Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NANAS (Ananas comosus Linn) TERHADAP DAYA REKAT (Adhesiveness) DAN PENETASAN TELUR IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalamus) Patricius .; Rachimi .; Eko Prasetio
Jurnal Borneo Akuatika Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.444 KB) | DOI: 10.29406/jba.v1i1.1429

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan nanas yang optimal untuk menghilangkan daya rekat pada telur ikan baung dan penetasan telur dalam meningkatkan kelulushidupan larva yang baik.Pelaksanaan penelitian ini dilakukan diBalai Budidaya Ikan SUPM Anjungan, Kabupaten Mempawah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan konsentrasi larutan nanas antara lain adalah perlakuan1 A (kontrol), B (0,5%), C (1,0%), dan D (1,5%). Parameter pengamatan yang dilakukan adalah sifat menghilangkan daya rekat telur, derajat pembuahan telur (FR), daya tetas telur (HR), kelangsungan hidup larva (SR), dan kualitas air. Hasil dari pengamatan menunjukan larutan nanas pada kosentrasi 0,5% dapat meningkatkan derajat pembuahan dan penetasan telur serta kelulushidupan larva. Hal ini dikarenakan hilangnya lapisan lendir (daya rekat) yang terdapat pada permukaan telur oleh enzim bromelin sehingga telur tidak menempel antara telur satu dengan telur lainnya serta tidak menutupi lubang mikrofil sebagai jalannya masuknya oksigen pada telur
EFEKTIVITAS PERENDAMAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia cattapa L) PADA PENYEMBUHAN IKAN JELAWAT (Labtobarbus hoevenii) YANG TERINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila Alfian .; Rachimi .; Eko Prasetio
Jurnal Borneo Akuatika Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v3i1.2698

Abstract

Salah satu jenis penyakit infeksi bakterial yang menyerang ikan-ikan budidaya air tawar adalah Motile Aeromond Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak perendaman daun ketapang (Terminalia cattapa L) dengan konsenterasi yang berbeda sebagai pengobatan ikan jelawat yang diinfeksi dengan bakteri Aeromonas hydrophila. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 5 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A (KN 0 g/l ekstrak daun ketapang), B (KP 0 g/l ekstrak daun ketapang), C (100 g/l ekstrak daun ketapang), D (200 g/l ekstrak daun ketapang) dan E (300 g/l ekstrak daun ketapang). Uji tantang dilakukan dengan menyuntikan suspensi bakteri Aeromonas hydrophila dengan dosis 108 sel/cfu sebanyak 0,1 ml secara intramuscular. Sedangkan variabel pengamatan meliputi patogenitas (gejala klinis), respon makan, pertambahan bobot, organ dalam dan kelangsungan hidup.  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gejala klinis ikan pasca infeksi diantaranya radang, nekrosis, hemoragi, tukak dan sembuh. Sedangkan perendaman yang mengandung ekstrak daun ketapang sebanyak 100, 200, dan 300 g/l dapat mengurangi tingkat mortalitas dibandingkan dengan kontrol positif. Pemberian ekstrak daun ketapang melalui perendaman memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan jelawat pasca infeksi. Dosis perendaman ekstrak daun ketapang 100 g/l menunjukkan hasil terbaik dan berbeda sangat nyata dengan dosis yang lain.
IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI VIRUS KHV (KOI HERVES VIRUS) PADA IKAN MAS (CPYRINUS CARPIO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) Syarif Aprianto; Rachimi .; Eko Prasetio
Jurnal Borneo Akuatika Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v2i1.1987

Abstract

Ikan mas(Cyprinus carpio) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan mas atau Ikan karper adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Pontianak sendiri ikan mas adalah jenis ikan budidaya keramba serta kolam, ikan ini digemari para pembudidaya karena selain mudah untuk pembesarannya, ikan mas tahan terhadap perubahan kualitas air yang sangat cepat. Virus merupakan HPIK ( Hama Penyakit Ikan Karantina) golongan satu (1) berdasarkan Kepmen karantina ikan no 26 tahun 2013. Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi KHV pada bagian insang ikan terjadi necrosis. Pemeriksaan virus dapat di identifikasi dengan beberapa cara diantaranya menggunakan metode PCR (Polymerase chain reaction. KHV yang juga dikenal sebagai Cyprinid herpesvirus-3 (CyHV-3) merupakan virus yang menginfeksi ikan mas dan ikan koi pada lingkungan budidaya maupun alam liar. Pada pemeriksaan dan identifikasi KHV yang dilakukan saat penelitian antara lain pemeriksan gejala klinis, pemeriksaan organ insang, identifikasi KHV, tingkat prevalensi, penyebaran serangan dan analisa kualitas air. Inilah rangkaian alur pemeriksaan virus KHV pada ikan mas yang dilakukan di SKIPM Kelas I Pontianak
PENAMBAHAN MADU DALAM PAKAN UNTUK PENINGKATANPERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) Riski Abdurrahman; Eko Prasetio; Tuti Puji Lestari
Jurnal Borneo Akuatika Vol 4, No 2 (2022): JURNAL BORNEO AKUATIKA
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v4i2.4823

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan suplemen madu pada pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan tengadak. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya adalah Perlakuan A (kontrol), Perlakuan B (350 ml/kg pakan), Perlakuan C (375 ml/kg pakan), dan  Perlakuan  D (400 ml/kg pakan) . Hasil penelitian penambahan suplemen madu pada pakan memberikan pengaruh yang nyata pada laju pertumbuhan berat spesifik dan pertumbuhan panjang spesifik dengan nilai terbaik (400 ml/kg pakan) menghasilkan nilai pertumbuhan berat spesifik sebesar 4,06 g dan pada pertumbuhan panjang spesifik terbaik terdapat pada perlakuan D (400 ml/kg pakan) dengan rata-rata sebesar 5,51 cm. Efesiensi pakan terbaik terdapat pada perlakuan D (400 ml/kg pakan) dengan rata-rata sebesar 50,65%, pada tingkat kelangsungan hidup semua perlakuan yaitu 100%. Hasil pengamatan Kualitas air selama pengamatan yaitu suhu (28-29oC), pH (7,6-7,8), DO (5,0-7,0 mg/l), dan amaoniak (0,3 mg/L).
PENGARUH EKSTRAK DAUN NIPAH (Nypa fruticans) TERHADAP HEMATOLOGI IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG DI INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophylla Eko Prasetio; Rachimi Rachimi; Musliah Sinuhaji
Jurnal Borneo Akuatika Vol 4, No 2 (2022): JURNAL BORNEO AKUATIKA
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v4i2.4869

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak daun nipah terhadap hematologi ikan mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan campuran ekstrak daun nipah yang digunakan adalah perlakuan A (KN), perlakuan B (KP), perlakuan C (10 gr ekstrak daun nipah), perlakuan D (15 gr ekstrak daun nipah), perlakuan E (20 gr ekstrak daun nipah). Bakteri yang digunakan adalan Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 108 cfu dengan dosis 0,1 ml per ekor ikan disuntik secara intramuscular. Berdasarkan pengamatan hematologi, penggunaan ekstrak daun nipah 15 gr/kg pakan memberikan hasil terbaik pada eritrosit, leukosit, hemoglobin, dan kelangsungan hidup ikan.
PENGARUH PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM4) PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) Sutrisno Sutrisno; Rachimi Rachimi; Eko Prasetio
Jurnal Borneo Akuatika Vol 4, No 1 (2022): Jurnal Borneo Akuatika
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jba.v4i1.3892

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar pemberian Effective microorganism  (EM4) untuk menghasilkan  pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan Gurami yang optimal. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Basah (Wet lab) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan konsentrasi EM4 antara lain adalah perlakuan A (kontrol), B  ( 4 Ml/Kg Pakan),  C  ( 6 Ml/Kg Pakan )   dan D  ( 8 Ml/Kg Pakan ). Parameter pengamatan yang dilakukan adalah laju pertumbuhan spesifik (SGR), Efiensi Pakan, kelangsungan hidup  (SR), dan kualitas air. Hasil dari pengamatan menunjukan penambahan  effective microorganism (EM4) pada Perlakuan D  ( 8 Ml/Kg Pakan ) dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame tertinggi. Hal ini dikarenakan EM4 adalah suatu produk yang mengandung mikroorganisme hidup dan non pathogen, yang apabila dicampurkan pada pakan dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi  pakan, dan kelangsungan hidup benih ikan gurame
PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BIAWAN (Helostoma teminchii) YANG DI INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila rika wati; eka indah raharjo; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 6, No 02 (2018): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.59 KB) | DOI: 10.29406/rya.v6i02.1010

Abstract

Infeksi bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu penyebab Motile Aeromonad Septicemia (MAS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap kelangsungan hidup ikan biawan (Helostoma teminchii) yang di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 5 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A (KN 0 g/l), B (KP 0g/l dan tanpa injeksi bakteri), C (0,2 g/l larutan temulawak), D (0,4 g/l larutan temulawak) dan E (0,6 g/l larutan temulawak). Ikan uji dilakukan perendaman selama 7 hari sebelum uji tantang dan di amati selama 14 hari setelah uji tantang. Uji tantang tantang dilakukan dengan menyuntikan suspensi bakteri Aeromonas hydrophila dengan dosis 108 sel/cfu sebanyak 0,1 ml secara intramuscular. Sedangkan variabel pengamatan meliputi patogenitas (gejala klinis), perubahan bobot, dan kelangsungan hidup.  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gejala klinis ikan pasca infeksi diantaranya radang, radang dan hemoragi, tukak, dan sembuh. Pemberian larutan temulawak melalui perendaman  memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan biawan pasca infeksi, yaitu  pada perlakuan (E) dengan dosis 0,6 g/l dengan nilai perubahan bobot 1,97 gram dan kelangsungan hidup 93,33 %.
KONDISI PERAIRAN DI SEKITAR KARAMBA JARING APUNG SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK BERDASARKAN BIOINDIKATOR PLANKTON Rachimi Rachimi; Eko Prasetio; Thanty Ratna Dewi
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 2 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.368 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i2.1472

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis plankton serta dapat mengetahui kondisi perairan di karamba jaring apung pada Sungai Kapuas berdasarkan bioindikator plankton. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan observasi secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Peneliti tidak melakukan kontrol dan rekayasa atau manipulasi variabel penelitian. Plankton yang ditemukan di perairan Sungai Kapuas terdiri atas 23 jenis plankton, yang terdiri dari 22 fitoplankton dan 1 zooplankton. Kelimpahan jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 12,244.898-36,054.422 ind/L. Keanekaragaman jenis plankton yang ditemukan berkisar antara 0,6822-0,3191.Nilai indeks keanekaragaman (H’) di Sungai Kapuas tergolong tidak stabil. Nilai Indeks Dominansi plankton berkisar antara 0,0159-0,1064, nilai indeks dominansi di karamba Sungai Kapuas tergolong rendah, hal ini menunjukan bahwa nilai dominansi tidak ada jenis yang mendominansi. Indeks Keseragaman (E) plankton yang ditemukan berkisar antara 0,2219-0,0804. Perairan Sungai Kapuas secara umum masih tergolong layak untuk kegiatan budidaya berdasarkan parameter plankton dengan dilihat dari parameter fisika dan kimia yang masih mendukung. Kata Kunci :Plankton, Karamba Jaring Apung, Sungai Kapuas
PENGARUH PEMBERIAN JENIS CACING YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS ( Channa Striata ) hendy .; eka indah raharjo; eko prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 1 (2019): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.786 KB) | DOI: 10.29406/jr.v7i1.1304

Abstract

Salah satu hasil dari perairan umum (rawa, sungai dan danau) yang tergolong ikan komersial dan digemari oleh masyarakat Kalimantan Barat adalah ikan Gabus (Channa striata Blkr). Penelitian ini bertujuan menentukan jenis pakan alami yang terbaik untuk pertumbuhan untuk benih ikan gabus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang empat kali. Pakan diberikan dengan dosis adlibitum frekuensi tiga kali sehari. Perlakuan A, Benih ikan gabus diberikan pakan cacing sutera, Perlakuan B : Benih ikan gabus diberikan pakan cacing tanah, Perlakuan C : Benih ikan gabus diberikan pakan cacing nipah, adapun variabel pengamatan adalah Laju pertumbuhan spesifik (SGR), Kelangsungan Hidup, Kualitas Air, perlakuan A memiliki nilai rata-rata panjang tertinggi sebesar2,244±0,234, dilanjutkan perlakuan B sebesar 2,100±0,240dan paling rendah perlakuan C sebesar 2,022±0,067. Kata kunci: perbedaan pakan, ikan gabus, pertumbuhan
PERBANDINGAN METODE PCR KONVENSIONAL DENGAN METODE PCR PORTABLE KIT UNTUK DETEKSI WSSV PADA UDANG VANNAMEI Rr. Rara Amaliah Fitri; Farida .; Eko Prasetio
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 1 (2021): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.422 KB) | DOI: 10.29406/jr.v9i1.2615

Abstract

Udang vannamei merupakan komoditi yang mendominasi pertambakan dipesisir wilayah Kalimantan Barat. Usaha budidaya tersebut tumbuh pesat dengan resiko penyebaran penyakit yang juga tinggi. Serangan penyakit yang paling umum dan sering ditemukan pada budidaya udang vannamei adalah WSSV ( White spot Syndrome Virus). Identifikasi penyakit virus WSSV di SKIPM Pontianak dilakukan dengan dua metode yang berbeda yaitu metode PCR Konvensional dan Portable Kit PCR. Metode PCR konvensional merupakan salah satu alternatif untuk deteksi penyakit virus yang cukup akurat dan relatif lebih murah, jika dibandingkan dengan metode lain yang sedang berkembang saat ini seperti metode PCR Portable Kit yang proses deteksi lebih singkat karena tidak memerlukan tahap elektroforesis. Melihat dari kelebihan dan kekurangan masing- masing metode tersebut, sehingga menimbulkan alasan untuk mengetahui lebih lanjut tentang presisi dan akurasi sensitivitas dari kedua metode tersebut dalam mendeteksi infeksi virus WSSV pada udang vannamei. Pengamatan dilakukan pada variabel plasmid kontrol (+) masing – masing kit uji, plasmid DNA sampel dan plasmid DNA virus WSSV dengan indikator hasil pemeriksaan positif, negatif, terdeteksi maupun tidak terdeteksi. Setiap hasil pemeriksaan variabel pengamatan akan diberi nilai pembobotan tertentu, untuk mengetahui presisi dan akurasi sensitivitas dari kedua metode PCR dalam mendeteksi infeksi virus WSSV pada udang vannamei.