cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 31 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO" : 31 Documents clear
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN ANAK PENDERITA TALASEMIA MAYOR DI JAWA TENGAH, INDONESIA Ridho Egan John Purba; Yetty Movieta Nency; Helmia Farida
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.071 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25370

Abstract

Latar Belakang: Talasemia merupakan kondisi di mana hemoglobin mengalami hemolisis akibat gangguan sintesis rantai hemoglobin atau rantai globin. Kegagalan pertumbuhan adalah kejadian umum pada pasien dengan penyakit talasemia. Kondisi anemia dan kekurangan gizi kronis akan menyebabkan seorang anak talasemia memiliki perawakan pendek. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak penderita talasemia mayor dengan lingkar lengan atas (LiLA) dan tinggi badan penderita talasemia mayor.  Metode: Penelitian merupakan uji analitik observasional belah lintang. Subjek penelitian adalah anak usia 0-18 tahun penderita talasemia mayor yang berobat ke PMI Semarang pada bulan Februari – Juni 2019 yang memenuhi kriteria penelitian. Data diambil dari anamnesis dan dan rekam medis, kemudian dianalisis bivariat pada data berskala. Hubungan antara variabel diuji menggunakan uji x². Analisis multivariat dilakukan untuk menilai faktor mana yang dominan dalam pengukuran lingkar lengan atas serta tinggi badan dengan regresi logistik. Hasil: Sebanyak 26 anak diikutsertakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan pengukuran LILA adalah frekuensi transfusi darah (p=0,026), tidak ada faktor yang berhubungan signifikan dengan pengukuran tinggi badan . Faktor yang paling dominan terhadap pengukuran LiLA adalah lama sakit (p 0,000), sedangkan faktor dominan pengukuran Tinggi Badan adalah lama sakit (p 0,000) dan jenis kelasi besi (p 0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi transfusi darah dengan pengukuran LiLA dan merupakan faktor dominan dalam pengukuran LiLA. Faktor lama sakit memiliki hubungan yang signifikan dengan pengukuran Tinggi Badan, dan merupakan faktor dominan dalam pengukuran Tinggi Badan.Kata kunci: Talasemia, transfusi darah, lingkar lengan atas, lama sakit, tinggi badan
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR KEPUTUSAN RUJUKAN ANTENATAL CARE PASIEN BPJS DI PUSKESMAS ROWOSARI Ivan Pratama Rusadi; Arwinda Nugraheni; Firdaus Wahyudi
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.218 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25346

Abstract

Latar Belakang : Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. faktor - faktor keputusan rujukan perlu diketahui agar keputusan rujukan dapat segera diambil dan keterlambatan rujukan dapat dicegah. Tujuan: Mengetahui gambaran faktor – faktor keputusan rujukan antenatal care (ANC) pasien BPJS di Puskesmas Rowosari. Metode Penelitian : Penelitian ini dengan metode observasional deskriptif dengan desain studi cross sectional di wilayah kerja Rowosari bulan Juli – Agustus 2019 dengan teknik multi stage cluster random sampling. Jumlah sampel sebanyak 37 sampel. Instrumen berupa kuesioner yang telah diuji validitasnya. Pengambilan data dengan cara wawancara. Variabel bebas yang diteliti yaitu karakteristik, penyakit / penyulit dalam kehamilan dan non kehamilan, jarak, sumber daya manusia, fasilitas dan alasan rujukan lain dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan rujukan ANC pada pasien BPJS di Puskesmas Rowosari. Pengolahan data menggunakan software.Hasil : Dalam penelitian ini diperoleh indikasi rujukan utama terbanyak dari faktor ibu adalah alasan rujukan lain yaitu 51.3% , yang kedua adalah rujukan dengan indikasi penyakit dan penyulit kehamilan yaitu sebanyak 33.3% kemudian yang ketiga adalah penyakit/ penyulit non kehamilan 2.85%. Indikasi rujukan terbanyak dari faktor fasilitas kesehatan adalah ketersediaan dokter spesialis obsgyn yaitu 100% dan bedah sesar yaitu 75%. Kesimpulan : Faktor - faktor yang menjadi indikasi utama dilakukan rujukan adalah penyakit penyulit kehamilan, alasan rujukan lain, penyakit non kehamilan.Kata kunci: Faktor faktor rujukan, Antenatal Care, BPJS.
GAMBARAN MIKROSKOPIK MAKROFAG PENDERITA TUBERKULOSIS DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II YANG TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL Hafiza Rahmi; Arlita Leniseptaria Antari; Astika Widy Utomo; Helmia Farida; Intarniati Nur Rohmah
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.667 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25863

Abstract

Latar belakang: Tuberkulosis (TB)  paru menyerang 9,4 juta orang dan telah membunuh 1,7 juta penduduk dunia setiap tahunnya. Pengendalian TB diperburuk dengan semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus (DM). Penderita diabetes mempunyai gangguan respons imun tubuh yang  salah satunya makrofag, yang akan memperberat infeksi TB. Gangguan respons imun tubuh tersebut dapat dilihat pada gambaran mikroskopik makrofag pada TB dengan DM tipe II terkontrol dan tidak terkontrol. Tujuan: Menganalisis gambaran  mikroskopik makrofag antara penderita TB dengan DM tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol. Metode:  Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Pengambilan subjek dilakukan dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian adalah 24 pasien TB dengan DM tipe II yang datang berobat di BKPM Semarang. Hasil: Gambran Makrofag penderita Tb dengan DM tipe II yang terkontrol, dominan more activated macrophages  ( 83.3%) sementara pada penderita Tb dengan DM tipe II tidak terkontrol dominan less activated macrophages (91,7%).  Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada gambaran mikroskopik makrofag yang TB dengan DM tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol (p=0,001)Kata kunci: tuberkulosis, diabetes melitus tipe II,makrofag
KUALITAS DAN KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN PPRA Eka Susanti; Endang Sri Lestari; Helmia Farida; V. Rizke Ciptaningtyas
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.922 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25489

Abstract

Latar Belakang : Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Peresepan antibiotik yang tidak bijak dapat diturunkan dengan melakukan penyuluhan kepada dokter. Salah satunya adalah penyuluhan oleh tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) yang diadakan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) yang merupakan rumah sakit tipe C. Tujuan : Menganalisis kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik pada pasien anak di RSND sebelum dan setelah penyuluhan PPRA. Metode : Penelitian dengan desain studi intervensi dengan melakukan pengambilan data dari rekam medis pasien anak yang rawat inap di RSND. Perbandingan kualitas penggunaan antibiotik dianalisis menggunakan uji Chi-square dan kuantitas penggunaan antibiotik menggunakan uji independent t test atau Mann-Whitney. Hasil : Kualitas penggunaan antibiotik yang bijak sebelum penyuluhan 42,9% dan setelah penyuluhan 30,5%, kualitas penggunaan antibiotik yang tidak bijak sebelum penyuluhan 30,6% dan setelah penyuluhan 11,9%, kualitas penggunaan antibiotik yang tidak ada indikasi sebelum penyuluhan 26,5% dan setelah penyuluhan 57,6% (p = 0,003). Kuantitas penggunaan antibiotik sebelum penyuluhan 51,65 Defined Daily Dose (DDD/100 pasien-hari) dan setelah penyuluhan 53,45 DDD/100 pasien-hari (p = 0,151). Simpulan : Penyuluhan saja tidak cukup untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas penggunaan antibiotik. Rumah sakit memerlukan intervensi tambahan, seperti pembuatan kebijakan rumah sakit mengenai penggunaan antibiotik dan pemberian umpan balik kepada dokter.Kata Kunci : Kualitas, kuantitas, penggunaan antibiotik, anak, PPRA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK TERHADAP DERAJAT HISTOPATOLOGI PADA TIKUS WISTAR KARSINOMA HEPATOSELULER YANG MENDAPAT TERAPI STANDAR SORAFENIB Nanda Putri Mardiana Sinaga; Neni Susilaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.319 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25366

Abstract

Latar Belakang: Karsinoma hepatoseluler/ hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan penyakit neoplasma ganas primer hepar tersering yang terdiri dari sel menyerupai hepatosit dengan derajat diferensiasi bervariasi. Pemberian sorafenib pada terapi HCC dikembangkan untuk melawan kinase onkogenik yang mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien HCC. Daun sirsak mengandung hingga 17 senyawa acetogenin yang memiliki efek sitotoksik yang dapat menekan pertumbuhan kanker dan juga memiliki efek hepatoprotektif. Induksi apoptosis oleh acetogenins dapat secara selektif terhadap sel kanker tertentu sehingga pemberian ekstrak daun sirsak  berpotensi memiliki efek kemoterapi pada karsinoma hepatoseluler tikus wistar yang diinduksi DEN. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak sebagai suplemen terapi standar sorafenib terhadap derajat histopatologi hepar tikus wistar karsinoma hepatoseluler. Metode: Penelitian experimental dengan desain post test only control group design pada tikus jantan. Sampel penelitian sebanyak 24 tikus dibagi 3 kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Kelompok P1 diinduksi DEN dan diberikan terapi standar sorafenib serta ekstrak daun sirsak, Kelompok K1 diinduksi DEN dan diberikan terapi standar sorafenib tanpa esktrak daun sirsak, dan Kelompok KII diberikan hanya diinduksi DEN tanpa pemberian ekstrak daun sirsak dan tanpa sorafenib. Hasil: Uji beda Post Hoc berdasarkan kelompok perlakuan didapatkan bahwa antara perlakuan P1 terhadap KI didapatkan nilai P = 0,003, PI terhadap KII nilai P = <0,001 dan KI terhadap KII nilai P= <0,001, sehingga dapat disimpulkan antara kelompok PI terhadap K2 berbeda bermakna (P< 0,05), begitu juga antara kelompok PI terhadap KII terdapat perbedaan bermakna (P< 0,05), dan antara kelompok KI terhadap KII terdapat perbedaan bermakna (P< 0,05). Derajat histopatologi hepar kelompok PI lebih rendah dibanding kelompok KI dan KII dan derajat histopatologi hepar kelompok KI lebih rendah dibanding kelompok KII. Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun sirsak berpengaruh terhadap derajat histopatologi pada tikus wistar karsinoma hepatoseluler yang mendapat terapi standar sorafenib.Kata Kunci: Ekstrak daun sirsak, derajat histopatologi, karsinoma hepatoseluler, sorafenib, Diethylamine
PERBANDINGAN KEBERHASILAN TERAPI TRABEKULEKTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA DAN GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP Azhar Wirayudha; Fifin Luthfia Rahmi; Riski Prihatningtias; Maharani Maharani
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.922 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25322

Abstract

Latar Belakang: Glaukoma primer sudut terbuka merupakan bentuk glaukoma yang sering ditemukan yang disebabkan sumbatan pada trabecular meshwork. Sedangkan glaukoma primer sudut tertutup disebabkan karena tersumbatnya saluran drainase. Trabekulektomi merupakan salah satu terapi untuk glaukoma yang bertujuan untuk menurunkan tekanan intra okular dengan membuat saluran humor akuos baru. Tujuan: Mengetahui perbandingan keberhasilan terapi trabekulektomi pada glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional, yaitu mengambil data sekunder dari rekam medik dan hasil pemeriksaan setelah intervensi. Intervensi adalah trabekulektomi. Sampel adalah 50 pasien yang menderita glaukoma primer, dibagi menjadi 25 pasien glaukoma primer sudut terbuka dan 15 pasien glaukoma primer sudut tertutup yang menjalani operasi trabekulektomi yang sesuai dengan kriteria tertentu dan melakukan follow up selama minimal 3 bulan. Uji statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil: Keberhasilan trabekulektomi pasca 3 bulan operasi pada glaukoma primer sudut terbuka 52% Complete Success, 44% Qualified Success, 4% Failure. Pada glaukoma primer sudut tertutup 16% Complete Success, 48% Qualified Success, 36% Failure. Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat keberhasilan trabekulektomi pada glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup.Kata Kunci: Trabekulektomi, Glaukoma Primer Sudut Terbuka, Glaukoma Primer Sudut Tertutup
PROFIL IMUNITAS TERHADAP VIRUS HEPATITIS B PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG Dea Bastiangga; Rebriarina Hapsari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.396 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25778

Abstract

Latar Belakang : Indonesia termasuk ke dalam negara dengan prevalensi Hepatitis B tinggi, sehingga tenaga kesehatan di Indonesia juga memiliki risiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Akan tetapi, belum ada regulasi yang mewajibkan tenaga kesehatan di Indonesia untuk menjalani vaksinasi Hepatitis B sebelum memulai bekerja di tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil imunitas terhadap virus Hepatitis B yang meliputi riwayat vaksinasi dan status imunologi Hepatitis B pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Semarang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar anti-HBs pada tenaga kesehatan yang telah vaksin Hepatitis B. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah 80 tenaga kesehatan di RSND Semarang yang bersedia ikut dalam penelitian. Data pribadi dan riwayat vaksinasi dikumpulkan melalui kuesioner. Data status imunologi Hepatitis B meliputi titer HBsAg kualitatif yang diperiksa dengan rapidtest imunokromatografi dan titer anti-HBs kuantitatif yang diperiksa dengan ELISA. Hasil : Sebanyak 50 % tenaga kesehatan lengkap menjalani vaksinasi Hepatitis B, 32.5 % tidak lengkap vaksin dan 17.5 % tidak pernah vaksin Hepatitis B. Semua tenaga kesehatan memiliki titer HBsAg negatif. Sebanyak 51.2 % tenaga kesehatan memiliki titer anti-HBs >100mIU/mL, 18.8 % tenaga kesehatan memiliki titer anti-HBs 10-99mIU/m dan 30 % tenaga kesehatan memiliki titer anti-HBs < 10mIU/mL. Faktor usia, kelengkapan vaksinasi dan lama terakhir vaksin berpengaruh signifikan terhadap kadar anti-HBs pada tenaga kesehatan yang telah vaksin (p<0.05). Kesimpulan : Profil imunitas terhadap virus Hepatitis B pada tenaga kesehatan di RSND Semarang masih rendah yang ditandai dengan tingkat kelengkapan vaksinasi Hepatitis B dan proporsi tenaga kesehatan yang memiliki titer anti-HBs protektif yang masih rendah.Kata Kunci : Tenaga Kesehatan, vaksin Hepatitis B, anti-HBs
HUBUNGAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN OPHTHALMOPATHY GRAVES Y. Andressa Nugroho W.; Charles Limantoro; A. Kentar Arimadyo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.962 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25371

Abstract

Latar Belakang: Opthalmopathy Graves merupakan salah satu tanda adanya penyakit Graves; penyakit autoimun dengan inflamasi sistemik. OG bisa terjadi pada penyakit Graves yang fungsi tiroidnya hipertiroidisme, eutiroidisme dan hipotiroidisme. Hasil pemeriksaan orbita dapat dinilai dengan kriteria NOSPECS. Secara sederhana faktor risiko OG dibagi menjadi dua yaitu kelompok yang dapat dicegah; merokok, jenis terapi, fungsi tiroid dan kelompok yang tidak dapat dicegah; usia, genetik, jenis kelamin. Tujuan: Membuktikan adanya hubungan antara faktor risiko usia, jenis kelamin, riwayat genetik, merokok, terapi iodine dan disfungsi tiroid terhadap kejadian penderita ophthalmopathy graves. Metode: Penelitian ini merupakan penelitin menggunakan metode belah lintang / cross sectional. Sampel penelitian ini adalah catatan rekam medik pasien penderita Ophthalmopathy Graves di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan pasien yang kontrol di poliklinik rawat jalan ilmu penyakit dalam sub-endokrin di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Data yang diambil adalah identitas pasien, hasil pemeriksaan NOSPECS, hasil kuisioner yang diberikan oleh peneliti. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil: Didapatkan data hubungan tidak signifikan antara faktor risiko usia (p=0,650), jenis kelamin (p=0,451), riwayat genetik (homogen), merokok (p=1,000) , terapi iodine (p=0,479) dan disfungsi tiroid (homogen) terhadap kejadian penderita ophthalmopathy graves. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara faktor risiko usia, jenis kelamin, riwayat genetik, merokok, terapi iodine dan disfungsi tiroid terhadap kejadian penderita ophthalmopathy graves.Kata Kunci: Ophthalmopathy graves, usia, jenis kelamin, riwayat genetik, merokok, terapi iodine, disfungsi tiroid.
PENGARUH MADU KALIANDRA TERHADAP PENURUNAN SKOR GEJALA KLINIS PENDERITA RINITIS ALERGI PERSISTEN SEDANG BERAT PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Adli Chairul Umam; Dwi Marliyawati; Kanti Yunika; Zulfikar Naftali
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.581 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25349

Abstract

Latar Belakang : Rinitis alergi merupakan kelainan akibat paparan alergen yang menyebabkan inflamasi mukosa hidung. Obat antihistamin biasanya digunakan sebagai penatalaksanaan awal pada rinitis alergi. Madu dipercaya memiliki bahan yang mengandung antialergi, antioksidan dan antiinflamasi. Pemberian antihistamin dan madu diharapkan dapat menurunkan skor gejala klinis rinitis alergi dibandingkan hanya dengan pemberian antihistamin. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian madu kaliandra terhadap penurunan skor gejala klinis pada penderita rinitis alergi persisten sedang berat. Metode : Penelitian ini merupakan true experimental dengan desain randomized control trial pretest-posttest design. Terdapat 40 sampel penelitian yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang diberi madu kaliandra 50 mg dan cetirizine 10 mg dan kelompok kontrol yang hanya diberi cetirizine 10 mg. Penilaian skor gejala klinis rinitis alergi dilakukan sebelum dan 2 minggu setelah diberi perlakuan, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok. Hasil : Pemberian madu kaliandra 50 mg dan cetirizine 10 mg per hari selama 2 minggu menurunkan skor gejala klinis rinitis alergi pada kelompok perlakuan (p=0,000) dan kelompok kontrol (p=0,000). Perbandingan skor gejala klinis rinitis alergi antara kedua kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna (kelompok perlakuan p=0,000 dan kontrol p=0,003). Kesimpulan : Pemberian madu kaliandra dapat menurunkan skor gejala klinis pada penderita rinitis alergi persisten sedang berat.Kata Kunci : Rinitis alergi, skor gejala klinis, madu kaliandra, cetirizine.
THE EFFECT OF PLYOMETRICS TRAINING ON LEG MUSCLE STRENGTH OF MEDICAL STUDENTS IN DIPONEGORO UNIVERSITY Nur Azzahra Permata Putri Ismail; Edwin Basyar; Darmawati Ayu Indraswari; Marijo Marijo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.913 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25864

Abstract

Introduction : Strength is the ability to excert force, which can resist external resistance and its purpose as a basis for human movements. Strength also can be a standard for measuring someone’s performance. Plyometrics training known as an exercise that can increased muscle strength. Great muscle strength can lead to great muscle endurance so that the person will become healthier and will not get tired easily. However, there’s still no further study that measured leg muscle strenght on medical students after given plyometrics training treatment. Methods : Intervention of the study was plyometrics training for 6 weeks. This study was a quasi-experimental with pre-test (before training), middle-test (after four weeks training), and post-test (after six weeks training). The subjects were 28 (15 to 25-year old) male medical students of Diponegoro University divided into 2 groups with 14 samples for each group: control group and treatment group. Muscle strength were measured by leg dynamometer. The results were analyzed using SPSS. Results : The muscle strength which measured by leg dynamometer improved among subjects who did plyometrics training. The significant results (P = <0,05) found on middle-test and post-test proved that plyometrics training affects the enhancement of leg muscle strength. Conclusions : Plyometrics training for 6 weeks proved to increase leg muscle strength of medical students in Diponegoro University.Keywords: Plyometrics Training, Strength, Leg Dynamometer

Page 2 of 4 | Total Record : 31


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue