cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 248 Documents
Pemaparan Gelombang Elektromagnetik Telepon Genggam pada Mencit (Mus musculus albinus) Periode Awal Kebuntingan Vincentia Maria; Kusdiantoro Mohamad; Arief Boediono
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 1 (2014): Januari 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.16 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.1.36-41

Abstract

Peningkatan penggunaan telepon genggam diiringi dengan peningkatan kepedulian masyarakatterhadap bidang kesehatan dan keamanan terkait emisi gelombang elektromagnetik yang berasaldari telepon genggam. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keamanan paparan gelombangelektromagnetik telepon genggam melalui pengamatan terhadap jumlah implantasi dan anak lahirdengan menggunakan mencit sebagai hewan model. Dua puluh empat ekor mencit betina disinkronisasidan dikawinkan dengan mencit jantan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 (single mating).Pemaparan dilakukan dengan gelombang berfrekuensi 900 MHz selama 7 hari pertama setelah mencitkawin. Mencit betina dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan lamanya waktu paparan. Waktupaparan adalah satu, dua, dan empat kali per hari dengan masing-masing lama paparan 15 menit untukkelompok pertama, kedua, dan ketiga, sementara kelompok keempat sebagai kelompok kontrol tidakdiberikan paparan. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata lama paparan gelombangelektromagnetik telepon genggam terhadap jumlah implantasi dan anak lahir dari induk yang terpapar(P>0,05). Untuk seluruh kelompok, jumlah implantasi berkisar antara 8,66 sampai dengan 10,00 danjumlah anak lahir berkisar antara 10,00 sampai dengan 12,33; tidak berbeda nyata dengan nilai padakelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, lama paparan gelombang elektromagnetik yang berasaldari telepon genggam dalam penelitian ini masih berada dalam tingkat aman untuk mencit bunting.
Identifikasi Kecacingan pada Satwa Liar dan Ternak Domestik di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Dedi Candra; Efrida Warganegara; Samsul Bakri; Agus Setiawan
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.128 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.57-67

Abstract

Penyakit kecacingan dan interaksi antara satwa liar dengan ternak domestik di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dalam pengelolaan konservasi di TNWK dan pemeliharaan ternak di desa penyangga TNWK. Penelitian ini bertujuan untuk identifi kasi keberadaan cacing pada sampel tinja (feses) satwa liar (harimau, badak, dan gajah) dan ternak domestik (sapi, kerbau, dan kambing) di sekitar TNWK. Pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan yaitu pada periode Januari-Juli 2014 dan Oktober 2014 - Februari 2015; dengan lokasi pengambilan mencakup 36 lokasi (11 lokasi di TNWK dan 25 lokasi di desa-desa penyangga). Identifikasi cacing dari feses dilakukan dengan metode natif, pengendapan dan pengapungan, penghitungan telur dengan metode Mc Master, dan telaah potensi cacing zoonosis dengan studi literatur. Tidak ditemukan cacing pada harimau, sementara itu pada badak dan gajah Sumatera ditemukan Paramphistomum spp dan Strongyloides spp. Cacing yang ditemukan pada kerbau, sapi dan kambing ialah Paramphistomum spp, Fasciola spp, Trichuris spp, Mecistocirrus spp, Strongylus spp, Bunostomum spp, Haemonchus spp, Strongyloides spp, Oesophagostomum spp, Nematodirrus spp, dan Trichostrongylus spp. Inang ternak domestik (kerbau dan sapi) berpotensi menjadi vektor penularan Paramphistomum spp ke satwa liar. Kemungkinan cacing gastrointestinal yang berpotensi sebagai zoonosis ialah Fasciola spp, Strongyloides spp, Oesophagostomum spp, Haemonchus spp, Trichostrongylus spp dan Trichuris spp.
Pencemaran Bakteri dalam Air Sumur di Sekitar Peternakan Sapi Potong di Yogyakarta Widodo Suwito; . Supriadi; Erna Winarti; Nyoman Ayu Anggreni Tisnawati
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.371 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.43-48

Abstract

Air sumur merupakan salah satu sumber air untuk keperluan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi air sumur di sekitar kandang kelompok sapi potong di Yogyakarta. Telah dikumpulkan sebanyak 12 contoh air sumur di sekitar kandang kelompok sapi potong dari Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Contoh air sumur diperiksa terhadap Coliform dan E. coli dengan metode most probable number (MPN), sedangkan Salmonella sp. dengan isolasi dan identifikasi dengan metode Andrews & Hammack. Sebanyak 91,6% dari 12 contoh air sumur, jumlah Coliform dan E. coli melebihi ambang batas baku mutu air rumah tangga. Salmonella sp. berhasil diisolasi dari air sumur di sekitar kandang sapi potong Kabupaten Kulon Progo. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa air sumur di sekitar kandang di Yogyakarta hampir seluruhnya tercemar Coliform dan E. Coli.Kata kunci: pencemaran, air sumur, peternakan, sapi potong. (Contamination of Bacteria in Well Water Around Beef Cattle Farm in Yogyakarta)Well water is one of the sources of water to use in housewifery. The aim of this study was to determine microbiological contamination of well water around beef cattle farms in Yogyakarta. A total of 12 well water samples were collected from around beef cattle farms in Sleman, Kulon Progo, and Bantul district. These samples were analyzed for Coliform and E. coli by using most probable number (MPN), where as Salmonella sp. with isolation and identification by Andrews & Hammack methods. A total 91.6% of 12 well water samples have Coliform and E. coli that exceeds the threshold household water quality standards. Salmonella sp. was isolated from well water around beef cattle farm in Kulon Progo district. In conclusion, the well water samples around beef cattle farms in Yogyakarta contaminated Coliform and E. coli.Keywords: contamination, well water, livestock, beef cattle.
Imunohistokimia Patogenitas Viral Nervous Necrosis Isolat Lapang Bali yang Diinfeksikan pada Kerapu Macan Budidaya Putu Eka Sudaryatma; Artanti Tri Lestari
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.892 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.54-61

Abstract

Di Indonesia dilaporkan bahwa VNN (Viral Nervous Necrosis) telah menyerang sebagian besar budidaya ikan kerapu dengan tingkat kematian 100%. Untuk mencegah penyebaran penyakit VNN pada kerapu yang dilalulintaskan Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan kelas I Denpasar mengembangkan pemeriksaan imunohistokimia untuk mengetahui tingkat patogenitas VNN sebagai dasar penanggulangan dan pencegahan penyakit VNN di wilayah Bali. Kerapu macan berukuran 150 g - 300 g sebanyak 50 ekor diaklimatisasi, sepuluh ekor kerapu sebagai kontrol, 40 ekor diinjeksi dengan inokulum VNN (isolat Bali) konsentrasi 101,5 yang dipelihara tanpa siklus pergantian air. Pengamatan gejala klinis dan pengambilan sampel organ dilakukan 12 jam pasca infeksi dan berturut-turut setiap 12 jam. Pengambilan organ digunakan untuk pemeriksaan imunohistokimia (streptavidin-biotin) dan uji konfirmasi menggunakan pemeriksaa RT- PCR kit IQ-2000 VNN. Hasil imunohistokimia pada 24 jam pertama hanya menyerang mata dan otak, 36 jam pasca infeksi virus penyebab VNN terdapat di organ jantung, 48 jam pasca infeksi virus penyebab VNN terdapat di organ hati dan limpa yang diakhiri pada 60 jam pasca infeksi virus penyebab VNN berada di organ ginjal. Distribusi VNN yang luas pada seluruh organ tubuh menunjukkan bahwa viraemia menjadi faktor penting dalam patogenesis infeksi penyakit VNN.Kata kunci: VNN, patogenitas, kerapu macan, imunohistokimia (Imunohistochemistry of Pathogenicity Viral Nervous Necrosis Bali Field Isolate are Infected in Tiger Grouper Marine Culture)In Indonesia was reported VNN (Viral Nervous Necrosis) has invaded most of grouper culture with a mortality rate of 100%. To prevent the spread of VNN in groupers export from Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan kelas I Denpasar, it develop immunohistochemistry to determine the level of pathogenicity VNN as a basis for prevention and disease prevention VNN in Bali. Tiger grouper sized 150 - 300 g as much as 50 animals acclimatized, ten head of grouper as a control, 40 tails were injected with an inoculum concentration of 101.5 VNN are preserved without change of the water cycle. Observation of clinical symptoms and organ sampling performed 12 hours post-infection and successively every 12 hours, making the organ used for immunohistochemistry (streptavidin-biotin) and a confirmatory test using RT - PCR kit examination of the IQ -2000 VNN. Immunohistochemical results on the first 24 hours only attacks the eyes and brain, 36 hours post-infection the virus that was found in cardiac, 48 hours post-infection the virus that VNN contained in the liver and spleen were terminated at 57 hours post-infection the virus in the kidney. Spread of VNN distribution in all organs showed that viraemia is an important factor in the pathogenesis of infectious diseases VNN.Keywords: VNN, immunohistochemistry, tiger grouper, patogenitas
Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Praktik Petugas Karantina Hewan dalam Pengendalian Bruselosis di Sulawesi Selatan . Sumitro; Hadri Latif; Etih Sudarnika
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.429 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.62-69

Abstract

Praktik atau perilaku petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis dipengaruhi oleh faktor internal berupa karakteristik individu yang bersifat khas dan dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa lingkungan, sosial dan budaya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik individu petugas karantina hewan dan menganalisis pola hubungan karakteristik, pengetahuan, dansikap terhadap praktik petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis di Sulawesi Selatan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Metode pengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan terhadap 51 orang petugas karantina hewan di dua Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian di Sulawesi Selatan. Pengumpulan data menggunakan kuisioner terstruktur, dan dianalisis menggunakan path analysis. Hasil studi menunjukkan bahwa karakteristik petugas karantina hewan sebagian besar berusia antara 30-45 tahun, telah bekerja sebagai PNS maupun bekerja di tempat yang sekarang kurang dari lima tahun, pendidikannya SMA/sederajat. Tidak semua petugas karantina hewan adalah pejabat fungsional dan mayoritas belum pernah mengikuti pelatihan terkait bruselosis. Terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan dan pengetahuan, pengetahuan dan sikap, serta sikap dan praktik. Pendidikan formal berperan penting dalam terbentuknya pengetahuan, sikap, dan praktik petugas karantina hewan dalam pengendalian bruselosis. Sehingga upaya peningkatan pendidikan formal pada petugas karantina hewan perlu dilakukan.
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Trenggiling (Manis javanica) Yusrizal Akmal; Chairun Nisa’; Savitri Novelina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.997 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.74-81

Abstract

Organ reproduksi trenggiling merupakan hal yang penting dalam menunjang upaya konservasi, karena trenggiling termasuk dalam kategori endangered species oleh IUCN dan dilindungi pemerintah berdasarkan UU No. 5/1990 serta PP No. 7/1999, meskipun menurut CITES termasuk appendix II. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari makroanatomi organ reproduksi jantan trenggiling (M. javanica). Organ reproduksi jantan dari lima ekor trenggiling digunakan pada penelitian ini. Pengamatan dilakukan terhadap posisi in situ, morfologi dan morfometri, yang meliputi pengukuran panjang, lebar atau diameter, tebal, dan dari masing-masing bagian organ reproduksi jantan trenggiling dengan menggunakan kaliper dalam satuan cm, serta bobot dalam satuan gr. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa trenggiling memiliki sepasang organ reproduksi yang terdiri atas testes, epididymis dan ductus deferens yang selanjutnya bermuara ke urethra.Testes terletak di subcutanea daerah inguinales, serta tidak terbungkus oleh scrotum. Testis dexter dan sinister memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama. Ukuran rata-rata testis adalah panjang 3,78 ± 0,12 cm, lebar 1,24 ± 0,02 cm, tebal 0,90 ± 0,03 cm, dan bobot 5,64 ± 0,04 g. Epididymis membentuk caput, corpus dan cauda dengan panjang rata-rata 4,78 ± 0,02 cm, sedangkan panjang rata-rata ductus deferens adalah 8,98 ± 0,31 cm. Penis berukuran kecil dan pendek, bertipe muscolocavernosus dengan rata-rata panjang dan diameter adalah 5,39 ± 1,63 cm, dan 0,64 ± 0,03 cm. Ditemukannya testes ascrotalis di subcutanea daerah inguinales merupakan hasil yang menarik dari penelitian ini yang diduga terkait dengan perilaku trenggiling menggulung tubuh.Kata kunci: trenggiling (M. javanica), organ reproduksi jantan, testes ascrotalis
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Biawak Air Asia, Varanus salvator (Reptil: Varanidae) . Mahfud; Chairun Nisa’; Adi Winarto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 3 No. 1 (2015): Januari 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.266 KB) | DOI: 10.29244/avi.3.1.1-7

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan tingkat eksploitasi biawak V. salvator terbesar di dunia yang sebagian besar untuk melayani permintaan perdagangan kulit. Tingginya permintaan kulit biawak di Indonesia mengkhawatirkan menyebabkan turunnya populasi satwa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari anatomi organ reproduksi jantan biawak air asia (Varanus salvator) (Reptil: Varanidae). Dua ekor biawak jantan dewasa digunakan dalam penelitian ini. Hewan dianestesi, dilakukan exanguinasi, dan difiksasi dengan larutan paraformaldehida 4% secara perfusi. Pengamatan dilakukan terhadap situs viscerum, morfologi, dan morfometri organ reproduksi mulai testis sampai hemipenis. Secara makroskopis, organ reproduksi jantan V. salvator terdiri atas testis, ductus epididymidis, ductus deferens dan hemipenis yang masing-masing berjumlah sepasang. Posisi testis menggantung di dinding dorsal coelom melalui mesorchium. Dari bagian dorsal testis terdapat ductus epididymidis yang panjangsampai di ujung kaudal ginjal. Ductus deferens, berupa saluran kecil, lurus dan berakhir di ujung hemipenis yang terletak di dalam pangkal ekor. Pada bagian kranial hemipenis ditutupi oleh papillae berbentuk konikal. Di kaudal dari hemipenis ditemukan otot retraktor yang memanjang ke arah ekor, dan diduga berperan menarik hemipenis ke dalam setelah kopulasi. Organ reproduksi jantan biawak secara umum mirip dengan reptilia lain khususnya ular dan kadal, dengan karakteristik adanya sepasang hemipenis.Kata kunci: Varanidae, Varanus salvator, organ reproduksi jantan, hemipenis, otot retraktor. (Anatomy of The Male Reproductive Organ of Water Monitor, Varanus salvator (Reptil: Varanidae))Indonesia is a country with high levels of exploitation of Varanus salvator that mainly serve the demand of leather trade. The high demand of lizard leather in Indonesian was alarming, cause a decline population of these animals. To improve our understanding on reproduction organs of the animal, we conduct this anatomical study. The study was used two adult male lizards. The animals were anesthetized, exanguinated and fixated in 4% paraformaldehyde by tissue perfusion method. Observations were performed to the visceral site, morphological and morphometrical of the male reproductive organs, from testes to hemipenes. Macroscopically, male reproductive organs of V. salvator were a pair of testes, epididymidis ducts, deferens ducts and hemipenes. The testis attached to dorsal wall of the coelom and fixed by the mesorchium. The epididymidis duct was long tubes that located in the dorsal of testes, winding up at the caudal end of the kidney. The deferens duct was a small duct, running straight and last at the end of each hemipenis, located at the base of the tail. The cranial part of each hemipenis was covered by conical shaped papillae. Furthermore, at the caudal of each hemipenis was found the retractor muscle that extends toward the tail, and is thought to contribute to the retracting hemipenis after copulation. The male reproductive organs of V. salvator are generally similar to the other reptiles, especially snakes and lizards, with peculiar a pair of hemipenes.Keywords: Varanidae, Varanus salvator, male reproductive organs, hemipenes, retractor muscles.
Efek Antimitogenik Fraksi Alkaloid Achyranthes aspera Linn. terhadap Induksi Apoptosis pada Mencit yang Terinfeksi Mycobacterium tuberculosis Dewa Ketut Meles; . Wurlina; I Dewa Putu Anom Adnyana; Sunarni Zakaria; Dewa Made Sucipta Putra; Niluh Suasanti
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 3 No. 1 (2015): Januari 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.499 KB) | DOI: 10.29244/avi.3.1.8-15

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi efek antimitogenik dari ekstrak fraksi alkaloid daun Achyranthes aspera Linn. terhadap induksi apoptosis, pertumbuhan dan perkembangan sel paru-paru yang diinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Efek antimitogenic dari alkaloid A. aspera diujikan pada 120 ekor mencit yang diinfeksikan dengan 100 sel/mL M. tuberculosis dan dibagi menjadi 6 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 20 ekor. Kelompok perlakuan terdiri dari: kontrol negatif dengan tikus sehat yang diberikan adjuvant saja, kontrol positif dengan diberikan rifampisin 600 mg/kgbb/hari, dan kelompok perlakuan P0 , P1 , P2 , dan P3 yang diinfeksi M. tuberculosis dan diberikan alkaloid dengan dosis bertingkat 0, 60, 12, dan 180 mg/kgbb/po/hari selama 30 hari. Parameter pengamatan terdiri dari: jumlah total leukosit, jumlah total jenis leukosit, jumlah karbuncel di paru-paru, dan jumlah sel paru-paru yang mengalami apoptosis. Hasil penelitian menunjukkan pada tikus yang terinfeksi M. tuberculosis mengalami penurunan jumlah total dan jenis leukosit (eosinofil, neutrofil, lmfosit dan monosit), dan jumlah karbunkel di paru-paru pada kelompok perlakuan akaloid mulai dosis 60 mg/kgbb. Jumlah sel di paru-paru yang mengalami apoptosis juga mengalami penurunan pada kelompok pemberian akaloid daun A. aspera mulai dosis 60 mg/kgBB sama dengan kelompok rifampisin. Kesimpulan dari penelitian bahwa alkaloid daun A. aspera menyebabkan penurunan jumlah total dan jenis leukosit, serta jumlah karbuncel dan sel paru yang mengalami apoptosis pada tikus yang terinfeksi oleh M. tuberculosis.Kata kunci: Achyranthes aspera Linn., antimitogenik, paru-paru tuberkulosis, apoptotis, leukosit (The Antimitogenic Effect of Alkaloid Fraction of Achyranthes aspera Linn. on Apoptotic Induction in Mice Infected by Mycobacterium tuberculosis)The aims of this research was to determine the antimitogenic effect of alkaloid Achyranthes aspera Linn. on apoptotic induction, growth and cell development in lung cell infected by Mycobacterium tuberculosis. Antimitogenic effect of alkaloid A. aspera was tested in 120 mice that infected with 100 cell/mL M. tuberculosis and divided into 6 groups so that each group consist of 20 mice. The treatment groups were: negative control that healthy mice was given adjuvans only, positive control that was given rifampisin 600 mg/kg bb/day, and treatment group of P0 , P1 , P2 and P3 infected by M. tuberculosis and given alkaloid with dose 0, 60, 12 and 180 mg/kgbw/po/day continously during 30 days. The parameter of observation were total leucocyte count, total differential leucocyte count, total carbuncel in lung, and percentage of apoptotic lung cells. The result showed that mice infected by M. tuberculosis have decreased in total leucocyte and diferentiated leucocyte total (eosinophil, neutrophil, lymphocyte, and monocyte), and total carbuncel in lungs after treated by akaloid A. aspera with dose begin 60 mg/kgbw. Apoptotic cell in lung was also decreased in the group tretaed by akaloid A. aspera with dose begin 60 mg/kgbw that the value was equal to the group of rifampisin. In conclusion, treatment of alkaloid from A. aspera caused depreciation in leucocyte total and leucocyte differentiation, and total of carbuncel and apoptotic cell in the lung in mouse that infected by M. tuberkulosis.Keywords: Achyranthes aspera Linn., antimitogenic, tuberculosis lung, apoptotic, leucocyte 
Deteksi Salmonella spp. pada Telur Ayam Konsumsi yang Dilalulintaskan melalui Pelabuhan Tenau Kupang Susanto Nugroho; Trioso Purnawarman; Agustin Indrawati
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 3 No. 1 (2015): Januari 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.83 KB) | DOI: 10.29244/avi.3.1.16-22

Abstract

Salmonelosis adalah salah satu penyakit food-borne bakterial zoonotik yang paling penting di seluruh dunia. Salmonella spp. adalah penyebab salmonelosis akibat konsumsi makanan berbahan dasar unggas dan produk unggas yang terkontaminasi. Unggas dan telur ayam dianggap merupakan salah satu reservoir Salmonella spp. yang paling penting. Salmonella spp. ditularkan melalui rantai makanan dan akhirnya menular ke manusia. Meningkatkan keamanan produk unggas dengan cara deteksi dini terhadap food-borne patogen merupakan komponen penting untuk membatasi kontaminasi Salmonella spp.. Metode deteksi dan identifikasi Salmonella spp. merupakan strategi yang dirancang untuk mencegah kontaminasi unggas dan produk unggas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi Salmonella spp. dari telur ayam yang berasal dari 4 pengirim telur menggunakan metode konvensional. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus menduga prevalensi dan diambil menggunakan metode acak berlapis. Analisis data hasil positif Salmonella spp. dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil pengujian dari 270 sampel, 5 pengujian dengan metode konvensional positif Salmonella spp.. Berdasarkan hasil pengujian positif kontaminasi Salmonella spp. pada telur ayam maka diperlukan evaluasi terhadap pengiriman telur ayam konsumsi antar pulau.Kata kunci: kontaminasi, Salmonella spp., metode konvensional, telur ayam. (Detection of Salmonella spp. in Commercial Hen Eggs Entering through Tenau Port Kupang)Salmonellosis is one of the most important food-borne bacterial zoonotic diseases worldwide. Salmonella spp. are causative agent of salmonellosis associated with contaminated commercial poultry and poultry product. Poultry and eggs are considered one of the most important Salmonella spp. reservoirs. Salmonella spp. were able to pass through the food chain and ultimately transmitted to humans. Improving safety of poultry products by early detection of food-borne pathogens would be considered an important component for limiting exposure to Salmonella contamination. Detection and identification method for Salmonella spp. are considered to be an important component of strategies designed to prevent poultry and poultry product. The aims of the study were to detect Salmonella spp. from hen eggs collected from 4 exporters using conventional method. Samples size were calculated using estimates prevalence formula and selected by stratified random sampling. Data regarding the proportion of Salmonella spp. positive samples were analyzed descriptively. 270 samples, 5 test by conventional method were positive Salmonella spp.. According of positive test results Salmonella spp. contamination in hen eggs was necessary to evaluate the delivery of commercial hen eggs between islands.Keywords: conventional methods, hen eggs, Salmonella spp. contamination.
Penerapan Multivariate Adaptive Regression Spline sebagai Alat untuk Pemodelan Pertumbuhan Ayam Broiler Benjamin Christoffel Tehupuring; . Soeharsono; Saiful Hadi
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 3 No. 1 (2015): Januari 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.346 KB) | DOI: 10.29244/avi.3.1.23-28

Abstract

Model pertumbuhan mempunyai fungsi utama sebagai alat pengambilan kebijakan pada pengolahan ayam broiler. Sebanyak 9 jenis pakan dicobakan pada ayam umur satu hari tanpa membedakan jenis kelamin. Pertambahan bobot badan dan jumlah konsumsi pakan diamati setiap minggu selama tiga minggu. Data dikumpulkan dari tiga model pertumbuhan yaitu model I untuk ayam yang mendapat perlakuan pakan 9. Model II untuk ayam yang mendapat perlakuan pakan 1, 2, 4, dan 7. Model III mendapat perlakuan pakan 3, 5, 6, dan 8. Hasil analisa data dengan menggunakan MARS pada data yang dikumpulkan, memperoleh hasil yang sama yaitu terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara umur satu sampai dengan dua minggu, kemudian dua sampai tiga minggu, sedangkan pengaruh jumlah konsumsi, beragam bergantung pada jenis pakan.Kata kunci: MARS, umur, pertambahan bobot badan, ayam broiler (Application of Multivariate of Adaptive Regression Spline as A Tool for Growth Modeling on Broiler Chickens)Growth model has a primary function as a policy-making tool in the processing of broiler chickens. A total of 9 types of feed tested at one day old chickens, regardless of their sex. Body weight gain and feed intake were observed every week for three weeks. Data were collected from three models of growth, ie. the Model I are chickens treated with feed 9. Model II are chickens reated with feed 1, 2, 4, and 7. Model III are chickens treated with feed 3, 5, 6 and 8. The results of data analysis using MARS, obtained the same results that there are differences in growth rate between the ages of one to two weeks, and then between two to three weeks, whereas the effect of the amount of consumption varies depending on the type of feed.Keywords: MARS, age, weight gain, broiler chickens

Page 3 of 25 | Total Record : 248