cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 107 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 107 Documents clear
HUBUNGAN KOLESTEATOMA DENGAN JENIS DAN DERAJAT KURANG PENDENGARAN PADA PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Irwandi Samosir; Suprihati Suprihati; Zulfikar Naftali
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.468 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20701

Abstract

Latar Belakang: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan inflamasi kronis mukosa dan periosteum telinga bagian tengah dan kavum mastoid. Patologi pada telinga tengah merupakan sistem konduksi dapat mengakibatkan tuli konduktif. Beberapa pasien terlibat pada komponen kurang pendengaran sensorineural. Tuli pada OMSK terjadi pada derajat ringan sampai sedang > 50%. Adanya kolesteatoma yang bersifat destruktif dapat merusak organ disekitarnya termasuk telinga dalam sehingga mempengaruhi jenis dan derajat kurang pendengaran.Tujuan: Mengetahui hubungan kolesteatoma, usia dengan jenis dan derajat kurang pendengaran pada penderita OMSK.Metode: Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan desain cross sectional di RSUP Dr Kariadi Semarang yang dilakukan pada agustus – september 2017. Subyek penelitian berjumlah 85 penderita OMSK rawat inap tahun 2013-2017 yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Penderita dengan kolesteatoma sebanyak 53 dan tanpa kolesteatoma 32 penderita. Data dianalisis dengan Uji Chi-squareHasil: Kolesteatoma berhubungan terhadap jenis kurang pendengaran (p<0,05).. Kolesteatoma berhubungan derajat kurang pendengaran (p<0,05). Usia tidak berhubungan dengan jenis dan derajat kurang pendengaran (p>0,05). Kolesteatoma meningkatkan resiko kurang pendengaran jenis MHL 6 kali dan derajat berat 7 kali dibandingkan tanpa kolesteatoma.Kesimpulan: Kolesteatoma berhubungan dengan jenis dan derajat kurang pendengaran pada penderita OMSK. Kolesteatoma merupakan faktor risiko jenis dan derajat kurang pendengaran.
ASUPAN PROTEIN HEWANI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PERAWAKAN PENDEK ANAK UMUR 2-4 TAHUN Anggita Chandra Oktaviani; Rina Pratiwi; Farid Agung Rahmadi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.805 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20846

Abstract

Latar Belakang : Perawakan pendek merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur di bawah standar deviasi (<-2SD) dengan referensi World Health Organization (WHO) tahun 2006. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi nasional anak balita pendek (stunted) dan anak balita sangat pendek (severe stunted) berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah 37.2% terdiri dari 18.0% sangat pendek dan 19.2% pendek. Berdasarkan laporan Nutrition in the First 1,000 Days State of the World’s Mothers tahun 2012 menyatakan bahwa kejadian perawakan pendek dipengaruhi oleh kondisi pada masa 1000 hari kehidupan mulai dari janin berada dalam perut atau ketika wanita dalam kondisi hamil sampai anak tersebut berumur 2 tahun. Masa ini disebut dengan masa windows critical, karena pada masa ini terjadi perkembangan otak atau kecerdasan dan pertumbuhan badan yang cepat.Tujuan : Menganalisis peran asupan protein hewani sebagai faktor risiko perawakan pendek pada anak umur 2-4 tahun.Metode : Penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian kasus-kontrol. Sampel terdiri dari 106 anak prasekolah umur 2-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Rowosari Kota Semarang selama periode Mei-Agustus 2017. Uji statistik menggunakan uji komparatif Chi-square dan analisis multivariat regresi logistik.Hasil : Berdasarkan 106 subjek kasus-kontrol di wilayah Puskesmas Rowosari Semarang, didapatkan hubungan bermakna pada jumlah asupan protein hewani (p=0,000 OR 6,059 95% CI 2,517-14,588) dan pendapatan orang tua (p=0,009 OR 1,899 95% CI 0,733-4,919) terhadap perawakan pendek. Hubungan tidak bermakna didapatkan pada jenis asupan protein hewani seperti daging (p=0,186), susu (p=1,000), telur (p=0,077), ikan (p=0,374), makanan laut (p=1,000), asupan protein lain (p=1,000), riwayat pemberian ASI (p=0,077), umur pemberian MP-ASI (p=1,000), dan tingkat pendidikan ibu (p=0,251).Simpulan : Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan pada variabel jumlah asupan protein hewani dan pendapatan orang tua terhadap perawakan pendek.
UJI EFEKTIVITAS VITAMIN C DALAM MENINGKATKAN KADAR SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) PLASMA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG TERPAPAR HEAT STRESS Tinanda Tarigan; Lusiana Batubara; Dwi Ngestiningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.584 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21281

Abstract

Latar Belakang Superoksida dismutase (SOD) merupakan enzim pertama dalam mekanisme pertahanan terhadap superoksida. Paparan heat stress dapat menurunkan kadar SOD yang dapat memicu timbulnya stres oksidatif. Antioksidan tambahan dari luar tubuh diperlukan dalam kondisi ini. Vitamin C merupakan senyawa yang telah dikenal secara luas sebagai antioksidan. Pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar SOD.Tujuan Membuktikan efektivitas pemberian vitamin C dalam meningkatkan kadar SOD plasma tikus Sprague Dawley yang terpapar heat stress.Metode Penelitian ini merupakan true experimental randomized post test only control group design. Sampel berjumlah 12 ekor tikus Sprague Dawley jantan yang memenuhi kriteria dan dibagi dalam dua kelompok; kelompok K diberikan paparan heat stress pada suhu 430C selama 70 menit, dan kelompok P diberikan vitamin C 0,075 mg/gBB 2 jam sebelum diberi paparan heat stress 430C selama 70 menit. Tikus kemudian diterminasi dan diambil darahnya melalui plexus retroorbital. Plasma yang diperoleh dilakukan pengukuran kadar SOD dengan metode ELISA. Data dianalisis dengan uji t tidak berpasangan.Hasil Rerata kadar SOD plasma: kelompok K sebesar 12.88 ± 2.89 ng/ml; kelompok P sebesar 18.82 ± 5.22 ng/ml. Pada uji t tidak berpasangan didapatkan nilai signifikan (p<0.05) dengan nilai p=0.022.Kesimpulan Vitamin C terbukti efektif meningkatkan kadar SOD plasma tikus Sprague Dawley yang terpapar heat stress secara signifikan.
HUBUNGAN TEKANAN DARAH KETIKA MASUK IGD DENGAN KELUARAN MOTORIK PASIEN STROKE ISKEMIK Endah Herdianti; Hexanto Muhartomo; Tanti Ajoe Kesoema
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.507 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21495

Abstract

Latar Belakang: Stroke adalah sindroma klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global, yang berkembang secara cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler. Pada pasien stroke akut terjadi gangguan tekanan darah. Sekitar sepertiga pasien stroke menunjukkan disabilitas persisten yang didominasi oleh kelemahan fungsi motorik. Penelitian sebelumnya belum ada yang membahas tentang hubungan tekanan darah ketika masuk IGD dengan keluaran motorik pasien stroke iskemik yang dinilai dengan MAS.Tujuan: Untuk membuktikan hubungan tekanan darah ketika masuk IGD dengan keluaran motorik pasien stroke iskemik.Metode: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian merupakan 29 pasien stroke iskemik dengan rerata usia 60,28 ± 10,22 tahun yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr Kariadi Semarang dan RSUD RAA Soewondo Pati. Subjek penelitian terdiri dari 19 pria dan 10 wanita. Karakteristik subjek penelitian yang diperoleh adalah usia, tekanan darah, kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar HDL, kadar LDL, kadar GDS, dan skor MAS. Pengukuran skor MAS dilakukan langsung kepada subjek, sedangkan nilai tekanan darah ketika masuk IGD didapatkan dari rekam medis. Kemudian data diolah menggunakan uji Spearman dan Kruskal-Wallis.Hasil: Tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan darah ketika masuk IGD dengan keluaran motorik pasien stroke iskemik yang dinilai dengan MAS (p = 0,052, r = 0,365). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor MAS pasien normotensi dengan pasien pre hipertensi, hipertensi stadium 1 dan hipertensi stadium 2 (p>0,05)Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tekanan darah ketika masuk IGD dengan keluaran motorik pasien stroke iskemik.
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE DISKUSI, POSTER DAN VIDEO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK JALANAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI RUMAH PINTAR BANG JO) Dian Sharafina Zatalini; Diah Rahayu Wulandari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20673

Abstract

Latar Belakang: Anak jalanan merupakan anak usia 5 hingga 18 tahun yang aktif bekerja di jalanan di kawasan urban. Oleh karena sebagian besar waktunya di habiskan di jalan maka anak jalanan menjadi rentan terhadap permasalahan yang ada di jalanan salah satunya adalah perilaku penyimpangan seksual. Selain itu, informasi mengenai Penyakit Menular Seksual juga masih kurang di kalangan anak jalanan.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan  pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual pada anak jalanan .Metode: Desain penelitian ini adalah quasi experimental  pre and post test group design. Responden dalam penelitian ini adalah anak jalanan usia 12 hingga 18 tahun yang aktif bekerja di jalanan sebanyak 40 anak. Langkah awal dilakukan wawancara pre test. Selanjutnya dilakukan edukasi mengenai Penyakit Menular Seksual. Setelah itu, dilakukan wawancara post test 1 minggu berikutnya. Data yang didapat dideskripsikan dalam bentuk tabel dan grafik, dilakukan uji Saphiro-Wilk untuk normalitas data dan T-test untuk hipotesis.Hasil: Uji Saphiro-Wilk dan T-test menunjukkan terdapat perbedaan bermakna mengenai pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.Simpulan: Penyuluhan dengan metode diskusi, poster dan video meningkatkan pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual pada anak jalanan.
PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT, NEUTROFIL DAN LIMFOSIT ABSOLUT PADA PENDERITA DM TIPE 2 TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL Sanjaya Santoso; Banundari Rachmawati; Dwi Retnoningrum
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.651 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20756

Abstract

Latar Belakang : Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius dan merupakan 1 dari 4 penyakit tidak menular yang angka kejadiannya terus bertambah yang ditandai dengan inflamasi kronik karena terjadi resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat. Kondisi glukosa darah yang tinggi menyebabkan pembentukan radikal bebas sehingga timbul stres oksidatif  dan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi yang terjadi dapat meningkatkan sitokin proinflamasi yang dapat mempengaruhi kadar leukosit, neutrofil dan limfosit dalam darah.Tujuan : Membuktikan perbedaan jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrolMetode :  Jenis penelitian observasional dengan pendekatan crossectional.  Total sampel  adalah 60 responden yang terdiri dari 30  subyek DM tipe 2 terkontrol dan 30 subyek DM tipe 2 tidak terkontrol. Sampel merupakan pasien RSUP dr.Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis yang digunakan adalah uji - Independent T Test.Hasil :  Rerata jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 terkontrol adalah   11,47 ± 1,63 x103/µl ; 9,15 ± 1,67  x103/µl ; 1,37 ± 0,23 x103/µl. Rerata jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol adalah   10,02 ± 1,36 x103/µl ; 7,41 ± 1,31  x103/µl ; 1,74 ± 0,24 x103/µl. Penderita DM tipe 2 tidak terkontrol memiliki jumlah limfosit absolut yang lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) tetapi memiliki jumlah leukosit dan neutrofil absolut yang lebih rendah namun tidak bermakna (p>0,05)  dibanding  penderita DM tipe 2 terkontrol.Kesimpulan :  Terdapat perbedaan jumlah limfosit absolut pada penderita DM tipe 2 terkontrol.
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE PADA MEDIA AGAR DARAH DOMBA MENGGUNAKAN TRYPTICASE SOY AGAR DENGAN COLUMBIA AGAR Afina Maulidyna; Purnomo Hadi; Helmia Farida
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.109 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21196

Abstract

Latar Belakang: Columbia agar dengan suplementasi darah domba merupakan agar yang banyak digunakan sebagai media kultur S. pneumoniae. Namun kegagalan untuk menumbuhkan S. pneumoniae masih sering terjadi, karena bakteri ini hanya dapat tumbuh di lingkungan dan dengan nutrisi tertentu. Pada penelitian ini diharapkan penggunaan agar darah domba dengan Trypticase Soy Agar (TSA) dapat meningkatkan sensitivitas kultur S. pneumoniae dari spesimen klinis.Tujuan: Membandingkan pertumbuhan S. pneumoniae dari spesimen klinis yang ditanam pada media agar darah domba dengan jenis agar yang berbeda. Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimental-post test only. Sampel penelitian adalah 16 swab nasofaring dari subjek sehat yang disimpan dalam media Skim milk, Tryptone, Glucose, and Glycerin (STGG) pada suhu -80°C (n=16). Sampel ditanam pada media ADDG-COL dan ADDG-TSA dan dilakukan pengamatan pada 18, 24, dan 48 jam setelah inkubasi meliputi kuantitas koloni, diameter koloni, diameter zona hemolisis, dan karakteristik koloni. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Student –T (skala numerik, distribusi normal) atau uji Mann Whitney (skala numerik, distribusi tidak normal) dan uji Chi Square (skala nominal dan ordinal).Hasil: Pada penelitian didapatkan perbedaan namun tidak bermakna pada kuantitas koloni (p=0,238; 0,238; 0,238), diameter koloni (p=0,985; 0,497; 0,939), diameter zona hemolisis (p=0,275; 0,104; 0,109) dan karakteristik (p=0,654; 1,000; 0,685).Kesimpulan Pertumbuhan S. pneumoniae pada media agar darah domba dengan TSA tidak lebih baik dibandingkan dengan pada media agar darah domba dengan Columbia agar.
KESESUAIAN METODE PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH SKINFOLD CALIPER DENGAN METODE BIOLECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS Dwi Nina Wijayanti; Hermina Sukmaningtyas; Deny Yudi Fitranti
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.853 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21468

Abstract

Latar Belakang: Pengukuran persentase lemak tubuh yang akurat merupakan hal yang diperlukan untuk memonitor lemak tubuh, obesitas dan untuk rencana pengaturan diet dalam program pelayanan kesehatan. Lemak tubuh memiliki hubungan dengan beberapa faktor risiko kesehatan. Bioelectrical Impedance Analysis dan Skinfold Caliper dapat memperkirakan persentase lemak tubuh. Kedua alat tersebut mudah, murah dan tidak invasif.Tujuan: Mengetahui kesesuaian Bioelectrical Impedance Analysis dengan Skinfold Caliper terhadap pengukuran persentase lemak tubuh pada wanita dewasa muda.Metode: Penelitian dilakukan terhadap 33 wanita dewasa muda dengan tinggi badan 155 – 165 cm dan berat badan 45 – 55 kg. Pada semua subyek dilakukan pengukuran lemak menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis dan Skinfold Caliper pada 4 lokasi (trisep, bisep, subskapula dan suprailiaka). Data selanjutnya dianalisis menggunakan uji intraclass correlation coefficient (ICC) absolut agreement.Hasil: Pada pengukuran persentase lemak tubuh menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis didapatkan rerata 20,31 ± 3,13 %, sedangkan Skinfold Caliper didapatkan 23,50 ± 1,51 %. Terdapat perbedaan antara pengukuran Bioelectrical Impedance Analysis dan Skinfold Caliper. Uji kesesuaian menunjukkan kesesuaian derajat sedang (ICC=0,42).Kesimpulan: Terdapat kesesuaian dengan derajat sedang antara pengukuran persentase lemak tubuh yang diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis dan Skinfold Caliper pada wanita dewasa muda.
PERBEDAAN MEMORI JANGKA PENDEK SEBELUM DAN SESUDAH MENDENGARKAN MUSIK SAAT LARI PADA DEWASA MUDA Ardyarini, Hikmatunnisa Tri; Muniroh, Muflihatul; Maharani, Nani
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.651 KB)

Abstract

Latar Belakang: Mendengarkan musik saat berolahraga diketahui dapat menimbulkan efek ergogenik dan mempengaruhi sistem kardiovaskuler. Namun, pengaruh kombinasi keduanya terhadap memori, sebagai salah satu fungsi kognitif yang penting pada proses pembelajaran usia dewasa muda, masih belum diteliti lebih lanjut.Tujuan: Mengetahui perbedaan memori jangka pendek sebelum dan sesudah mendengarkan musik saat lari pada kelompok dewasa muda.Metode: Penelitian eksperimental dengan metode pre- dan post-test unequivalent group di Stadion Universitas Diponegoro. Subjek adalah kelompok usia dewasa muda (17-22 tahun) yang pada periode penelitian tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (n=40) dan dipilih secara purposive sampling, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok; kelompok lari selama 30 menit dengan mendengarkan musik (n=20) dan kelompok lari selama 30 menit tanpa medengarkan musik sebagai kontrol (n=20). Memori jangka pendek diukur dengan Scenery Picture Memory Test dan analisis data dilakukan dengan uji t-berpasangan, t-tidak berpasangan, Wilcoxon dan Mann-Whitney.Hasil: Terdapat perbedaan memori jangka pendek yang bermakna sebelum dan sesudah mendengarkan musik saat lari (p=0,00). Memori jangka pendek setelah lari dengan mendengarkan musik meningkat secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol, dengan rerata peningkatan sebesar 5,0 ± 2,66 pada kelompok lari dengan mendengarkan musik dan 3,05 ± 1,76 pada kelompok kontrol.Kesimpulan: Mendengarkan musik saat lari dapat meningkatkan fungsi memori jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan lari tanpa mendengarkan musik pada usia dewasa muda.
HUBUNGAN MENGONSUMSI MAKANAN OLAHAN CABAI TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA Aghnila Fasza Gita Tsuraya; Puguh Riyanto; Widyawati Widyawati; Bambang Witjahyo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.812 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21187

Abstract

Latar Belakang. Akne vulgaris atau jerawat, adalah penyakit kulit pada unit poli sebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Penyebab utama akne sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, merupakan penyakit multifaktorial. Penderita akne memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal. Salah satu tanaman bahan makanan yang diduga mempunyai kandungan androgen adalah cabai.Tujuan. Mengetahui hubungan antara mengonsumsi makanan olahan cabai dengan angka kejadian akne vulgaris.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan populasi penelitian mahasiswa di kota Semarang. Dengan metode cluster random sampling didapatkan 90 responden dengan rentang usia 19-25 tahun. Data yang didapatkan adalah data primer dari kuesioner. Uji analisis yang digunakan adalah chi square.Hasil. Terdapat hubungan antara makan cabai dengan kejadian akne vulgaris dan tidak ada hubungan antara jumlah makan cabai dan frekuensi makan cabai dengan kejadian akne vulgaris.Kesimpulan. Terdapat hubungan antara makan olahan cabai dengan kejadian akne vulgaris.

Page 2 of 11 | Total Record : 107


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue