cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 248 Documents
Gangguan Reproduksi Sapi Bali pada Pola Pemeliharaan Semi Intensif di Daerah Sistem Integrasi Sapi - Kelapa Sawit Agung Budiyanto; Tarsisius Considus Tophianong; . Triguntoro; Henny Kusuma Dewi
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 1 (2016): Januari 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.12 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.1.14-18

Abstract

Pemeliharaan sapi Bali di Kotamadya Bengkulu dengan sistem Sistem Integrasi Sapi - Kelapa Sawit (SISKA) sudah berjalan beberapa tahun. Salah satu parameter keberhasilan program ini adalah performa reproduksi sapi Bali. Performa reproduksi sapi Bali menggambarkan kualitas dari sistem manajemen pemeliharaan yang telah dilakukan. Kajian performa reproduksi sapi Bali tersebut sudah dilakukan dengan pemeriksaan reproduksi secara per rektal dan analisa data recording peternak dan petugas. Tujuan utama dari program manajemen reproduksi adalah mendapatkan produksi yang optimal dan keuntungan yang maksimal. Efisiensi reproduksi menentukan produktivitas, profitabilitas dan keberlanjutan dari setiap usaha peternakan. Adanya gangguan reproduksi menyebabkan inefisiensi reproduksi. Kondisi ini akan menyebabkan kerugian ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi gangguan reproduksi dan respon kesembuhannya. Sebanyak 333 ekor sapi Bali betina dengan umur minimal 2 tahun dilakukan pemeriksaan reproduksi. Metode penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan reproduksi secara per rektal. Penanganan gangguan reproduksi dinyatakan sembuh apabila timbulnya respon klinis berupa estrus. Data yang diperoleh kemudian dicatat dan dianalisa secara deskriptif. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa 193 (57,95 %) sapi betina mengalami gangguan reproduksi yang meliputi delayed pubertas, hipofungsi ovarium, metritis, endometritis dan anestrus postpartum. Sedangkan sebanyak 80 (41,45 %) sapi sudah menunjukan gejala estrus. Adanya interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan atau manajemen (nutrisi), respon individual, jenis gangguan reproduksi dan derajat keparahan gangguan reproduksi akan menimbulkan respon kesembuhan yang bervariasi dari setiap penanganan gangguan reproduksi.Kata kunci: gangguan reproduksi, sapi Bali, estrus, Bengkulu. (Bali Cattle Reproductive Disorders with Semi Intensive Management in The Area of Cattle - Oil Palm Integration System)The maintenance of Bali cattles in Bengkulu regency with cattle - oil palm integration system (SISKA) has been running several years. The one parameters of the success this program is the reproductive performance of Bali cattle. Bali cattle reproductive performance describe the quality of the maintenance management system that has been done. Bali cattle reproductive performance study has been conducted with reproductive rectal examination and analysis of the data recording breeders and farmer. The main purpose of the reproductive management program was getting the optimal production and maximum benefit. Reproductive efficiency determines the productivity, profitability and sustainability of each farm. The inefficiency reproductive was caused by existence of reproductive disorders. These conditions cause economic losses. The purpose of this study was to determine the condition of reproductive disorders and recovery response. A total of 333 cows Bali females with at least 2 years of age has been reproductive examination. The research methods were done through classification for several stages, anamnesis, clinical examination and reproductive examination by rectally palpation. Treatment of reproductive disorders declared cured if the onset of clinical response in the form of estrus. The data obtained then were recorded and analyzed descriptively. Based on the results of the examination reported that 193 (57.95%) of female Bali cattles experiencing reproductive disorders which include delayed puberty, ovarian hypofunction, metritis, endometritis and postpartum anestrus. While as many as 80 (41.45%) of female Bali cattles were showing signs of estrus. The existence of complex interactions between environmental factors or management (nutrition), individual responses, the type and severity of reproductive disorders were affected of varies healing response from each treatment of reproductive disorders.Keywords: reproductive disorders, bali cattle, oestrus, Bengkulu.
Trichinellosis pada Babi di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara Syahdu Pramono; Fadjar Satrija; Trioso Purnawarman
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 1 (2016): Januari 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.403 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.1.27-34

Abstract

Trichinellosis adalah penyakit zoonnotik yang berasal dari makanan yang disebabkan oleh cacing nematoda Trichinella spp. Penyakit ini masih kurang mendapatkan perhatian di negara maju dan negara berkembang. Parasit ini mempunyai distribusi yang sangat luas hampir di seluruh dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji keberadaan trichinellosis pada daging babi di Manado. Penelitian ini menggunakan lintas sektional dengan total sampel otot maseter babi (n=139) dan otot diafragma babi (n=139) berasal dari 4 rumah potong hewan babi di Manado. Pengujian laboratorium terhadap Trichinella spp. menggunakan uji pool digesti terdeteksi larva yang diduga Trichinella spp. dalam satu pool yang terdiri dari 9 sampel otot diafragma babi. Pool yang terdeteksi positif kemudian secara individu diuji dengan menggunakan uji kompresi dan dilakukan pembuatan preparat dengan metode pengecatan Hemaktosili Eosin. Hasil dari pengujian individual tidak terdeteksinya Trichinella spp. pada sampel yang diuji. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diatas daging babi yang diperiksa tidak terinfeksi oleh Trichinella spp.Kata kunci: digesti, kompresi, Trichinella spp. (Trichinellosis in Pig in Manado North Sulawesi Province)Trichinellosis is a food-borne zoonotic disease caused by the nematode Trichinella spp. However it is still a neglected disease in development and developing country. This parasite has worldwide distribution in a worldwide. The aims of this study were to observe the occurance Trichinella spp. in pork in Manado. The research was conducted using cross sectional study. A total of pig masseter muscle (n=139) and pig diaprhagmatic muscle (n=139) came from 4 slaughter house in Manado. Laboratory examination of Trichinella larvae using pooled sample digestion method was detected one larva in a pooled batch of 9 pig diaprhagmatic muscle samples whereas the suspected positive findings were individually subjected to the compression method and Hematoxilin Eosin staining method. The result showed that the infected  could not be identified. Based on these findings, the absence of Trichinella infection in pigs slaughtered pigs indicates that not infected by Trichinella spp.Keywords: compression, digestion, Trichinella spp.
Motilitas dan Abnormalitas Spermatozoa Ayam Kampung dengan Pengencer Ringer Laktat-Putih Telur dan Lama Simpan pada Suhu 5 C selama 48 Jam Aras Prasetiyo Nugroho; Dadang Mulyadi Saleh
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 1 (2016): Januari 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.048 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.1.35-41

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara rasio pengencer ringer laktat-putih telur dan penyimpanan selama 48 jam pada suhu 5 C terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa ayam kampung. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 6 x 5 dengan faktor R yaitu rasio pengencer ringer laktat dengan putih telur (r0=kontrol, r1=ringer laktat, r2=ringer laktat 75% + putih telur 25%, r3=ringer laktat 50% + putih telur 50%, r4=ringer laktat 25% + putih telur 75%, dan r5=putih telur) dan faktor T yaitu penyimpanan selama 48 jam pada suhu 5 C (t1=1 jam, t2=12 jam, t3=24 jam, t4=36 jam, t5=48 jam) masing-masing perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing faktor memberikan pengaruh terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa ayam kampung (p<0,05). Hasil menunjukkan motilitas terbaik spermatozoa ayam kampung dihasilkan oleh perlakuan ringer laktat dengan penyimpanan selama 12 jam (82,5%). Selanjutnya, abnormalitas terbaik spermatozoa ayam kampung (8,5%) dihasilkan oleh perlakuan ringer laktat dengan penyimpanan selama satu jam. Persentase abnormalitas spermatozoa dari semua perlakuan menunjukkan kurang dari 20%. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa spermatozoa ayam kampung yang diencerkan dengan ringer laktat dengan penyimpanan pada suhu 5 C dapat digunakan untuk inseminasi sampai 12 jam.Kata kunci: spermatozoa, ayam kampung, pengencer, ringer laktat, putih telur (Motility and Abnormality of Kampong Rooster Sperm Diluted with Different Kinds of Extenders and Stored at 5 C for 48 Hours)The purpose of this research was to determine the interaction effects between types of extender and storage time on sperm motility and abnormality of kampong rooster. This experiment was implemented following a 6x5 factorial design, in which the ratio between Ringer Lactat and egg albumen i.e. r0= control; r1=ringer lactat; r2=75% ringer lactate+25% egg albumen; r3=50% ringer lactate+50% egg albumen; r4=25% ringer lactate+75% egg albumen, and r5=egg albumen as the first factor and storage time which consisted of t1=1 hour; t2=12 hrs; t3=24 hrs; t4=36 hrs as the second factor. Each of the treatment was replicated four times. Results indicated that the types of extender and storage time had no significant interaction (p>0.05) on the percentage of motility and abnormality of kampong rooster sperm. However, each of the treatment had a significant effect (p<0.05) on the motility and the abnormality of kampong rooster sperm. The highest value of sperm motility (82.5 %) was obtained from a ringer lactat extender. This sperm motility value has a significant difference (p<0.05) from the 5 other types of extender. The lowest value of sperm abnormality (8.5%) was obtained from an hour of storage time. This value has a significant difference (p<0.05) than the 4 other treatments. However the percentage of abnormal sperm from all the treatments is less than 20 percent. It could be concluded that kampong rooster sperm which diluted with ringer lactate stored at 5 0C can still be utilized for Insemination not until 12 hours of stored.Keywords: sperm, kampong rooster, extender, ringer lactatee, egg albumen
Kinerja Kesehatan Sapi Neonatus yang Diberi Kolostrum dari Induk Sapi yang Divaksin Escherichia coli Retno Wulansari; Anita Esfandiari; I Wayan Teguh Wibawan; Sri Murtini
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 1 (2016): Januari 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.496 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.1.19-26

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari status kesehatan anak sapi baru lahir yang diberi kolostrum berasal dari induk yang telah divaksinasi dangan vaksin E. coli in-aktif. Sebelas ekor anak sapi baru lahir digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kolostrum (diberi kolostrum sapi) dan non-kolostrum (diberi susu sapi). Kolostrum atau susu sapi diberikan sebanyak 10% berat badan secara langsung setelah dilahirkan dan selanjutnya tiap 12 jam selama 3 hari. Uji tantang dilakukan dengan pemberian E. Coli K99 hidup peroral saat anak sapi berumur 14 jam. Pemeriksaan status kesehatan termasuk suhu tubuh, frekuensi pulsus dan napas serta kualitas defikasi pada 0,12, 24, 48, 72 dan 168 jam setelah uji tantang. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa diarrhea timbul pada 12 sampai 26 jam setelah uji tantang pada semua anak sapi kelompok non-kolostrun dan beberapa anak sapi kelompok kolostrum. Kelompok non-kolostrum memperlihatkan tanda klinis dengan diarrhe parah sebagai diarrhe profus yang berwarna pucat kekuningan. Bahkan 1 ekor mati pada 3 hari setelah uji tantang. Sebaliknya pada kelompok kolostrum hanya memperlihatkan diarrhe sedang pada 5 dari 8 ekor. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsumsi kolostrum yang berasal dari induk yang telah divaksinasi dengan E. Coli memperlihatkan sifat protektif terhadap infeksi E. coli K99.Kata kunci: Escherichia coli, kolostrum, anak sapi baru lahir. (The Health Performance of Neonatal Calves Received Colostrum from Cows Vaccinated by Escherichia coli)This experiment was conducted to study the health status of neonatal calves received colostrum from cows vaccinated by in-active E. coli. Eleven healthy newborn calves were used in this experiment and divided into two groups, i.e colostrum (received bovine colostrum) and non-colostrum group (received bovine milk). Colostrum or milk were given to the calves at 10% of body weight directly after birth and followed every 12 h, for three days. Challenges were done orally to all newborn calves when they were 14 hours of ages, used live E. coli K-99. Examination of health status included body temperature, pulses and respiration rates, and defecations quality at 0, 12, 24, 48, 72 and 168 hours after challenges. Results of the experiment showed that diarrhea appeared at 12-26 hours after challenges in all calves of non-colostrum group and part of calves in colostrum group. The non-colostrum group showed a severe clinical signs of diarrhea as watery profuse diarrhea with pale yellowish color. One calf even death at three days after challenges. In contrast, the colostrum group showed only a mild diarrhea in 5 out of 8 calves. In conclusion, the consumption of colostrum originated from cows vaccinated by E. coli showed protective properties against E. coli K-99 infection.Keywords: Escherichia coli, colostrum, neonatal calves
Efek Anti Diabetes Buah Pare (Momordica charantia Linn.) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Sel Penyusun Pulau Langerhans dan Sel Leydig pada Tikus Putih Hiperglikemia I Dewa Putu Anom Adnyana; Dewa Ketut Meles; . Wurlina; Sunarni Zakaria; Niluh Suwasanti
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.818 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.43-50

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn.) terhadap kadar glukosa darah, sel penyusun pulau Langerhans dan sel Leydig tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Tikus putih sebanyak 25 ekor dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Induksi aloksan dengan dosis 150 mg/kgbb secara intraperitoneal untuk menimbulkan kerusakan pankreas dilakukan pada 5 kelompok perlakuan. Tiga kelompok perlakuan diterapi dengan berbagai dosis ekstrak buah pare, (P1) 29 mg/1ml/hari, (P2) 50 mg/1ml/hari, dan (P3) 59 mg/1ml/hari, satu kelompok sebagai kontrol negatif (P0) diberi CMC Na 0,5% 1ml/hari, kontrol positif (K+) diberi Glibenclamide® 0,126 mg/1ml/hari. Ekstrak buah pare diberikan selama 21 hari. Kadar glukosa diperiksa setelah 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam pascapemberian dihari pertama. Kadar glukosa selanjutnya diperiksa pada hari ke 7, 14 dan 21. Semua tikus dieuthanasia setelah 21 hari perlakuan, pankreas dan testis diambil untuk dibuat preparat histopatologi. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn.) memiliki efek antidiabetik yang dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan jumlah sel insula Langerhans dan meningkatkan jumlah sel Leydig pada dosis 50 mg/1ml/hari pada hari ke 21 setelah perlakuan.
Prevalensi Mastitis Subklinis dan Evaluasi Mikrobiologis Susu Peternakan Rakyat di Boyolali Ardilasunu Wicaksono; Mirnawati Sudarwanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.142 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.51-56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi mastitis subklinis dan mengevaluasi kualitas mikrobiologis susu di peternakan rakyat Kabupaten Boyolali. Metode pengukuran prevalensi dilakukan dengan memilih sebanyak 130 ekor sapi sebagai sampel individu menggunakan penarikan contoh acak sederhana, sementara evaluasi mikrobiologis susu dilakukan pada 22 peternakan model yang telah diberikan penyuluhan dan pendampingan terkait praktik higiene dan sanitasi pemerahan. Uji diagnostik mastitis subklinis dilakukan dengan reagen IPB-1 mastitis test dan perhitungan jumlah kuman dengan total plate count (TPC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi mastitis subklinis di peternakan rakyat kabupaten Boyolali masih tinggi yaitu 65% (57-74%). Dari hasil tersebut, 72 sampel (55%) positif satu (+) dan 13 sampel (10%) positif dua (++) uji mastitis subklinis. Disamping itu dari hasil evaluasi mikrobiologis setelah dilakukan penyuluhan, 95,5% sampel susu memiliki jumlah total kuman di bawah standar SNI yaitu 1,0 x 106 cfu/ml dan hanya terdapat satu peternak (4,5%) yang memiliki TPC sebesar 4,4 x 106 cfu/ml. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa prevalensi mastitis subklinis masih sangat tinggi dan perlu dilakukan penyuluhan kepada peternak sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk menerapkan praktik higiene dan sanitasi.
Trematodosis pada Sapi Potong di Wilayah Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro Wirokartiko Satyawardana; Yusuf Ridwan; Fadjar Satrija
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.412 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.1-7

Abstract

Trematodosis pada sapi adalah penyakit penting yang disebabkan oleh trematoda yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi pada peternakan sapi potong dan sapi perah. Studi cross sectional dilakukan untuk menentukan prevalensi dan faktor risiko trematodosis pada sapi potong yang dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 sampai bulan Maret 2015 di Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 533 sampel tinja secara acak diambil dari peternakan sapi potong tradisional. Sampel diperiksa untuk keberadaan telur trematoda dengan metode modifikasi filtrasi dan sedimentasi. Prevalensi trematodosis dihubungkan dengan kategori musim, umur, jenis kelamin, pola pemeliharaan dan padang penggembalaan yang dianalisis statistik dengan uji Chi-square. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan telur trematoda pada 12 (2.25%) sampel. Spesies trematoda yang menginfeksi dengan prevalensi tertinggi adalah Paramphistome (1.31%) dan rataan ukuran telur terbesar adalah Fasciola sp. Berdasarkan pada kategori di atas, prevalensi tertinggi ditemukan pada musim hujan, sapi betina dengan umur lebih dari 2 tahun, digembalakan di padang penggembalaan sebelah Timur dengan nilai masing-masing 2.59%; 3.1%; 2.68%; 2.71% dan 5.49%. Perbedaan signifikan (P<0.05) hanya ditemukan pada tingkat prevalensi kategori lokasi padang penggembalaan
Penentuan Patotipe Molekuler Virus Newcastle Disease: Isolat Lapang di Tiga Wilayah Kabupaten Jawa Timur Erin Kurnianingtyas; Surachmi Setiyaningsih; Agustin Indrawati
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.086 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.8-15

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji keberadaan dan karakteristik molekuler virus newcastle disease (VND) di tiga wilayah Kabupaten di Jawa Timur. Sampel usapan kloaka diambil dari 289 ekor unggas (262 ekor ayam dan 27 ekor bebek) pekarangan, pedagang di pasar unggas hidup, peternak, dan pengepul di wilayah Kabupaten Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso. Sampel usap kloaka ditumbuhkan pada telur ayam berembrio (TAB) dan deteksi virus dengan Real Time Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) matrix (M). Patogenisitas virus ditentukan melalui rRT-PCR Fusion (F) dan sekuen gen F. Sejumlah delapan isolat lapang VND yang didapat, semuanya mempunyai afinitas lebih tinggi dengan serum Komarov dibandingkan dengan B1. Hal tersebut sesuai dengan reaksi positif yang ditunjukkan oleh rRT-PCR F. Analisis sekuen nukleotida menegaskan adanya motif asam amino multibasic pada cleavage site protein F, terbukti dari enam isolat asal ayam dan satu isolat asal bebek memiliki motif 112RRQKRF117, sedangkan satu isolat asal bebek lainnya mempunyai motif112RRRKRF117.
Kadar Kalsium pada Sapi Perah Penderita Mastitis Subklinis di Pasir Jambu, Ciwidey Retno Wulansari; Sugunavathy Palanisamy; Herwin Pisestyani; Mirnawati B Sudarwanto; Afton Atabany
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.995 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.16-21

Abstract

Kalsium merupakan makro mineral yang berperan sangat penting dalam metabolisme ternak sapi perah dan kekurangan kalsium dapat menjadi salah satu penyebab penyakit radang ambing. Penelitian bertujuan mengukur kadar kalsium darah sapi perah penderita mastitis subklinis. Sampel susu dan darah diambil dari 20 ekor sapi perah yang berasal dari peternakan rakyat Pasir Jambu, Ciwidey, Kabupaten Bandung Barat. Kadar kalsium darah diperiksa menggunakan metode Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS), sedangkan sampel susu diperiksa untuk menentukan status mastitis subklinis berdasarkan jumlah sel somatik (JSS) dan uji mastitis IPB-1. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 11 dari 20 ekor sapi (55%) menderita mastitis subklinis dan 6 dari 11 ekor tersebut (54,5%) disertai hipokalsemia subklinis. Sapi penderita mastitis subklinis secara nyata memiliki jumlah sel somatik yang tinggi dan kadar kalsium cenderung rendah. Kadar kalsium dan jumlah sel somatik memengaruhi produksi susu sebesar 99% (R2= 0,99). Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar sapi perah penderita mastitis subklinis disebabkan kondisi hipokalsemia subklinis serta mengalami penurunan produksi susu.
Kadar Malondialdehid Tikus Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Terapi Ekstrak Media Penumbuh Sel Punca Mesenkimal Ida Fitriana; Agustina Dwi Wijayanti; Puspa Wikan Sari; Raden Gagak Donny Satria; Dwi Cahyo Budi Setiawan; Yuda Heru Fibrianto; Widagdo Sri Nugroho
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.67 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.29-36

Abstract

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstrak media penumbuh sel punca mesenkimal (EMPSPM), tanpa sel punca itu sendiri, telah ditemukan terdapat berbagai faktor tropik hasil sekresi sel punca mesenkimal di dalam media kultur yang dapat meregenerasi jaringan yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar malondialdehid (MDA) dalam plasma dan ginjal tikus diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan terapi EMPSPM. Dua puluh lima ekor tikus wistar digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok DMT2 + 0,05 ml/kg BB EMPSPM (0,05); kelompok DMT2 + 0,1 ml/kg BB EMPSPM (0,1); kelompok DMT2 + 0,2 ml/kg BB EMPSPM (0,2), kelompok kontrol DMT2 (DMT2), dan kelompok sehat (KS). Induksi DMT2 dengan menggunakan streptozotosin nikotinamid (STZ-NA). Terapi mulai dilakukan pada hari ke 7 setelah kondisi DM tercapai, diberikan 4 kali dengan selang waktu 7 hari secara intraperitoneal. Data kadar glukosa darah dan MDA dianalisi secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi DMT2 dengan STZ-NA dapat menaikkan kadar glukosa dan MDA dalam darah (P<0,05). Terapi 0,05; 0,1; dan 0,2 ml/kg BB EMPSPM menunjukkan dapat menurunkan kadar glukosa darah, kadar MDA plasma dan ginjal (P<0,05). Kadar 0,2 ml/kg BB EMPSPM menunjukkan aktifitas lebih baik dalam menurunkan kadar glukosa darah dan MDA. Berdasarkan penelitian ini, EMPSPM dapat menurunkan kadar glukosa darah serta kadar MDA dalam darah dan ginjal tikus DMT2.

Page 5 of 25 | Total Record : 248