cover
Contact Name
Elis Suryani Nani Sumarlina
Contact Email
elis.suryani@unpad.ac.id
Phone
+6282216552522
Journal Mail Official
lintasbudayanusantara@gmail.com
Editorial Address
https://ejournal.lintasbudayanusantara.net/index.php/kabuyutan/about/editorialTeam
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Kabuyutan: Jurnal Kajian Iilmu Sosial dan Humaniora Berbasis Kearifan Lokal
ISSN : 29627435     EISSN : 29627435     DOI : 10.61296/kabuyutan
KABUYUTAN Jurnal Kajian Iilmu Sosial dan Humaniora Berbasis Kearifan Lokal, yang menjembatani pemikiran-pemikiran kritis menyangkut kearifan lokal tinggalan budaya masa lampau, termasuk di dalamnya kemanusiaan, yang mengedepankan manusia sebagai insan bermartabat dan berbudaya. Filologi secara khusus mengkaji tradisi tulis atau naskah-naskah (kuno, klasik/peralihan, masa kini) tinggalan nenek moyang masa lampau, yang menyimpan ide, gagasan, pandangan hidup, dan lainnya. Naskah sebagai dokumen budaya meliputi tujuh unsur kearifan lokal budaya, sesuai dengan tempat naskah itu ditulis atau disalin. Teks naskah dalam jurnal Kabuyutan bisa dikaji secara multidisiplin dengan ilmu lain, sesuai dengan isi/teks naskah dimaksud, seperti dari sudut pandang sastra, sejarah, hukum, sosial politik, komunikasi, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran, psikhologi, keperawatan, dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan isi teks naskah. Sejarah bisa dikaji dari seluk beluk aspek sejarah, dan berbagai sudut pandang yang berkaitan dengan tinggalan masa lalu, baik dokumen sejarah masa lampau maupun tinggalan/dokumen kekinian/masa kini, yang relevan dengan aspek kesejarahan, termasuk historiografi tradisional yang ada kaitannya dengan tinggalan-tinggalan sejarah masa lampau, baik dengan tradisi tulis (naskah), arkeologi, maupun antropologi, sosial politik, maupun ilmu komunikasi, melalui pendekatan sejarah dan berbagai macan metode yag digunakan dalam penelitian dan kajian ilmu sejarah. Arkeologi pada umumnya berkaitan dengan artefak-artefak tinggalan budaya masa lampau, yang bisa dikaji secara multidisiplin dengan ilmu lain, baik dengan filologi, sejarah, antropologi, geologi, geografi, komunikasi, sosial politik, maupun ilmu lain, yang berkaitan dengan kepurbakalaan.
Articles 72 Documents
INVENTARISASI PENGETAHUAN LOKAL HAJAT LEMBUR MASYARAKAT TATAR KARANG: INVENTARISASI PENGETAHUAN LOKAL HAJAT LEMBUR MASYARAKAT TATAR KARANG Samson CMS; Kusnandar Kusnandar; Evi Nursanti Rukmana
KABUYUTAN Vol 1 No 2 (2022): Kabuyutan, Juli 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i2.38

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan lokal tentang tradisi Hajat Lembur di Tatar Karang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif serta disusun berdasarkan struktur inventarisasi budaya Kemendikbud. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: 1) Secara historis, Hajat Lembur di Tatar Karang merupakan warisan sistem adat yang sudah ada sebelum tahun 1860 serta erat kaitannya dengan komunikasi kebencanaan; 2) Secara konseptual, Hajat Lembur merupakan: (a) pesan kewaspadaan terhadap pontensi ancaman bencana di wilayah Tatar Karang, baik bencana alam, nonalam maupun sosial; (b) aktivitas yang memiliki struktur, ritus, ruang dan waktu yang sudah baku dan dilaksanakan setiap bulan Muharram antara tanggal 1 s.d 10 pada sore hari; (c) aktivitas yang menggunakan simbol-simbol ritus baku; (d) aktualisasi nilai-nilai Sadrasa Kamanusaan; (e) aktivitas regenerasi melalui transfer pengetahuan. 3) Secara faktual, Hajat Lembur yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah mengalami perubahan pada struktur, ritus, ruang dan waktu sehingga menimbulkan ketegangan di masyarakat. Oleh karena itu, sejak 2017 berdasarkan dorongan dari pihak adat, Hajat Lembur kembali digelar sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. 4) Strategi pelestarian tradisi Hajat Lembur: (a) terdapat tujuh faktor penting dalam pelestarian budaya; (b) melestarikan Hajat Lembur menurut guru/maestro budaya: kembalikan Hajat Lembur sesuai tradisinya; lakukan penelitian supaya pesannya dipahami semua pihak; gunakan semua media termasuk media sosial untuk publikasi. Simpulan: inventarisasi budaya merupakan salah satu hal penting untuk menumbuhkan kesadaran bangsa dalam melestarikan warisan budaya benda maupun takbenda.
VOKATIF KESAYANGAN BAHASA SUNDA `DALAM PERSPEKTIF SOSIOLINGUISTIK: VOKATIF KESAYANGAN BAHASA SUNDA `DALAM PERSPEKTIF SOSIOLINGUISTIK Wahya Wahya; R. Yudi Permadi; Taufik Ampera
KABUYUTAN Vol 1 No 2 (2022): Kabuyutan, Juli 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i2.39

Abstract

Vokatif sebagai panggilan atau sapaan dari penutur kepada petutur memiliki berbagai jenis. Salah satu jenis vokatif ini adalah vokatif kesayangan. Vokatif ini memiliki fungsi untuk mamanggil petutur dengan perasaan sayang. Vokatif kesayangan biasanya digunakan orang tua untuk memanggil anaknya atau suami memanggil istrinya. Vokatif kesayangan secara universal terdapat dalam bahasa-bahasa di dunia, termasuk dalam bahasa Sunda. Tulisan ini membahas vokatif kesayangan dalam bahasa Sunda, yang secara khusus hanya diamati secara sosiolinguistik. Data dikumpulkan dengan metode simak dengan teknik catat. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan metode padan dengan pendekatan sosiolinguistik. Sumber data yang digunakan berupa buku fiksi berbahasa Sunda sebanyak sebelas buku. Dari hasil penelitian diperoleh 22 data kalimat yang memuat vokatif kesayangan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa vokatif kesayangan sebanyak 22 data ini dipakai dalam hubungan sosial antara penutur dan petutur yang berbeda, yang terdiri atas (1) vokatif kesayangan untuk anak kecil laki-laki (3 data), (2) vokatif kesayangan untuk anak remaja laki-laki (4 data), (3) vokatif kesayangan untuk anak remaja perempuan (5 data), vokatif kesayangan untuk laki-laki dewasa (1 data), dan vokatif kesayangan untuk perempuan dewasa (9 data). Ditemukan vokatif yang sama untuk pemakaian di antara penutur dan petutur dalam hubungan sosial yang berbeda, yaitu vokatif cu, panggalan dari incu, kasep, anaking, eulis, dan geulis.
FENOMENA MENJELANG KELAHIRAN NABI MUHAMMAD: KAJIAN TERHADAP NASKAH AL-HAMZIYYAH KARYA AL-BUSHIRI: FENOMENA MENJELANG KELAHIRAN NABI MUHAMMAD: KAJIAN TERHADAP NASKAH AL-HAMZIYYAH KARYA AL-BUSHIRI Ade Kosasih
KABUYUTAN Vol 1 No 2 (2022): Kabuyutan, Juli 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i2.40

Abstract

Nabi Muhammad adalah simbol dan teladan utama bagi para pengikutnya di kalangan kaum muslimin. Pembicaraan tentang sosok Nabi Muhammad akan terus mendapatkan perhatian setiap generasi dan kawasan, sehingga belum berakhir, bahkan semakin semarak ditinjau dari berbagai sisinya. Bahasan terkait Nabi Muhammad disajikan dalam berbagai bentuk karya dengan bermacam-macam pendekatan sesuai dengan khalayak pembacanya. Penelitian ini mengungkap sosok Nabi Muhammad dari hal keterpilihan sisilah keturunan nenek moyangnya dalam kaitannya dengan sisi-sisi kekhususan yang dimilikinya. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap keterpilihan, kemuliaan, dan keistimewaan asal-muasal keturunan Nabi Muhammad untuk mendapatkan pelajaran keteladanannya. Hal itu sangat penting untuk memberikan narasi baru tentang kenabian dalam khazanah intelektual Islam. Data yang jadi bahan kajian adalah Naskah Al-Hamziyyah Karya Al-Bushiri. Dalam bentuk naskah tulisan tangan, naskah ini tersimpan sebanyak 3 (tiga) buah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan kajian teks secara kritis. Teks sebagai data diintepretasi dan ditafsirkan, kemudian dihubungkan dengan teks-teks lain yang relevan dan sudah teruji kesahihannya. Teori-teori filologi menjadi landasan utama dalam penelitian ini, terutama tekstologi. Hasilnya adalah bahwa Nabi Muhammad sebagai sosok yang sudah terpilih, termulia, dan teristimewa asal-muasal dan cikal-bakal keturunannya. Secara kritis, penelitian ini menemukan eksistensi baru dalam sosok Nabi Muhammad, yaitu suasana yang sangat dramatis menjelang dan saat kelahirannya.
KABUYUTAN CIBURUY KECAMATAN BAYONGBONG GARUT: EKSISTENSI DAN FUNGSI : KABUYUTAN CIBURUY KECAMATAN BAYONGBONG GARUT: EKSISTENSI DAN FUNGSI Undang Ahmad Darsa; Elis Suryani Nani Sumarlina
KABUYUTAN Vol 1 No 2 (2022): Kabuyutan, Juli 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i2.41

Abstract

Artikel ini dimaksudkan menyajikan gambaran hasil penelitian di situs purbakala Kabuyutan Ciburuy Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Beberapa hal yang dapat dikemukakan terutama terfokus pada hasil proses penelitian di lapangan, menyangkut penelusuran informasi keberadaan situs kabuyutan tersebut disertai upaya pendeskripsian benda-benda cagar budaya yang berupa beberapa bangunan dan naskah-naskah lontar Sunda Kuno pada koleksi lembaga adat tradisional di lapangan. Ternyata, keberadaan atau eksistensi Kabuyutan Ciburuy telah dicatat oleh N.J. Krom dalam laporannya yang berjudul Rapporten van den Oudheidkundigen Diens in Nederlandsch Indie (ROD, 1914). Adapun fungsi Kabuyutan Ciburuy ialah sebagai sebuah mandala, yaitu sebuah tempat aktivitas pendidikan di Sunda pada masa sistem pemerintahan kerajaan.
Inventarisasi Sumber Informasi Dokumenter dan Non-Dokumenter untuk Dokumentasi Budaya Kusnandar; Samson CMS; Evi Nursanti Rukmana
KABUYUTAN Vol 1 No 3 (2022): Kabuyutan, November 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i3.74

Abstract

Sebagai ahli informasi, pustakawan dan arsiparis dapat berkontribusi dalam kegiatan dokumentasi budaya dengan cara memilih serta menyediakan sumber-sumber informasi dokumenter dan non-dokumenter yang kredibel terkait dengan suatu karya budaya. Melalui artikel ini, penulis bermaksud menyajikan tentang inventarisasi sumber informasi dokumenter dan non-dokumenter dengan penyajiannya mengacu pada beberapa pertanyaan berikut: Apa yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter dan non-dokumenter untuk dokumentasi budaya?; Bagaimana inventarisasi sumber informasi dokumenter untuk dokumentasi budaya?; dan Bagaimana inventarisasi sumber informasi non-dokumenter untuk dokumentasi budaya? Artikel ini disusun berdasarkan studi pustaka dari berbagai sumber bertema sumber informasi dokumenter dan non-dokumener. Adapun hasil studi pustaka tersebut adalah sebagai berikut: (1) Sumber informasi dokumenter merupakan sumber informasi tentang suatu karya budaya yang sudah tertuang dalam media rekaman. Sementara itu, sumber informasi non-dokumenter adalah sumber informasi tentang suatu karya budaya yang belum terekam dan diperoleh secara langsung dari sumber perorangan, kelompok atau pun lembaga. (2) Inventarisasi sumber informasi dokumenter dapat berupa Bibliografi Beranotasi dari sumber informasi primer dan sekunder. Pemilihan sumber informasi dokumenter yang kredibel menggunakan prinsip CRAAP (Currency, Relevance, Authority, Accuracy, and Purpose). (3) Inventarisasi sumber informasi non-dokumenter dapat berbentuk Profil Ahli Budaya dan Profil Lembaga Budaya. Selain itu, dapat juga menggunakan prinsip dan teknik Pemetaaan Budaya untuk menyusun profil sumber informasi non-dokumenter seraya menandai lokasi geografis dari sumber informasi tersebut di dalam sebuah peta bumi. Dalam menentukan kredibilitas sumber informasi non-dokumenter, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: (1) daftar karya tulis dari seorang Ahli/Pelaku Budaya Formal; (2) intesitas enkulturasi, sumber enkulturasi, motivasi enkulturasi, serta rekognisi dan otoritas sosial dari seorang Ahli/Pelaku Budaya Non-formal; (3) adanya kejelasan tujuan dan masa eksistensi yang cukup lama dari Lembaga Budaya Non-pemerintah. Sementara itu, Lembaga Budaya Pemerintah lazimnya memilki krebilitas yang tinggi sebagai sumber informasi mengingat adanya tuntutan akuntabilitas dan kinerja yang baik dalam pelayanan publik.
FUNGSI SOSIAL VOKATIF DALAM KOMUNIKASI VERBAL ORANG SUNDA: FUNGSI SOSIAL VOKATIF DALAM KOMUNIKASI VERBAL ORANG SUNDA wahya
KABUYUTAN Vol 1 No 3 (2022): Kabuyutan, November 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i3.75

Abstract

Vokatif merupakan salah satu unsur bahasa yang secara universal berperan penting dalam menjalankan fungsi sosial bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia di mana pun di dunia ini. Dari sisi kebudayaan vokatif memiliki fungsi sosial tertentu bagi penuturnya. Demikian pula halnya vokatif dalam bahasa Sunda. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati fungsi sosial vokatif dalam komunikasi verbal orang Sunda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode simak, yakni menyimak penggunaan vokatif dalam ekspresi bahasa Sunda, dengan teknik catat, yakni mencatat data langsung dari sumber data. Penganalisisan data menggunakan metode dalam linguistik, yaitu metode padan, dengan pendekatan kebudayaan. Sumber data yang digunakan adalah beberapa buku fiksi berbahasa Sunda yang di dalamnya memuat data yang diperlukan. Berdasarkan pengamatan atas data, fungsi sosial vokatif dalam komuniksi verbal orang Sunda ada enam, yaitu (1) keakraban, (2) pertemanan, (3) kesantunan, (4) kesayangan, (5) pengakuan atas keberadaan kelompok, dan (6) pengakuan atas profesi dan jabatan.
Makna Simbol Komunikasi Non Verbal Dalam Tari Barongan Pada Pagelaran Reak Juarta Putra Feliza Zubair
KABUYUTAN Vol 1 No 3 (2022): Kabuyutan, November 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i3.76

Abstract

Tarian Barongan dalam pagelaran Reak merupakan salah satu media komunikasi tradisional yang sarat makna.. Berbagai simbol-simbol dan pesan-pesan komunikasi non verbal ditampilkan tokoh Barongan Kinawa dalam pagelaran Reak, “Juarta Putra”, baik melalui penampilannya, gerakanya juga ritual-ritualnya, Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pesan non verbal pada sosok Barongan Kinawa, bagaimana pesan non verbal pada gerakan Bangbarongan Kinawa, juga untuk mengetahui pesan non verbal pada pelaksanaan ritual Bangbarongan Kinawa. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif pendekatan deskriptif melalui konsep fisiognomi, komunikasi non verbal dan komunikasi artifaktual . Tehnik yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi pustaka. Hasil kajian tentang makna dari sisi fisiognomi tokoh Barongan Kinawa adalah: karakter yang gagah, dengan mata bulat melotot, wajah merah menggambarkan semangat dan keberanian. Rambut panjang menggambarkan kebebasan dan bijaksana, Riasan kuning pada wajah Kinawa menggambarkan simbol kehangatan, kesetiaan, dan keceriaan. Warna gigi putih simbol kejujuran setiap ucapan. Artifaktual Kinawa tampak dari pakaian dari karung goni, kulit kambing etawa dan ekor serta penggunaan warna serba hitam simbol status dan kegagahan. Gestural mengkaji tarian Barongan Kinawa seperti Ngasor, atau Asoran memiliki arti “luhur budi, handap asor”.;Gerakan Maung lugay, atau bangkit; Gerakan Garuda Mupuk. ;Gerakan Mincid, berarti keceriaan/ atau kebahagiaan; Padungdung dan gerakan gerakan silat.
Meneropong Transisi Politik Kekuasaan Indonesia 2010-2015: Analisis Komunikasi Politik Jelang Pemilihan Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 Rangga Saptya Mohamad Permana; Elis Suryani Nani Sumarlina; Undang Ahmad Darsa
KABUYUTAN Vol 1 No 3 (2022): Kabuyutan, November 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i3.77

Abstract

Setahun menjelang Pemilihan Presiden Republik Indonesia tahun 2014, telah banyak calon yang bertarung untuk menduduki pucuk kepemimpinan tertinggi di negara ini. Banyak di antaranya yang merupakan wajah-wajah lama, seperti Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Wiranto dan Jusuf Kalla. Selain wajah-wajah lama tersebut, muncul pula beberapa tokoh politik baru yang pada saat itu muncul ke permukaan, di antaranya Joko Widodo, Mahfud MD, Hatta Rajasa, Surya Paloh, Aburizal Bakrie, Hary Tanoesoedibjo, dan Dahlan Ishkan, yang pada saat itu turut meramaikan bursa Pilpres 2014. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi politik yang dilakukan para calon presiden pada kontestasi politik Pilpres 2014 yang lalu. Kajian dalam artikel ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan data-data yang telah terkumpul semasa proses riset berlangsung. Data-data dikumpulkan dengan metode pengumpulan data berupa observasi dan telaah dokumen. Hasil menunjukkan bahwa komunikasi politik yang para capres lakukan jelang Pilpres 2014 ini cenderung mengarah pada pencitraan diri mereka melalui media. Sebagai pemilik modal, Aburizal Bakri dan Surya Paloh bisa menggunakan kekuasaan mereka untuk mengiklankan diri mereka secara intensif melalui media-media yang mereka miliki. Para capres lain seperti Hatta Rajasa juga sudah “melempar” iklan pada masyarakat dan disiarkan di beberapa televisi swasta nasional pada saat itu. Fenomena koalisi di kalangan partai politik juga mewarnai ranah komunikasi politik jelang Pilpres RI 2014. Parpol-parpol yang mengusung capres mulai ramai mengajak serta parpol lain untuk mendukung manuver yang sedang dan akan mereka lakukan pada saat itu.
WAWACAN SAJARAH LAMPAHING PARA WALI KABEH MILIK PASULUKAN LOKA GANDASASMITA SUDUT PANDANG KODIKOLOGIS DAN GARIS BESAR ISI: WAWACAN SAJARAH LAMPAHING PARA WALI KABEH MILIK PASULUKAN LOKA GANDASASMITA SUDUT PANDANG KODIKOLOGIS DAN GARIS BESAR ISI Elis Suryani Nani Sumarlina
KABUYUTAN Vol 1 No 3 (2022): Kabuyutan, November 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i3.82

Abstract

Naskah dipandang sebagai dokumen budaya masa lampau, berisi berbagai data dan informasi, ide, gagasan, perasaan, pikiran, dan pengetahuan sejarah, serta budaya dari bangsa atau sekelompok sosial budaya. Sebagai sumber informasi, naskah erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya. Isinya meliputi tujuh unsur kebudayaan, tentang keadaan sosial dan budaya, serta dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi masyarakat masa kini. Naskah Sunda tersimpan, baik dalam katalog, di dalam negeri maupun di luar negeri, serta pada koleksi perseorangan yang masih tersebar di masyarakat. Naskah Sunda selain terdokumentasi di beberapa perpustakaan dan museum, ada juga puluhan naskah yang dimiliki oleh para kolektor naskah dan benda pusaka lainnya, seperti di Pasulukan Loka Gandasasmita, di daerah Cibunar Cibatu Garut dan Museum Al Mahdi Mahpar Galunggung di Tasikmalaya. Salah satu naskah milik Pasulukan Loga Gandasasmita berjudul Wawacan Sajarah Lampahing Para Wali Kabeh (WSLPWK), yang dalam tulisan ini ditelaah dari sudut pandang kodikologi dan tekstologi, khususnya garis besar isi teks (WSLPWK). Dikaji melalui metode penelitian deskriptif analisis komparatif dan metode kajian filologi, kajian sastra, dan kajian budaya secara umum. Melalui metode tersebut, terungkap adanya persamaan dan perbedaan antara naskah yang dikaji dalam tulisan ini dengan naskah Babad Cirebon dan naskah Sajarah Para Wali yang banyak ditemukan dalam katalog.
WAYANG DAN KREATIVITAS DALANG DALAM NASKAH SUNDA KUNO: WAYANG DAN KREATIVITAS DALANG DALAM NASKAH SUNDA KUNO Mamat Ruhimat; Rahmat Sopian
KABUYUTAN Vol 1 No 3 (2022): Kabuyutan, November 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/kabuyutan.v1i3.84

Abstract

Naskah-naskah Sunda Kuno yang sampai kepada kita di masa sekarang merupakan peninggalan yang sangat berharga. Di dalamnya terkandung aneka ragam gagasan dan kecerdasan orang Sunda masa lalu. Naskah-naskah tersebut sebagian sudah diteliti oleh para ahli dari berbagai bidang. Sebagian lagi masih belum tersentuh secara mendalam. Dari beberapa naskah yang sudah diteliti terdapat naskah-naskah yang berhubungan dengan dalang dan wayang. Wayang sebagai media penyebaran agama, seni, dan kreativitas orang Sunda pada masa lalu tercatat dalam naskah-naskah Sunda Kuno seperti Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang Karesian, Sanghyang Swawar Cinta, dan Pantun Ramayana. Dalang memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat Sunda masa lalu. Sanghyang Siksakandang Karesian memberikan nama kepada dalang dengan sebutan mémén. Seorang mémén tentu harus memiliki keahlian dalam menceritakan kisah-kisah yang sudah ada pada masa itu, terutama kisah-kisah dari parwa Mahabarata. Kemampuan bercerita ini harus dikuasai oleh dalang karena ia akan menjadi tempat bertanya bagi orang-orang yang ingin mengetahui segala hal yang berkaitan dengan kisah-kisah tersebut. Untuk menguasai kisah-kisah tersebut, tentu saja seorang dalang harus mempelajari teks-teks yang tertulis pada naskah-naskah Sunda Kuno. Naskah-naskah yang menjadi acuan para dalang tersebut sebagian masih dapat dibaca dan diteliti pada masa sekarang.