Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Hubungan Panjang Badan Lahir dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Putri Aisyah Mirza; Delmi Sulastri; Dessy Arisany
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.395 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.64

Abstract

Latar Belakang: Stunting adalah salah satu masalah gizi yang sering dijumpai pada anak. Stunting dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan fisik serta perkembangan mental dan kecerdasan. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang yang dipilih melalui simple random sampling. Data yang digunakan adalah data hasil wawancara kuesioner dan hasil pengukuran panjang badan anak menggunakan infantometer. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil: Penelitian ini menemukan total 78 anak dengan prevalensi stunting sebanyak 22 (28,2%), anak yang memiliki panjang badan lahir kurang sebanyak 28 (35,9%), dan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 45 (57,7%). Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara panjang badan lahir dengan stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), dan hubungan yang tidak signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting. Kata kunci: stunting, panjang badan lahir, ASI eksklusif Background: Stunting is one of nutritional problems that commonly found in children. Stunting could affect to physical growth and also mental and intelligence development. Objective: To determine the association of birth length and exclusive breastfeeding with stunting in children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center. Methods: This is an observasional study used a cross sectional approach on children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center who were selected by simple random sampling. Data was collected from administered questionnaire and measurement of height using infantometer. Data was analyzed by chi square test. Results: We found total 78 children with prevalence for stunting was 22 (28,2%), children had short birth length was 28 (35,9%), children had not gotten exclusive breastfeeding was 45 (57.7%). Statistical analysis showed no significant relationship between birth length and stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), and no significant relationship between exclusive breastfeeding and stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Conclusion: There was no significant relationship between birth length and given exclusive breastfeeding with stunting. Keyword: stunting, birth length, exclusive breastfeeding
Hubungan Asupan Vitamin dengan Panjang Telomer Etnik Minangkabau Berdasarkan Kadar Malondialdehid Plasma Yusti Siana; Delmi Sulastri; Yuniar Lestari
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 6 No 2 (2019): DESEMBER 2019 : Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health Journal)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v6i2.347

Abstract

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk manusia dalam melakukan kegiatan sehari hari dengan optimal. Untuk menilai derajat kesehatan penduduk digunakan usia harapan hidup (UHH). UHH menunjukan suatu kesejahteraan masyarakat. Penuaan merupakan proses menurun nya jaringan secara berlahan-lahan, untuk memperbaiki atau menganti diri dari kerusakan sel. Biomarker dari penuaan adalah telomer. Banyak faktor yang mempengaruhi panjang telomer. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan vitamin A,C,E dengan panjang telomer laki-laki etnik Minangkabau berdasarkan kadar malondialdehid (MDA) plasma. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap 107 laki-laki pegawai negeri sipil etnik Minangkabau yang bekerja di lingkungan kantor kecamatan Kota Padang yang berusia 40-50 tahun sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Panjang telomer diukur dari darah vena dan qPCR dengan menggunakan metode O’ Challagan & Fennech. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat dan analisis hubungan antarvariabel kategorikal crosstab untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel kategorikal. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan vitamin A, C, E , dengan panjang telomer laki-laki etnik Minangkabau berdasarkan kadar MDA plasma dengan p > 0,05.
25-Hydroxyvitamin D Serum Levels Unrelated to Fasting Blood Glucose Levels of Premenopausal Women in Padang Junira Erasta; Delmi Sulastri; Afriwardi
Basic and Applied Nursing Research Journal Vol 1 No 2 (2020): Basic and Applied Nursing Research Journal (BANRJ)
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.553 KB) | DOI: 10.11594/banrj.01.02.04

Abstract

Introduction: Low serum 25-Hydroxyvitamin D levels in premenopausal women result in the impaired release of insulin from the pancreas and reduce glucose tolerance which causes the body's metabolism to slow down resulting in weight gain leading to insulin resistance and resulting in diabetes mellitus (DM). The incidence of DM occurs at premenopausal ages compared to productive ages, the percentage of women experiencing diabetes is higher than men. This study aims to determine the relationship between 25-Hydroxyvitamin D serum levels and fasting blood glucose (FBG) levels of premenopausal women in Padang. Method: This study was conducted in the city of Padang, is observational, cross-sectional design. The study sample was 62 premenopausal women. Measurement of serum 25-Hydroxyvitamin D levels was measured by enzyme-linked immunosorbent assay and FBG levels were measured by the GOD-PAP method. Data were analyzed using the Pearson correlation test. Results: The average serum level of 25-Hydroxyvitamin D respondents was 30.96 ± 10.96 ng/ml. The average FBG level of respondents was 107.03 ± 13.74 mg/dl. There was no significant relationship between 25-Hydroxyvitamin D serum levels and FBG levels (r = - 0.038, p = 0.769). Conclusion: There is no significant relationship between 25-Hydroxyvitamin D serum levels and FBG levels of premenopausal women in Padang.
Hubungan Asupan Vitamin dengan Panjang Telomer Etnik Minangkabau Berdasarkan Kadar Malondialdehid Plasma Yusti Siana; Delmi Sulastri; Yuniar Lestari
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 6 No 2 (2019): DESEMBER 2019 : Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health Journal)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.485 KB) | DOI: 10.33653/jkp.v6i2.347

Abstract

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk manusia dalam melakukan kegiatan sehari hari dengan optimal. Untuk menilai derajat kesehatan penduduk digunakan usia harapan hidup (UHH). UHH menunjukan suatu kesejahteraan masyarakat. Penuaan merupakan proses menurun nya jaringan secara berlahan-lahan, untuk memperbaiki atau menganti diri dari kerusakan sel. Biomarker dari penuaan adalah telomer. Banyak faktor yang mempengaruhi panjang telomer. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan vitamin A,C,E dengan panjang telomer laki-laki etnik Minangkabau berdasarkan kadar malondialdehid (MDA) plasma. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap 107 laki-laki pegawai negeri sipil etnik Minangkabau yang bekerja di lingkungan kantor kecamatan Kota Padang yang berusia 40-50 tahun sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Panjang telomer diukur dari darah vena dan qPCR dengan menggunakan metode O’ Challagan & Fennech. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat dan analisis hubungan antarvariabel kategorikal crosstab untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel kategorikal. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan vitamin A, C, E , dengan panjang telomer laki-laki etnik Minangkabau berdasarkan kadar MDA plasma dengan p > 0,05.
Correlation between Folic Acid and Homocysteine Plasma in Severe Pre-Eclampsia and Normal Pregnancy Malahayati, Inke; Serudji, Joserizal; Sulastri, Delmi
Makara Journal of Health Research
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Lack of folic acid intake or genetic abnormalities in folic acid metabolism was correlates with elevated plasma or serum homocysteine concentrations. This case-control analytical study aims to determine the correlation between folic acid and homocysteine levels in severe pre-eclampsia and normal pregnancy. Methods: We enrolled 46 pregnant women (age 20─35 years) with severe pre-eclampsia or normal pregnancy at a government hospital in Padang, Indonesia, between March and May 2015. The samples size was selected by consecutive sampling. Then, we determined folic acid and homocysteine levels using ELISA and statistical analysis using the independent t-test and Pearson correlation. Results: We observed a difference in folic acid levels between severe pre-eclampsia (39.48 ± 9.40 ng/mL) and normal pregnancy (47.04 ± 13.20 ng/mL, p < 0.05). A difference was also observed in homocysteine levels between pre-eclampsia (18.52 ± 0.41 pmol/mL) and normal pregnancy (17.80 ± 0.73 pmol/mL, p < 0.05). The correlation between folic acid and homocysteine in severe pre-eclampsia and normal pregnancy was negative (r = -0.034, p > 0.05 and r = -0.222, p > 0.05, respectively). Conclusions: Low folic acid levels tend to increase homocysteine levels in severe pre-eclampsia, whereas high folic acid levels tend to lower homocysteine levels in normal pregnancy.
Hubungan Tingkat Konsumsi Garam terhadap Kejadian Hipertensi di Asia Tenggara Amara Azka Shafrina; Delmi Sulastri; Ida Rahmah Burhan
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 2 No 3 (2021): September 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v2i3.452

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi adalah masalah kesehatan berupa peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Saat ini hipertensi merupakan salah satu kontributor utama beban penyakit global, di mana Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi hipertensi tertinggi di seluruh dunia. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial, di mana salah satu faktor risikonya adalah konsumsi garam berlebihan yang dapat mempengaruhi mekanisme tubuh dalam meregulasi tekanan darah. Objektif: Kajian literatur sistematis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan jumlah konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada populasi di Asia Tenggara.. Metode: Penelitian ini merupakan kajian literatur sistematis. Pencarian literatur dilakukan di tiga pangkalan data, yaitu Google Scholar, Pubmed, dan LWW Journals untuk mendapatkan studi cross-sectional. Hasil: Terdapat total 5 studi yang dimasukkan dalam kajian literatur sistematis ini. Ditemukan jumlah konsumsi garam pada populasi di wilayah Asia Tenggara berkisar antara 3,17 gram sampai dengan 10,80 gram garam per hari, prevalensi hipertensi pada populasi di beberapa negara Asia Tenggara yang berkisar antara 30% sampai 37,3%, dan hubungan antara konsumsi garam dengan terjadinya peningkatan tekanan darah yang masih kontroversi, dikarenakan hipertensi merupakan penyakit multifaktorial. Kesimpulan: Hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi masih merupakan kontroversi dikarenakan hipertensi merupakan penyakit multifaktorial.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Alfin Rahma Fadhilah; Delmi Sulastri; Hudila Rifa Karmia
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 3 (2022): September 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i3.643

Abstract

Latar Belakang: Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada ibu hamil muda, yang dapat memengaruhi keadaan umum dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun status gizi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan sering dihubungkan dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Objektif: Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif dengan pendekatan case-control. Sampel pada penelitian ini terdiri atas 23 sampel kasus dan 23 sampel kontrol dengan teknik pengambilan sampel kasus yaitu secara total sampling dan sampel kontrol secara systematic random sampling, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil: pada penelitian ini didapatkan 39,1% kelompok kasus memiliki status gizi normal dan 78,3% kelompok kontrol memiliki status gizi normal. Pada uji Chi Square, menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p=0,007, OR=5,600). Kesimpulan: terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Gastroesophageal Reflux Disease di RSUP Dr. M. Djamil Padang Iqbal Muhammad Helmi; Delmi Sulastri; Roza Mulyana
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 3 (2022): September 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i3.930

Abstract

Latar Belakang: Gastroesophageal Reflux Disease merupakan kondisi patologis akibat refluks kandungan lambung ke esofagus yang terjadi berulang kali. Kondisi obesitas dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen dan menurunkan fungsi esofagus serta Lower Esophageal Sphincter sehingga risiko Gastroesophageal Reflux Disease akan meningkat. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara obesitas dan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018-2019. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional menggunakan pendekatan retrospektif dengan rancangan penelitian case-control study yang telah berlangsung dari bulan November hingga Desember 2021 di Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 38 pasien kelompok kasus dan 38 pasien kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan menggunakan uji Chi-Square dengan cara membandingkan frekuensi penderita obesitas pada kelompok kasus dan kontrol. Hasil: Hasil penelitian ini memperoleh 52,6% kelompok kasus mederita obesitas dan 10,5% kelompok kontrol menderita obesitas. Berdasarkan uji Chi-square, terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease (p=0,001, OR=9,444). Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian Gastroesophageal Reflux Disease di RSUP Dr. M. Djamil.
Association of Secondhand Smoke Exposure During Pregnancy and Umbilical Cord Blood Vitamin D Levels with Newborn Weight Izmi Fadhilah Nasution; Delmi Sulastri; Hudila Rifa Karmia
Contagion: Scientific Periodical Journal of Public Health and Coastal Health Vol 5, No 2 (2023): CONTAGION
Publisher : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30829/contagion.v5i2.15047

Abstract

Newborn weight is an important predictor of the growth and survival of infants. Low birth weight affects newborns at risk of experiencing health problems and the risk of death Women in developing countries experience many pregnancies with malnutrition, and exposure to cigarette smoke can reduce micronutrient deficiencies. Exposure to cigarette smoke damages the health of pregnant women and their fetuses. Vitamin D is a micronutrient that supports every stage of pregnancy, the placenta, and the fetus to achieve a healthy pregnancy. This study aims to determine the association of secondhand smoke exposure during pregnancy and umbilical cord blood vitamin d levels with newborn weight. This research is a quantitative analytic observational study with a Cross-Sectional Study design. This research was conducted at Hermina Padang Hospital. The time of research was carried out from 14 December 2022 to 10 January 2023. The population in this study were all mothers who gave birth at Hermina Hospital. The sampling technique uses non-probability sampling. The number of samples in this study was 55 samples. Data analysis using the ANOVA test. The study results showed a significant mean difference between the level of exposure to cigarette smoke and birth weight. This can be seen from the p-value <0.05 (p=0.002) and no significant difference in the average blood vitamin D levels. Umbilical cord with birth weight, can be seen from the p-value>0.05 (p=0.484) at Hermina Padang Hospital. It is recommended that health workers provide counseling about exposure to cigarette smoke to pregnant women and mothers to pay attention to meeting the needs of vitamin D during pregnancy.  Keywords:  Newborn Weight, Secondhand Smoke Exposure, Vitamin D , Newborn Weight
Genetic Factors Causing the Prevalence of Anemia in Young Girls and Stunting in Toddlers: A Systematic Literature Review Afrina Mizawati; Nursyirwan Effendi; Delmi Sulastri; Rozi Sastra Purna
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 9 No. 9 (2023): September
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v9i9.4822

Abstract

The prevalence of anemia in adolescents at the national level is still considered quite high. Several factors are associated with the incidence of anemia in female adolescents, namely energy intake, protein intake, iron intake, vitamin C intake, tea or coffee drinking habits, investment in worms, knowledge, education and type of parental occupation, family income, and menstrual patterns as well as genetics. Stunting is also still a problem in Indonesia due to insufficient nutritional intake for quite a long time. Stunting occurs when the fetus is still in the womb and only appears when the child is two years old. anemia caused by malnutrition at an early age increases infant and child mortality. anemia in young women and also stunting in children is very dangerous. Where the purpose of research is to explain Genetic Factors Causing the Prevalence of Anemia in Young Girls and Stunting in Toddlers. A review is conducted on the state-of-the-art methods using the preferred reporting items for reviews and meta-analyses (PRISMA) guidelines. We review literature from several publications and analyze genetic factors that cause the prevalence of anemia in young women. The prevalence of anemia among young women is also caused by genetic factors. Young women tend to experience anemia because during this period they experience growth and development. The risk of anemia increases with physiological shifts such as menstrual periods. To prevent anemia, the government has planned a program for the Prevention and Control of Iron Nutrition Anemia in women of childbearing age which aims to reduce the prevalence of iron deficiency anemia in high school and junior high school students.