Claim Missing Document
Check
Articles

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU OSING DI DESA KEMIREN SEBAGAI MEDIA PEBELAJARAN SOSIOLOGI Nursafitri, Heni; Nursafitri, Heni; Pageh, I Made; Wirawan, I Gusti Made Arya Suta
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 2, No 3 (2020): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v2i3.28957

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) bentuk perubahan social yang terjadi pada Masyarakat Osing setelah dijadikannya Desa Wisata; (2) strategi masyarakat Osing untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi; (3) aspek-aspek sosiologi yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sosiologi pada bab perubahan sosial. Desa Kemiren merupakan desa yang masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat masyarakat Osing. Pemertahanan ini menjadi salah satu alasan untuk dijadikannya sebagai cagar budaya suku Osing di Banyuwangi. Model penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode penelitian menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perubahan pada masyarakat Osing yaitu berupa pola pemikiran masyarakat yang semakin maju, Terbetukya Pokdarwis sebagai bentuk struktur baru pada masyarakat Osing serta jenis pekerjaan yang bergerak pada sektor pariwisata. Interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan mayarakat Osing dikhawatirkan akan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat Osing di Desa Kemiren. oleh karena itu masyarakat Osing mempunyai strategi tersendiri dalam menghadapi perubahan yang terjadi diantaranya mulai untuk melakukan beberapa pelatihan seperti pelatihan bahasa asing, manajemen homestay, penjadwalan dalam pembacaan lontar yusuf, perbaikan jalan serta pembangunan sarana prasarana. Selain itu masyarakat Osing masih mempertahankan budaya lokal seperti mengunjungi makam buyut cilli serta melestarikan tradisi-tradisi suku osing. masyarakat Osing juga melakukan kerjasama dengan beberapa pihak-pihak untuk mendukung kemajuan pariwisata di Desa Kemiren. aspek-aspek yang dapat dijadikan media pembelajaran diantaranya perubahan sosial masyarakat Osing di Desa Kemiren, Pokdarwis Kencana sebagai Agent of change serta pemanfaatan prezi sebagai media pembelajaran online.Kata Kunci: Perubahan Sosial, Suku Osing, Media Pembelajaran
PERISTIWA RAWAGEDE PADA MASA AGRESI MILITER BELANDA I DI DESA BALONGSARI, RAWAMERTA, KARAWANG DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Seruni, Yuri Sekar; Purnawati, Desak Made Oka; Pageh, I Made
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v9i1.31495

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) rangkaian peristiwa Rawagede pada masa agresi militer Belanda I di Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, (2) kehidupan masyarakat setelah peristiwa Rawagede, (3) aspek-aspek yang terdapat pada peristiwa Rawagede pada masa agresi Belanda I yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah meliputi : (1) Heuristik (pengumpulan sumber), (2) Kritik Sumber, (3) Interpretasi (penafsiran), (4) Historiografi (penulisan kisah sejarah). Hasil penelitian ini adalah rangkaian peristiwa Rawagede, kehidupan masyarakat setelah peristiwa yaitu tuntutan keluarga korban peristiwa Rawagede yang membuahkan permintaan maaf secara resmi dari Pemerintah Belanda atas kejahatan perang yang dilakukan. Adapun potensi Peristiwa Rawagede berdasarkan hasil anlisis kurikulum dan silabus ialah nilai kerja keras, nilai patriotisme/ cinta tanah air, nilai rasa kebangsaan, nilai rasa ingin tahu yang selanjutnya disusun ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Buku Suplemen agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah di SMA.
KAMPUNG TOGE DI DESA PATAS, GEROKGAK, BULELENG, BALI : SEJARAH DAN NILAI-NILAINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ., ABDUL GOFAR; ., Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum.; ., Dr. I Wayan Mudana,M.Si.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v8i3.21492

Abstract

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui sejarah keberadaan kampung toge (2) Untuk mengetahui wujud Toleransi yang ada di Kampung Toge (3) sejarah dan nilai-nilainya yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu: (1) penentuan Jenis Penelitian (2) Lokasi penelitian (3) Teknik penentuan informan (4) Teknik pengumpulan data, meliputi (observasi, wawancara, studi dokumen, dan pengelolaan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan Kampung toge karena adanya perpindahan penduduk dari kerang asem akibat adanya bencana alam yang berupan letusan gunung agung, kemudian yang disusul oleh orang-orang Madura, dan jawa, kemudian kampung toge ini menjadi kampung yang multicultural dengan penuh kedamaian, kedamaian ini sendiri tidak bisa dilepaskan dari refleksi tokoh-tokoh masyarakat Kampung Toge, yaitu adanya musolla yang berada ditengah-tengah Masyarakat Kampung Toge. Hal itu berdampak positif karena adanya musollah menunjukkan atas merima dengan adanya perbedaan. Selain itu dengan adanya interaksi yang intens antara masyarakat yang beragama Hindu dan Islam karena adanya kepentingan yang sama baik ekonomi dan sosial, masyarakat selalu dalalam kondisi yang terintegrasi. Faktor- faktor keberadaan kampung toge yang dijadikan sebagai sumber pembelajaran ada tiga yaitu (1) faktor sosial (2) faktor ekonomi, dan (3) faktor budaya (4) integrasi. Kata Kunci : Sejarah, Toleransi, Sumber Belajar. This study aims to (1) To find out the history of the existence of Toge village (2) To find out the form of Tolerance in Kampung Toge (3) history and its values ​​that can be used as a source of historical learning in high school. This study uses a qualitative descriptive approach, namely: (1) determination of the type of research (2) location of research (3) technique of determining informants (4) data collection techniques, including (observation, interviews, document studies, and data management). Toge village because of the displacement of residents from tamarind shells due to natural disasters which have a massive volcanic eruption, then followed by Madurese people, and Java, then the Toge village became a multicultural village with peace, peace itself cannot be separated from reflection of community leaders from Kampung Toge, namely the existence of musolla in the midst of the Kampung Toge Community, which had a positive impact because the existence of musollah showed the merima with differences. In addition, with intense interaction between Hindus and Muslims because of the same interests both economically and socially, the community interrupted You're in an integrated condition. The factors of the existence of toge village which are used as sources of learning are three, namely (1) social factors (2) economic factors, and (3) cultural factors (4) integration.keyword : History, Tolerance, Learning Resources
SEJARAH INDUSTRI KERAJINAN BATOK KELAPA YANDE BATOK DI DESA NEGARI, BANJARANGKAN, KLUNGKUNG-BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI SMP Saraswati, Ida Ayu Made Rai; Pageh, I Made; Maryati, Tuty
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v9i1.31548

Abstract

            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah industri kerajinan batok kelapa Yande Batok di Desa Negari, Banjarangkan, Klungkung-Bali, (2) Perkembangan industri kerajinan batok kelapa Yande Batok dari tahun 1996 – 2020, (3) Potensi yang terdapat di industri kerajinan batok kelapa Yande Batok dapat dijadikan sumber belajar IPS di SMP. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah dengan pendekatan kualitatif meliputi : (1) Heuristik (mencari jejak/sumber data), (2) Kritik sumber/verifikasi (pengujian sumber data), (3) Interpretasi (pemberian tafsiran terhadap data), (4) Historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Sejarah berdirinya industri kerajinan batok kelapa Yande Batok dipengaruhi oleh faktor produksinya yaitu SDA, SDM dan SDU (2) industri kerajinan Yande Batok mengalami perkembangan dari tahun 1996 – 2020 dilihat dari hasil produk kerajinan, alat produksi, pemasaran dan perkembangan harga setiap hasil kerajinan (3) Industri kerajinan Yande Batok dapat digunakan sebagai sumber belajar IPS sesuai dengan analisis silabus mata pelajaran dilihat dari aspek geografis, sosial, ekonomi, dan aspek budaya.Kata Kunci: Sejarah Industri Kerajinan Batok Kelapa Yande Batok, perkembangan dan sumber belajar IPS.
ETNIS SASAK DI BANJAR BUKIT TABUAN DESA BUKIT, KARANGASEM, BALI (Sejarah, Kerukunan, dan Pengintegrasian Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA) ., FIRDAUS RAMADANI; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum.; ., Dr. I Made Pageh, M.Hum.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v8i3.29507

Abstract

ABSTRAK Penelitiaan ini bertujuan; (1) mengetahui bagaimana latar belakang sejarah keberadaan Etnis Sasak di Banjar Bukit Tabuan, Desa Bukit, Karangasem, Bali, (2) mengetahui bagaimana kerukunan antarumat beragama antara Etnis Muslim Sasak dan Etnis Hindu Bali di Banjar Bukit, Tabuan Desa Bukit, Karangasem, Bali, (3) mengetahui Aspek – aspek apa saja dari keberadaan Etnis Sasak di Banjar Bukit Tabuan, Desa Bukit yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarh melalui beberapa langkah yakni : (1) Heuristik ( teknik penentuan informan, observasi, dokumen dan wawancara), (2) kritik Sumber (Kritik Internal dan Eksternal), (3) Interpretasi, (4) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) latar belakang sejarah Etnis Sasak di Banjar Bukit Tabuan, Desa Bukit, Karangasem,Bali tidak bisa lepas dari sejarah Kerajaan Karangasem yang melakukan perluasan kekuasaan ke Lombok yang kemudian membawa tawanan politik berupa orang-orang Sasak, (2) Etnis Sasak Muslim di Banjar Bukit Tabuan hidup rukun dengan masyarakat Etnis Hindu Bali yang terlihat dari adanya Safaran, dimana masyarakat Etnis Sasak Muslim Banjar Bukit Tabuan melakukan syukuran dan melakukan gotong – royong di pura Bhur-Bwah-Swah bersama masyarakat Etnis Hindu Bali disana. (3) aspek-aspek yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah dari keberadaan Etnis Sasak di Banjar Bukit Tabuan yaitu, (1) aspek sejarah, (2) aspek toleransi, (3) aspek sosial budaya, (4) aspek Politik dan pertahanan. Kata Kunci : Etnis Sasak, Toleransi, Sumber Belajar Sejarah This research aims; (1) knowing the historical background of the existence of the Sasak ethnic group in Banjar Bukit Tabuan, Bukit Village, Karangasem, Bali, (2) knowing how the inter-religious harmony between the Sasak Muslim Ethnic and the Balinese Hindu Ethnicity in Banjar Bukit, Tabuan, Bukit Village, Karangasem, Bali, (3) knowing what aspects of the existence of the Sasak ethnic group in Banjar Bukit Tabuan, Bukit Village that can be used as a source of learning history at high school. This study uses the historical research method through several steps, namely: (1) Heuristics (informant determination techniques, observation, documents and interviews), (2) Source criticism (Internal and External Criticism), (3) Interpretation, (4) Historiography. The results of this study indicate that, (1) the historical background of the Sasak ethnic group in Banjar Bukit Tabuan, Bukit Village, Karangasem, Bali cannot be separated from the history of the Karangasem Kingdom which expanded its power to Lombok which then brought political prisoners in the form of the Sasak people, (2) The Sasak Muslim ethnic group in Banjar Bukit Tabuan lives in harmony with the Balinese Hindu ethnic community as seen from the Safaran, where the Banjar Bukit Tabuan Sasak Muslim Ethnic community performs thanksgiving and performs mutual cooperation at the Bhur-Bwah-Swah temple with the Balinese Hindu ethnic community there,(3) aspects that can be developed as a source of historical learning from the existence of the Sasak ethnic group in Banjar Bukit Tabuan, namely, (1) historical aspects, (2) tolerance aspects, (3) socio-cultural aspects, (4) political and defense aspects.keyword : Sasak Ethnicity, Tolerance, Historical Learning Resources
The Impact of Education on Social Mobility in North Bali in the Early XX Century Arta, Ketut Sedana; Yasa, I Wayan Putra; Pageh, I Made
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 2 (2021): History of Asia and Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i2.29742

Abstract

This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyana. Organisasi Surya Kanta yang didirikan oleh para jaba melakukan gerakan sosial dengan menuntut kesetaraan dalam masyarakat, menghilangkan ajawera, menyesuaikan adat dengan perkembangan zaman, menghilangkan asupundung dan alangkahi karanghulu, dan mengembalikan sistem kasta pada prinsip-prinsip agama.
PURA SIWA SILA GATRA PADANG BULIA, SUKASADA, BULELENG, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI SERTA POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) ., Komang Gede Arya Bawa; ., Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum.; ., Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v8i2.18121

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah berdirinya Pura Siwa Sila Gatra di Desa Padang Bulia, Sukasada, Buleleng, Bali, (2) struktur dan fungsi Pura Siwa Sila Gatra, dan (3)potensi yang terdapat di Pura Siwa Sila Gatra di Padang Bulia yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitin sejarah meliputi:(1) Pengumpulan data (heuristic) dengan Observasi, Wawancara, dan Studi dokumen. (2) Kritik Sumber. (3) Interpretasi dan (4) Historiografi. Hasil penelitian menujukkan bahwa: sejarah Pura Siwa Sila Gatra memiliki kaitan erat dengan ditaklukannya Tamblingan oleh Majapahit yang membuat masyarakat Tamblingan bermigrasi ke berbagai daerah. Struktur Pura Siwa Sila Gatra menggunakan konsep dwi mandala yaitu jeroan dan jaba sisi. Fungsi Pura Dalem Jawa yaitu (1) fungsi religius, (2) fungsi sosial, (3) fungsi ekonomi (4) fungsi hiburan, dan (5) fungsi pendidikan. Adapun potensi Pura Siwa Sila Gatra ialah aspek historis, aspek peninggalan meliputi pelinggih lontar, meru tumpang pitu, dan pendidikan karakter. Kata Kunci : sejarah, Pura Siwa Sila Gatra, sumber belajar sejarah This study aims to determine: (1) the history of the establishment of Shiva Sila Gatra Temple in Padang Bulia Village, Sukasada, Buleleng, Bali, (2) the structure and function of Shiva Sila Gatra Temple, and (3) the potential contained in Siwa Sila Gatra Temple in Padang Bulia which can be used as a source of historical learning in high school. The research method used is the method of historical research including: (1) Data collection (heuristics) with Observation, Interviews, and Study documents. (2) Source Criticism. (3) Interpretation and (4) Historiography. The results of the study show that: the history of Siwa Sila Gatra Temple has a close connection with the conquest of Tamblingan by Majapahit which made the Tamblingan community migrate to various regions. Siwa Sila Gatra Temple structure uses two mandala concepts, inner temples and outer temples. The functions of the Siwa Sila Gatra Temple are (1) religious functions, (2) social functions, (3) economic functions (4) entertainment functions, and (5) educational functions. The potential of Shiva Sila Gatra Temple is a historical aspect, inheritance aspects include pelinggih lontar, meru tumpang pitu, and character education.keyword : history, Siwa Sila Gatra Temple, a source of learning history
SEJARAH PERDAGANGAN ANTARPULAU SAPEKEN - SANGSIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH ., DAFID RAHMAN; ., Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum.; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v8i2.14956

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perdagangan antarpulau Sapeken – Sangsit tetap bertahan sampai saat ini; 2) Dinamika Perdagangan antarpulau Sapeken – Sangsit; dan 3) Memahami nilai-nilai yang terdapat dari sejarah Perdagangan antarpulau Sapeken – Sangsit sebagai sumber belajar sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan menggunakan langkah-langkah: Heuristik (mencari jejak-jejak atau sumber sejarah) dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, studi perputakaan, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa (1) Perdagangan antarpulau Sapeken – Sangsit tetap bertahan sampai saat ini disebabkan beberapa faktor yaitu: a) faktor geografis; b) faktor harga komoditas dagang yang murah; dan c) faktor konsumen. Selain itu sarana fisik pendukung bertahannya perdagangan antarpulau Sapeken – Sangsit, seperti: a) perkapalan; b) pelabuhan laut; dan c) pusat pendaratan ikan (PPI). (2) Dinamika perdagangan antarpulau Sapeken – Sangsit sejak lama sudah terjalin dan dilanjutkan secara turun temurun oleh generasi ke generasi, seperti: a) alur perdagangan ikan Sapeken; b) alur perdagangan Sangsit – Sapeken; dan c) proses ekspor-impor barang dagang. (3) Nilai-nilai sejarah yang terdapat dalam perdagangan antarpulau Sapeken – Sapeken sebagai sumber belajar sejarah, seperti: a) nilai toleransi; b) nilai kerjasama; c) nilai pantang menyerah; d) tanggung jawab; dan e) cinta tanah air.Kata Kunci : Perdagangan antarpulau, nilai-nilai sejarah, sumber sejarah. This study aims to determine: 1) Sapeken - Sangsit inter-island trade continues to this day; 2) Diversity of inter-island trade Sapeken - Sangsit; and 3) Understanding the values contained in the history of Sapeken - Sangsit inter-island trade as a source of historical learning. The method used in this study is the method of historical research using the steps: Heuristics (searching traces or historical sources) by using observation techniques, interviews, documentation, study perputakaan, source critic, interpretation and historiography. From the results of this study can be seen that (1) Sapeken - Sangsit inter-island trade persisted until now due to several factors namely: a) geographical factors; b) cheap commodity price factors; and c) consumer factors. In addition to the physical facilities supporting the endurance of inter-island trade Sapeken - Sangsit, such as: a) shipping; b) seaports; and c) fish landing center (PPI). (2) The dynamics of inter-island trade of Sapeken - Sangsit have long been interwoven and continued for generations by generations, such as: a) Sapeken fish trade flow; b) the Sangsit - Sapeken trading line; and c) import-export process of merchandise. (3) Historical values contained in Sapeken inter-island trade - Sapeken as a source of historical learning, such as: a) the value of tolerance; b) value of cooperation; c) unyielding value; d) responsibility; and e) love the homeland.keyword : Inter-island trade, historical values, historical sources.
Sejarah dan Struktur Banua Menyali, di Buleleng - Bali : Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA ., I Komang Edi Heliana; ., Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum.; ., Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v7i2.18131

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Latar belakang empat desa yang memiliki sebuah ikatan membentuk suatu Banua Meyali, (2) Hubungan sosial keagamaan empat desa sebagai pencerminan dari hubungan Banua Menyali, (3) Sejarah dan struktur Banua Menyali di Buleleng – Bali dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, sehingga langkah-langkah yang dilakukan adalah (1) Heuristik; (2) Kritik Sumber; (3) Interpretasi; (4) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Banua Menyali telah ada pada tahun 1044-an, dilatarbelakangi seorang tokoh dari Desa Menyali bernama Jero Pasek Sakti Menyali melakukan persemedian di Pura Puncak Mangu (di daerah Desa Lemukih). Dan mendapatkan paica (anugrah) berupa Padi Berbuah Ketupat, dan Kapas Mebuah Kamen ; (2) Hubungan sosial keagamaan empat desa sebagai pencerminan dari hubungan Banua Menyali nampak pada aspek Ritual Bersama (Keagamaan), Pelaksanaan Gotong Royong, dan aspek Pengaturan Sistem Perkawinan; (3) Banua Menyali di Buleleng – Bali dapat digunakan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA karena mengandung nilai historis sebagai salah satu peninggalan sistem kemasyarakatan dari konsep Bali Aga yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah lokal di SMA.Kata Kunci : Banua Menyali, Pencerminan Hubungan Banua, dan Sebagai Sumber Belajar The purpose of this study was to find out (1) the background of the four villages that had a bond forming a Banua Meyali, (2) the social relations of the four villages as a reflection of Banua's relationship, (3) the history and structure of Banua in Baleleng - Bali used as a source of historical learning in high school. This research is a historical research, so the steps taken are (1) Heuristics; (2) Source Criticism; (3) Interpretation; (4) Historiography. The results of this study indicate that, (1) Banua Menyali existed in the year 1044, against the background of a figure from Menyali Village named Jero Pasek Sakti Conducting a ceremony at Puncak Mangu Temple (in the Lemukih Village area). And get paica (gift) in the form of Padi Berbuah Ketupat, and Kapas Mebuah Kamen; (2) The socio-religious relationship of the four villages as a reflection of the Banua Menyali relationship appears in the aspects of the Joint Ritual (Religious), the Implementation of Mutual Cooperation, and aspects of the Regulation of the Marriage System; (3) Banua Spread in Buleleng - Bali can be used as a source of learning History in high school because it contains historical value as one of the social system inheritance from the Bali Aga concept which can be used as a source of learning local history in high school.keyword : Banua Menyali, Reflection of Relationships Banua and As Learning Resources
ETNIK BUGIS MANDAR DI DUSUN MANDAR SARI, DESA SUMBERKIMA, GEROKGAK, BULELENG, BALI (SEJARAH, PEMERTAHANAN IDENTITAS ETNIK DAN KONTRIBUSINYA BAGI PEMBELAJARAN SEJARAH) ., Dania Fakhrunnisa; ., Drs. I Ketut Margi, M.Si; ., Drs. I Made Pageh,M.Hum.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v6i3.8709

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan latar belakang Sejarah Suku Bugis Mandar di Desa Sumberkima, (2) Mendeskripsikan Strategi dan Alasan Masyarakat Bugis Mandar di Desa Sumberkima dalam mempertahankan identitas kesukuannya hingga saat ini, (3) Medeskripsikan Kontribusi Sejarah kedatangan Suku Bugis Mandar ke Desa Sumberkima dan strategi pemertahanan identitas kesukuannya bagi Pembelajaran Sejarah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Tehnik penentuan lokasi penelitian, penelitian ini berlokasi di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, (2) Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, (3) Tehnik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling, (4) Tehnik pengumpulan data, melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen, (5) Tehnik validasi keabsahan data, dan triangulasi data, (6) Teknik analis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejarah Suku Bugis Mandar di Desa Sumberkima dilatar belakangi oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong disebabkan karena adanya Hegemoni VOC di Sulawesi abad XVI dan adanya pemberontakan komunis tahun 1926-1927. Dan faktor penarik disebabkan karena letak desa Sumberkima yang sangat strategis terletak di pesisir pantai dan memilliki tanah yang subur untuk dijadikan lahan pemukiman dan perkebunan. Strategi pemertahanan identitas etnik Bugis mandar yaitu menggunakan sistem sosialisasi dalam keluarga, masyarakat dan sekolah. Strategi yang digunakan untuk mempertahankan identitas etnik yaitu dengan sosialisasi melalui agen keluarga, sosialisasi melalui agen masyarakat dan sosialisasi melalui agen keluarga, serta alasan pemertahanan identitas etnik yaitu karena warisan leluhur dan takut untuk kehilangan identitas sebagai suku pendatang. Adapun kontribusi dari sejarah Suku Bugis Mandar di desa Sumberkima serta strategi dan alasan pemertahanan identitas kesukuannya bagi pembelajaran sejarah yaitu dapat dijadikan sumber belajar sejarah dan juga dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah pada kurikulum 2013. Kata Kunci : Kata kunci: Suku Bugis Mandar, strategi dan alasan pemertahanan identitas etnik. ABSTRACT This study aims to (1) describe the background history of the Bugis Mandar village Sumberkima, (2) Describe the strategy and reasons Society Bugis Mandar village Sumberkima in maintaining the identity of the tribal till today, (3) Medeskripsikan Contributions history of the arrival of the Bugis Mandar to village Sumberkima and tribal identity preservation strategies for Teaching History. This study uses a qualitative method by stages; (1) Technical determining the location of research, this study is located in the village of Sumberkima, Gerokgak, Buleleng, (2) research approach uses a qualitative approach, (3) Technical determination of the informant, the determination of the informants in this research is purposive sampling, (4) Technical data collection, through observation, interviews, and a review of documents, (5) Technical validation of the validity of the data, and triangulation of data, (6) Technical data analyst. The results showed that the history of the Bugis Mandar village Sumberkima motivated by two factors, namely push and pull factors. The driving factor due to the hegemony of the VOC in Sulawesi sixteenth century and the communist insurgency in 1926-1927. And a pull factor due Sumberkima village is very strategically located on the coast and memilliki arable land to be used as residential land and plantations. Bugis ethnic identity preservation strategy mandated that use the system of socialization in the family, community and school. The strategy used to maintain ethnic identity is by socialization through the agency of family, community and socialization through agents of socialization through the agency of the family, as well as ethnic identity preservation reasons, namely because of the heritage and afraid to lose their identity as ethnic migrants. The contribution of the history of the Bugis Mandar village Sumberkima strategy and tribal identity preservation reasons for teaching history which can be used as a source of learning the history and also serve as a medium of teaching history in the curriculum of 2013. keyword : Keywords: Bugis Mandar, strategy and reason for preservation of ethnic identity.
Co-Authors ., ABDUL GOFAR ., DAFID RAHMAN ., Dania Fakhrunnisa ., Fiani Yulistia ., FIRDAUS RAMADANI ., FITRIYANAH ., I Komang Edi Heliana ., I Made Cita Adnyana ., Ilham Yahya ., Jro Kadek Mudiartha ., Komang Gede Arya Bawa ., M BUSAR ., Meri Yuliani ., Mukti Ali Asyadzili ., NAJI SHOLEH ., Ni Komang Arya Kusuma Dewi ., Ni Luh Sulandari ., NUR MINAH ., Nurus Shobah ., Purwa Aditya ., SHOLEH ABDUL GOFAR . Albertus Agas Anak Agung Bagus Wirawan Anak Agung Ngurah Anom Kumbara Andi Noprizal Sahar Arta, K.S. DAFID RAHMAN . Dania Fakhrunnisa . Desak Made Oka Purnawati Desak Oka Purnawati Desi Wulandari, Ni Putu Dr. Tuty Maryati,M.Pd . Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum . Drs. I Wayan Mudana,M.Si. . Fahrizal Yunus Fiani Yulistia . FIRDAUS RAMADANI . FITRIYANAH . Hedwi Prihatmoko Heni Nursafitri I Gusti Made Aryana I Kadek Adi Widiastika I Kadek Meiana Adi Putra I Ketut Ardhana Ardhana, I Ketut Ardhana I Komang Edi Heliana . I Made Cita Adnyana . I Nengah Suastika I Nyoman Ananta Wasistha I Nyoman Tri Esaputra I Wayan Pardi I Wayan Putra Yasa I Wayan Sumerata I Wayan Surya Eka Saputra I.W.P. Yasa Ida Ayu Gede Megasuari Indria Ida Ayu Made Rai Saraswati Ilham Yahya . J. Susetyo Edy Yuwono Jro Kadek Mudiartha . K.S. Arta Ketut Sedana Arta Ketut Sedana Artha Komang Gede Arya Bawa . Krisna Hendro Setiono M BUSAR . M Fathurrahim Alviansyah M.Si Drs. I Ketut Margi . Meri Yuliani . Muhammad Rivai Mukti Ali Asyadzili . NAJI SHOLEH . Nana Supriatna Ni Ketut Anggriani Ni Komang Arya Kusuma Dewi . Ni Luh Arjani Ni Luh Sulandari . NUR MINAH . Nursafitri, Heni Nurus Shobah . Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA . Purnawati, Desak Oka Purwa Aditya . Putu Adi Sanjaya Putu Sukardja R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa Riza Rizki Sukmarini Saraswati, Ida Ayu Made Rai Seruni, Yuri Sekar SHOLEH . Wayan Sugiartha Wirawan, I Gusti Made Arya Suta Yasa, I.W.P. Yunus, Fahrizal Yuri Sekar Seruni