cover
Contact Name
Ni Luh Gde Sumardani
Contact Email
-
Phone
+6281338996609
Journal Mail Official
fapetmip@gmail.com
Editorial Address
Gd. Agrokompleks Lt.1 Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Majalah Ilmiah Peternakan
Published by Universitas Udayana
ISSN : 08538999     EISSN : 26568373     DOI : https://doi.org/10.24843/MIP
Majalah Ilmiah Peternakan (MIP) diterbitkan oleh Fakultas Peternakan Universitas Udayana. MIP terbit secara berkala, tiga kali dalam setahun, pada bulan Februari, Juni dan Oktober. MIP merangkum berbagai manuskrip di bidang peternakan seperti nutrisi, produksi, reproduksi, pasca panen (pengolahan dan tekhnologi) serta sosial ekonomi bidang peternakan. Manuskrip terbuka untuk para dosen dan peneliti yang berkaitan dengan bidang peternakan, serta terbuka untuk mahasiswa S1, S2, dan S3, dengan mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh MIP.
Articles 344 Documents
ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) I. G. P. BAGUS SUASTINA; I. G. NGURAH KAYANA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 8 No 2 (2005)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.166 KB)

Abstract

RINGKASAN Dalam suatu usaha agribisnis peternakan komersial diperlukan peningkatan pola pikir dari pola berproduksi untuk keluarga dan juga dijual ke pasar menjadi berproduksi untuk memperoleh keuntungan atau laba yang lebih besar. Dengan demikian, arah pemikirannya sudah jelas, yaitu akan menerapkan prinsip ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh hasil dengan laba yang besar. Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan informasi bisnis dan menghindarkan keterlanjutan investasi yang cukup besar pada usaha yang ternyata tidak menguntungkan; dilakukan pada petani ternak sapi potong di Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pemeliharaan 50 ekor sapi potong penggemukan ternyata menghasilkan ?Net Present Value (NPV) DF? 30 % sebesar Rp.5.651.378,00; ?Benefit Cost Ratio (B/C)? 30 % sebesar 1,008; ?Internal Rate of Return (IRR)? sebesar 40,04 %; dan Break Even Point (BEP)? sebanyak 17 ekor. Dapat disimpulkan bahwa pengusahaan 50 ekor ternak sapi potong di Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung sangat layak untuk diusahakan dengan BEP pengusahaan ternak sapi potong sebanyak 17 ekor.
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN PEPAYA TERFERMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAGING AYAM KAMPUNG Siti N W; Sukmawati N M S; Ardika I N; Sumerta I N; Witariadi N M; Candraasih Kusumawati N N; Roni N G K
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 19 No 2 (2016): Vol 19, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.829 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2016.v19.i02.p01

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dalam ransumterhadap kualitas daging ayam kampung. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan. Masing-masing kelompok menggunakan 5 ekor ayam kampungdengan berat badan berkisar antara 62-149 g. Keempat perlakuan tersebut adalah: A) ransum BR 511 tanpa ekstrakdaun pepaya terfermentasi sebagai kontrol; B) Ransum BR 511+8% ekstrak daun pepaya terfermentasi; C) RansumBR 511+12% ekstrak daun pepaya terfermentasi; dan D) Ransum BR 511+16% ekstrak daun pepaya terfermentasi.Variabel yang diamati meliputi: (1) kualitas fisik daging (kadar air, pH, daya ikat air, dan susut masak) dan (2) ujiorganoleptik daging (warna, tekstur, cita rasa dan penerimaan secara keseluruhan). Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dari level 12-16% nyata (P<0,05) dapat meningkatkankadar air, susut masak dan menurunkan daya ikat air, tetapi belum berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pHdaging. Pemanfaatan ekstrak daun pepaya pada level 16% nyata (P<0,05) menurunkan warna daging, namunbelum berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma, tekstur, cita rasa, dan penerimaan secara keseluruhan.
QUANTIFICATION OF THE EFFICIENCY OF RUMEN MICROBIAL PROTEIN SYNTHESIS IN STEERS FED GREEN TROPICAL GRASS MARTHEN L. MULLIK; DENNIS P. POPP; STUART R. McLENNAN
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 11 No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.185 KB)

Abstract

ABSTRACT The rate of rumen microbial crude protein (MCP) supply to the intestines is a crucial element in the current rumen models to predict respond of ruminants to a certain diet. Data from tropical pastures always below predicted results from the existing rumen models. Thus, quantification of the rumen MCP supply from tropical grass will improve predictive rate under tropical feeding conditions. Four Brahman crossbred steers (457±20.1 kg) were used in a metabolism study. Pangola grass (Digitaria erianthe cv. Steudal) was harvested every morning and fed to the animals soon after. Parameters measured were EMPS, intake, fractional passage rates, and rumen ammonia concentration. The EMPS was estimated using purine derivative excretion in urine. Crude protein and water soluble carbohydrates content were 6.3 and 7.4% of dry matter (DM) respectively. DM intake was 1.6% live weight. Average rumen ammonia concentration was 69 mg/L whilst rumen passage rates were 7.84 and 6.92 %/h for fluid and solids respectively. EMPS was only 72 g MCP/kg digestible organic matter. It might be concluded that EMPS in steers consuming green pangola grass was below the minimum level for forage diets adopted in the current feeding standards. ABSTRAK Tingkat pasokan protein mikroba rumen (MCP) ke usus halus merupakan salah satu unsur kunci dalam meramal respon pertumbuhan ruminan terhadap ransum tertentu. Data MCP hijauan tropis selalu berada di bawah nilai prediksi model rumen yang dipakai saat ini. Dengan demikian, kuantifikasi pasokan MCP rumput tropis diharapkan menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan prediksi model rumen untuk pakan daerah tropis. Empat sapi jantan muda Brahman persilangan (457±20,1 kg) digunakan dalam sebuah penelitian metabolisme. Rumput pangola (Digitaria erianthe cv. Steudal) dipanen setiap pagi dan langsung diberikan kepada ternak dalam kandang metabolis. Parameter yang diukur adalah produksi MCP dan efisiensi sintesis MCP (Emps), konsumsi, laju alir digesta, dan konsentrasi amonia rumen. Nilai EMPS diestimasi menggunakan turunan purin dalam urin. Kandungan protein kasar dan karbohidrat mudah larut adalah 6.3 % and 7.4%. Rata-rata konsumsi BK adalah 1.6% berat badan. Konsentrasi amonia rumen 69 mg/L, sedangkan laju alir digesta cair sebesar 7.84 %/jam and padat sebesar 6.92 %/jam. Rata-rata EMPS hanya 72 g MCP/kg bahan organik tercerna. Disimpulkan bahwa nilai EMPS untuk rumput tropis segar yang dikonsumsi oleh sapi jantan berada di bawah nilai standar hijauan yang dipedomani dewasa ini.
PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU TERHADAP KECERNAAN PAKAN PADA BABI RAS Puger A. W.; Suasta I. M.; Astawa P. A.; Budaarsa K.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 18 No 1 (2015): Vol 18, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.13 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2015.v18.i01.p05

Abstract

Penelitian mengenai pengaruh penggantian ransum komersial dengan ampas tahu pada tingkat tertentu terhadap kecernaan pakan pada babi ras telah dilaksanakan di Banjar Sekarmukti Desa Pangsan, Kecamatan Petang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan dua ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari dua ekor babi ras. Perlakuan terdiri dari P0: ransum komersial tanpa ampas tahu (control), P1: 5% ransum komersial diganti dengan ampas tahu, P2: 7,5% ransum komersial diganti dengan ampas tahu dan P3: 10% ransum komersial diganti dengan ampas tahu. Variabel yang diamati adalah kecernaan bahan kering, bahan organic, protein, lemak, serat kasar. Data dianalisis ragam, apabila terdapat hasil berbeda nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering cenderung meningkat dan nyata pada perlakuan P3 (P<0,05). Kecernaan bahan organik, protein, lemak, serat kasar, tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh ampas tahu sedangkan kecernaan nutrien seperti bahan organik, protein, lemak, serat kasar, tidak dipengaruhi oleh penggantian ransum komersial dengan ampas tahu.
ISOLASI DAN PURIFIKASI FITASE DARI KOTILEDON KEDELAI [GLYCINE MAX (L.) MERR.] HASIL PERKECAMBAHAN MISWAR MISWAR
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 9 No 2 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.967 KB)

Abstract

RINGKASAN Asam fitat (myo-inositol hexakisphosphate) merupakan bentuk utama unsur P yang terdapat dalam biji legum dan sereal. Selama proses perkecambahan, unsur P dari asam fitat digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan kecambah. Hidrolisis asam fitat dalam biji oleh aktivitas fitase akan melepaskan inositol dan fosfat bebas. Tidak adanya aktivitas fitase dalam saluran pencernaan ternak non-ruminansia menyebabkan mineral dan unsur nutrisi lain yang terikat pada asam fitat tidak dapat diserap. Penggunaan fitase untuk menghidrolisis asam fitat meningkatkan daya serap usus terhadap mineral dan unsur nutrisi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas fitase pada kotiledon kedelai hasil perkecambahan. Biji kedelai ditumbuhkan pada media kapas basah selama 14 hari dan setiap 2 hari kotiledon dipanen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kedelai var. Bromo yang dikecambahkan selama 10 hari menghasilkan aktivitas fitase kotiledon tertinggi. Purifikasi fitase kotiledon kedelai dengan amonium sulfat dan fraksinasi dengan DEAE-celullose menghasilkan tiga bentuk fitase. Fitase 2 mempunyai aktivitas spesifik tertinggi (35,96 ug Pi jam-1mg protein-1) dengan nilai km dan Vmaks masing-masing sebesar 0.221 mM asam fitat dan 0.383 ?Pi jam-1.
Daftar Isi, dll admin MIP
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 22 No 1 (2019): Vol. 22 No.1 (2019)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.532 KB)

Abstract

Laman ini meliputi Daftar Isi, Panduan, Penyunting, dan Mitra Bestari
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BULU AYAM TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG DAN JUMLAH LEMAK ABDOMEN AYAM BROILER I G. N. G. BIDURA; I. B. G. PARTAMA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 13, No 3 (2010)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.88 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Denpasar, Bali, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung buluayam terfermentasi dalam ransum terhadap bobot potong dan jumlah lemak abdomen ayam broiler umur 2-6minggu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) ) dengan tiga macam perlakuan dan enamkali ulangan. Tiap ulangan menggunakan 3 ekor ayam broiler umur dua minggu dengan berat badan homogen(278,56±15,65 g). Ke tiga perlakuan yang dicobakan, yaitu ransum tanpa penggunaan tepung bulu ayam sebagaikontrol (A), ransum dengan penggunaan 5% tepung bulu ayam tanpa terfermentasi (B), dan ransum dengan 5%tepung bulu ayam yang sudah terfermentasi (C). Semua ransum berbentuk tepung. Ransum dan air minum diberikansecara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat potong, pad-fat, dan abdominal fat padaayam yang diberi perlakuan B secara nyata (P<0,05) menurun dibandingkan dengan kontrol (A). Sedangkan beratpotong pada ayam perlakuan C tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) dibandingkan dengan kontrol.Jumlah pad-fat dan abdominal fat pada ayam perlakuan C nyata lebih rendah (P<0,05) daripada kontrol. Darihasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 5% tepung bulu ayam terfermentasi dalam ransum tidakberpengaruh terhadap berat potong ayam, akan tetapi secara nyata dapat menurunkan jumlah lemak abdomen dankadar kolesterol daging ayam.
PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT (ALTITUDE) DAN TINGKAT ENERGI RANSUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM BURAS SUPER UMUR 2 ? 7 MINGGU M. SUARJAYA; M. NURIYASA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 8 No 1 (2005)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.662 KB)

Abstract

RINGKASAN Penelitian tentang pengaruh ketinggian tempat dan tingkat energi ransum terhadap penampilan ayam buras super umur 2 ? 7 minggu dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Desa Dajan Peken, Kabupaten Tabanan dan Desa Sobangan, Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian tempat (50 m dan 300 m dari atas permukaan laut (dpl), masing-masing sebagai T1 dan T2). Faktor kedua adalah tingkat energi dalam ransum isoprotein (2650, 2800, dan 2950 kkal ME/kg, masing-masing sebagai E1, E2, dan E3). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata (P<0,05) antara pengaruh ketinggian tempat dengan kandungan energi dalam ransum terhadap semua variabel yang diamati. Pertambahan berat badan, konsumsi ransum, dan konsumsi energi pada ayam yang diberi perlakuan T2 nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada perlakuan T1, sedangkan suhu udara dalam kandang dan FCR pada perlakuan T2 nyata lebih rendah (P<0,05) daripada T1. Pertambahan berat badan pada ayam perlakuan E2 nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada E3. FCR pada ayam yang diberi perlakuan E2 nyata lebih rendah (P<0,05) daripada E1 dan sebaliknya pada E3 nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada E1. Tingkat energi dalam ransum ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan jumlah ayam ?panting?. Dapat disimpulkan bahwa penampilan ayam buras super yang dipelihara pada ketinggian tempat 300 m dpl dan diberikan ransum dengan tingkat energi metabolis 2800 kkal/kg menghasilkan penampilan yang lebih baik daripada ayam yang dipelihara pada ketinggian tempat 50 m dpl dan diberi ransum dengan energi metabolis 2650 dan 2950 kkal/kg.
INCREASE THE LITTER SIZE OF BALI SOWS USING P.G. 600 INJECTION AND FLUSHING IN THE FORM OF GLUCOSE P. Suyadnya
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 10 No 1 (2007)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.377 KB)

Abstract

SUMMARY The aim of this study was to increase the litter size of Bali sows using P.G. 600 injection and flushing in the form of glucose. A total of 32 Bali sows and one mature Bali boar were used. All of the Bali sows have farrowed twice. This study used Completely Randomized Design (CRD) with 2 x 2 Factorial arrangement. P.G. 600 as the first factor (H) was divided into two, i.e. without injecting P.G. 600 (H0) and with injecting P.G. 600 (H1). Flushing as the second factor (F) was also divided into two, i.e. without flushing (F0) and with flushing (F1). Thus, there were four treatment combinations in this study, namely, H0F0 (Control), H0F1 , H1F0 , and H1F1 , with eight replications. A total of 10 ml P.G. 600 or 800 i.u. FSH and 400 i.u. LH was administered to each sow by subcutaneous injection behind the ear immediately after weaning its piglets. Flushing to each sow was started at weaning its piglets until the time of mating by adding 400 g of glucose a day to the basal ration. The result of this study showed the average litter size of Bali sows receiving combined treatments H0F0 (Control), H0F1 , H1F0 , and H1F1 were 6.63 + 1.51, 7.63 + 1.30, 7.50 + 1.07 and 9.50 + 1.41 piglets. The total litter weights at birth per-sow were 3.063 + 0.658, 4.547 + 0.707, 3.453 + 0.596, and 5.191 + 1.293 kg; and the average birth weights per-individual were 0.472 + 0.093, 0.604 + 0.101, 0.466 + 0.094, and 0.560 + 0.093 kg, respectively. Statistical analysis showed, the effect of injecting P.G. 600 (H1F0) increased significantly (P < 0.05) the litter size of Bali sows, however, the litter weight at birth per-sow and birth weigth per-individual were not affected. Both effects of flushing (H0F1) and treatment combination of P.G. 600 injection and flushing (H1F1) increased significantly (P < 0.05) the litter size, litter weight at birth per-sow and birth weight per-individual of Bali sows. There were no interaction effects observed between treatments to the all of variables recorded on this study.
PERFORMANCE OF BALI PIGS RAISED IN BAPUK AND CONCRETE FLOOR BUDAARSA K; A. W. PUGER; T. I. PUTRI; I D. G. A. UDAYANA; I.W. SUDIASTRA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 21 No 1 (2018): Vol 21, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.743 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2018.v21.i01.p08

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa babi bali antara yang dipelihara dalam kandang lantaibapuk (deep litter) dengan lantai beton. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor babi bali dengan berat 10-12kg. Pakan yang diberikan sama untuk kedua kelompok. Data dianalisis dan diuji dengan Two Independent SampleT test. Variabel yang diukur adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot, konversi pakan dan kecernaan ransum.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian pada kandang bapuk dibandingkandengan kandang lantai beton 0,3540 ± 0,0084 vs 0,3680 ± 0,0103 kg (P<0,05), konversi pakan 3,2106 ± 0,0796vs 3,1108 ± 0,0895 (P<0,05), konsumsi pakan harian 1,1360 ± 0.0117 vs 1,1440 ± 0,0117kg (P>0,05). Kecernaanbahan kering 79,1840 ± 0,5700 vs 82,0800 ± 1,2518%, bahan organik 80,6620 ± 0,7633 vs 82,5340 ± 0,5046%,protein kasar 81,5730 ± 0,8219 vs 83,7310 ± 1,6578%, serat kasar 81,5730 ± 0,8219 vs 83,7310 ± 1,6578%, lemakkasar 87,6820 ± 0,8633 vs 89,1800 ± 0,8202% dan energi 80,7200 ± 1,0696 vs 81,0620 ± 1,0892% dan semuavariabel kecernaan pada kandang beton nyata lebih tinggi (P<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan babilokal (babi bali) dengan kandang beton menunjukkan performa yang lebih baik ditinjau dari aspek pertambahanbobot, konversi pakan dan kecernaan ransum.

Page 3 of 35 | Total Record : 344


Filter by Year

2004 2023