Salah satu faktor penting dalam kegiatan akuakultur, namun memiliki dana operasional termahal adalah pakan. Sebagai upaya akuakultur berkelanjutan dan jaminan harga pakan yang terjangkau adalah melalui pemanfaatan bahan baku yang melimpah dan tidak bernilai ekonomis. Kelapa sawit dikenal sebagai tanaman multiguna, seperti pelepah sawit yang sebelumnya diketahui sebagai limbah perkebunan kelapa sawit jumlahnya melimpah dan tidak bernilai ekonomis. Bahan inovatif yang dapat dikembangkan menjadi olahan adalah tepung sebagai sumber nutrien bagi organisme budidaya termasuk pada ikan nila. Akan tetapi, bahan tersebut memiliki zat antinutrisi yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis probiotik yang sesuai sebagai bahan fermentasi dalam menurunkan kandungan zat antinutrisi tepung pelepah sawit yang diamati melalui respons pertumbuhan yang dihasilkan. Penelitian mengujikan jenis probiotik A (Effective Microorganisms/EM-4), B (Boster), C (Raja lele), dan D (Ragi tempe) masing-masing pada benih ikan nila. Setiap perlakuan diberi tiga kali ulangan. Benih ikan nila yang diberi pakan perlakuan berbahan baku tepung pelepah sawit yang difermenatsi dengan probiotik EM-4, Boster, Raja lele, dan ragi tempe menunjukkan respons pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik harian dan pertambahan bobot individu) masing-masing sebesar 6,01%; 5,87%; 7,71%; 3,75% dan 7,34g; 7,03g; 9,95g; 3,75g. Rasio konversi pakan dan kelangsungan hidup masing-masing sebesar 1,09; 1,11; 0,92; 2,11 dan 70%; 73,3%;80%; 50%. Hasil analisis menunjukkan respons pertumbuhan dan kelangsungan hidup lebih tinggi dan rasio konversi pakan lebih rendah (P<0,05) pada ikan hasil perlakuan pakan berbahan baku tepung pelepah sawit yang difermentasi dengan probiotik Raja lele. Fermentasi tepung pelepah sawit sebagai bahan baku pakan menggunakan probiotik Raja lele memberikan respons pertumbuhan tertinggi.