cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 175 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 175 Documents clear
HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) DENGAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA Gusria Yuana; Etisa Adi Murbawani; Binar Panunggal
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.266 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14457

Abstract

Latar Belakang : Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga dapat terjadi pada remaja. Massa lemak tubuh merupakan indikator yang berhubungan dengan hipertensi. Pengukuran lemak tubuh lebih baik dalam mendeteksi obesitas daripada pengukuran berat badan dan IMT pada populasi Asia. Lemak subkutan merupakan parameter yang lebih baik dalam memprediksi risiko penyakit hipertensi dibandingkan dengan lemak bagian viseral. Lingkar leher dan tebal lemak bawah kulit (skinfold) merupakan gambaran dari lemak subkutan.Tujuan : Menganalisis apakah terdapat hubungan antara lingkar leher dan tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan tekanan darah pada remaja.Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah subjek 60 orang berusia 16-18 tahun. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 9 Semarang. Variabel yang diukur yaitu tekanan darah, lingkar leher dan tebal lemak bawah kulit (skinfold). Analisis data dengan menggunakan uji Korelasi Rank-Spearman, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis.Hasil : Rerata diameter lingkar leher adalah 32,7cm, skinfold (23,45±4,96)mm, TDS (115,9±9,98)mmHg, dan TDD (78,8±7,5)mmHg. Berdasarkan TDS, prevalensi hipertensi (≥ persentil 95th), adalah sebesar 3,4%, prehipertensi (persentil 90th-<95th) sebesar, 48,3%, dan normal (< persentil 90th) sebesar 48,3% sedangkan berdasarkan TDD adalah 18,3%, 50%, dan 31,7%. Terdapat hubungan yang positif antara lingkar leher dengan TDS (p=0,001; r=0,414) dan TDD (p=0,004; r=0,370) pada remaja. Terdapat hubungan yang positif antara tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan TDS (p=0,002; r=0,392) dan TDD (p=0.004; r=0,368) pada remaja..Simpulan : Terdapat hubungan antara lingkar leher dan tebal lemak bawah kulit (skinfold) dengan tekanan darah (TDS dan TDD) pada remaja.
HUBUNGAN STRUKTUR PEDIS DENGAN KECEPATAN LARI 60 METER PADA SISWA SMA NEGERI 3 SEMARANG Muhammad Zulham Amirullah; Erie BPS Andar; Farmaditya Eka Putra
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.694 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15495

Abstract

Latar Belakang : Indonesia memiliki beberapa pelari kenamaan di nomor elite pada masa lalu. Sekarang prestasi itu sudah sulit diperoleh atlet Indonesia. Berbagai penelitian dilakukan untuk mencapai prestasi atau hasil optimal dalam olahraga lari. Beberapa macam penerapan unsur pendukung keberhasilan dalam kecepatan lari perlu dioptimalkan seperti faktor anatomis pada kaki. Struktur anatomi pada kaki seperti arcus pedis dan panjang pedis yang membantu efisien fungsi kaki. Struktur pedis tersebut terdiri dari dua fungsi, yaitu menahan berat badan dan pergerakan berjalan atau berlari. Beberapa studi sebelumnya membuktikan bahwa arcus pedis memiliki korelasi negatif terhadap kecepatan lari.Tujuan : Mengetahui hubungan struktur pedis (indeks arcus pedis dan panjang pedis) terhadap kecepatan lari.Metode : Penelitian belah lintang ini dilakukan pada 61 subjek siswa laki-laki kelas X SMAN Negeri 3 Semarang. Indeks arcus pedis dinilai dengan metode Staheli-footprint. Panjang pedis dinilai dengan menggunakan satu set mistar segitiga. Kecepatan lari diukur menggunakan stopwatch dengan jarak tempuh 60 meter.Hasil : Pada penelitian didapatkan data indeks rata-rata arcus pedis kanan dan kiri dengan rerata 0,85 ± 0,27; data panjang pedis relatif dengan rerata 0,111 ± 0,003; dan data kecepatan lari dengan rerata 5,71 ± 0,46 m/s. Uji korelasi Spearman antara arcus pedis dan kecepatan lari 60 meter menunjukkan korelasi negatif yang tidak bermakna (r=-0,150; p=0,247). Sedangkan uji korelasi Spearman antara panjang pedis dengan kecepatan lari menunjukkan korelasi positif yang tidak bermakna (r= 0,014; p=0,914).Kesimpulan : Terdapat korelasi negatif yang tidak bermakna antara arcus pedis dengan kecepatan lari 60 meter. Terdapat korelasi positif yang tidak bermakna antara panjang pedis dengan kecepatan lari 60 meter.
HUBUNGAN ANTARA STATUS DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN STATUS TUBERKULOSIS PARU LESI LUAS Radityo Utomo; Heri-Nugroho Heri-Nugroho; Ani Margawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15782

Abstract

Latar Belakang : Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan sampai saat ini masih menjadi masalah yang penting dalam kesehatan di dunia khususnya di negara berkembang. Salah satu faktor risiko tuberkulosis adalah diabetes melitus. Pasien DM memiiki 2 hingga 3 kali risiko untuk menderita TB dibanding orang tanpa DM.Tujuan : Membuktikan hubungan antara DM tipe 2 dengan status tuberkulosis paru lesi luas. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan studi belah lintang. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 43 sampel yang merupakan pasien tuberkulosis yang berobat di BKPM Semarang. Pengukuran variabel dilakukan dengan cara pemeriksaan kadar gula darah dengan tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), pemeriksaan foto rontgen, wawancara, dan rekam medis. Variabel perancu dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok, status gizi, kondisi rumah, status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan umur. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dan Mann-Whitney untuk bivariat. Sedangkan untuk multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara diabetes melitus tipe 2 dengan tuberkulosis paru lesi luas (p=0,03). Diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan risiko status tuberkulosis paru lesi sebanyak 5,25 kali.Variabel perancu yang bermakna dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok (p=0,01) dan status gizi (p=0,02).Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara diabetes melitus tipe 2 terhadap status tuberkulosis paru lesi luas.
PENGARUH AKUT SUSU COKELAT DAN MINUMAN OLAHRAGA KOMERSIAL SEBAGAI MINUMAN PEMULIHAN PASCA LATIHAN PADA PROGRAM INTERVAL TRAINING (STUDI PADA SEKOLAH SEPAK BOLA UNIVERSITAS DIPONEGORO) Aulia Safitri; Tanjung Ayu Sumekar; Yuswo Supadmo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.416 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14250

Abstract

Latar belakang : Diet pasca latihan merupakan hal penting untuk mengembalikan tubuh ke kondisi sebelum melakukan latihan. Susu cokelat dipercaya dapat membantu mengisi ulang glikogen yang habis pasca latihan sedangkan minuman olahraga komersial dapat mempercepat rehidrasi, mengurangi stres fisiologis latihan, serta memasok karbohidrat yang digunakan selama latihan.Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian susu cokelat dan minuman olahraga komersial secara akut terhadap masa pemulihan pasca latihan pada program interval training.Metode : Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Sepak Bola Universitas Diponegoro (n=10). Subjek penelitian dimasukkan dalam satu kelompok perlakuan, kemudian diberi tiga perlakuan berbeda yaitu air mineral, susu cokelat dan minuman olahraga komersial dimana masing-masing perlakuan berjarak 1 minggu Subjek penelitian diinduksi kelelahan dengan cara interval training berupa lari 8 x 50 m kemudian subjek diberi perlakuan dan diistirahatkan 15 menit. Indeks kelelahan subjek penelitian diukur dengan Running-based Anaerobic Sprint Test (RAST).Hasil : Uji One Way ANOVA nilai indeks kelelahan antar kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p =0.044). Didapatkan perbedaan nilai indeks kelelahan yang bermakna (p = 0.046) antara kelompok air mineral dengan kelompok minuman olahraga. Perbedaan nilai indeks kelelahan yang bermakna (p = 0,021) juga didapatkan antara kelompok susu cokelat dengan kelompok minuman olahraga. Perbedaan nilai indeks kelelahan antara kelompok air mineral dengan kelompok susu cokelat menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p = 0.723).Kesimpulan :.Pemberian susu cokelat dan minuman olahraga komersial memiliki pengaruh akut terhadap masa pemulihan pasca latihan pada program interval training
PENGARUH GROWTH FALTERING TERHADAP KEJADIAN DEMAM DAN KEJANG DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI CAMPAK Umar Muhammad Basalamah; Galuh Hardaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.224 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15977

Abstract

Latar Belakang: Kejadian demam dan kejang demam adalah salah satu dari kejadian ikuta pasca imunisasi campak. Growth faltering merupakan salah satu indeks garis pertumbuhan yang dapat diinterpretasikan dalam Kartu Menuju Sehat.Tujuan: Membuktikan pengaruh growth faltering terhadap kejadian demam dan kejang demam pada anak pasca imunisasi campak.Metode: Jenis penelitian ini adalah cohort prospektif. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 96 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 adalah anak dengan riwayat pertumbuhan growth faltering, dan kelompok 2 adalah anak dengan riwayat pertumbuhan normal. Penelitian dilakukan di 4 puskesmas di Semarang pada bulan April – Mei 2016. Sampel diambil secara consecutive sampling. Data diperoleh secara observasi dan wawancara langsung kepada orangtua pasien. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Rerata usia anak yang diberi imunisasi campak dan pada sampel penelitian ini adalah 9,52 bulan. Kejadian demam pada kelompok anak growth faltering terdapat 18 anak (37.5%) sedangkan pada anak dengan pertumbuhan normal terdapat 11 anak (22.9%) (p=0.182;OR=2.018;95%CI=0.828-4.921). Kasus kejang demam pasca imunisasi campak ditemukan pada anak-anak dengan riwayat growth faltering sebanyak 4,2% (p=1.000;OR=2.043;95%CI=0.179-23.319) dan semua anak yang terkena kejang demam pasca imunisasi campak memiliki riwayat bayi berat lahir rendah.Kesimpulan: Riwayat growth faltering tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian demam dan kejang demam pada anak pasca imunisasi campak, walaupun jumlah anak demam dan kejang demam pada kelompok growth faltering lebih banyak.
PENGARUH EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia calabura) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL DAN SOFT DRINK Fiqih Kartika Murti; Siti Amarwati; Noor Wijayahadi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.381 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14433

Abstract

Latar Belakang : Konsumsi alkohol dan soft drink semakin meningkat di dunia. Minuman yang mengandung etanol dan soft drink memiliki efek negatif terhadap hepar, diantaranya menghasilkan peroksidasi lipid, inflamasi hepar, stres oksidatif, penyakit hati alkoholik, resistensi insulin, dan Non Alcoholic Fatty Liver Disease. Ekstrak daun kersen memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang berpotensi sebagai hepatoprotektor sehingga dapat mencegah dan mengurangi kerusakan pada hepar.Tujuan: Membuktikan pengaruh ekstrak daun kersen terhadap gambaran mikroskopis hepar tikus Wistar jantan yang diinduksi etanol dan soft drink.Metode: Penelitian true experimental dengan Post Test-Only Control Group Design. Sebanyak 30 tikus Wistar jantan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol, P1, P2, P3, dan P4. Kelompok P1 dan P3 diberi etanol 40% sebesar 1,8 ml/200 g/hari. Kelompok P2 dan P4 diberi soft drink sebesar 50 ml/hari. Kelompok P3 dan P4, 60 menit sebelum diinduksi etanol 40% dan soft drink diberikan ekstrak daun kersen sebesar 500 mg/kgBB/hari. Setelah intervensi 30 hari, sampel diterminasi dan heparnya dibuat preparat untuk diamati gambaran mikroskopis. Uji analisis menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann Whitney.Hasil: Pemeriksaan histopatologi menunjukkan sebagian besar hepatosit dalam keadaan normal pada kelompok kontrol, nekrosis zona 3 lobulus hepar pada P1, degenerasi parenkimatosa pada P2, degenerasi parenkimatosa pada P3, dan hepatosit dalam keadaan normal pada P4. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan yang bermakna pada seluruh kelompok (Kontrol, P1, P2, P3, dan P4) dengan p=0,001. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan yang bermakna pada K-P1 (p=0,001), K-P2 (p=0,001), P1-P3 (p=0,001), dan P2-P4 (p=0,011).Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun kersen menghasilkan perbedaan yang bermakna pada gambaran mikroskopis hepar yang diinduksi etanol dan soft drink.
PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHIDA PADA SUBYEK BUKAN PEROKOK, PEROKOK RINGAN DAN SEDANG-BERAT Matthew Brian Khrisna; Meita Hendrianingtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.944 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14813

Abstract

Latar Belakang : Merokok merupakan problem kesehatan yang besar pada remaja. Perokok dapat dibedakan dalam beberapa kategori menurut intensitasnya, yaitu bukan perokok, perokok ringan, dan perokok sedang-berat. Merokok akan menimbulkan peningkatan stres oksidatif melalui kandungan karsinogen, radikal bebas serta ROS pada fase gas dan partikulat asap rokok. MDA adalah sebuah biomarker stres oksidatif yang mudah diukur serta merepresentasikan tingkat stres oksidatif yang terjadi karena merokok.Tujuan : Membuktikan perbedaan kadar MDA serum pada subyek bukan perokok, perokok ringan dan perokok sedang-berat.Metode : Penelitian deskriptif analitik dengan desain belah lintang. Sampel sebanyak 36 mahasiswa Universitas Diponegoro yang dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan intensitas merokok menurut Sitepoe, yaitu kelompok bukan perokok, perokok ringan dan perokok sedang-berat. Kadar MDA serum diukur menggunakan metode TBARS secara spektrofotometrik. Uji statistik menggunakan uji One Way ANOVA dan Post-Hoc Bonferroni.Hasil : Kadar MDA serum rerata pada kelompok bukan perokok sebesar 11,46 ± 0,393 nmol/mL, kelompok perokok ringan 11,57 ± 0,948 nmol/mL, dan kelompok perokok sedang-berat 12,76 ± 1,18 nmol/mL. Uji Post Hoc Bonferroni menunjukkan kadar MDA berbeda pada kelompok bukan perokok dan perokok sedang-berat (p=0,006) serta kelompok perokok ringan dan sedang-berat (p=0,009). Tidak terdapat perbedaan kadar MDA serum antara kelompok bukan perokok dan perokok ringan (p=1,000).Kesimpulan : Terdapat perbedaan kadar MDA serum antara perokok ringan dan perokok sedang-berat serta bukan perokok dan perokok sedang-berat. Tidak terdapat perbedaan kadar MDA serum antara kelompok bukan perokok dan perokok ringan.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PIPER CROCATUM DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT LIMPA: STUDI PADA MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM Lisana Himmatul Ulya; Akhmad Ismail; Neni Susilaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.074 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14807

Abstract

Latar Belakang : Piper crocatum (sirih merah) merupakan tanaman yang dikenal luas di Indonesia dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Kandungan senyawa sirih merah antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan tannin. Ekstrak daun sirih merah memiliki efek imunomodulator.Tujuan : Membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak daun Piper crocatum dosis bertingkat terhadap proliferasi limfosit limpa mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Metode : Penelitian eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit balb/c diadaptasi selama 7 hari. Mencit balb/c dibagi secara simple random sampling menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 10 mg/mencit/hari, K2 diinfeksikan Salmonella typhimurium secara intraperitoneal, P1 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 10 mg/mencit/hari, P2 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 30 mg/mencit/hari, P3 diberi ekstrak Piper crocatum peroral 100 mg/mencit/hari, dan semua kelompok perlakuan diinfeksikan Salmonella typhimurium intraperitoneal. Pada hari ke 15 semua mencit terminasi dan dilakukan pemeriksaan proliferasi limfosit metode MTT Assay. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar dan analisa statistik.Hasil : Rerata proliferasi limfosit limpa tertinggi pada kelompok P3, sedangkan rerata proliferasi limfosit limpa terendah pada kelompok K1. Perbedaan bermakna (p<0,005) didapatkan pada P1>K2, P2>K2, dan P3>K2. Perbedaan tidak bermakna ditemukan pada K1-K2, P1-P2, P1-P3 dan P2-P3.Simpulan : Pemberian ekstrak daun Piper crocatum dosis bertingkat selama 14 hari meningkatkan proliferasi limfosit limpa mencit balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium.Kata Kunci :
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN BERBAGAI FAKTOR PADA PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS (STUDI DESKRIPTIF ANALITIK DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG) Pani Eirene Sitorus; Alifiati Fitrikasari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.668 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15602

Abstract

Latar Belakang: Kecemasan merupakan suatu kondisi psikiatrik yang sering terjadi pada pasien dan sering tidak terdiagnosis dan tidak tertangani secara adekuat. Penyebab gangguan kecemasan sampai saat ini belum dapat dipastikan dan banyak faktor dikatakan mempengaruhi terjadinya gangguan kecemasan.Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat kecemasan dan demografi pasien rawat jalan di Puskesmas Halmahera Semarang. Menguji hubungan penyakit medis, faktor demografi, dan stresor psikososial dengan tingkat kecemasan pasien rawat jalan di Puskesmas Halmahera Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sebanyak 52 pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang mengisi kuesioner mengenai data demografi dan Beck Anxiety Inventory (BAI).Hasil: Sebanyak 80,8% responden mengalami kecemasan ringan dan 19,2% responden mengalami kecemasan sedang. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, stresor psikososial, dan penyakit medis dengan tingkat kecemasan (p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan (p>0,05).Kesimpulan: Terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan seseorang dalam penelitian ini secara khusus pada pasien rawat jalan puskesmas. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara usia, stresor psikososial, dan penyakit medis dengan kecemasan.
GAMBARAN DAN HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS (STUDI DESKRIPTIF ANALITIK DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG) Arhatya Marsasina; Alifiati Fitrikasari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.777 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14240

Abstract

Latar belakang : Berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, stressor psikososial dan penyakit fisik dapat mempengaruhi depresi. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer sudah seharusnya menjadi lini pertama bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif. Dari segi kesehatan fisik maupun mental.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, dengan 59 pasien rawat jalan Puskesmas sebagai subjek. Pengupulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner BDI-II, data demografi dan rekam medik. Data disajikan dalam bentuk table dan analisa menggunakan uji Chi-Square, Kolomogorov-smirnov dan Fisher’s Exact. Hasil analisis dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.Hasil : Dari 59 pasien rawat jalan Puskesmas Halmahera Semarang yang diwawancara dengan kuesioner BDI II, gambaran tingkat depresi yang didapat adalah 52,5% dalam batas normal, 22,0% depresi ringan, 18,6% depresi sedang, 6.8% depresi berat. Uji hubungan yang dilakukan antara depresi dengan factor demografi dan penyakit fisik tidak bermakna, karena p>0,05. Sedangkan, uji hubungan depresi dengan stressor psikososial adalah bermakna dengan p=0,007.Kesimpulan : Gambaran tingkat depresi : 52,5% normal, 22,0% ringan, 18,6% sedang, 6,8% berat. Terdapat hubungan antara depresi dan stressor psikososial. Tidak ada hubungan antara depresi dengan factor demografi dan penyakit fisik.

Page 10 of 18 | Total Record : 175


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue