cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 56 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 56 Documents clear
PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT DUA DANGKAL PADA KELINCI (ORYCTOLAGUS CUNICULUS) Rizkia Nada Suci Permatasari; Ratna Damma Purnawati; Noor Wijayahadi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.288 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23374

Abstract

Latar Belakang : Luka bakar cukup sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama di rumah tangga. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks antara faktor seluler, humoral, dan unsur jaringan ikat. Senyawa asam asetat dan fenol dalam asap cair merupakan senyawa yang memiliki sifat antioksidan dan antimikroba. Kedua senyawa tersebut telah diketahui memiliki manfaat dalam penyembuhan luka. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian asap cair dosis bertingkat terhadap penyembuhan luka bakar derajat dua dangkal pada kelinci. Metode : Penelitian True Experimental Laboratory Post-Test Only with Control Group Design. Sampel 6 ekor kelinci jantan, dibagi dalam 4 kelompok: K1 diberi aquades, K2 diberi povidone iodine 10%, P1 diberi asap cair 3% dan P2 diberi asap cair 6% selama 10 hari. Perlakuan diakhiri dengan terminasi. Pengambilan jaringan kulit dilakukan pada hari ke-10. Dilakukan pengamatan gambaran makroskopis dan mikroskopis sesuai kriteria modifikasi Nagaoka. Hasil : Hasil uji statistik Saphiro-Wilk secara makroskopis (p<0,05) data tidak terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan uji non parametrik Kruskal-Wallis (p>0,05). Secara mikroskopis (p>0,05) data terdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik One Way ANOVA (p>0,05). Secara makroskopis dan mikroskopis didapatkan bahwa pemberian asap cair dosis bertingkat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka bakar pada kelinci. Hasil terbaik didapatkan pada povidone iodine, selanjutnya asap cair 6%, asap cair 3% dan aquades. Kesimpulan : Pemberian asap cair dosis bertingkat bertingkat mempengaruhi gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka bakar kelinci dengan hasil terbaik pada povidone iodine.Kata Kunci : Luka bakar, asap cair, povidone iodine, gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka
HUBUNGAN ANTARA KADAR VITAMIN D DENGAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA PADA LANSIA Nafisah Zahra; Andrew Johan; Dwi Ngestiningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.04 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23348

Abstract

Latar Belakang: Pada lanjut usia radikal bebas bertanggung jawab terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin D3 memiliki aktivitas antioksidan.Vitamin D3 telah dibuktikan sebagai antioksidan yang menghambat lipid yang diinduksi besi peroksidasi liposom otak.Vitamin D3 sistemik menekan lipid yang tinggi.Aktivitas peroksidasi diamati pada tikus kekurangan vitamin D3dimana terjadi peningkatan penanda stres oksidatif, salah satunya adalah malondialdehid (MDA).Selain itu, vitamin D3 telah dilaporkan mengurangi stres oksidatif dengan menaikkan pertahanan antioksidan sistem, termasuk kandungan glutation, glutation peroksidase, dan superokside dismutase pada astrosit dan di hati. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dengan kadar MDA plasma pada lansia Metode: penelitian ini menggunakan design cross sectional dengan mengambil subyek secara consecutive samplingdari beberapa posyandu lansia di kota Semarang. Pemeriksaan kadar Vitamin D dilakukan dengan metode ELISA ,sedangkan pemeriksaan kadar MDA plasma dilakukan dengan metode TBARS. Hasil: terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Vitamin D dengan kadar MDA plasma (p : 0,021) dengan nilai korelasi cukup (r : -0,364) hal ini menunjukkan semakin tinggi kadar Vitamin D pada lansia berkorelasi dengan menurunnya aktivitas peroksidasi lipid yang ditandai dengan menurunnya kadar malondialdehid (MDA) plasma. Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Vitamin D dengan kadar MDA plasma pada lansiaKata Kunci: Lansia, Vitamin D, MDA, peroksidasi lipid.
PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT LEHER TIKUS WISTAR YANG DIGANTUNG DENGAN PEMBEDAAN PERIODE POSTMORTEM Muhammad Sulthon Al Haris; Intarniati Nur Rohmah; Ika Pawitra Miranti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.455 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23346

Abstract

Latar Belakang : Penggantungan adalah jenis penjeratan di mana tekanan pada leher disebabkan oleh berat badan korban sendiri. Tidak semua kasus penggantungan disebabkan melalui praktik bunuh diri. Kasus penggantungan juga dapat terjadi akibat kecelakaan ataupun pembunuhan, dan dapat pula ditemui kasus penggantungan postmortem yaitu bila korban digantung dalam keadaan sudah meninggal setelah sebelumnya dibunuh. Untuk membedakan kasus-kasus tersebut diperlukan investigasi yang menyeluruh serta kecermatan dalam proses autopsi yang bertujuan untuk mencari dan mengidentifikasi adanya luka atau jejas sehingga dapat ditentukan intravitalitas dan umur luka atau jejas tersebut, baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Salah satu metode pemeriksaan mikroskopik adalah melalui analisis proses inflamasi yang menggunakan beberapa parameter seperti infiltrasi leukosit. Sejauh ini belum ada penelitian yang membahas tentang perbandingan intravitalitas berdasarkan gambaran histopatologi organ. Tujuan : Mengetahui perbandingan gambaran histopatologi kulit leher tikus Wistar yang digantung dengan perbedaan periode postmortem. Metode : Penelitian eksperimental dengan post test-only control group design ini menggunakan 4 kelompok yang masing-masing terdiri atas 7 ekor tikus Wistar. Kelompok K (kontrol) yaitu tikus yang digantung antemortem setelah mendapat anestesi. Kelompok P1 (perlakuan 1) yaitu tikus yang digantung saat postmortem 1 jam setelah diterminasi menggunakan anestesi dosis letal dengan durasi penggantungan selama 1 jam. Kelompok P2 (perlakuan 2) dan P3 (perlakuan 3) digantung 2 jam dan 3 jam saat postmortem dengan cara yang sama seperti kelompok P1. Selanjutnya dilakukan pembuatan preparat histopatologi kulit leher dan pemeriksaan gambaran mikroskopis. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K dengan P1 (p < 0,001), K dengan P2 (p < 0,001), dan K dengan P3 (p < 0,001), serta diperoleh perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok P1 dengan P2 (p = 1), P1 dengan P3 (p = 0,576), dan P2 dengan P3 (p = 1). Simpulan : Terdapat penurunan jumlah leukosit pada tikus Wistar yang mulai digantung 1 jam , 2 jam, dan 3 jam postmortem dengan kontrol, serta terdapat jumlah leukosit yang hampir sama pada tikus Wistar yang mulai digantung antara 1 jam, 2 jam, dengan 3 jam postmortem.Kata Kunci : penggantungan, postmortem, infiltrasi leukosit
HUBUNGAN ANTARA NILAI BONE MINERAL DENSITY DENGAN SKOR KUALITAS HIDUP PADA LANSIA Hernanda Haudzan Hakim; Lusiana Batubara; Faizah Fulyani
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.618 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23331

Abstract

Latar belakang : Seiring dengan bertambahnya usia, lansia mengalami penurunan nilai bone mineral density, sehingga menimbulkan berbagai macam keluhan. Keluhan yang ditimbulkan antara lain adalah perubahan bentuk tubuh, nyeri kronik dan patah tulang. Keluhan-keluhan tersebut dapat mempengaruhi aktivitas lansia sehari-hari terutama pada aspek fisik, psikologis, sosial dan lingkungan, sehingga diperkirakan penurunan nilai bone mineral density ini juga akan berdampak pada kualitas hidup lansia. Tujuan : Mengetahui hubungan antara nilai bone mineral density dengan skor kualitas hidup pada lansia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan belah lintang. Sampel dalam penelitian ini adalah 42 lansia wanita di berbagai posyandu lansia di Kota Semarang seperti Posyandu Lansia Cinde, Posyandu Lansia Tegalsari, Posyandu Lansia Mahoni, Posyandu Lansia Genuk, dan Posyandu Lansia Dewi Sartika. Pengambilan data bone mineral density dilakukan di Rumah Sakit Telogorejo Kota Semarang dengan menggunakan alat bone densitometry, sedangkan penilaian terhadap skor kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesinoer WHOQOL. Penelitian dilakukan selama periode Juni-September 2018. Hubungan antara bone mineral density dengan kualitas hidup diteliti dengan menggunakan analisis bivariat. Hasil : Rerata nilai bone mineral density pada lansia adalah 0,907±0,15 g/cm2 dan rerata skor kualitas hidup total adalah 294,79±43,60. Uji Shapiro-Wilk menunjukan sebaran data yang normal, sehingga dilakukan analisis korelasi menggunakan uji pearson. Hasil analisis menunjukan tidak terdapat korelasi bermakna (p>0,05) antara nilai bone mineral density dengan skor kualitas hidup pada lansia. Simpulan : Tidak ada hubungan antara nilai bone mineral density dengan kualitas hidup lansia secara keseluruhanKata kunci : Bone Mineral Density, Kualitas Hidup, WHOQOL.
PERBEDAAN KADAR MAGNESIUM DAN KLORIDA PRE DAN POST HEMODIALISIS Darali Noya Kireina Mahardhika; Indranila K. Samsuria; Edward KSL Edward KSL
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.692 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23463

Abstract

Latar Belakang: Gagal ginjal merupakan suatu kondisi patologis yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan dapat mengganggu keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh. Hemodialisis merupakan salah satu terapi untuk menggantikan fungsi ekskresi ginjal. Magnesium merupakan salah satu elektrolit penanda tingkat mortalitas tubuh. Kegagalan ekskresi pada klorida dapat meningkatkan resiko kejadian asidosis metabolik pada tubuh. Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar magnesium dan klorida pre dan post hemodialisis. Metode penelitian: Penelitian merupakan mengunakan pendekatan belah lintang pada 19 subyek penelitian usia 18 sampai 60 tahun. Penelitian dilakukan dari bulan april 2018 hingga Oktober 2018 di RSUD dr. Soetijono Kabupaten Blora dan di Laboratorium CITO Semarang. Pemeriksaan menggunakan metode ion selektive elektrode. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan paired T test. Signifikansi jika p< 0,05. Hasil: Rerata kadar magnesium dan klorida berturut-turut sebelum hemodialisis adalah 2,29 ± 0,453 mEq/L dan 82 (110–59) mEq/L . Setelah dilakukan hemodialisis rerata kadar magnesium dan klorida berturut-turut menjadi 1,80 ± 0,503 mEq/L dan 100 (110-74) mEq/L. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar magnesium sebelum dan sesudah hemodialisis (p= 0,009) juga klorida sebelum dan sesudah hemodialisis (p= 0,007). Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna menurun kadar magnesium dan klorida pre  dan post hemodialisis Kata kunci: Gagal Ginjal, Hemodialisis, magnesium, klorida
PENGARUH LATIHAN DEEP BREATHING TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA PEROKOK AKTIF Dayita Sukma Destanta; Erna Setiawati; Rahmi Isma Asmara Putri
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.615 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23307

Abstract

Latar Belakang: Merokok mengganggu oksigenasi tubuh dan fungsi fisiologis paru akibat kandungan zat karbon monoksida (CO) dan zat-zat lain. Latihan deep breathing dapat meningkatkan fungsi vital paru yang mana dapat memperbaiki pertukaran gas dan mempengaruhi saturasi oksigen. Tujuan: Membuktikkan pengaruh latihan deep breathing terhadap perubahan SpO2 pada perokok aktif. Metode: Penelitian eksperimental dengan desain one group pre-test post-test. Sampel adalah 10 perokok dewasa aktif yang diseleksi dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah timbangan, microtoise, dan pulse oximeter. Latihan deep breathing dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu dengan durasi 15 menit per latihan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Rerata SpO2 pre dan post latihan deep breathing akut adalah 96,9 ± 1,101 dan 98,2 ± 1,033; sedangkan rerata SpO2 post latihan deep breathing kronik adalah 98,4 ± 0,516. Pada analisis uji Wilcoxon didapatkan perbedaan bermakna pada analisis latihan akut (p=0,018) dan latihan kronik (p=0,010). Kesimpulan: Latihan deep breathing secara akut dan kronik memberikan peningkatan bermakna pada nilai saturasi oksigen perokok aktif.Kata kunci: Latihan deep breathing, SpO2, perokok aktif.
PENGARUH PEMBERIAN KALSIUM TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI TIMBAL Stevani Dwi Oktavia; Saebani Saebani; Tuntas Dhanardhono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.95 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23393

Abstract

Latar Belakang: Timbal merupakan substansi berbahaya yang mudah kita temui di lingkungan. Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan efek toksik pada sistem hematopoiesis dan mengakibatkan anemia. Pada saluran pencernaan, kalsium memiliki mekanisme absorbsi yang serupa dengan timbal sehingga dapat menghambat absorbsi timbal ke dalam darah. Tujuan: Mengetahui bahwa pemberian kalsium berpengaruh positif terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit mencit Balb/c yang diinduksi timbal. Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan post-test only control group design. Delapan belas ekor mencit Balb/c jantan dengan berat badan berkisar 20-30 gram dibagi menjadi 3 kelompok secara acak. Kelompok K diberi aquades, kelompok P1 diberi larutan timbal asetat 10 mg/kgBB peroral, dan kelompok P2 diberi larutan timbal asetat 10 mg/kgBB serta kalsium karbonat 62,5 mg/kgBB peroral. Perlakuan berlangsung selama 30 hari dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji One-Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post hoc Bonferroni. Hasil: Uji One-Way ANOVA menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada kadar hemoglobin dan hematokrit antarkelompok. Melalui uji post hoc didapatkan kelompok P1 memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit yang secara signifikan lebih rendah daripada kelompok K, sedangkan pada kelompok P2 kadar hemoglobin dan hematokrit secara signifikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok P1. Kesimpulan: Pemberian kalsium berpengaruh positif terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit mencit Balb/c yang diinduksi timbal.Kata kunci: Timbal, kalsium, hemoglobin, hematokrit, mencit Balb/c.
PERBEDAAN NILAI FUNGSI PARU PADA ANAK ASMA SAAT TIDAK TERJADI SERANGAN DAN TIDAK ASMA Arifatuzzahro Arifatuzzahro; MS Anam MS Anam
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.111 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23295

Abstract

Latar belakang:Asma merupakan penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan gejala khas dan bisa muncul bila ada pencetus. Diagnosis asma dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fungsi paru menggunakan Spirometri dan Peak Flow Meter. Pada anak asma tanpa serangan biasanya fungsi paru normal dan sulit dibedakan dengan anak tidak asma. Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai fungsi paru pada anak asma saat tidak terjadi serangan dengan anak tidak asma. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah anak Sekolah Menengah Pertama di Kota Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (n=40), dan dibagi menurut status asma (asma=20, tidak asma=20), kemudian diukur fungsi parunya menggunakan Spirometri dan Peak Flow Meter. Hasil: Rerata nilai FVC anak asma 66,95 ± 13,7, tidak asma 70,35 ± 11,8. Rerata nilai FEV1 anak asma 75,15 ± 14,9, tidak asma 80,75 ± 13,5 . median nilai FEV1/FVC anak asma yaitu 111 (101-114), tidak asma 112 (108-116). Rerata nilai PEFR anak asma 295,5 ± 48,8, tidak asma 352 ± 63,4. Rerata nilai FEF 25 anak asma 64,35 ± 17,8, tidak asma 84 ± 16,6. Rerata FEF 50 anak asma 81,20 ± 17,2 , tidak asma 352 ± 63,4. Rerata nilai FEF 75 anak asma 64,35 ± 17,8 , tidak asma 102,85 ± 20,5. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada nilai FEV1/FVC, PEFR, FEF 25, FEF 50, dan FEF 75 antara anak asma dan tidak asma. Kesimpulan: Adanya perbedaan nilai fungsi paru pada anak asma saat tidak terjadi serangan dengan anak tidak asma.Kata Kunci: Asma, Nilai Fungsi Paru, Spirometri, Peak Flow Meter.
PENGARUH ASAP CAIR BERBAGAI KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS STAPHYLOOCOCCUS EPIDERMIDIS Pramesti Darojah; Oedijani Santoso; V. Rizke Ciptaningtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.06 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23370

Abstract

Latar belakang: Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit oleh kuman yang berasal dari rumah sakit yang dapat dialami oleh penderita, tenaga kesehatan dan setiap orang yang datang ke rumah sakit. Faktor-faktor yang memperkuat terjadinya infeksi nosokomal diantaranya adalah kurang budaya kebersihan tangan di fasilitas kesehatan. Bakteri yang terlibat pada infeksi nosokomial diantaranya adalah Staphylococcus epidermidis karena telah mengalami resistensi terhadap nafsilin, oxasillin, methisillin, dan penisillin. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan asap cair sebagai bahan percobaan, kandungan fenol pada asap cair diharapkan efektif dalam menghambat maupun membunuh pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) asap cair terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian asap cair berbagai konsentrasi terhadap, viabilitas Staphylococcus epidermidis. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Sampel penelitian ini adalah koloni Staphylococcus epidermidis dengan perlakuan sebanyak 5 konsentrasi asap cair (100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%) duplikasi dilakukan sebanyak 5 kali. Analisis data yang dilakukan adalah Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Writney. Hasil: Uji Kruskal-Wallis pada analisis data KHM menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p=0,000), begitu pula pada analisis data KBM (p=0,001). Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney yang menyatakan bahwa terdapat signifikansi pada kelompok P2(50%) untuk uji KHM dan KBM. Kesimpulan: Nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) asap cair terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis adalah 50%, sementara nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) terdapat bakteri ini adalah 50%.Kata Kunci: Asap cair, Staphylococcus epidermidis, infeksi nosokomial, KHM, KBM
PENGARUH PERILAKU HIGIENE PERORANGAN TERHADAP PREVALENSI TERJADINYA PENYAKIT PITIRIASIS VERSIKOLOR DI PANTI ASUHAN DARUL YATIM DEMAK Melvi Zahra; Prasetyowati Subchan; Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.696 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23337

Abstract

Latar Belakang : Pitiriasis versikolor masih menjadi penyakit kulit yang memiliki insidensi tertinggi di Indonesia. Panti asuhan merupakan tempat yang sering didapati higiene perorangan yang kurang, tentu menjadi tempat yang mendukung penularan penyakit pitiriasis versikolor. Insidensi kejadian pitiriasis versikolor pada Polantas di Semarang 17,5%. Tujuan : Mengetahui pengaruh higiene perorangan terhadap angka kejadian penyakit pitiriasis versikolor di Panti Asuhan Darul Yatim Demak Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian adalah 36 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan chi-square. Hasil : 23 orang (63,9%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang buruk dan 13 orang (36,1%) memiliki higiene perorangan yang baik. Dari 36 orang ditemukan 7 orang (19,4%). Dengan uji chi square didapatkan nilai p sebesar 0,382 (p<0,05) maka secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dengan kejadian pitiriasis versikolor. Hasil perhitungan Prevalence Ratio ( PR ) diperoleh nilai 4,32 ( Confidence Interval (CI) 95% = 0,45-39,87).Kesimpulan : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dan kejadian pitiriasis versikolor di Panti Asuhan Darul Yatim Demak.Kata kunci : pitiriasis versikolor, higiene perorangan, panti asuhan

Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue