Claim Missing Document
Check
Articles

PERHITUNGAN DEFORMASI GEMPA MALANG 16 NOVEMBER 2016 MENGGUNAKAN DATA CORS GNSS WILAYAH JAWA TIMUR MOHAMMAD YUSUP LUTFI; Moehammad Awaluddin; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1568.374 KB)

Abstract

Pada tanggal 16 November 2016 telah terjadi Gempa Tektonik dengan magnitute  5,7  di Malang, Jawa Tmur. Menurut data USGS Gempa terjadi pukul 22:10:11 WIB. Lokasi episentrum gempa berada pada koordinat 9˚0’10.8” LS, 113˚14’42” BT, atau 127 kilometer arah tenggara Kabupaten Malang Jawa Timur dengan kedalaman gempa adalah 85 kilometer. Guncangan terasa hampir di seluruh wilayah Jawa Timur. Atas dasar tersebut dilakukan penelitian perhitungan deformasi gempa Malang 16 November 2016 dengan data CORS wilayah Jawa Timur bagian selatan untuk mengetahui arah vektor pergeseran akibat gempa.Penelitian ini menggunakan data pengamatan enam stasium CORS diantaranya CJEM, CLUM, CMLG, CNYU, CPES, dan CTUL dengan data pengamatan dari mulai Juli 2016 sampai dengan Maret 2017. Titik ikat yang digunakan adalah Titik IGS berjumlah enam diantaranya ALIC, BAKO, COCO, KARR, PIMO, dan PBRI. Pengolahan ini menggunakan scientific software GAMIT 10.6. Penelitian ini mengahasilkan nilai velocity rate  sebelum gempa, setelah gempa dan nilai akibat gempa beserta arah vektornya. Nilai velocity rate sebelum gempa rata – rata Vhor = 0,0344 ± 0,0090 m mengarah ke tenggara. Vektor kecepatan pergeseran horizontal setelah gempa rata – rata Vhor = 0,0474 ± 0,0088 m mengarah ke tenggara. Vektor pergeseran akibat gempa mengarah ke tenggara dengan nilai rata – rata dhor= 0,0039 ± 0,0053 m.
PEMBUATAN SISTEM INFORMASI RINCI DESA MENGGUNAKAN DATA PEMOTRETAN UDARA UAV BERBASIS SIG Studi Kasus ( Desa Katonsari, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak) Yovi Adyuta Isdiantoro; Bambang Sudarsono; Arief Laila Nugraha
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1262.378 KB)

Abstract

ABSTRAKUU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan sistem informasi Desa untuk keperluan perencanaan pembangunan di wilayah perdesaan. Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. Desa Katonsari merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Desa ini memiliki wilayah yang strategis karena berada di dekat Jalan Raya yang menghubungkan Kota Semarang dan Kota Surabaya. Akan tetapi desa ini belum memiliki Sistem Informasi Desa. Pembuatan Sistem Informasi desa diharapkan dapat memudahkan pemerintah desa dan juga masyarakat lebih mudah dalam mendapatkan informasi geospasial. Sistem Informasi Desa dibuat dengan cara pengolahan data foto udara menjadi orthophoto. Hasil orthophoto dilakukan rektifikasi dengan citra Quickbird maka didapatkan foto udara terkoreksi. Lalu dilakukan proses digitasi yang mengacu pada PERKA BIG Nomor 3 Tahun 2016 dan dijadikan geodatabase lalu dilakukan topologi. Kemudian hasilnya di upload ke ArcGIS online sebagai hosted feature layer dan membuat aplikasi peta berbasis web dari shapefile yang dijadikan layer. Peta online dibuat dengan web map builder pada ArcGIS online. Hasil peta online kemudian disematkan di website Desa Katonsari dengan situs https://desakatonsari.wixsite.com/mysite yang didalam nya berisi Peta Desa Katonsari berbasis WebGIS. Hasil dari penelitian ini adalah Sistem Informasi Desa yang diakses melalui website. Setelah dilakukan uji usability pada website tersebut didapatkan nilai rata-rata 83,79 yang masuk kategori “Baik”. Kata Kunci : Orthophoto, Peta Online, Sistem Informasi Desa, UAV ABSTRACTLaw No. 6 of 2014 concerning Villages explains that the government and regional governments are obliged to develop Village information systems for the purposes of development planning in rural areas. Villages are entitled to access information through the Village information system developed by the Regional Government. Katonsari Village is a village located in Demak District, Demak Regency. This village has a strategic area because it is near the highway that connects the city of Semarang and the city of Surabaya. However, this village does not yet have a Village Information System. The creation of a village Information System is expected to make it easier for the village government and also the community to obtain geospatial information more easily. Village Information System is made by processing aerial photographic data into orthophoto. The orthophoto results were rectified with Quickbird imagery and corrected aerial photographs were obtained. Then the digitization process is carried out that refers to PERKA BIG Number 3 of 2016 and made into a geodatabase then carried out topology. Then the results are uploaded to ArcGIS online as the hosted feature layer and create a web-based map application from the shapefile that is used as a layer. Online maps are created with the web map builder on ArcGIS online. The results of the online map are then embedded on the Katonsari Village website with the site https://desakatonsari.wixsite.com/mysite which contains WebGIS-based Katonsari Village Map. The results of this study are the Village Information System which is accessed through the website. After the usability test was carried out on the website, it was found that the average value was 83.79 which was categorized as "Good". Keywords Orthophoto, Online Map, UAV, Village Information Systems
PEMANTAUAN DEFORMASI BENDUNGAN JATIBARANG MENGGUNAKAN SCIENTIFIC SOFTWARE GAMIT 10.6 DENGAN TITIK IKAT IGS DAN CORS CSEM TAHUN 2016 Fajar Rudi Purwoko; Bambang Sudarsono; Fauzi Janu Amarrohman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.077 KB)

Abstract

ABSTRAKBendungan atau dam merupakan konstruksi multifungsi yang dibangun untuk menahan laju air yang memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Suatu bangunan jika mendapatkan tekanan maka akan mengalami perubahan dimensi ataupun bentuk. Hal ini juga berpengaruh terhadap bendungan. Jika tubuh bendungan mendapatkan tekanan dari efek loading air danau serta tekanan dari tubuh bendungan tersebut, maka tubuh bendungan memiliki potensi mengalami deformasi. Sehingga perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan dengan melakukan pemantauan deformasi secara berkala.Metode pengukuran deformasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengukuran relatif dengan alat ukur GPS dual frequency pada 10 titik pengamatan yang terletak di tubuh utama bendungan. Titik ikat yang digunakan yaitu IGS dengan empat stasiun (BAKO, COCO, PIMO, TOW2) dan titik ikat CORS Semarang (CSEM). Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data GPS adalah perangkat lunak GAMIT 10.6. Penelitian dilakukan selama tiga periode : Agustus, September dan Oktober 2016 dengan titik pada periode Maret 2015 sebagai titik nol deformasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai deformasi serta arah pergerakan titik pengamatan yang terdapat pada tubuh utama bendungan. Selanjutnya melakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pergerakan dari setiap titik pengamatan.Hasil pengolahan titik ikat IGS menghasilkan nilai perubahan koordinat terbesar pada sumbu n = 0,04870 m, sumbu e = 0,04381 m, sumbu u = 0,17681 m. Nilai perubahan koordinat terkecil pada sumbu n = 0,00158 m, sumbu e = 0,00073 m, sumbu u = 0,00761 m dengan rata-rata nilai simpangan baku pada sumbu n = 0,00364 m, sumbu e = 0,00466 m, sumbu u = 0,0032 m. Pada pengolahan titik ikat CSEM menghasilkan rata-rata nilai simpangan baku pada sumbu X = 0,00991 m, sumbu Y = 0,02673 m, sumbu Z = 0,00667 m. Dari hasil penelitian dengan titik ikat IGS yang telah dilakukan uji statistik untuk mengetahui perubahan posisi titik pengamatan dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat beberapa titik mengalami deformasi yang cukup signifikan baik pergeseran dan/atau penurunan pada periode Maret 2015 hingga Oktober 2016.Kata Kunci : Bendungan, Deformasi, GPS, GAMITABSTRACTDam is a multifunctional construction is built to withstand the rate of water which has an important role in human life. If a building is under pressure, it will change the dimension or the shape. As well as the dam. If the construction of it gets pressure from the effects of lake water loading and pressure of the dam body, then the body of the dam has the potential of being deformed. So we need to do the maintenance and care by conducting periodic of deformation monitoring.The deformation measurement methods used in this research is a relative measurement with dual frequency GPS measuring devices at 10 observation points located in the main body of the dam. This research uses IGS with four stations (BAKO, COCO, PIMO, TOW2) and CORS Semarang (CSEM) as the connective point. The software used for data processing is GAMIT 10.6. The study was conducted during three periods: August, September and October 2016 with zero point of deformation in the period March 2015. This study aimed to quantify the value of deformation as well as the direction of movement of the observation point located on the main body of the dam. Subsequently perform a statistical test to determine the significance of the movement for each observation point.The results of the processing using connective point IGS produces the biggest change of the coordinate value on the n axis = 0. 04870 m, e axis = 0. 04381 m, u axis = 0. 17681 m. The smallest change of the coordinate value on the n axis = 0. 00158 m, e axis = 0. 00073 m, u axis = 0. 00761 m and the average standard deviation values on the n axis = 0.00364 m, e axis = 0.00466 m, u axis = 0.0032 m. At connective point CSEM produces an average standard deviation values on the X axis = 0.00991 m, Y axis = 0.02673 m, Z axis = 0.00667 m. Based on the results of the research with connective point IGS has done a statistical test to determine the change of the position of the observation point with a 95% confidence level, there are several points deforms significantly better shifting and/or decreasing in the period from March 2015 until October 2016.Keywords: Dam, Deformation, GPS, GAMIT
ANALISIS ARAH PERKEMBANGAN FISIK WILAYAH KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Khoirul Isnaini Aulia; Sawitri Subiyanto; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (872.52 KB)

Abstract

Kabupaten Kendal memiliki potensi perkembangan wilayah yang cukup besar. Pertumbuhan wilayah tersebut banyak dipengaruhi oleh bertambahnya penduduk yang tinggal di Kabupaten Kendal. Dampak dari pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Kabuapaten Kendal adalah terjadinya perubahan fisik khususnya penggunaan lahan sebagai daerah pemukiman. Selain itu, pemerintah setempat juga mengembangkan infrastruktur pendukung yang menyebabkan peningkatan penggunaan lahan kosong.  Penelitian ini menggunakan data antara lain batas administrasi Kabupaten Kendal, citra Landsat 7 tahun 2007, 2012 dan citra Landsat 8 tahun 2018, data kependudukan Kabupaten Kendal tahun 2017 dan citra Worldview tahun 2016. Metode yang digunakan umtuk mengetahui pola perkembangan fisik suatu wilayah adalah Global Moran’s I. Dengan menggunakan metode Overlay Intersect untuk mengetahui arah perkembangan fisik wilayah dilihat dari penggunaan lahan pada tahun 2007-2012, dan 2017-2018. Wilayah Kabupaten Kendal yang mengalami perkembangan pada pola perkembangan permukiman yang pesat yaitu Kecamatan Boja, Kecamatan Singorojo, dan Kecamatan Brangsong. Penggunaan lahan pada tahun 2007-2012 arah perkembangan fisik wilayah yang mengarah ke sebelah Timur Kabupaten Kendal menyebabkan alih fungsi lahan penggunaan lahan menjadi kawasan permukiman dan pada tahun 2012-2018 arah perkembangan fisik wilayah yang mengarah ke sebelah Timur Kabupaten Kendal menyebabkan alih fungsi menjadi lahan kawasan permukiman.
IDENTIFIKASI DAN ESTIMASI TINGKAT PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI LiDAR (Studi Kasus : Air Upas, Kabupaten Ketapang) Tsana’a Alifia Nauthika; Andri Suprayogi; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.685 KB)

Abstract

ABSTRAK Data penginderaan jauh (inderaja) telah banyak digunakan untuk identifikasi dan pemantauan kondisi penggunaan lahan pertanian. Salah satu teknologi penginderaan jauh yang tengah berkembang sangat pesat ialah LiDAR. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama dalam bidang perkebunan di Indonesia. Sebagai komoditas unggulan, maka diperlukannya monitoring lahan secara akurat dan berkala untuk mengontrol produktivitas kelapa sawit. Untuk mengidentifikasi dan mengestimasi tingkat produktivitas kelapa sawit pada Kecamatan Air Upas dengan nomor lembar 17E, diterapkan menggunakan metode perhitungan pohon secara otomatis dan manual. Pada penelitian ini orthophoto menggunakan metode template matching untuk perhitungan ekstraksi otomatis pohon kelapa sawit dan perhitungan jumlah pohon manual dilakukan digitasi. Data LiDAR dilakukan pembuatan DEM, DSM dan CHM yang digunakan untuk menentukan tinggi masing-masing pohon kelapa sawit. Umur tanaman dapat diketahui berdasarkan hasil identifikasi tinggi pohon.Hasil ekstraksi otomatis identifikasi pohon kelapa sawit berjumlah 23.178 pohon dan hasil digitasi manual berjumlah 24.260 pohon. Hal ini berarti presentasi perhitungan tercapai >80% yaitu mencapai 95,53%. Perbedaan posisi antara kedua metode didapat nilai RMSe absis (X) sebesar 0,64 meter dan nilai RMSe ordinat (Y) sebesar 0,73 meter. Berdasarkan hasil identifikasi pohon, tinggi pohon yang paling dominan pada area Kecamatan Air Upas dengan nomor lembar 17E seluas ± 178,1 ha adalah berkisar antara 6,7 meter sampai dengan 8,4 meter dan estimasi umur pohon kelapa sawit yang paling dominan pada area studi penelitian adalah umur 10  tahun sebanyak 4.759 pohon, umur 11 tahun sebanyak 4.841 pohon dan umur 12 tahun sebanyak 4.684 pohon. Besarnya nilai kesalahan (RMSe) perbedaan antara titik manual dan titik otomastis pada tinggi pohon sebesar 0,76 meter. Estimasi tingkat produktivitas kelapa sawit berdasarkan umur untuk masing-masing kelas lahan adalah sebesar 5.545,6 ton untuk kelas lahan S1 (sangat sesuai); sebesar 4.970,3 ton untuk kelas lahan S2 (sesuai) dan sebesar 4.726,6 ton untuk kelas lahan S3 (kurang sesuai). Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman dan kesesuaian kondisi lahan.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT Fetra Kristina Harianja; Moehammad Awaluddin; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (963.353 KB)

Abstract

ABSTRAKBatas pengelolaan wilayah laut antar daerah merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah adanya konflik atau sengketa batas wilayah antar daerah yang bersangkutan, karena laut menyimpan banyak sekali sumber daya alam yang dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh daerah tersebut. Ketentuan tentang penetapan dan penegasan batas pengelolaan wilayah laut daerah, diatur dalam Permendagri No. 141 Tahun 2017. Berdasarkan Permendagri tersebut, garis pantai memiliki peranan penting dalam penentuan batas pengelolaan wilayah laut, karena garis pantai digunakan sebagai acuan dalam penentuan titik dasar dan garis dasar yang nantinya akan digunakan dalam penarikan garis batas pengelolaan laut. Tetapi, garis pantai sangat rentan mengalami perubahan, disebabkan oleh beberapa faktor seperti abrasi, akresi, maupun pengaruh dinamika air laut.Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas tentang pengaruh perubahan garis pantai terhadap batas pengelolaan wilayah laut daerah Provinsi Sumatera Utara sisi bagian Samudera Hindia yang berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Barat dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai 2019 menggunakan citra Landsat 7 dan Landsat 8. Pemilihan citra disesuaikan dengan kondisi pasang surut, yaitu citra pada keadaan pasang air tertinggi. Penajaman garis pantai pada citra dilakukan dengan algoritma BILKO.Hasil pengamatan citra Landsat tahun 2009 dan 2019 menunjukkan adanya perubahan garis pantai yang menyebabkan pergeseran batas pengelolaan laut. Pergeseran tersebut dapat dilihat dari perubahan garis batas klaim 12 mil laut, garis batas yang terbentuk dari equidistant line dan median line, serta luas pengelolaan wilayah lautnya. Luas pengelolaan wilayah laut dari tahun 2009 sampai tahun 2019 berkurang sebesar 1.407,125 Ha. Kunci : Batas Pengelolaan Wilayah Laut, BILKO, Garis Ekuidistan, Garis Pantai, Garis Tengah ABSTRACTThe boundaries of the management of sea areas between regions are things that need to be considered to prevent conflicts or disputes over territorial boundaries between the regions concerned, because the sea holds a lot of natural resources that can be managed and utilized by the area. Provisions concerning the stipulation and confirmation of the boundaries of regional marine management are regulated in Permendagri No. 141 of 2017. Based on the Permendagri, the coastline has an important role in determining the boundaries of marine management, because the coastline is used as a reference in determining the bases and baselines which will later be used in the sea management boundaries draw. However, the coastline is very vulnerable to change, caused by several factors such as abrasion, accretion, and the influence of the dynamics of sea water.Therefore, this study will discuss the effect of shoreline changes on the management of the regional sea area of North Sumatra Province on the Indian Ocean which borders the Nanggroe Aceh Darussalam Province and West Sumatra Province in 10 years, namely from 2009 to 2019 using Landsat images 7 and Landsat 8. The image selection is adjusted to the tidal conditions, namely the image on the highest tide state. The sharpening of the coastline in the image is done by the BILKO algorithm.The results of observations of Landsat images in 2009 and 2019 indicate a change in the shoreline which has caused a shift in the boundaries of sea management. The shift can be seen from the change in the boundary line of claims for 12 nautical miles, the boundary line formed from the equidistant  line and the median line, as well as the area of sea area management. The area of sea area management from 2009 to 2019 has decreased by 1.407,125 hectares. Keywords: BILKO, Coastlines, Equidistant Line, Median Line , Sea Area Boundary
PEMODELAN PERTUMBUHAN TATA RUANG KOTA SEMARANG BERDASARKAN ASPEK EKONOMI MENGGUNAKAN KONSEP ANALISIS SPASIAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI Muhammad Arizar Hidayat; Bambang Sudarsono; yudo Prasetyo
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1305.974 KB)

Abstract

ABSTRAK Kota Semarang mempunyai luas wilayah 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi Kota Semarang mempunyai luas wilayah 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis 6o50’ – 7o10’ Lintang Selatan dan garis 109o35’ – 110o50’ Bujur Timur. Sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang adalah sebuah kota yang berkembang secara ekonomi. Secara tidak langsung, perkembangan perekonomian di Kota Semarang memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tata ruang kota.Adapun tujuan penelitian ini adalah membuat peta model pertumbuhan tata ruang Kota Semarang dengan menggunakan metode konsep analisis spasial. Data yang digunakan adalah data raster. Yaitu, citra Landsat tahun 2002, 2007, 2013, dan 2015 beserta data atribut Kota Semarang berformat shapefile. Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan metode klasifikasi supervised yang dikombinasikan dengan metode evaluasi multi kriteria.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tejadi pertumbuhan tata ruang ke arah selatan pada periode tahun 2002-2007, kemudian terjadi pertumbuhan tata ruang pada arah timur pada periode tahun 2007-2013, dan pertumbuhan ke segala arah pada periode 2013-2015. Kemudian dilihat dari pola persebaran pusat-pusat ekonomi, pada periode tahun 2002, 2013, dan 2015 pola persebaran pusat-pusat perekonomian di Kecamatan Semarang Tengah dan Semarang Selatan memperlihatkan pola persebaran mengelompok, pada periode tahun 2007 pola persebaran pusat-pusat perekonomian di Kecamatan Semarang Tengah memperlihatkan pola persebaran mengelompok dan Semarang Selatan memperlihatkan pola acak pada pusat ekonomi kelas atas, sedangkan kelas lainnya mempunyai pola mengelompok. Kata Kunci : Klasifikasi Supervised, Metode Evaluasi Multi Kriteria, Model Pertumbuhan Tata Ruang                       ABSTRACT Semarang city has a total area of 373,70 km2. Semarang is administratively divided into 16 districts and 177 village, Semarang have astronomical positions between lines 6o50 '- 7o10' south latitude and line 109o35 '- 110o50' east longitude. As the capital of Central Java province, Semarang is a city that is growing economically. Indirectly, the economic development in the city of Semarang influences the spatial growth of the city.The purpose of this research is to create a growth model spatial map of Semarang by using the concept of spatial analysis. Data used in the form of raster data.  Namely, Landsat 2002, 2007, 2013, and 2015 along with attribute data of Semarang City with shapefile format. The data in this study were processed using supervised classification method combined with multi-criteria evaluation methods.The results of this study showed that the spatial growth occurs towards the south in the period 2002-2007, and spatial growth occurred in the east in the period 2007-2013, and growth in all directions in the period 2013-2015. Then, seen from the pattern of distribution of economic centers, in the period 2002, 2013, and 2015, the distribution pattern economic centers in the District of Central Semarang and South Semarang shows the distribution pattern clustered, while in the period 2007 distribution pattern economic centers in the District Central Semarang showed clumped distribution pattern while South Semarang exhibit a random pattern on the economic center of the upper classes, while other classes have clumped pattern.s Keyword : Map Spatial Growth Model, Multi-Criteria Evaluation Methods, Supervised Classification  *)  Penulis, Penanggung Jawab
ANALISIS KUALITAS HASIL PREDIKSI KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CA MARKOV MODEL BERDASARKAN PETA RENCANA TATA RUANG Fauzi Janu Amarrohman; Tristika Putri; Bambang Sudarsono; Moehammad Awaluddin; Sawitri Subiyanto
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 02 (2020): Volume 03 Issue 02 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/elipsoida.2020.9200

Abstract

Land use changes due to community activities and mobility occur because of the increasingly complex need for land. Spatial analysis is needed to identify land use changes which are subsequently reviewed by the Regional Spatial Plan in accordance with Government Regulation Number 8 of 2013 concerning the accuracy of the RTRW map. In this study, the study area taken was Pati Regency around the South Ring Road which includes four districts. From the acquisition of high resolution satellite imagery data in 2009, 2015 and 2019, predictions were made for the years 2023 and 2030 to determine the development of the area around the South Ring Road. The results of the prediction of land use using CA Markov in 2023 will be compared with the prediction in 2030 to determine the quality of the prediction results of the classification of land use in the prediction year with the same input data interval and exceeding the input data interval by conducting a suitability analysis with the RTRW. In 2023, the category of conformity is 95.41341%,  and in 2030 amounting to 95.41340%. This shows that the prediction results of land use change with CA Markov for the same year with the time interval of the input data have insignificant differences with the predicted results with longer intervals when compared to the current RTRW.
GENERATING BOUGUER ANOMALY MAP FROM AIRBORNE GRAVITY DATA (A CASE STUDY IN SOUTH EAST SULAWESI) Laode M Sabri; Bambang Sudarsono; Jamal Jamal; Sonny Mawardi
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 02 (2020): Volume 03 Issue 02 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/elipsoida.2020.9213

Abstract

Terrestrial measurements can provide accurate gravity data, but it is costly and time-consuming for large and remote area. Airborne gravity measurements have actually been carried out in Indonesia since 2008 by Technical University of Denmark (DTU) in collaboration with the Geospatial Information Agency (BIG). Purpose of the project was to develop a geoid model used for converting elevations from GPS/GNSS measurements that refers to ellipsoid to orthometric elevations that refer to sea level. The data can actually be explored so that it can be used for geophysical and other geoscience purposes, but the data must be carefully treated and extracted into observational gravity data. This study aims to improve the accuracy of gravity airborne data to produce an accurate complete Bouguer anomaly map. The data used in this study were airborne gravity data over Province of Southeast Sulawesi collected on September 29, 2008 to October 1, 2008.  Variation in flight height at the time of consecutive data introduced new horizontal acceleration vector. It must be treated as a noise in the measurement of gravity data. The first stage of processing was to eliminate noise due to aircraft acceleration. Gravity data measured in aircraft conditions accelerating more than 5 m.s-2 were eliminated. In this stage, the gravity data were reduced from 64481 observation points to 4900 observation points. The second stage of processing was low pass filtering to eliminate the remaining surges in gravity data. Airborne gravity data that have been snooped and filtered were then applied to calculate the complete Bouguer anomaly. Visually, a complete Bouguer anomaly map through the enhancement process produced a finer map compared to maps from airborne gravity data without enhancement. Comparison of airborne Bouguer anomaly map and terrestrial Bouguer anomaly maps of Kendari sheet showed a correlation of more than 83%. The conclusion of this study was that the enhancement of the airborne data significantly increases the accuracy and reliability of the airborne gravity data for generating a complete bouguer anomaly map. The results of this study also indicated that the airborne archive data has the potential to be used for geophysical and geosciences purposes in Southeast Sulawesi and Indonesia.
KAJIAN PENDAMPINGAN APARAT DESA DALAM KEMANDIRIAN PEMETAAN INFRASTRUKTUR DAN POTENSI DESA (STUDI KASUS: DESA KATONSARI, KABUPATEN DEMAK) Bambang Sudarsono; Arief Laila Nugraha
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 1, No 01 (2018): Volume 01 Issue 01 Year 2018
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.753 KB) | DOI: 10.14710/elipsoida.2018.2813

Abstract

Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa serta UU No 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, maka selayaknya bagi aparat Pemerintahan, mulai dari unit terkecilnya yaitu aparat Desa dituntut dapat menyediakan data Desa yang bersifat spasial untuk dapat disajikan menjadi informasi yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan melalui pemetaan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar aparat Desa belum bisa dan belum mengetahui tentang teknik-teknik pemetaan yang baik untuk mendapatkan data dasar dalam penyajian informasi keruangan yang handal dan akurat. Hal tersebut berimbas pada penyajian informasi desa yang kurang sesuai seperti yang ada di lapangan, khususnya untuk data dan informasi infrastruktur dan potensi desa. Berangkat dari permasalahan tersebut, dalam program Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial Universitas Diponegoro (PPIDS Undip) ini mencoba untuk mengkaji permasalahan bagi aparat desa dalam kemandirian pemetaan infrastruktur dan potensi desa. Pendekatan teknik dalam melakukan pemetaan ini yaitu dengan memberikan pengetahuan dan praktik menggunakan penentuan posisi dengan smartphone untuk memperoleh koordinat di Bumi, pengolahan data citra satelit resolusi tinggi, dan pembangunan data dan informasi dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil luaran dalam kajian ini adalah diketahuinya permasalahan bagi para aparat desa di Desa Katonsari dan terbentuknya peta tematik Desa Katonsari yang diaplikasikan dalam bentuk peta tematik berbasis mobile guna memudahkan aparat desa dalam memperbaharui peta desa baik data sapsial dan informasinya. 
Co-Authors Abdi Sukmono, Abdi Adi Nur Ikhsan Adnan Khairi Adri Panjaitan Agree Isnasatrianto Ajeng Dwi Maturinsih Aji Apri Setiawan Alfin Nandaru Amalia Permata Dewi, Amalia Permata Amalia Tyo, Almaas Zain Andika Malik Andri Suprayogi Annisa Usolikhah Archita Permata Santynawan Arga Fondra Oksaping Arief Laila Nugraha Arief Laila Nugraha Arliandy Pratama Arliandy Pratama Aruma Hartri Arwan Putra Wijaya Atriyon Julzarika Aulia Imania Sukma Aulia Rizky Awwaluddin, Moehammad Ayu Nur Safi'i Aziz Anjar Santoso Bagas S, Naldius Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bandi Sasmito Bashit, Nurhadi Benita Roseana Bledug Kusuma Budi Prayitno David Beta Putra DEDI SETYAWAN Dina Wahyuningsih Dinda Anisa Anggraini Dini Ramanda Putri Dwi Yulinanda Pratiwi Dyah Widyaningrum Ega Siva Bellamy Elsa Regina Rizkitasari Enersia Ihda K. U Fadlil Zen, Alif Ahmad Faidal, Faidal Faizal Hafidz Muslim Fajar Rudi Purwoko Fajri Ramadhan Fanani Arif Ghozali Fathul Qodir, Fathul Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Fetra Kristina Harianja Galih Rakapuri Gita Amalia Sindhu P. Guntur Bagus Pamungkas Hadi Winoto Hamid Nasrullah Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus, Hana Sugiastu Handoko Dwi Julian HARDIAN ASTIANINGRUM Hasbie Rachmat Bachtiar Hisni Theresia Br Sinuraya Imam Mudita Indriyanto, Ignatius Wahyu Ita Asriani JACKIE SUPRAWITO NABABAN Jamal Jamal Jiyah Jiyah Jolangga Agung Budiman Kartiko Ardhi Widananto Khoirul Isnaini Aulia Laode M Sabri Lisa Nur Nur Istiqomah Lukman Jundi Fakhri Islam Maschoer, Maschoer Ma’ruf, Anang Mega Dwijayanti Meita Arddinatarta Michel Christiansen Sipayung Miftakhul ‘Ulya Rimadhani Moehammad Awaluddin Moehammad Awwaluddin MOHAMMAD YUSUP LUTFI Mualif Marbawi Muhammad Annis Wichi Luthfina Muhammad Arizar Hidayat Muhammad Asadullah Al Fathin Muhammad Fadhli Auliarahman Muhammad Haris Febriansya Nizma Humaidah Nur Aris Adi Nugroho Nur Rizal Adhi Nugroho Nur Wahidah Sudarsono, Nur Wahidah Nurhadi Bashit Nurul Huda Oki Samuel Damanik Panusunan Nauli Siregar Patriot Ginanjar Satriya Pratiwi Purba, Eleven Eleven Putri Ardianti Kinasih Putri, Erni Dwi Hapsari Raka Angga Prawira Rama Aditya Wiwaha Restu Fadilla Ridho Alfirdaus Rika Enjelina Pidu Riski Kadriansari Rizki Fadillah Rizki Widya Rasyid Rudi Cahyono Putro S Anugrahini Irawati, S Anugrahini Sanches Budhi Waluyo Sasongko Adhi Sawitri Subiyanto Sendy Brammadi Shindy Mariska Zulkarnain Siti Fathimah Siti Haeriah Sonny Mawardi Surbakti, Christman Sutomo Kahar Sutomo Kahar Syafiri Krisna Murti Sylvia Tri Yuliani Theodorus Satriyo Singgih Tika Christy Novianty Tito Wisnu Pramono Aji Tjiong Susilo Dinoto Togi Pardo Siagian Tri Rahmawati Winda Kusuma Tristika Putri Tristika Putri Try Jokosantoso Tsana’a Alifia Nauthika Ummi Athiyyah Yuniarti Vinsensia Hutagaol Virgus - Arisondang Virgus Arisondang Virgus Arisondang Wahyuddin, Yasser Wicke Widyanti Santosa Wijayanti Hutomo Putri Yasser Wahyuddin Yogi Wahyu Aji Yovi Adyuta Isdiantoro Yudo Prasetyo