Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

HOMOSOSIALITAS DI PONDOK PESANTREN: STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AS-SAKAN Sudrajat Nur, Gian Nova; Priyatna, Aquarini; Zakaria, Mumuh Muhsin
HUMANIKA Vol 23, No 2 (2016): Juli-Desember
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.306 KB) | DOI: 10.14710/humanika.v23i2.13641

Abstract

This paper discusses the homosexual practices among students at Pondok Pesantren As-Sakan. By using queer and homosociality theory, the paper will show that human sexuality is a very complex continuum, in which homosexual practices can be manifested in various forms. It will be shown that same-sex relationships are built on male friendship patterns among men, mentorship, entilement, competition between homosexuality and heterosexuality in intimate relationships so that there is a shift in the relationship in it. The practice of sex segregation which is part of the normative practice of the boarding school, manifested in, for example, activities, rules and sanctions, as well as facilities and infrastructure of the school, can be argued to have engendered practices that can be categorized as homosexual practices.
COFFEE PRIANGAN IN THE NINETEENTH CENTURY Zakaria, Mumuh Muhsin
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 10, No 2 (2009): Nationalism, Ethnicity, and National Integrity
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.733 KB) | DOI: 10.17509/historia.v10i2.12227

Abstract

The course of Priangan history during almost two centuries, in the VOC and Dutch colonial period, was nearly identical to coffee cultivation. The consideration based on that Priangan was temporally the first region in Java where coffee cultivation introduced; then quantitatively coffee cultivation of Priangan engaged the number of manpower and large of land extensively so that consequently the product of coffee from this residency was always the highest than the other residencies throughout Java. Besides, in favour of coffee cultivation, within residency was operated very long aged system then known as Preangerstelsel from 1677 until 1870. (de Klein: 1986: 34)
From Tarekat to Arab Community: the Islamization Process in Indramayu Tabroni, Roni; Muhsin Z, Mumuh; Dienaputra, Reiza D; Mulyadi, R M
Paramita: Historical Studies Journal Vol 30, No 1 (2020): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v30i1.19947

Abstract

This research talks about the process of Islamization in Indramayu. The Islamization in Indramayu raises three main questions. The first question is, where was the arrival of Islam in Indramayu. Second, when is the appearance of Islam. Third, who has a role in the Islamization process. This research uses the historical method, which consists of four stages: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. This method was then collaborated with Islamic social movement theory to analyze the ideology of leadership and movement mobility of the propagator group of Islam in Indramayu. The results showed that the arrival of Islam in Indramayu came from the port of Cimanuk. Then spread to various areas, including in the countryside. Second, Islam has been dating in Indramayu since the 15th century. Third, some communities play a role in Islamization in Indramayu. The communities were very influential until the 19th century. They consisted of the Arab community and the adherents of the tarekat, especially from Cirebon. The first order to develop was Syattariyah. Meanwhile, the Arabic community leader from Cirebon was Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad Basy-Syaiban. He is a figure who originated from the Hadramaut in the early seventeenth century.Penelitian ini berbicara tentang proses islamisasi di Indramayu. Proses islamisasi di Indramayu memunculkan tiga pertanyaan utama. Pertanyan pertama adalah dari mama dan di mana kedatangan islam. Kedua, kapan waktu kedatangan Islam. Ketiga, siapa yang berperan dalam proses islamisasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedatangan Islam di Indramayu berasal dari pelabuhan Cimanuk. Kemudian menyebar ke berbagai daerah, termasuk di pedesaan. Kedua, Islam telah dating di Indramayu sejak abad ke 15. Ketiga, terdapat komunitas yang berperan dalam Islamisasi di Indramayu. Komunitas tersebut sangat berpengaruh sampai abad ke 19. Mereka terdiri atas komunitas Arab dan para penganut tarekat, terutama dari Cirebon. Tarekat pertama yang berkembang adalah Syattariyah. Sementara itu, tokoh komunitas arab yang berasal dari Cirebon adalah Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad Basy-Syaiban. Ia merupakan tokoh yang berasal dari Hadramaut pada awal abad ketujuh belas.
Prabu Siliwangi Between History and Myth Muhsin Z., Mumuh; Falah, Miftahul
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 1 (2021): Maritime and Socio-Economic History of Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i1.25049

Abstract

Abstract: Prabu Siliwangi is a historical figure, not a fairy tale or a mythical figure, although his figure is loaded with mythical things. Its existence is supported by several sources, both written and oral sources. Besides, the character of Prabu Siliwangi is also supported by social facts and mental facts. Prabu Siliwangi was the ruler who brought glory to the Sunda kingdom, so it is seen as the greatest king in the history of the Sunda kingdom stood. Nevertheless, from the manuscript, Carita Parahiangan (15th century), which contains information of the rulers of the Sunda kingdom, no king of Sunda is named Prabu Siliwangi. Then, who is Prabu Siliwangi? To answer the question, a historical study was conducted by implementing a historical research method that is operationally composed of four phases, namely Heuritsik, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that Prabu Siliwangi was a historical figure-Legendary. The people in Tatar Sunda very emotionally remember the people. There are various opinions on the identification of this character. Some argue that this nickname refers only to one character, but some have the opinion of the four figures and more. From the various sources of the manuscript used in this article, the identification of Prabu Siliwangi led to Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), the ruler of the Sunda kingdom who is domiciled Pakwan Pajajaran. Abstrak: Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah, bukan dongeng atau tokoh mitos walaupun sosoknya sarat dengan hal-hal yang bersifat mitos. Keberadaannya didukung oleh beberapa sumber, baik sumber tertulis maupun lisan. Selain itu karakter Prabu Siliwangi juga didukung oleh fakta sosial dan fakta mental. Prabu Siliwangi adalah penguasa yang membawa kejayaan kerajaan sunda, sehingga dipandang sebagai raja terbesar dalam sejarah kerajaan sunda berdiri. Namun demikian, dari naskah Carita Parahiangan (abad ke-15) yang memuat informasi tentang para penguasa kerajaan Sunda, tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Lalu, siapakah Prabu Siliwangi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan studi sejarah dengan menerapkan metode penelitian sejarah yang secara operasional terdiri dari empat tahap yaitu heuritsik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah-Legendaris. Orang-orang tersebut sangat diingat secara emosional oleh orang-orang di Tatar Sunda. Ada berbagai pendapat tentang identifikasi karakter ini. Ada yang berpendapat bahwa julukan ini hanya mengacu pada satu tokoh, tetapi ada pula yang berpendapat tentang empat tokoh dan banyak lagi. Dari berbagai sumber naskah yang digunakan dalam artikel ini, identifikasi Prabu Siliwangi mengarah pada Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), penguasa kerajaan Sunda yang berdomisili di Pakwan Pajajaran.  
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PRIANGAN ABAD KE-19 Mumuh Muhsin Zakaria
Sosiohumaniora Vol 13, No 1 (2011): SOSIOHUMANIORA, MARET 2011
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v13i1.5464

Abstract

Abad ke-19 bagi Priangan khususnya dan Pulau Jawa umumnya merupakan moment penetrasi kolonial yang sangat intens. Hal ini dilakukan melalui pelibatan hampir sebagian besar komponen masyarakat dalam mengusahakan tanaman komersial yang laku di pasar internasional, seperti nila, kopi, teh, dan kina. Hal tersebut tidak serta-merta mematikan aktivitas perekonomian dan pertanian subsitem penduduk Priangan. Malah yang terjadi adalah hubungan komplementer antar-keduanya. Hal ini dimungkinkan selain karena faktor geografis-ekologis yang kondusif juga karena jenis tanaman yang diusahakan dan jenis tanah yang digunakan tidak menyaingi sektor ekonomi pertanian. Peran elit lokal sangat besar dalam menciptakan keseimbangan dan harmonisasi relasi antar penduduk pribumi, pemerintah kolonial, dan elit lokal sendiri yang pada gilirannya berpengaruh terhadap peningkatan produk dan terciptanya suasana aman. Fakta historis yang ditemukan di Priangan menjadi indikator penting yang menjelaskan derajat relatif kesejahteraan masyarakatnya. Penelitian yang saya lakukan ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan kerja: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Kata Kunci: Sejarah, Priangan, Ekonomi, Kolonial.
IMPLEMENTASI PENGOBATAN ALTERNATIF SEBAGAI BENTUK KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT DESA MEKARGALIH KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG Mumuh Muhsin Zakaria; Dade Mahzuni; Ayu Septiani
Dharmakarya Vol 8, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (852.953 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v8i1.20424

Abstract

Pemukiman padat penduduk dan berada di wilayah industri biasanya mempunyai beberapa permasalahan. Satu di antara permasalahannya yaitu pencemaran lingkungan. Pun demikian dengan lingkungan Desa Mekargalih, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Wilayah padat penduduk yang berada di belakang kawasan industri di perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang ini memiliki masalah pencemaran lingkungan. Lingkungan yang telah tercemar tentu saja berdampak pada timbulnya berbagai penyakit. Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan pengabdian ini bertujuan mengimplementasikan pengobatan alternatif pada masyarakat Desa Mekargalih sebagai bentuk pertolongan pertama saat timbulnya penyakit. Pengobatan alternatif yang dimaksud ialah pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga yang mudah diperoleh. Untuk mencapai tujuan sebagaimana disebut di atas, pelaksanaannya dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi: inventarisasi, pelatihan, pendampingan, dan kaji tindak. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, masyarakat Desa Mekargalih memanfaatkan tanaman obat sebagai bentuk pencegahan dan pertolongan pertama terhadap penyakit-penyakit yang timbul akibat polusi udara, pengelolaan sampah yang tidak baik, dan pencemaran air. Pemanfaatan tanaman obat tersebut merupakan implementasi kearifan lokal masyarakat Desa Mekargalih yang masih dipertahankan hingga kini.
PENGEMBANGAN KERAJINAN TANGAN BERBASIS KEARIFAN BUDAYA DI PAKENJENG KABUPATEN GARUT Dade Mahzuni; Mumuh Muhsin Zakaria; Ayu Septiani
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (638.61 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v6i2.14867

Abstract

Kecamatan Pakenjeng termasuk wilayah di Jawa Barat yang tanahnya subur dengan berbagai macam tanaman yang hidup dengan baik, termasuk tanaman bambu. Namun demikian, tanaman bambu belum banyak dimanfaatkan optimal oleh warganya, kalau adapun terbatas hanya digunakan untuk bahan pembuatan pagar dan bilik saja. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada warga masyarakat mengenai pembuatan beberapa jenis barang kerajinan tangan dari bambu yang memiliki nilai jual, sehingga nantinya memberikan pendapatan kepada mereka. Untuk tujuan tersebut, akan dipilih dua puluh orang sebagai perwakilan masyarakat Pakenjeng yang   dilatih dan diberi keterampilan membuat barang kerajinan bambu sampai dengan pemasarannya.Dari hasil pelatihan dan pendampingan, peserta pelatihan ternyata memperlihatkan kesungguhan dan keinginan untuk berkembang. Barang-barang kerajinan tangan hasil pelatihan dan pendampingan dinilai oleh pelatih sudah baik, sehingga apabila dikembangkan dan dilatih terus menerus, maka produksi mereka ini dapat dijual sehingga dapat menambah penghasilan mereka. Diharapkan dari mereka yang dilatih akan meneruskan pengetahuan dan keterampilannya kepada warga masyarakat lainnya.
Memandang Wajah Negara Islam Di Indonesia: Usaha Pembelajaran Sejarah Melalui Materi Konflik Roni Tabroni; Mumuh Muhsin Zakaria; Reiza D. Dienaputra; R. M. Mulyadi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/ajsp.v10i1.4467

Abstract

Wajah negara Islam di Indonesia telah mengalami perubahan sejak pertama berdengung di masa Darul Islam hingga sekarang yang dibawa oleh Hizbut Tahrir. Perubahan terletak dalam bentuk gerakan, visi-misi, ide, undang-undang yang berlaku dan sistem pemerintahan yang dianut serta di adopsi. Konflik yang menyertai perubahan tersebut pun berwajah tak sama. Mulai dari konflik intern umat beragama, antar umat beragama hingga yang menggerogoti kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang variasi pembelajaran sejarah melalui materi konflik dan menumbuhkan kesadaran sejarah peserta didik. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Sumber data berasal dari informan, aktivitas pembelajaran, dan dokumen perangkat pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah melalui materi konflik  yang berkenaan dengan usaha pendirian Negara Islam Indonesia berkontribusi dalam hal kesadaran sejarah. Sebuah kesadaran sejarah tentang pentingnya persatuan dan kesatuan, pengorbanan dan cinta tanah air. Dengan belajar dari konflik tersebut peserta didik juga dapat membuat langkah antisipatif supaya kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan apresiasi yang muncul dari peserta didik terhadap materi yang lingkupnya dekat dengan mereka, terutama tema-tema agama terkategori sangat baik.
Tarekat dan Modal Sosial dalam Sistem Pendidikan Nahdlatul Wathan, 1966-1997 Abdul Rasyad; Reiza D. Dienaputra; Mumuh Muhsin Zakaria; Raden Muhammad Mulyadi
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 6, No 2 (2021): Pendidikan, Kebudayaan, dan Strategi Pertahanan
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jscl.v6i2.31812

Abstract

Tarekat [Islamic congregation] is always interesting to be studied, including the Tarekat Hizib that developed in the Islamic organization of Nahdlatul Wathan (NW). This paper aims to explain the development and exposes a system of tarekat education and understand the social capital relations involved in the NW organization. This study is a historical study which is carried out in four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. According to the study, the education system developed by NW combines the salafiyyah [An education system that condemns theological innovation and advocates strict adherence to shari'a and to the social structures existing in the earliest days of Islam] and khalafiyyah, in which on the one hand maintains the traditional education in pesantren [Islamic boarding schools], but on the other hand also follows government regulations in implementing the national education system. Meanwhile, tarekat relations in the tarekat education system become a social capital in the religious life of NW followers and shaping the characteristics and personality of the community as well as the spiritual messages outlined by the tarekat founders. During the period 1966 to 1997, it was the main period as well as the antithesis in changing the orientation of the spiritual life perspective among the NW followers which has been getting stronger.
TRUTH & POST TRUTH DEWASA INI Mohammad Refi Omar Ar Razy; Mumuh Muhsin Zakaria
SOSFILKOM : Jurnal Sosial, Filsafat dan Komunikasi Vol 15 No 02 (2021): Volume 15 No 02 Juli-Desember 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) - Universitas Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32534/jsfk.v15i02.2293

Abstract

Artikel ini berusaha menganalisis konsep mengenai kebenaran dan pasca kebenaran dalam kajian filsafat dikaitkan dengan kajian kontekstual. Perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia seolah tidak pernah berakhir, pasalnya perkembangan apa yang dianggap benar dewasa ini berbeda dengan apa yang dianggap benar pada masa sebelumnya. Perkembangan zaman dewasa ini yang sering disebut sebagai postmodernisme yang di dalamnya termasuk dalam banyaknya penemuan-penemuan yang dilakukan oleh manusia terutama mengenai penemuan teknologi ikut mempengaruhi hal-hal yang dianggap benar. Perkembangan kebenaran menuju pasca kebenaran juga bukanlah sesuatu yang instan tetapi melalui sebuah proses evolusi yang cukup lama sehingga perlu kajian yang cukup mendalam bagaimana proses tersebut, juga hal-hal yang dimaksud ke dalam isi dari konsepsi mengenai kebenaran dan pasca kebenaran. Selain itu, artikel ini menggunakan metode kualitatif di mana menekankan terhadap analisis-analisis sumber yang relevan dengan kajian yang dimaksud. Dari artikel ini dapat diketahui: 1) maksud dari kebenaran yang di dalamnya menggunakan pendekatan teori-teori kebenaran. 2) maksud dari pasca kebenaran dengan terlebih dahulu mengkaji mengenai pasca modern. 3) fenomena pasca kebenaran yang terjadi di Indonesia dengan lebih mengkaji kehidupan bersosial media yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan terutama mengenai politik dan ilmu pengetahuan.