cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 56 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 56 Documents clear
HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX DENGAN Q ANGLE : STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Helen Malinda Kurniawan; Amin Husni; Edward KSL Edward KSL
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.329 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23330

Abstract

Latar Belakang: Mahasiswa Fakultas Kedokteran diduga mempunyai faktor risiko obesitas atau overweight. Body Mass index adalah salah satu tolak ukur massa tubuh, dimana BMI yang tinggi dapat meningkatkan beban sendi penopang tubuh. Beban art. genu yang meningkat dapat menyebabkan instabilitas os. Patellae yang bermanifestasi pada peningkatan q angle. Tujuan: Mengetahui korelasi antara Body Mass Index terhadap Q Angle. Metode: Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel sebanyak 64 mahasiswa usia 18-22 tahun Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BMI. Dilakukan pengukuran q angle sampel dalam posisi duduk dan berdiri menggunakan goniometer standar. Uji statistik menggunakan, uji Spearman dan uji Chi Square (signifikan bila p<0,05). Hasil: Hubungan antara BMI dengan Q angle dalam posisi berdiri adalah p<0,001 dan r=0,812 dan posisi duduk adalah p<0,001dan r=0,826. Hubungan antara jenis kelamin dengan Q angle dalam posisi berdiri adalah p=0,424 dan r=0,099 dan posisi duduk adalah p=0,434dan r=0,097. Kesimpulan: BMI berkorelasi signifikan positif sangat kuat terhadap Q angle. Jenis kelamin tidak berhubungan dengan q angle.Kata Kunci: Body Mass Index, Q Angle posisi berdiri, Q angle posisi duduk.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KEDONDONG LAUT TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus RESISTEN METISILIN Zakiyah Wuriyasih Permata Sari; Akhmad Ismail; Tuntas Dhanardhono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.197 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23401

Abstract

Latar Belakang: Pengobatan infeksi bakteri ini semakin sulit karena banyak Staphylococcus aureus telah mengalami resistensi metisilin. Indonesia mempunyai banyak tanaman herbal yang berpotensi sebagai antibiotik, salah satunya adalah Polyscias fructicosa atau kedondong laut. Tujuan: Membuktikan efek ekstrak daun kedondong laut mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus resisten metisilin secara in vitro. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain post test control group design. Pada penelitian ini terbagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu perlakuan dengan penambahan ekstrak daun kedondong 25%, 50%, 75%, dan 100%. Sedangkan untuk kelompok kontrol terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kontrol positif dengan penambahan antibiotik tetrasiklin dan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan. Metode yang digunakan adalah difusi Kirby-Bauer. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney U test. Hasil: Rerata diameter zona hambat terhadap MRSA ekstrak daun kedondong laut konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% sebesar 12.50 mm, 15.33 mm, 15.83 mm, dan 16.50 mm. Konsentrasi 25% ekstrak daun kedondong laut memiliki perbedaan bermakna dengan konsentrasi 100% ekstrak daun kedondong laut. Kesimpulan: Ekstrak daun kedondong laut mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus resisten metisilinKata kunci: MRSA, zona hambat, daun kedondong laut
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PONSEL Destia Afta Nugroho; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.531 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23306

Abstract

Latar Belakang: Ponsel merupakan perangkat telekomunikasi yang memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh, salah satunya hepar. Vitamin C dan E diketahui sebagai antioksidan yang efeknya akan meningkat jika dikombinasikan. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian kombinasi vitamin C dan E terhadap gambaran histologi hepar tikus wistar yang diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis true experimental dengan Post Test Only Control Group Design dengan sampel 20 ekor tikus wistar jantan yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif hanya diberi pakan dan minum standar, kontrol positif diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari, perlakuan 1 diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari dan kombinasi 8 mg/hari vitamin C dan 0,54 mg/hari vitamin E, perlakuan 2 diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari dan kombinasi 16 mg/hari vitamin C dan 1,08 mg/hari vitamin E. Perlakuan dilakukan selama 14 hari, selanjutnya tikus wistar dianestesi kemudian diterminasi untuk diambil organ heparnya, lalu dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar. Hasil: Rerata perubahan histologis sel hepar tertinggi terdapat pada kelompok kontrol positif. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif, perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2, sedangkan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 tidak berbeda bermakna. Simpulan: Paparan gelombang elektromagnetik ponsel menyebabkan kerusakan sel hepar berupa degenerasi hidropik dan nekrosis yang dapat dihambat oleh kombinasi vitamin C dan E.Kata kunci: gelombang elektromagnetik ponsel, vitamin C, vitamin E, hepar, histopatologi
KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR Shania Puspasari; Maria Belladona; Natalia Dewi Wardani
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.339 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23392

Abstract

Latar Belakang: Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi. Terkadang seseorang lupa akan pentingnya tidur, contohnya mahasiswa kedokteran yang cenderung memiliki kualitas tidur buruk. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat kualitas tidur buruk yang adalah memori kerja yang melambat. Memori kerja digambarkan sebagai sistem memori yang berperan penting dalam proses reasoning, pembelajaran, dan pemahaman yang dibutuhkan khususnya oleh mahasiswa kedokteran. Tujuan: Mengetahui korelasi kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan di wilayah kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sample pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir (n = 70) yang telah mengisi lembar informed consent, lembar identias, kuesioner PSQI, serta telah mengerjakan operation span task dan rotation span task. Analisis yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji korelasi Spearmann, uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil: Terdapat korelasi bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja verbal, dengan nilai p = 0,007 (p < 0,05). Terdapat korelasi tidak bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja visuospasial. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada analisis pengaruh factor perancu dengan kapasitas memori kerja. Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja pada mahasiswa tingkat akhir.Kata kunci: Kualitas tidur, Kapasitas Memori Kerja Verbal, Kapasitas Memori Kerja Visuospasial
PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN MINYAK JELANTAH TERHADAP DIAMETER DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI LUMEN AORTA TIKUS WISTAR (RATTUS NOVERGICUS) Aprita Hanung; Fanti Saktini; Ainun Rahmasari Gumay
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.584 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23294

Abstract

Latar Belakang: Konsumsi makanan yang digoreng dengan minyak pada suhu yang tinggi (deep fried) dalam jangka waktu lama, menghasilkan peroksidasi lipid yang menginduksi terjadinya disfungsi endotel dan memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis akan mempengaruhi diameter dan gambaran kerusakan histolopatologi lumen aorta. Tujuan: Mengetahui pengaruh frekuensi penggorengan minyak jelantah terhadap diameter dan gambaran histopatologis lumen aorta tikus Wistar. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design yang menggunakan 25 ekor tikus Wistar sebagai hewan coba, yang terbagi dalam 5 kelompok, K1 tidak diberi minyak jelantah, adapun K2, P1, P2, dan P3 secara berturut-turut diberi minyak jelantah 1x, 3x, 6x, dan 9x penggorengan dengan volume 1,5 ml/hari selama 30 hari perlakuan. Parameter histopatologi yang dinilai adalah diameter lumen aorta dan gambaran kerusakan lumen aorta. Analisis data dengan One Way Anova. Hasil: Rerata diamater±SD lumen aorta K1 adalah 2,47±0,686 mm, K2 adalah 2,52±0,752 mm, P1 2,44±0,295 mm, P2 2,68±0,766 mm, sedangkan P3 2,01±0,480 mm, dan belum didapatkan gambaran histopatologi aterosklerosis menurut kriteria AHA dari masing-masing kelompok. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pemberian minyak jelantah terhadap lumen maupun gambaran histopatologi aorta p>0,05 (p= 0,565) Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna baik diameter maupun gambaran histopatologi lumen aorta.Kata kunci: deep fried frying,diameter lumen aorta, gambaran histopatologis.
FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEJADIAN EPILEPSI INTRAKTABEL ANAK DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Nuh Gusta Ady Yolanda; Tun Paksi Sareharto; Hermawan Istiadi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.003 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23369

Abstract

Latar Belakang : Epilepsi adalah salah satu kelainan neurologi kronik yang ditandai dengan gejala khas yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksismal. Salah satu pengobatan epilepsi adalah OAE. Pada keadaan dimana telah mengonsumsi 2 atau lebih jenis OAE secara teratur dan adekuat selama 18 bulan namun tidak menunjukkan penurunan frekuensi dan durasi kejang, hal ini disebut dengan epilepsi intraktabel. Pengetahuan mengenai faktor yang berpengaruh pada kejadian epilepsi intraktabel anak penting untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan pasien agar lebih komprehensif dan adekuat. Tujuan : Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi kejadian epilepsi intraktabel pada pasien anak dengan epilepsy Metode : Penelitian observasional analitik dengan desaim cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 38 pasien epilepsi yang menjalani perawatan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Bahan penelitian diambil dengan kuesioner oleh orangtua pasien dan rekam medik, data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil : Dari 38 subjek penelitian, angka kejadian epilepsi intraktabel adalah 13 subjek (34,2%). Pada analisis bivariat didapat faktor risiko yang berhubungan adalah etiologi (p=0,017) dan abnormalitas neurologi (p=0,002). Pada analisis multivariat didapatkan faktor abnormalitas neurologi (OR 37,67 IK95% 1,27-1111,04) sebagai faktor risiko yang signifikan. Simpulan : Angka kejadian epilepsi intraktabel anak sebesar 34,2% dan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian epilepsi intraktabel anak adalah abnormalitas neurologi.Kata Kunci : epilepsi, intraktabel, anak, faktor risiko
PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU HARVARD TERHADAP NILAI VO2MAX PADA ATLET SEPAK BOLA Maria Carolina Septiany; Edwin Basyar; Hardian Hardian
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.744 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23336

Abstract

Latar Belakang: Seorang pemain sepak bola dengan nilai VO2Max yang tinggi dapat meningkatkan stamina atau ketahanan ketika bermain sepak bola. Catatan nilai VO2Max pada pria yang pernah dicatat mencapai 94 ml/kg/menit, pada pemain sepak bola memiliki nilai VO2Max antara 45-65 ml/kg/menit. Dengan diberikan latihan naik turun bangku Harvard yang rutin diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penggunaan oksigen pada atlet sepak bola, yang memberikan manfaat besar selama bermain. Tujuan: Membuktikan adanya pengaruh latihan naik turun bangku Harvard terhadap nilai VO2Max atlet sepak bola. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan rancangan comparison group pre test and post test design. Subjek penelitian berjumlah 26 orang yang dipilih secara purposive sampling. Kelompok perlakuan melakukan latihan sepak bola rutin dan ditambah naik turun bangku Harvard sebanyak 3 kali dalam seminggu selama delapan minggu, sementara kelompok kontrol melakukan latihan rutin sepak bola saja. Nilai VO2Max diukur dengan Multistage Fitness Test. Analisis statistik menggunakan uji t berpasangan untuk menganalisis VO2Max sebelum dan sesudah latihan naik turun bangku Harvard, kecuali pada VO2Max pre test kelompok kontrol menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Terdapat peningkatan nilai VO2Max yang signifikan (p=0,009) setelah melakukan latihan naik turun bangku Harvard. Peningkatan nilai VO2Max pada kelompok perlakuan lebih besar yakni 4,88 ml/kg/min (9,3%) dibanding dengan kelompok kontrol yakni 1,07 ml/kg/min (2,4%). Kesimpulan: Latihan naik turun bangku Harvard selama 8 minggu meningkatkan nilai VO2Max pada atlet sepak bola.Kata Kunci: VO2Max, latihan naik turun bangku Harvard.
PENGARUH RANITIDIN TERHADAP DEGENERASI AKSON AKIBAT NEUROPATI NERVUS OPTIK (STUDI PADA TIKUS WISTAR DENGAN INTOKSIKASI METANOL AKUT) Ersananda Arlisa Putri; Dwi Pudjonarko
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.435 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23316

Abstract

Latar Belakang: Insidensi keracunan alkohol di Indonesia terbilang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena penggunaan metanol sebagai bahan campuran pembuatan alkohol oplosan. Diketahui bahwa metabolisme metanol bersifat toksik bagi tubuh manusia. Salah satu implikasinya adalah kerusakan saraf optik yang dapat menyebabkan kebutaan. Penggunaan ranitidin sebagai Antidotum untuk mengurangi efek toksisitas metanol telah dipelajari sebelumnya. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut tentang efek pemberian ranitidin dosis bertingkat terhadap degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus wistar yang diintoksikasi metanol akut. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ranitidin dosis bertingkat terhadap degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus Wistar dengan intoksikasi metanol akut. Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan posttest only control group design. Penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu terdiri dari: 2 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol positif, dan 1 kelompok kontrol negatif dengan 6 tikus di masing-masing kelompok. Kelompok perlakuan pertama diberi metanol 14 g / kgbb, dan setelah 30 menit diberikan ranitidin 30mg / kgBB. Kelompok perlakuan kedua diberi metanol 14 g / kgbb, dan setelah 30 menit diberikan ranitidin 60 mg/kgbb . Kelompok kontrol negatif diberi aquades oral saja, sedangkan kontrol positif diberikan metanol per oral 14g / kgBB tanpa pemberian ranitidin. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan intoksikasi metanol saja (kelompok kontrol positif) dengan kelompok yang diberikan ranitidin 60 mg/kgBB setalah 30 menit intoksikasi metanol (kelompok perlakuan 2) (p = 0,02), dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan intoksikasi metanol saja (kelompok kontrol positif) dengan kelompok yang diberikan diberikan ranitidin 30 mg/kgBB setelah 30 menit intoksikasi metanol (kelompok perlakuan 1) (p = 0,452). Kesimpulan: Ranitidin dosis 60 mg/kgbb yang diberikan 30 menit setelah intoksikasi metanol akut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kejadian degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus wistar yang diintoksikasi metanol akut.Kata Kunci: Metanol, Ranitidin, Tikus Wistar, Nervus Optik, Degenerasi Akson
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN Teresia Maharani Paramita; RB Bambang Witjahjo; Akhmad Ismail
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.025 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23397

Abstract

Latar Belakang: Rifampisin menimbulkan efek samping pada saluran cerna diantaranya yaitu anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Rifampisin diduga dapat mempengaruhi gaster dengan mekanisme yang sama dengan kerusakan gaster akibat obat anti-inflamasi non steroid. Temulawak memiliki zat yang bermanfaat sebagai gastroproteksi, antioksidan, antiinflamasi. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan gaster yang disebabkan oleh paparan rifampisin. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental Laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel 25 mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan dan minum standar. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberi rifampisin per oral 7mg/20grBB/hari. Kelompok PI, PII, dan PIII diberi rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak per oral dosis bertingkat yaitu 2mg/20grBB/hari, 4mg/20grBB/hari, dan 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke-15, mencit diterminasi, diambil organ gasternya, dan dilakukan pembuatan preparat menggunakan pengecatan HE. Hasil: Rerata kerusakan mukosa gaster tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,001). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(+) dan K(-), serta K(+) dan PI, PII, PIII. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak, mukosa gaster, rifampisin, skor Barthel Manja
PENURUNAN NILAI HANTARAN TULANG PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DENGAN KEMOTERAPI BERBASIS PLATINUM: KOMBINASI NEOADJUVANT PACLITAXEL-CISPLATIN DAN PACLITAXEL-CARBOPLATIN Cika Apriliana; Zulfikar Naftali; Willy Yusmawan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.426 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23300

Abstract

Latar belakang : Beberapa penelitian melaporkan bahwa paclitaxel-cisplatin dan paclitaxel-carboplatin, memproduksi radikal bebas yang bisa menyebabkan kerusakan sel rambut organ korti dengan akibat penurunan nilai ambang hantaran tulang pada audiogram nada murni. Tujuan : Membuktikan bahwa penurunan nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni pada kelompok penderita karsinoma nasofaring yang mendapatkan kemoterapi kombinasi neoadjuvant paclitaxel-cisplatin lebih besar dibandingkan kelompok yang mendapat kemoterapi kombinasi neoadjuvant paclitaxel-carbolpatin. Metode: Penelitian dengan pendekatan studi cross-sectional. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi di RSUP Dr. Kariadi Semarang dibagi dua kelompok, yaitu paclitaxel-cisplatin (kelompok 1) dan paclitaxel-carboplatin (kelompok 2). Data meliputi nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni kedua kelompok. Data dianalisis dengan chi-square, independent-sample t-test dan One-Way ANOVA. Hasil : Dua puluh enam subyek memenuhi kriteria inklusi, 14 subyek kelompok 1 dan 12 subyek kelompok 2. Rerata NA hantaran tulang kedua kelompok tidak berbeda bermakna (telinga kanan p=0,119 ; telinga kiri p=0,139). Penurunan NA hantaran tulang kelompok 1 lebih besar dibanding kelompok 2 dengan perbedaan selisih nilai ambang hantaran tulang bermakna ( telinga kanan p=0,00 ; telinga kiri p=0,00 ). Simpulan : Penurunan nilai ambang hantaran tulang audiogram nada murni penderita karsinoma nasofaring dengan kemoterapi kombinasi neoadjuvant paclitaxel-cisplatin terbukti lebih besar dibanding kelompok dengan kemoterapi kombinasi neoadjuvant paclitaxel-carboplatin.Kata kunci : Karsinoma nasofaring, paclitaxel-cisplatin dan paclitaxel-carboplatin, hantaran tulang.

Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue