Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PENAMBAHAN CUKA KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii Blume), CUKA KAYU GALAM (Melaleuca cajuputi), DAN CUKA KAYU KARET (Hevea brasiliensis) DALAM BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP KECEPATAN PENGGUMPALAN LATEKS Baharudin Nur Efendi; Siti Hamidah; Badaruddin Badaruddin
Jurnal Sylva Scienteae Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Sylva Scienteae Vol 1 No 2, Edisi Oktober 2018
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.482 KB) | DOI: 10.20527/jss.v1i2.483

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahan alternatif penggumpal lateks alami yang terbuat dari cuka kayu manis, cuka kayu galam dan cuka kayu karet serta kemampuan masing-masing bahan dalam menggumpalkan lateks. Lateks adaalah cairan berwarna putih menyerupai susu yang keluar dari tanaman yang dilukai yang keluar dari pohon karet. Lateks dapat diolah menjadi karet karena memiliki sifat yang baik serta memiliki kandungan berupa hidrokarbon poli isopropena yang menjadi komponen utama karet. Pada penelitian ini penggumpalan lateks menggunakan bahan cuka kayu. Cuka kayu merupakan cairan organik yang berasal dari asap pembakaran atau karbonisasi kayu serta memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai penggumpal getah karet, menggantikan penggumpal kimia atau asam semut yang menimbulkan bau busuk dan mengganggu kesehatan. Prosedur penelitian ini dimulai dengan memasukkan lateks kedalam gelas plastik sebanyak 180 ml pada setiap masing-masing gelas, kemudian setiap gelas dicampur bahan bahan penggumpal berupa cuka kayu manis,cuka kayu galam dan cuka kayu karet dengan tingkat konsentrasi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% sebanyak 18 ml. Parameter penelitian yaitu kecepatan penggumpalan lateks dan pengamatan sifat fisik berupa warna dan bau setelah penggumpalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cuka kayu karet dengan konsentrasi 80% dapat menggumpalkan lateks paling cepat dengan waktu selama 7 menit 30 detik. Sedangkan untuk warna dan bau lateks setelah penggumpalan masing-masing cuka kayu memiliki karakteristik perubahan bau dan warna yang berbeda, dimana pada hari pertama semua sampel lateks menghasilkan warna yang putih dan berbau seperti asap cair. Perubahan warna dan bau yang mencolok terlihat pada pengamatan hari ke 4 pengamatan dengan warna yang sudah mulai menghitam dan bau busuk yang menyengat pada lateks.
Aplikasi E-Commerce Berbasis Produk Lahan Gambut Bagi Kelompok Tani Hutan Masyarakat Peduli Gambut Sukamaju, Banjarbaru Badaruddin Ibad hamdie; Setia Budi Peran; Rahmiyati Rahmiyati
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i1.4840

Abstract

Masyarakattyanggterdampakkcovidd19 salah satunya adalah para petani hutan gambut di Indonesia, hal ini disebabkan rendahnya daya beli masyarakat, dan lemahnya akses masyarakat dalam pemasaran dan jaringan kerja, sehingga diperlukan solusi untuk meningkatkan pendapatan petani. Solusi yang ditawarkan tim pengusul Program Kemitraan Masyarakat adalah : 1) Transfer ipteks melalui ceramah, diskusi, pembimbingan, demonstrasi dan pelatihan mengenai teknologi photografi produk lahan gambut, pembuatan web design dan e commerce produk lahan gambut, dan pembuatan MoU/SPKs Kemitraan Usaha, dan 2) memberikan pelatihan tentang manajemen/pemasaran produk berbasis digital guna mendukung less contact economy. Metode dan Tahapan dalam Penerapan Teknologi Kepada UKM/UKMK dilakukan melalui: 1) Penyuluhan dan diskusi, Informasi dan materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan, dengan hasil bahwa 1) pelatihan photografi produk berbasis lahan gambut, pembuatan MoU/SPks kemitraan usaha dalam rangka pemasaran, 2) Pelatihan Pembuatan Web dan 3) Pendampingan kepada mitra. Peningkatan hasil Pemasaran Hasil Bukan Kayu di Kelompok Tani Peduli Gambut Sukamaju melalui Aplikasi E-Commerce merupakan salah satu cara alternatif untuk meningkatkan harga jual dan pemasaran yang lebih menguntungkan petani. Pelaksanaan kegiatan ini dari persiapan, penyuluhan dan pelatihan berjalan lancar dan berhasil dengan baik. terutama jika dilihat dari parameter keseriusan petani untuk menjalankan aflikasi ini. Kata kunci: produk, Gambut, e-commerce, pemasara
Permasalahan Pengelolaan Persampahan di Kota Tarakan Ridwan Mulyawan; Rizqi Puteri Mahyudin; Badaruddin Badaruddin; Ahmadi Ahmadi
Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 2 (2019): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.431 KB)

Abstract

Various programs are implemented in the context of waste management in Tarakan City. The programs that have been implemented are Tabungan Lingkungan (Taling), Gerakan Pungut Sampah (GPS) and Sampah Semesta (Semua Mesti Terlibat). The program does not provide optimal impact based on the amount of waste generation that continues to increase. Waste ge-neration in 2011 amounted to 98.7 tons/day and in 2018 it increased 79.05% to 176.73 tons/day with the level of solid waste service reaching 68%. This study aims to determine the main pro-blems in waste management in Tarakan City. This type of research is descriptive research. The respondents were five people from five different agencies. Data collection techniques in the form of interviews to find out waste management problems. The qualitative data from the interviews are then converted into quantitative data so that hierarchical analysis can be done. Analysis of the data using the Analytic Hierarchy Process (AHP) method with Software Expert Choice 11. The main problem is obtained from the multiplication of indicator scores with priority aspect values. The results of the analysis show the main problem of solid waste management is the lack of a solid waste management budget (0.133); lack of garbage transport equipment (0,130); habit of residents in littering (0.118); sanctions in regulations are not implemented (0.114); and sanctions have less deterrent effect (0.107). The main problem of waste management in Tara-kan City is related to lack of solid waste management budget.
PENGAYAAN VEGETASI PENUTUPAN LAHAN UNTUK PENGENDALIAN TINGKAT KEKRITISAN DAS SATUI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Syarifuddin Kadir; Badaruddin Badaruddin
Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 2 (2015): Jurnal Hutan Tropis Volume 3 Nomer 2 Edisi Juli 2015
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2920.745 KB) | DOI: 10.20527/jht.v3i2.1519

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi vegetasi penutupan lahan dan tingkat kekritisan lahan di DAS Satui Provinsi Kalimantan Selatan. Penentuan tingkat kekritisan lahan dan kondisi vegetasi pentupan  lahan  serta  arahan  pengendaliannya  dilakukan  melalui  metode  pendekatan  secara  spasial terhadap kondisi tutupan lahan dengan memanfaatkan sistem informasi Geografis. Hasil kajian diperoleh bahwa: 1) kondisi eksisting: a) vegetasi tutupan hutan seluas 49.703,37 ha (32 %), tutupan vegetasi non hutan 83.694,61 ha (54 %); b) lahan tidak bervegetasi 20.123,65 ha (13 %). Lahan dengan kriteria kritis (kritis dan sangat kritis) seluas 34.435,67 ha (22,43 %). 2) Arahan penurunan tingkat kekritisan lahan; a) pengayaan tutupan vegetasi hutan menjadi seluas 66.975,57 ha (44 %), sedangkan lahan terbuka, semak belukar dan pertambangan  berkurang  seluas  17.782,99  ha  (12  %);  b)  berdasarkan  pengayaan  vegetasi  menurunkan tingkat kekritisan lahan menjadi lahan kritis 1.536,82 ha (1,01%); c) pengayaan tutupan vegetasi hutan dan penurunan tingkat kekritisan lahan dapat meningkatkan fungsi DAS Satui sebagai pengatur tata air untuk mengendalikan kerawanan banjir dan menigkatkan produktivitas lahan untuk kesejahteraan masyarakat.Kata Kunci: Lahan kritis, vegetasi tutupan lahan, DAS
PERSEPSI MASYARAKAT DESA HUTAN LAHAN BASAH TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI CAGAR ALAM MENJADI TAMAN WISATA ALAM Setia Budi Peran; Zainal Abidin; Badaruddin Badaruddin
Jurnal Hutan Tropis Vol 9, No 3 (2021): JURNAL HUTAN TROPIS VOLUME 9 NOMER 3 EDISI NOVEMBER 2021
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.385 KB) | DOI: 10.20527/jht.v9i3.12334

Abstract

This research aims to analyze the public perceptions to the function change the nature preserve of Pulau Burung becomes the nature tourist park in the Pulau Burung Forest Village. The analysis used in this research is by using a Likert Scale analysis. The research location is housed in the Pulau Burung Village of District Tanah Bumbu. This study uses primary data obtained directly through a questionnaire to the villagers of the District Pulau Burung. Secondary data obtained through the government in the village. The sampling using simple random sampling method, where all members have the same population was selected as a representative sample of the population. To determine the public perception then used the likert scale analysis. The results showed that a high perception of the function change of nature preserve become nature tourist park and it’s management in the Forest Village District of Pulau Burung, seen from three indicators of responses/opinions, knowledge, and attitudes
PENGENDALIAN BANJIR BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN DI SUB DAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Syarifuddin Kadir; Karta Sirang; Badaruddin Badaruddin
Jurnal Hutan Tropis Vol 4, No 3 (2016): Jurnal Hutan Tropis Volume 4 Nomer 3 Edisi November 2016
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v4i3.3619

Abstract

Land use conducted in accordance with its ability to protected areas or farm area in a watershed will provide benefits for the benefit of the water system and the welfare of society. Land use do not match the capabilities and purposes may increase the risk of floods. Balitbangda South Kalimantan (2010) states that the period from 2007 to 2010, flood in Banjar regency as many as 10 districts and 65 villages. The purpose of this research is to know the land ability class become the reference for determining the direction of the use and the utilization of the land, While the expected benefits to be a reference for flood control measures for the short and long term. The determination of land capability class is done through spatial approach method by utilizing Geographic information system. The study results obtained: 1) domination of the land capability class parameters:  a) slope, > 65% area of 31.46%; b) drainage, either 94.2%; c) The volume of surface rocks, lots of 36.5%; d) the erosion was 49.7%; e) the soil depth in 66.6%; f) soil texture, subtle bit; sandy clay, clay 57.95%. 2) land capability class sub-watershed Riam Kiwa sub watershed Martapura III to VIII. 3) Flood control optimally through forest rehabilitation based on land capability class in the sub watershed Martapura.Banjir merupakan suatu kondisi aliran air sungai pada suatu DAS yang tingginya melebihi muka air sungai normal, sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi kiri kanan sungai. Penggunaan lahanyang dilaksanakan sesuai dengan kemampuannya pada kawasan lindung dan atau kawasan budidaya pertanian pada suatu DAS akan memberikankeuntungan untuk kepentingan tata air  dan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan lahan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan dan peruntukannya dapat meningkatkan risiko bencana banjir. Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan (2010) menyatakan bahwa periode 2007-2010 terjadi bencana banjir di Kabupaten Banjar sebanyak 10 kecamatan dan 65 desa. Tujuan penelitian ini  mengetahui kelas kemampuan lahan menjadi acuan penentuan arahan penggunaan lahan, sedangkan manfaat yang diharapkan agar dapat menjadi acuan pengendalian kerawanan banjir untuk jangka pendek dan jangka panjang.  Penentuan kelas kemampuan lahan dilakukan melalui metode pendekatan secara spasial dengan memanfaatkan sistem informasi Geografis. Hasil kajian diperoleh : 1) dominasi parameter kelas kemampuan lahan: a) kelerengan, > 65 % seluas 31,46 %; b) drainase, baik 94,2%; c) Volume Batuan Permukaan, banyak 36,5%; d) erosi sedang 49,7%; e) kedalaman tanah dalam 66,6%; f) tekstur tanah, Agak halus; liat berpasir, lempung 57,95%. 2) kelas kemampuan lahan sub-sub DAS Riam Kiwa sub DAS Martapura III sampai IV dan VI sampai VIII. 3)Pengendalian banjir secara optimal melalui rehabilitasi hutan dan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan di sub DAS Martapura Kabupaten Banjar.
POTENSI PRODUKSI GETAH IPU (Antiaris toxicaria, Lesch.) DENGAN DUA METODE SADAP Ahmad Mujaffar; Zainal Abidin; Kissinger Kissinger; Badaruddin Badaruddin; Muhammad Damiri
Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 3 (2019): Jurnal Hutan Tropis Volume 7 No 3 Edisi November 2019
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v7i3.7514

Abstract

Pengelolaan hutan yang hanya bertumpu pada kayu sebagai produk akhir dari segi usaha merupakan investasi yang kurang menarik dan tidak kompetitif jika dibandingkan dengan usaha lainnya, karena memerlukan waktu panen yang relatif lama. Pengelolaan hutan menuntut jenis tertentu yang dapat memberikan hasil antara sebelum panen kayu, diharapkan dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi usaha di bidang kehutanan dan dengan sendirinya dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar hutan. Getah suatu jenis pohon tertentu dapat dijadikan hasil antara yang dapat diatur dan diproduksi secara kontinyu tanpa merusak hasil akhir berupa kayu, bahkan sangat memungkinkan dikembangkan hingga memiliki nilai yang lebih besar dari produk akhir berupa kayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi produksi sadap getah A.toxicaria di hutan alam dengan dua metode penyadapan, yaitu: sistem sadap alur dan sistem sadap tradisional. Penyadapan dengan sistem sadap alur pada tiap pohon dilakukan dengan 3 kali ulangan dan interval waktu sadap satu hari. Hasil penelitian produksi sadap getah A.toxicaria dengan sistem sadap alur adalah 10,8 gram/pohon/hari, sedangkan produksi sadap dengan sistem tradisional adalah 181,8 gram/pohon/hari. Produksi sadap getah A.toxicaria cukup memadai dan berpotensi untuk dikembangkan, sebanding dengan produksi sadap jenis-jenis pohon penghasil getah lainnya.
ANALISIS LAJU INFILTRASI PADA TEGAKAN PINUS, MAHONI, AKASIA DAN MERSAWA DI KOTA BANJARBARU Mujari Rahman; Syarifuddin Kadir; Badaruddin Badaruddin
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 4 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 4 Edisi Agustus 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i4.6143

Abstract

Knowing the rate of infiltration in the stands of Pinus, Mahogany, Acacia and Mersawa in Banjarbaru City, Analyzing the magnitude of infiltration capacity in the stands of Pinus, Mahogany, Acacia and Mersawa.In this study there is data retrieval and data collection, in the collection of infiltration data conducted under the stands of Pinus, Mahogany, Acacia, and Mersawa in Banjarbaru.Measurement of infiltration rate is performed 3 times on each stand Pinus, Mahogany, Acacia and Mersawa.In data collection there are two methods, namely primary data and secondary data, primary data is done directly in the field using an infiltrometer tool placed on a predetermined sample location.The required secondary data is supporting data such as location maps.In this study, the largest average infiltration rate was found in acacia stands with a value of 3.67 mm/h and the lowest at mersawa stands with a value of 1.50 mm/h.While the average capacity and volume of infiltration is the largest in acacia stands with an average capacity value of 3,589 mm /h and a volume of 1,519 mm3, while the lowest infiltration capacity and volume is in the pine stand with a value of 1,570 mm / h and the lowest volume of 0.800 mm3.Mengetahui laju infiltrasi pada tegakan Pinus, Mahoni, Akasia dan Mersawa di Kota Banjarbaru, Menganalisis besarnya kapasitas infiltrasi pada tegakan Pinus, Mahoni, Akasia dan Mersawa. Penelitian ini terdapat pengambilan data dan pengumpulan data, pada pengambilan data infiltrasi dilakukan dibawah tegakan Pinus, Mahoni, Akasia, dan Mersawa di Banjarbaru. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dalam 3 kali ulangan pada setiap tegakan  Pinus, Mahoni, Akasia dan Mersawa. Dalam pengumpulan data terdapat dua metode yaitu data primer dan data skunder, data primer dilakukan langsung dilapangan dengan menggunakan alat infiltrometer yang diletakan pada lokasi sampel yang sudah ditentukan. Data skunder yang diperlukan ialah data penunjang seperti peta lokasi. Dalam penelitian ini rata-rata laju infiltrasi terbesar terdapat pada tegakan akasia dengan nilai 3,67 mm/jam dan yang terendah pada tegakan mersawa dengan nilai 1,50 mm/jam. Sedangkan rata-rata kapasitas dan volume infiltrasi terbesar  pada tegakan akasia dengan nilai rata-rata kapasitas 3,589  mm/jam dan volume 1,519 mm3, sedangkan kapasitas dan volume infiltrasi terendah ada pada tegakan pinus dengan nilai 1,570 mm/jam dan volume terendah 0,800 mm3.
ANALISIS DEBIT AIR DI DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Noraito Gultom; Badaruddin Badaruddin; Syarifuddin Kadir
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 5 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 5 Edisi Oktober 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i5.6693

Abstract

Water discharge is the rate of water flow in a river channel in a certain volume per unit time. This study aims to analyze water discharge and water level, analyze the relationship between water discharge and water level in the Barabai catchment area, Hulu Sungai Tengah Regency. Measurement of water discharge is done using the float method. The resulst obtained at the first point mean that the water discharge is 17.31 m3/second with an average water level of 1 m. At the second point the average water discharge is 15.43 m3/second  with an average water level of 0.98 m. At the third point the average water discharge is 16.61 m3/second with an average water level of 0.46 m. The relationship between water discharge and water level at the first point is 0.9835, the second point is 0.9969, and at the third point is 0.9948, which means that the three have a very strong correlationDebit air merupakan laju aliran air pada saluran sungai dalam volume persatuan waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis debit air dan tinggi muka air, menganalisis hubungan antara debit air dan tinggi muka air di DTA Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Pengukuran debit air dilakukan dengan menggunakan metode pelampung. Hasil yang diperoleh pada titik pertama rata-rata debit air 17,31 m3/detik dengan tingi muka air rata-rata 1 m. Pada titik kedua rata-rata debit air 15,43 m3/detik dengan tinggi muka air rata-rata 0,98 m. Pada titik ketiga rata-rata debit air 16,61 m3/detik dengan tinggi muka air rata-rata 0,46 m. Hubungan debit air dengan tinggi muka air pada titik pertama adalah 0,9835, titik kedua adalah 0,9969, dan pada titik ketiga adalah 0,9948 yang berarti ketiganya memiliki korelasi yang sangat kuat.
ANALISIS PENYEBAB BANJIR DI KECAMATAN CEMPAKA KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Nina Wahyuningsih; Muhammad Ruslan; Badaruddin Badaruddin
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 6 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 6 Edisi Desember 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i6.7138

Abstract

Floods in Banjarbaru City specifically those that occur in residential regions reason problems for the community. The reason of this take a look at is to analyze the causes consequence and prevention of flooding at the community in Cempaka District. The studies become conducted by qualitative and quantitative analysis with primary and secondary information sets. Primary records consists of literature study in the shape of literature, books and written resources owned through relevant companies and secondary facts series the usage of observation sheets, interviews and documentation. The consequences showed that the effect of loss of land cover inside the form of plants changed into one of the elements inflicting flooding, some people said that the largest issue become high rainfall. The effects of flooding inside the Cempaka place have precipitated quite a few harm to the community without delay and circuitously, in particular bodily, socially and economically. The countermeasures that can be executed are vegetative efforts, physical engineering efforts and policy effortsBanjir di Kota Banjarbaru khususnya yang terjadi di kawasan pemukiman menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis penyebab, pengaruh dan penanggulangan terjadinya banjir terhadap masyarakat di Kecamatan Cempaka. Penelitian dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif dengan himpunan data primer dan sekunder. Data primer meliputi studi kepustakaan berupa literature, buku serta sumber tertulis yang dimiliki oleh instansi terkait dan pengumpulan data sekunder menggunakan lembar observasi, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kurangnya tutupan lahan berupa vegetasi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir, sebagian masyarakat menyatakan faktor terbesar adalah tingginya curah hujan. Pengaruh banjir di kawasan Cempaka banyak merugikan masyarakat secara langsung dan tidak langsung terutama secara fisik, sosial dan ekonomi. Adapun upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu upaya vegetatif, upaya teknik fisik dan upaya kebijakan