Claim Missing Document
Check
Articles

PEMODELAN GEOID LOKAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Studi Kasus: Universitas Diponegoro Semarang Galih Rakapuri; Bambang Sudarsono; Bambang Darmo Yuwono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1093.55 KB)

Abstract

ABSTRAKGeoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya.Lebih jauh geoid di definisikan sebagai bidang equipotensial gayaberat atau bidang nivo yang berimpit dengan permukaan laut rata – rata dan tidak terganggu (Kahar, S. 2007).Di dalam geodesi geoid bereferensi terhadap ellipsoid karena ellipsoid merupakan model matematis pendekatan bumi.Jarak antara permukaan ellipsoid dengan geoid dinamakan undulasi geoid.Di dalam geodesi besaran tinggi adalah salah satu unsur posisi yang sangat penting.Dalam penelitian ini metodologi yag digunakan adalah pengukuran gravimeter yang hasilnya diolah di software gravsoft sehingga menghasilkan pola undulasi gravimetrik. Dibandingkan dengan metodologi pengukuran sipat datar dan GPS geodetik sehingga menghasilkan tinggi H elevasi (ortometrik) dan tinggi h ellipsoid, hasil dari pengukuran digabungkan untuk menghasilkan pola undulasi geometrik .Berdasarkan hasil penelitian ini, nilai undulasi geoid didalam Universitas Diponegoro Tembalang Semarang yang dihasilkan dari metode gravimetrik menggunakan model gayaberat terukur berada pada rentang nilai terendah  26,177 meter berada di titik GD 35 hingga rentang nilai tertinggi 26,1960meter berada di titik GD 23 dan GD 22. Sedangkan untuk  nilai undulasi geoid local di wilayah Universitas Diponegoro Tembalang Semarang yang dihasilkan dari metode geometrik berada pada rentang nilai 26,658 meter di GD 35 hingga 26,737 meter di GD 05.Hasil geoid lokal Diponegoro Tembalang Semarang belum bisa di jadikan acuan tinggi untuk pengukuran praktis, kaerna nilai hasil pengukuran belum teliti.Kata Kunci :  Geoid, Geometrik, Gravimetrik, Undulasi ABSTRACTGeoid is called as an earth model which approach to the real earth surface. Furthermore, geoid is an gravity equipotential field or nivo field which coincide to the mean sea level and not disturb field (?) Geoid is referenced to ellipsoid because ellipsoid is mathematical model of earth approach. The distant between ellipsoid surface and geoid is called geoid undulation. Height element is one of important position elements in geodesy science.This research used gravimeter measurement method which its results was analyzed using gravsoft software so that producing the gravimetric undulation patterns. It then compared to leveling and GPS Geodetic method in order to get the result as H-elevation (orthometrik) and h-elevation (ellipsoid). The results of measuring was then combined to get geometric undulation patterns.By this research, it was finally known that geoid undulation value in Diponegoro University, Semarang which was gotten from gravimetric method used measured-gravity model has the lowest value of 26,177 in GD 35 and the highest value of 26,196 in GD 23 and GD 22. Besides, local geoid undulation value in Diponegoro University, Tembalang which was gotten from geometric method was in range of 26,658 – 26,737 in GD 35 and GD 05, respectively. Local geoid result in Diponegoro Semarang can’t be used as reference for height practical measurement model because it is still not accurate.Keywords : Geoid, Geometrik, Gravimetry, Undulation  *) Penulis, PenanggungJawab
ANALISIS FAKTOR AKSESIBILITAS TERHADAP ZONA NILAI TANAH DI KAWASAN PUSAT KOTA UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (Studi Kasus : Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal) Putri Ardianti Kinasih; Sawitri Subiyanto; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.94 KB)

Abstract

Kecamatan Kendal merupakan ibu kota Kabupaten Kendal dengan kegiatan pembangunan wilayah yang cukup pesat, sehingga mendorong kebutuhan tanah meningkat dan menyebabkan lonjakan harga tanah. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah faktor aksesibilitas. Berdasarkan Perda Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2011 tentang aturan penarikan pajak daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan  (PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pendapatan dari sektor pajak yang sangat potensial. Oleh karena itu perlu dianalisis penilaian tanah dengan pembentukan peta ZNT sebagai acuan penarikan pajak daerah sehingga dapat meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Dalam penelitian dibentuk peta ZNT  berdasarkan nilai tanah dengan penilaian massal menggunakan pendekatan perbandingan penjualan (sales comparative). Data yang digunakan berupa data Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) serta data harga tanah. Data harga tanah diolah untuk memperoleh NIR yang kemudian dibandingkan dengan nilai tanah berdasarkan NJOP. Untuk analisis pengaruh faktor aksesibilitas dilakukan pengujian statistik antara harga pasar tanah dan variabel-variabel bebas yang ditentukan. Hasil penelitian menunjukan 67 Zona Nilai Tanah dengan data NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) tanah dengan nilai terendah sebesar Rp 20.000 per m2 dan nilai tertinggi sebesar Rp 916.000 per m2. Sedangkan NIR dengan nilai terendah sebesar Rp 81.000 per m2 dan nilai tertinggi sebesar Rp 3.864.000 per m2. Hasil penelitian mengenai faktor aksesibilitas yang paling berpengaruh adalah lebar jalan, sedangkan hasil dari pengujian statistik didapatkan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat sebesar 49,3%. Untuk analisis potensi peningkatan pendapatan rata-rata PAD (Pendapatan Asli Daerah) berdasarkan perbandingan antara NIR dan NJOP adalah 511,84%.
ANALISIS PENGARUH TINGKAT BAHAYA EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BENGAWAN SOLO TERHADAP TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR Aziz Anjar Santoso; Bambang Sudarsono; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.561 KB)

Abstract

ABSTRAK Waduk Gajah Mungkur yang terletak di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah adalah waduk serbaguna dengan wilayah seluas kurang lebih 8.800 ha ini dapat mengairi sawah seluas 23.600 ha di Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Jumlah sedimentasi yang meningkat dengan pesat mengakibatkan degradasi kualitas air Waduk Gajah Mungkur. Sedimentasi yang tinggi dapat ditunjukkan dari tingginya nilai Total Suspended Solid (TSS) di perairannya. TSS adalah material padatan, termasuk bahan organik dan anorganik yang tersuspensi di daerah perairan.  Dinamika TSS yang ada di perairan Waduk Gajah Mungkur tak lepas dari dinamika erosi tanah permukaan lahan di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS).Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) dapat diidentifikasi menggunakan perhitungan algoritma Total Suspended Solid (TSS) pada citra Satelit Landsat 8 tahun 2013, 2015, dan 2017 yang kemudian dibandingkan dengan kadar TSS di lapangan. Tingkat bahaya erosi diidentifikasi menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE).Bedasarkan hasil kajian kelas tingkat bahaya erosi pada DAS Bengawan Solo yang mengalir ke Waduk Gajah Mungkur kelas tingkat bahaya erosi yang memiliki luas paling besar adalah kelas 180-480 ton/ha/tahun dengan luas pada tahun 2013 sebesar 68.473,549 ha dan 2015 sebesar 65.055,459 ha. Algoritma yang paling cocok di perairan Waduk Gajah Mungkur adalah algoritma Syarif Budhiman dengan koefisien regresi 92%. Persamaan regresi Syarif Budhiman dengan TSS insitu adalah Y=0,4711x+45.266. Konsentrasi di perairan Waduk Gajah Mungkur dalam rentang waktu tahun 2013-2017 mengalami peningkatan.Tingkat bahaya erosi di DAS Bengawan Solo pada perairan Waduk Gajah Mungkur mempengaruhi pola persebaran dan perubahan nilai TSS-nya. Sub DAS yang perubahan erosinya memiliki pengaruh terhadap perubahan TSS yaitu Sub DAS Keduang dan Alang.
KAJIAN PEMETAAN KERENTANAN BENCANA GUNUNG SLAMET Fajri Ramadhan; Arief Laila Nugraha; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1257.199 KB)

Abstract

ABSTRAKErupsi gunung api dapat menghasilkan sejumlah bencana, seperti aliran lava, jatuhnya piroklastik, awan panas, serta kejadian erupsi gunung api yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena itu mitigasi bencana diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak dari bencana erupsi gunung api. Salah satunya adalah dengan melakukan kajian terhadap bencana letusan gunung api. Kajian yang dilakukan adalah kajian terhadap prediksi aliran lava dan kajian terhadap kerentanan di wilayah Gunung Slamet.Prediksi aliran lava dibuat dengan menggunakan data DEM. Klasifikasi tutupan lahan dibuat dengan menggunakan citra Sentinel 2-A. Hasil dari prediksi aliran lava dan klasifikasi tutupan lahan dilakukan proses overlay untuk mendapatkan area lahan yang terkena akibat prediksi aliran lava. Kerentanan yang digunakan adalah kerentanan fisik. Aturan yang digunakan untuk skoring dan pembobotan berdasarkan Perka BNPB Nomor 12 tahun 2012.Prediksi aliran lava dibuat dengan menggunakan processing toolbox TauDEM (Terrain Analysis Using Digital Elevation Model) pada software QGIS. Area yang paling luas terkena dampak aliran lava adalah hutan dengan rincian berdasarkan masing-masing aliran, aliran lava 25 meter terkena seluas 501,91 hektar dengan persentase 62,10 %, aliran lava 50 meter terkena seluas 483,92 hektar dengan persentase 64,42 %, aliran lava 75 meter terkena seluas 465,93 hektar dengan persentase 66,51 %. Dari hasil analisis tingkat kerentanan fisik maka dihasilkan tiga tingkat kerentanan. Kerentanan tinggi sebesar 817,34 hektar dengan persentase 4,06 %, kerentanan sedang sebesar 7,44 hektar dengan persentase 0,04 %, kerentanan rendah sebesar 19.281,41 hektar dengan persentase 95,90 %.
ANALISIS PENURUNAN MUKA TANAH (LAND SUBSIDENCE) KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-1 BERDASARKAN METODE DINSAR PADA PERANGKAT LUNAK SNAP Lukman Jundi Fakhri Islam; Yudo Prasetyo; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1077.884 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan kota yang pesat. Namun, jika ditinjau dari kondisi geologinya, Kota Semarang merupakan wilayah yang terbentuk dari endapan aluvial yang masih tergolong muda yang mana masih memungkinkan terjadinya kompaksi yang dapat menyebabkan fenomena penurunan muka tanah. Selain itu, pengambilan air tanah juga berkontribusi dalam proses penurunan muka tanah di Kota Semarang. Untuk mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan, maka diperlukan pemantauan terhadap fenomena tersebut sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana. Salah satu metode pemantauannya adalah dengan memanfaatkan citra satelit Synthetic Aperture Radar (SAR) yang digunakan dalam penelitian ini.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan muka tanah di Kota Semarang dengan metode DInSAR. Metode ini dipilih dikarenakan memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap kawasan yang luas dengan waktu yang cepat. Data yang digunakan adalah 3 citra satelit Sentinel-1a level 1 yang diakuisisi pada tahun 2015-2016. Metode DInSAR yang digunakan adalah two-pass interferometry dengan Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 30 m sebagai referensi untuk topografi. Proses DInSAR ini diproses dengan menggunakan perangkat lunak sumber terbuka SNAP.Dari penelitian ini diperoleh nilai penurunan tanah rata-rata Kota Semarang sebesar 4,37±4 cm/tahun. Wilayah yang mengalami penurunan rata-rata tertinggi berada di Kecamatan Genuk, Pedurungan dan Semarang Utara dengan nilai masing-masing sebesar 10,35±1,02 cm/tahun, 8,31±2,36 cm/tahun dan 8,23±1,58 cm/tahun. Untuk mengetahui ketelitian hasil DInSAR, dilakukan validasi yang diukur menggunakan GPS yang kemudian diperoleh standar deviasi sebesar 1,9 cm. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh adanya korelasi antara penurunan muka tanah dengan perluasan area banjir rob dan susunan stratigrafinya. Korelasi dengan banjir rob tersebut ditunjukkan oleh adanya perluasan area banjir rob pada wilayah yang mengalami penurunan tertinggi di Kota Semarang. Adapun korelasi terhadap susunan stratigrafi terlihat jelas pada wilayah yang terbentuk dari aluvial, dimana pola  penurunan yang terjadi cenderung mengikuti pola aluvial dengan nilai penurunan yang lebih besar dari daerah dengan susunan stratigrafi lainya.Kata Kunci : DInSAR, Kota Semarang, Penurunan Muka Tanah, Sentinel-1, SNAP ABSTRACTSemarang city is the capital of Central Java province that is experiencing growth and rapid urban growth. However, based on its geological condition, Semarang City is formed by young alluvial deposits in which still allows the compaction that can cause land subsidence. In addition, groundwater extraction also contributed in the process of land subsidence in the Semarang City. To minimize its damage, land subsidence monitoring is required as a part of natural disaster mitigation. One of methods to monitoring land subsidence is by utilize Synthetic Aperture Radar (SAR) satellite image which is used in this research.The purpose of this research is to estimate the land subsidence in Semarang city using DInSAR method. This method is selected because of the ability to assess a wide area in a short time. The data used is 3 images Sentinel-1a level 1 which acquired between years 2015-2016. DInSAR method using two-pass interferometry with the Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 30 m as a reference to the topography. DInSAR is processed using SNAP open-source software.From this study, the average value of subsidence of Semarang City is 4,37±4 cm/year. The highest average subsidence is located in Sub-district Genuk, Pedurungan and North Semarang which each subsidence value is 10,35±1,02 cm/year, 8,31±2,36 cm/year and 8,23±1,58 cm/year. To know the DInSAR result’s accuracy, GPS measurement is used to validate which resulted standard deviation of 1,9 cm. From the results of this study also found a correlation between subsidence with tidal inundation and stratigraphy composition. Correlation with the tidal inundation was shown by the expansion of tidal inundation in areas which experiencing the highest subsidence in Semarang City. The correlation of the stratigraphic composition is clearly visible on alluvial areas, where the pattern of subsidence that occurred tend to follow the alluvial pattern which has higher subsidence value than areas to the other stratigraphic composition.Keywords: DInSAR, Land Subsidence, Semarang City, Sentinel-1, SNAP
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE BERBASIS WEB (STUDI KASUS : KABUPATEN KUDUS) Ummi Athiyyah Yuniarti; Bambang Sudarsono; Arwan Putra Wijaya
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.746 KB)

Abstract

ABSTRAK Salah satu kasus penyakit yang cukup sering melanda wilayah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi persebaran penyakit dan membantu menganalisa kondisi suatu daerah terhadap penyakit untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk menangani penyakit. Keberadaan SIG diharapkan mampu memberikan gambaran tentang persebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Kudus.Untuk menghasilkan aplikasi Sistem Informasi Geografis berbasis web ini dibutuhkan data kasus Demam Berdarah Dengue Kabupaten Kudus pada tahun 2007 sampai 2008 dan peta Administrasi yang digunakan untuk persebaran penyakit Demam Berdarah Dengue Kabupaten Kudus. Sistem Informasi Geografis berbasis web ini dimulai dengan pengumpulan data, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan program menggunakan software  XAMPP untuk server lokal dan basis data MySQL dengan fitur phpMyAdmin di dalamnya, Dreamweaver CS4 untuk proses pembuatan kode program, integrasi basis data dengan Google Maps API.Hasil dari pemrograman diperoleh dari aplikasi persebaran kasus Demam Berdarah Dengue Kabupaten Kudus berbasis web yang dapat diakses pada situs http://kudus-gisdbd.com dengan menampilkan lokasi dan informasi yang cukup kompleks yang disajikan melalui peta Google Maps API.Kata Kunci: Persebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue, SIG Berbasis WebABSTRACTOne of the common diseases which often occur in the region in Indonesia is Dengue Hemorrhagic Fever. Geographic information system (GIS) is one of the tools which can be used to deliver information of disease distribution and to help analyze the area’s conditions to determine what actions must be taken to deal with the disease. The existence of the SIG is expected to represent the spread of Dengue Hemorrhagic Fever in Kudus Regency.To produce this web-based Geographic Information System application, the Dengue Hemorrhagic Fever cases data from 2007 until 2008 and the administration map used to represent the spread of Dengue Hemorrhagic Fever in Kudus Regency are needed. This Web-based Geographic Information System is started with the collection of data, followed by the development of software programs using XAMPP for a local server and MySQL database    with phpMyAdmin feature in it, Dreamweaver CS4 to the process of making the program code, database integration with the Google Maps API.The results of programming obtained from the Kudus Regency web based application of the spread of Dengue Hemorrhagic Fever cases which can be accessed on the site http://kudus-gisdbd.com by showing the location and fairly complex information which presented through maps Google Maps API. Keywords : Dengue Hemorrhagic Fever Spread Disease, Web-Based GIS
ANALISIS PENGARUH POLA PERUBAHAN LAHAN AKIBAT PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN TERHADAP ZONA NILAI TANAH DI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI (Studi Kasus : Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali) Rudi Cahyono Putro; Bambang Sudarsono; Sawitri Subiyanto
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.132 KB)

Abstract

ABSTRAKBoyolali merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki pusat pemerintahan yang terletak di Kecamatan Boyolali. Namun, pada tahun 2010 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Bupati Boyolali, Pusat Pemerintahan yang semula berada di Kecamatan Boyolali, dipindahkan ke Kecamatan Mojosongo. Pengaruh dari perpindahan tersebut adalah meningkatnya aktifitas masyarakat sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan. Dan akibat perubahan penggunaan lahan tersebut adalah perubahan nilai/harga tanah di Kecamatan Mojosongo, sehingga diperlukan penelitian mengenai perubahan penggunaan lahan untuk melakukan analisis perubahan nilai tanah.Penelitian ini menggunakan Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Boyolali tahun 2010 dan Peta Zona Nilai Tanah tahun 2008 dan 2013. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dengan menggunakan Peta Zona Awal data hasil transaksi dan penawaran survei lapangan. Langkah selanjutnya peta diolah dengan software ArcGIS versi BPN sehingga diperoleh Peta ZNT tahun 2008 dan 2013. Peta tersebut Kemudian dioverlay sehingga diperoleh perubahan nilai tanah untuk tahun 2007 dan 2013 . Pada tahap akhir dilakukan analisis perubahan lahan yang terjadi antara tahun  2008 dan 2013.Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh adalah terdapat 81 zona di Kecamatan Mojosongo, dimana perubahan lahan paling signifikan terjadi pada Zona 41 dari tegalan/pertanian menjadi bangunan .  Zona 41 adalah lokasi pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali yang baru. Kenaikan nilai terbesar pada Zona 41 sebesar Rp. 981.000,- yaitu perubahan tanah pertanian/tegalan menjadi Komplek Perkantoran di Kelurahan Kemiri. Sedangkan kenaikan terkecil pada zona 73, zona 76 dan zona 81 yang merupakan kawasan pemukiman yang terletak di Kelurahan Dlingo.Kata Kunci : Zona Nilai Tanah, Perubahan Lahan ABSTRACTBoyolali is one district in Central Java province which has a central government located in Boyolali. However, in 2010 according to the Medium Term Development Plan (RPJM) of Boyolali, Central Government which was originally located in Boyolali, was relocated to the Mojosongo sub district. The influence of the displacement is increasing activity of the society resulting in a change of land use. And impact of land use changes is changing the value / price of the land in the Mojosongo sub district, so that the necessary research on land use change to analyze changes in the value of land.This study uses the Land Use Maps of Boyolali in 2010 and the Land Value Zone Map in 2008 and first performed 2013. The next step map was processed by the ArcGIS software, BPN version, to obtain a ZNT Map of 2008 and 2013 that then be overlaid Map ZNT 2008 and 2013 in order to obtain changes in the value of land acquired for 2007 and 2013. At the final stage, analysis of land use change that occurred between 2008 and 2013.In this study, the results obtained that there are 81 zone in the district of Mojosongo, where the most significant land use changes occurred in Zone 41 of the moor / agriculture into buildings. Zone 41 is the removal of the central location of the new government of Boyolali. The increase of the largest value in Zone 41 is Rp. 981 000, - which is the change of agricultural land / moor into the Office Complex in Kemiri village. While the smallest increase is in zone 73, zone 76 and zone 81 which is a residential area located in the Dlingo village.Keywords : change of lands , land value
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN DATA CITRA RESOLUSI MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Semarang Bagian Barat dan Semarang Bagian Timur) Riski Kadriansari; Sawitri Subiyanto; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.212 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Semarang merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Indonesia, dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka permintaan tempat tinggal yang layak huni akan semakin meningkat, dalam pemilihan tempat tinggal atau permukiman yang layak huni harus benar-benar diperhatikan dalam segi aksesbilitas dan fisik lahan. Kesesuaian lahan permukiman yang layak huni akan berpengaruh dalam keawetan bangunan, nilai ekonomis, dan dampak perumahan terhadap lingkungan di sekitarnya. Metode yang digunakan adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Sistem Informasi Geografis (SIG), AHP berguna untuk menunjukan besar bobot yang mempengaruhi masing-masing parameter dan SIG memiliki peran dalam menganalisis proses evaluasi kesesuaian lahan yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan. Berdasarkan analisis menggunakan metode AHP yang mempengaruhi untuk masing-masing parameter sebesar 35,15% gerakan tanah, kemiringan lereng 31,25%, jenis tanah 16,79%, penggunaan lahan 6,59%, jalan terhadap jalan utama 5,57%, curah hujan 5,02%. Dari hasil overlay peta hasil skoring maka didapat 8.490 (ha) sangat sesuai untuk permukiman, lahan dengan luas 7.683 (ha) sesuai untuk permukiman, lahan sekitar 1667 (ha) cukup sesuai untuk permukiman. lahan sekitar 64 (ha) kurang sesuai untuk permukiman. Dari hasil yang telah didapatkan maka wilayah Semarang bagian timur dan semarang bagian barat sudah sangat baik dalam kesesuaian lahan untuk permukiman karena 40,83% sangat cocok untuk permukiman dan hanya 0,43% yang kurang cocok untuk permukiman. 
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT KABUPATEN JEPARA Meita Arddinatarta; Bambang Sudarsono; Moehammad Awaluddin
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.322 KB)

Abstract

ABSTRAK Memasuki era otonomi daerah, pasal 18 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang diperbarui dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 pasal 27, menyatakan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberi kewenangan untuk mengelola wilayah lautnya. Ketentuan penetapan dan penegasan batas pengelolaan wilayah laut daerah telah diatur dalam Permendagri No. 76 Tahun 2012. Garis batas pengelolaan wilayah laut ditentukan dari titik-titik dasar yang sudah ditetapkan di darat yaitu pada garis pantainya. Padahal posisi garis pantai rentan sekali mengalami perubahan, baik karena abrasi, akresi, maupun karena pengaruh dinamika air laut. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian mengenai pengaruh perubahan garis pantai terhadap batas pengelolaan wilayah laut daerah.Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan batas pengelolaan wilayah laut Kabupaten Jepara dengan menggunakan metode kartometrik di atas peta LLN dan citra satelit Landsat yang diamati secara time series. Penarikan batas pengelolaan wilayah laut dilakukan dengan prinsip sama jarak (equidistance) untuk pantai berdampingan.Dari hasil pengamatan citra Landsat tahun 2000 dan 2015, terjadi perubahan garis pantai di wilayah perbatasan Kabupaten Jepara karena adanya proses abrasi dan akresi. Perubahan garis pantai ini mempengaruhi pergeseran batas yang terjadi, dilihat dari perubahan letak garis batas klaim 4  mil laut, garis batas yang terbentuk dari equidistance line, dan luasan wilayahnya. Dalam kurun waktu kurang lebih 15 tahun, sampel luas area pengelolaan wilayah laut Kabupaten Jepara bertambah seluas 643,262 Ha, dan wilayah Kepulauan Karimun Jawa sebesar 212,591 Ha. Sedangkan Kabupaten Demak mengalami penyusutan seluas 1.206,807 Ha, dan Kabupaten Pati mengalami penyusutan seluas 56,189 Ha.Kata Kunci : Batas Pengelolaan Wilayah Laut, Citra Satelit Landsat, Garis Ekuidistan, Garis Pantai, Kartometrik  ABSTRACT Entering the era of regional autonomy, article 18 of Law No. 32 of 2004 on Local Government as amended by article 27 of Law No. 23 of 2014 on Local Government, states that region having a sea area, authorized to manage its territory. Provisions establishing and affirmation of boundary sea area has been regulated by Regulation of Ministry of Home Affairs No. 76 of 2012 on Guidelines for the Affirmation on Regional Boundary. Boundary line of sea area authority determined by basic points set on the land that is on its coastline. Even though, position of coastline is susceptible to change either due to abrasion, accretion, as well as due to the dynamic of sea level effects. Therefore, study for coastline changes effect against regional sea area authority is needed.This study aimed to determine the boundary sea area of Jepara Regency using cartometric method on LLN map and Landsat Image observed in time series. The boundaries of sea area authority have been drawn using equidistance principle for adjacent coast.According to the result of Landsat image observation from 2000 to 2015 showing that coastline is changed in Jepara Regency territory due to either abrasion or accretion processes. These changed coastline effect on layout boundary shifting, as seen from change of boundary line position of 4 nautical miles, the boundary line formed from the equidistance line and total area of its territory. As a result, in the past 15 years, the total area of Jepara Regency sea area grows 643.262 Ha and Karimun Islands grows 212.591 Ha. While Demak shrinking area of 1,206.807 Ha, and Pati Regency shrinking area of 56.189 Ha.Keyword : Boundary Sea Area, Cartometric, Coastline, Equidistance line, Landsat Image  *) Penulis, Penanggung jawab
ANALISIS_SPASIAL_KEBERADAAN_MUSEUM_RANGGAWARSITA TERHADAP_FREKUENSI_KUNJUNGAN_WISATA_ANAK_SEKOLAH DENGAN_PENDEKATAN_TRAVEL COST METHOD DAN CONTINGENT_VALUATION_METHOD_MENGGUNAKAN SIG Ajeng Dwi Maturinsih; Sawitri Subiyanto; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKeberagaman dari Kota Semarang dapat dilihat dari berbagai macam faktor seperti kekayaan alam, sejarah, dan budaya yang dapat menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun internasional. Pada masa sekarang ini banyak wisata baru akan tetapi wisata yang berkaitan dengan sejarah merupakan wisata yang harus dilestarikan serta dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi serta nilai edukasi yang tinggi. Salah satu wisata sejarah di pusat kota Semarang yaitu Museum Ranggawarsita. Museum Ranggawarsita sudah berdiri sejak tahun 1989 dan masih ramai dikunjungi pengunjung terutama kalangan anak sekolah hingga sekarang. Berdasarkan potensi tersebut, maka diperlukan analisis spasial dari hubungan Museum Ranggawarsita dengan sekolah-sekolah yang pernah melakukan karyawisata ke Museum Ranggawarsita. Adapun analisis yang dilakukan adalah menggunakan metode Gravity Model untuk menentukan sekolah dasar  mana di kota Semarang yang memiliki interaksi paling kuat dengan museum Ranggawarsita pada tahun 2019. Selain itu juga diperlukan perhitungan total nilai ekonomi dari kawasan wisata Museum Ranggawarsita untuk menentukan juga apa saja faktor yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi tersebut. Perhitungan dilakukan Penulis dengan menggunakan metode Contingent Valuation Method dan Travel Cost Method. Penarikan sampel dilakukan penulis dengan menggunakan non probability sampling. Pengolahan dilakukan dengan model regresi linier berganda kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam software Maple untuk dilakukan perhitungan. Hasil penelitian adalah total ekonomi kawasan wisata Museum Ranggawarsita Rp. 190.849.498.000,- pada tahun 2019. Faktor yang mempengaruhi TCM pada kawasan wisata Museum Ranggawarsita antara lain pendidikan (X3), lama kunjungan (X5), dan alternatif lokasi (X6). Sedangkan faktor yang mempengaruhi CVM antara lain pendidikan (X3), pendapatan pertahun (X5), konversi (X8), dan partisipasi (X9). Interaksi spasial tertinggi dari sekolah dasar di Kota Semarang yang pernah mengunjungi Museum Ranggawarsita pada tahun 2019 yaitu SD Al-Azhar dipengaruhi oleh jarak, jumlah siswa, dan jumlah pengunjung wisata.Kata-Kunci :  Total Nilai Ekonomi, Contingent Valuation Method, Travel Cost Method, Gravity Model  ABSTRACTThe diversity of the city of Semarang can be seen from a variety of factors such as natural wealth, history and culture that can attract the attention of both local and international tourists. At the present time, there are many new tours that have emerged, but tourism related to history is a tourism that must be preserved and developed because it has high economic and educational value. One of the historical tours in downtown Semarang is the Ranggawarsita Museum. Ranggawarsita Museum has been established since 1989 and is still busy with visitors, especially school children, until now. Based on this potential, it requires a spatial analysis of the relationship between the Ranggawarsita Museum and schools that have made field trips to the Ranggawarsita Museum. The analysis carried out is to use the Gravity Model method to determine which primary school in the city of Semarang has the strongest interaction with the Ranggawarsita Museum in 2019. In addition, it is also necessary to calculate the total economic value of the Ranggawarsita Museum tourist area to determine also what factors influence the amount of economic value. The calculation is done by the author using the Contingent Valuation Method and the Travel Cost Method. Sampling was done by the author using non probability sampling. Processing is done with multiple linear regression models then the results are entered into the Maple software for calculations. The result of this research is that the total economy of the tourist area of Ranggawarsita Museum is Rp. 190,849,498,000, - in 2019. Factors that affect TCM in the tourist area of the Ranggawarsita Museum include education (X3), length of visit (X5), and alternative locations (X6). While the factors that influence CVM include education (X3), annual income (X5), conversion (X8), and participation (X9). The highest spatial interaction of elementary schools in Semarang City who visited the Ranggawarsita Museum in 2019, namely Al-Azhar Elementary School was influenced by distance, number of students, and number of tourist visitors.
Co-Authors Abdi Sukmono, Abdi Adi Nur Ikhsan Adnan Khairi Adri Panjaitan Agree Isnasatrianto Ajeng Dwi Maturinsih Aji Apri Setiawan Alfin Nandaru Amalia Permata Dewi, Amalia Permata Amalia Tyo, Almaas Zain Andika Malik Andri Suprayogi Annisa Usolikhah Archita Permata Santynawan Arga Fondra Oksaping Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arliandy Pratama Arliandy Pratama Aruma Hartri Arwan Putra Wijaya Atriyon Julzarika Aulia Imania Sukma Aulia Rizky Awwaluddin, Moehammad Ayu Nur Safi'i Aziz Anjar Santoso Bagas S, Naldius Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bandi Sasmito Bashit, Nurhadi Benita Roseana Bledug Kusuma Budi Prayitno David Beta Putra DEDI SETYAWAN Dina Wahyuningsih Dinda Anisa Anggraini Dini Ramanda Putri Dwi Yulinanda Pratiwi Dyah Widyaningrum Ega Siva Bellamy Elsa Regina Rizkitasari Enersia Ihda K. U Fadlil Zen, Alif Ahmad Faidal, Faidal Faizal Hafidz Muslim Fajar Rudi Purwoko Fajri Ramadhan Fanani Arif Ghozali Fathul Qodir, Fathul Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Fetra Kristina Harianja Galih Rakapuri Gita Amalia Sindhu P. Guntur Bagus Pamungkas Hadi Winoto Hamid Nasrullah Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus, Hana Sugiastu Handoko Dwi Julian HARDIAN ASTIANINGRUM Hasbie Rachmat Bachtiar Hisni Theresia Br Sinuraya Imam Mudita Indriyanto, Ignatius Wahyu Ita Asriani JACKIE SUPRAWITO NABABAN Jamal Jamal Jiyah Jiyah Jolangga Agung Budiman Kartiko Ardhi Widananto Khoirul Isnaini Aulia Laode M Sabri Lisa Nur Nur Istiqomah Lukman Jundi Fakhri Islam Maschoer, Maschoer Ma’ruf, Anang Mega Dwijayanti Meita Arddinatarta Michel Christiansen Sipayung Miftakhul ‘Ulya Rimadhani Moehammad Awaluddin Moehammad Awwaluddin MOHAMMAD YUSUP LUTFI Mualif Marbawi Muhammad Annis Wichi Luthfina Muhammad Arizar Hidayat Muhammad Asadullah Al Fathin Muhammad Fadhli Auliarahman Muhammad Haris Febriansya Nizma Humaidah Nur Aris Adi Nugroho Nur Rizal Adhi Nugroho Nur Wahidah Sudarsono, Nur Wahidah Nurhadi Bashit Nurul Huda Oki Samuel Damanik Panusunan Nauli Siregar Patriot Ginanjar Satriya Pratiwi Purba, Eleven Eleven Putri Ardianti Kinasih Putri, Erni Dwi Hapsari Raka Angga Prawira Rama Aditya Wiwaha Restu Fadilla Ridho Alfirdaus Rika Enjelina Pidu Riski Kadriansari Rizki Fadillah Rizki Widya Rasyid Rudi Cahyono Putro S Anugrahini Irawati, S Anugrahini Sanches Budhi Waluyo Sasongko Adhi Sawitri Subiyanto Sendy Brammadi Shindy Mariska Zulkarnain Siti Fathimah Siti Haeriah Sonny Mawardi Surbakti, Christman Sutomo Kahar Sutomo Kahar Syafiri Krisna Murti Sylvia Tri Yuliani Theodorus Satriyo Singgih Tika Christy Novianty Tito Wisnu Pramono Aji Tjiong Susilo Dinoto Togi Pardo Siagian Tri Rahmawati Winda Kusuma Tristika Putri Tristika Putri Try Jokosantoso Tsana’a Alifia Nauthika Ummi Athiyyah Yuniarti Vinsensia Hutagaol Virgus - Arisondang Virgus Arisondang Virgus Arisondang Wahyuddin, Yasser Wicke Widyanti Santosa Wijayanti Hutomo Putri Yasser Wahyuddin Yogi Wahyu Aji Yovi Adyuta Isdiantoro Yudo Prasetyo