Teknik pengumpulan data dengan teknik validasi, teknik observasi aktivitas peserta didik, dan teknik tes.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puzcita sebagai media pembelajaran dinyatakan sangat baik berdasarkan hasil validasi 1 dosen dan 1 guru IPS. Media pembelajaran Puzcita mendapatkan hasil rata-rata validasi sebesar 3,81 dengan kategori sangat layak. Aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama mendapatkan presentase yaitu sebesar 95% dan pada pertemuan kedua sebesar 98,33% dengan kategori sangat baik. Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari nilai N-gain yang mendapatkan rata-rata sebesar 0,60 sehingga termasuk dalam kategori sedang. Respon peserta didik setelah menggunakan media pembelajaran mendapatkan presentase rata-rata sebesar 90,67% dengan kategori sangat baik. Hasil aktivitas, hasil belajar, dan respon peserta didik menunjukkan Puzcita sebagai media pembelajaran dapat dinyatakan layak.Kata Kunci : Media pembelajaran, Puzcita, hasil belajar