cover
Contact Name
I G. Made Krisna Erawan
Contact Email
krisnaerawan@unud.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Animal Hospital, Faculty of Veterinary Medecine Building, Udayana University, 2nd Floor, Jalan Raya Sesetan, Gang Markisa No 6, Banjar Gaduh, Sesetan, Denpasar, Bali, Indonesia
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Veteriner
Published by Universitas Udayana
ISSN : 14118327     EISSN : 24775665     DOI : https://doi.org/10.19087/jveteriner
Core Subject : Health,
Jurnal Veteriner memuat naskah ilmiah dalam bidang kedokteran hewan. Naskah dapat berupa: hasil penelitian, artikel ulas balik (review), dan laporan kasus. Naskah harus asli (belum pernah dipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah ilmiah yang telah diseminarkan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, hendaknya disertai dengan catatan kaki
Arjuna Subject : -
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 23 No 1 (2022)" : 18 Documents clear
Kajian Pustaka: Probiotik dan Prebiotik Meningkatkan Imunitas untuk Mencegah Infeksi Virus Covid 19 Raden Haryo Bimo Setiarto; Nunuk Widhyastuti
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.52 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.130

Abstract

Corona virus disease 2019 (Covid-19) yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome-corona virus 2 (SARS-CoV-2) adalah pandemi global yang sedang berlangsung. Agen SARS-CoV-2 memengaruhi sel-sel epitel saluran pernapasan manusia yang menyebabkan badai sitokin proinflamasi dan peradangan paru-paru secara kronis. Badai sitokin adalah respons inflamasi ofensif akibat infeksi Covid-19 pada beberapa pasien. Badai sitokin ini dapat merusak paru-paru, saluran pencernaan, otak, sistem kardiovaskuler, hati, ginjal, mikrosirkulasi, dan mata. Akibatnya telah sangat banyak pasien yang meninggal setiap hari, berbagai upaya untuk menemukan vaksin dan sediaan obat antivirus khusus saat ini terus dieksplorasi. Mekanisme probiotik, prebiotik, dan diet dengan kekebalan anti-SARS-CoV-2 telah menghadirkan peluang bagi penemuan terapi mikrob untuk mencegah dan mengobati Covid-19. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang tepat dan memadai dapat memberikan manfaat kesehatan bagi saluran pencernaan manusia. Prebiotik adalah bahan pangan selektif yang dibutuhkan oleh mikrob probiotik usus sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan viabilitasnya. Berbagai bukti ilmiah yang muncul mendukung hipotesis bahwa probiotik dan prebiotik berperan sebagai antivirus dan imunomodulator yang dapat meningkatkan sistem imun manusia. Mekanisme prebiotik dalam meningkatkan imunitas untuk melawan Covid-19 adalah dengan mempromosikan pematangan, diferensiasi, dan reproduksi limfosit dan makrofag, mengaktifkan sistem retikuloendotelial, meningkatkan proporsi CD8+ IEL. Mekanisme probiotik dalam meningkatkan imunitas untuk melawan Covid-19 adalah dengan meningkatkan aktivitas sel T (T-supressor, T-helper (CD4+), sel-sel Natural Killer, meningkatkan nterleukin 10 (IL-10), meningkatkan kapasitas fagositosis sel polimorfonuklear (PMN).
Establishment and Characterization of Benzo(a)pyrene-Induced Skin Tumor in Rats Palagan Senopati Sewoyo; Anak Agung Ayu Mirah Adi; I Nyoman Mantik Astawa; I Gusti Agung Arta Putra; Ida Bagus Oka Winaya; Marissa Divia Dayanti; Anak Agung Bagus Bramardipa; I Ketut Eli Supartika
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.46 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.1

Abstract

Quite a number of research on cancer therapy strongly require an animal model of cancer. One of the chemicals commonly used to induce cancer in animal models is benzo(a)pyrene due to its carcinogenic effects. This study aims were to describe the gross pathology of the tumor-induced by benzo(a)pyrene in an olive oil solution (w/v), identify the type of tumor histopathologically, and finally, determine the correlation between the duration of the rats experiencing tumor and it’s grade score. Tumor grade score is important to assess in order to determine tumor malignancy. This study consisted of 10 white rats (Rattus norvegicus) were given two treatments: a negative control treatment (K-) was injected with 0.1 mL of olive oil and a positive control treatment (K+) was injected with 0.1 mL of 0.3 % (w/v) benzo(a)pyrene in olive oil solution. Each treatment rats was kept in a cage and monitored regularly. When the tumors macroscopically appeared in the interscapular area and were observed until reached 4 cm in size, the rats were then sacrificed and necropsied. Tumors were observed for the gross pathology to examine the shape and color of them, then routinely processed for histopathological evaluation. The results showed that the tumors’ cells appeared to be round (1/5), irregular (2/5), and multilobular (2/5). Based on histopathological observation, the types of tumors observed were classical fibrosarcoma (2/5) and pleomorphic fibrosarcoma (3/5). There is a significant association between the duration of the rats experiencing tumors and the tumor grade. The longer the rats have tumors, the tumors tend to be more aggressive.
Studi Retrospektif Profil Hemogram Kasus Peritonitis Menular Tipe Efusif pada Kucing Alfarisa Nururrozi; Agistanya Andimi; Yanuartono Yanuartono; Soedarmanto Indarjulianto
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.642 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.112

Abstract

Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit pada kucing dengan tingkat mortalitas tinggi,sehingga membutuhkan diagnosa yang cepat untuk kepentingan prognosis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi profil hemogram kucing yang terinfeksi FIP tipe efusif. Dua puluh ekor kucing yang telah terdiagnosa FIP di Klinik Hewan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada digunakan dalam penelitian. Diagnosa FIP ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, ultrasonografi, rontgen, uji rivalta, dan uji rapid test. Profil hemogram yang dianalisis meliputi gambaran hematologi rutin dan kimia darah. Profil hemogram pada kucing terinfeksi FIP tipe effusif, diketahui mengalami penurunan hematokrit, hiperproteinemia, dan leukositosis dengan rerata masing-masing 22,9±7,4%; 9,0±2,2 g/dL; 22425±4116 sel/mm3. Gambaran eritrosit, hemoglobin dan fibrinogen masih dalam kisaran normal. Sebanyak 90% kucing terinfeksi FIP efusif mengalami neutrofilia dan 75% kucing mengalami limfopenia dengan rerata masing-masing 20066±3337 sel/mm3 dan 1861±1818 sel/mm3. Profil hemogram kimia darah diketahui 60% kucing mengalami kenaikan SGPT dan SGOT dengan rerata 138,4±72,3 IU/L dan 101±60,5 IU/L. Sebanyak 90% kucing mengalami hiperglobulinemia dengan rerata 6,7±0,8 g/dL dan semua kucing memiliki rasio albumin:globulin yang rendah dengan rerata 0,3±0,1. Kucing terdiagnosa FIP efusif memiliki gambaran hemogram leukositosis, neutrofilia, limfopenia, hiperglobulinemia, dan penurunan rasio albumin-globulin.
Potensi Vaksin Lasota Terhadap Tantangan Virus Newcastle Disease Velogenik Lapang Fajar Mubarok; Gusti Ayu Yuniati Kencana; I Nyoman Suartha; Arini Nur Handayani
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.112 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.27

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat proteksi vaksin aktif tetelo atau Newcastle Disease (ND) strain Lasota (Sanavac ND LS) terhadap tantangan virus ND velogenik isolat lapang. Sampel penelitian sebanyak 60 ekor ayam Spesific Pathogen Free (SPF) yang dipelihara sejak umur sehari (day old chick=DOC) yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I divaksin dengan vaksin aktif ND strain Lasota A (Sanavac ND LS) melalui tetes mata, kelompok II divaksin dengan vaksin aktif ND strain Lasota B (kompetitor), kelompok III (kontrol positif) tidak divaksin, diinjeksi dengan aquadest dan ditantang, kelompok IV (kontrol negatif, tidak divaksin, tidak ditantang). Pengujian protektivitas dengan mengukur titer antibodi periode 1 dan 2 minggu pascavaksinasi pada semua kelompok terhadap antigen virus ND Lasota, G7 dan Sato. Uji tantang dilakukan dua minggu pascavaksinasi dengan menyuntikkan virus ND velogenik (G7 dan Sato) pada kelompok (I, II, III) dengan dosis ND Sato 0,5 mL yang mengandung titer virus 104CLD50 dan dosis ND G7 0,5 mL yang mengandung titer virus 105,5EID50, sedangkan kelompok IV tidak ditantang. Pengamatan gejala klinis pascatantang dilakukan selama dua minggu. Pengukuran titer antibodi post tantang dilakukan selama dua minggu dengan uji hambatan hemaglutinasi/HI. Hasil penelitian menujukkan rataan titer antibodi dua minggu pascavaksinasi berkisar diantara 5,45 HI log2 dan 7,28 HI log2. Pada dua minggu pascatantang ayam yang divaksin survive 100%. Rataan titer antibodi ayam dua minggu pascatantang pada kelompok I dan II berkisar 8,4 HI log2 hingga 9,9 HI log2. Hasil uji tantang pada kelompok ayam kontrol ditandai dengan gejala klinis depresi hebat, kesulitan bernafas, tortikolis, dan mati 100% pada 3-4 hari pascatantang. Hasil nekropsi kelompok ayam kontrol ditemukan perdarahan petekie pada proventrikulus, trakhea, usus, dan hati. Disimpulkan bahwa vaksin aktif ND strain Lasota A (Sanavac ND LS) efektif melindungi ayam dari virus ND velogenik lapang.
Respons Fisiologis Babi Bali Terhadap Anestetik Ketamin dan Propofol I Gusti Agung Gde Putra Pemayun; I Gusti Ngurah Sudisma
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.809 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.70

Abstract

ABSTRAKAnestesi merupakan tahapan yang sangat penting sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Anestesi ketamin dan propofol sering digunakan sebagai agen induksi pada manusia maupun hewan kesayangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu induksi, durasi anestesi, waktu pemulihan dan respons fisiologis babi bali terhadap anestesi ketamin, propofol dan kombinasi ketamin-propofol (ketafol). Digunakan 12 ekor babi bali, bobot 22-27 kg, umur 2,5-3,0 bulan, dan jenis kelamin jantan. Alat fisiograf digunakan untuk pemantauan perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler, respirasi dan suhu tubuh. Babi dipremedikasi dengan atropin sulfat (0,02 mg/kg bb) dan xilazin (2 mg/kg bb) secara intramuskuler, 20 menit kemudian diinduksi dengan ketamin (4 mg/kg bb), propofol (1,5 mg/ kg bb) dan kombinasi ketamin- propofol (2 dan 0,75 mg/kg bb) secara intravena. Babi yang diinduksi ketamin menghasilkan waktu induksi 1,87±0,41 menit, durasi anestesi 13,00±2,55 menit, dan waktu pemulihan 14,25±3,77 menit, yang diinduksi propofol menghasilkan waktu induksi 2,75±0,56 menit, durasi anestesi 19,25±3,77 menit dan waktu pemulihan 7,50±1,80 menit, sedangkan yang diinduksi ketafol menghasilkan waktu induksi 2,25±0,56 menit, durasi anestesi 25,50±3,64 menit dan waktu pemulihan 8,50±1,66 menit. Babi yang diinduksi ketamin, propofol dan ketafol menunjukkan waktu induksi yang tidak berbeda nyata, tetapi durasi anestesi dengan ketapol nyata lebih lama dibandingkan dengan ketamin atau propofol dan waktu pemulihan tidak berbeda nyata dengan propofol tetapi sangat nyata lebih singkat dibandingkan dengan ketamin. Anestesi dengan ketafol menghasilkan durasi anestesi yang nyata lebih lama dan waktu pemulihan yang sangat nyata lebih cepat, tidak ditemukan perubahan yang ekstrim terhadap respon fisiologis pada sistem kardiovaskuler dan respirasi selama babi bali teranestesi.
Koinfeksi pada Kejadian Panleukopenia Kucing: Suatu Kajian Pustaka Riyandini Putri; Sutiastuti Wahyuwardani
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.886 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.121

Abstract

Koinfeksi pada infeksi feline panleukopenia virus (FPV) biasanya disebabkan oleh bakteri, parasit, maupun virus. Patogen yang melakukan kolonisasi pada saluran pencernaan termasuk Clostridium perfingens, Clostridium piliforme, Cryptosporidium spp., Giardia spp., Tritrichomonas fetus, canine parvovirus tipe 2, Salmonella sp., feline coronavirus, feline bocavirus, dan feline astrovirus terisolasi bersamaan dengan adanya infeksi FPV. Mekanisme kompleks dari virus, bakteri, protozoa, dan inang berkontribusi pada patogenesis dari koinfeksi serta keparahan dari penyakit. Kecepatan dan ketepatan dalam diagnosis penyakit, pencegahan dengan vaksinasi serta pengobatan yang tepat berperan dalam penurunan morbiditas dan mortalitas. Tulisan ini mengulas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, terapi, dan pencegahan yang diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi dokter hewan praktisi maupun pemilik hewan dalam menangani penyakit.
Diagnosis Feline Panleukopenia Berdasar Total Leukosit dan Uji Feline Parvovirus-Antigen pada Kucing-Kucing Diare Hary Purnamaningsih; Soedarmanto Indarjulianto; Yanuartono Yanuartono; Alfarisa Nururrozi; Irkham Widiyono; Slamet Rahardjo; Sri Hartati; Rusmihayati Rusmihayati
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.718 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.36

Abstract

Feline panleukopenia (FPL) is one of the most common disease that causes diarrheal and leukopenia in cats. The purpose of this study was to diagnose FPL based on total leukocyte and detection of feline parvovirus antigen (FPV-Ag) in diarrhea cats. This study used blood samples and feces swabs from 21 cats that showed symptoms of diarrhea. Total leukocytes are calculated from blood samples and the presence of FPV antigens is detected from feces swabs using FPV-Ag-kit. The suitability of the FPL diagnosis based on leukopenia and a positive reaction to the FPV-Ag test was compared using the Cohen’s Kappa suitability test. The results showed that 14 out of 21 cats (66.7%) had leukopenia and 7 of 21 cats (33.3%) had normal total leukocytes. Results of FPV-Ag test showed that 11 of 21 cats (52%) were positive and 10 of 21 cats (48%) were negative. The both test has a good agreement with a 0.71 conformity value. Based on this study it was concluded that the diagnosis of FPL based on total leukocyte and FPV-Ag have a good agreement, so that both tests could be used as a basis for FPL diagnosis.
Bisphenol A Meningkatkan Malondialdehid dan Indeks Apoptosis Hati Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Risha Catra Pradhany; I Nyoman Suarsana; I Gusti Ayu Agung Suartini; Ferbian Milas Siswanto
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.285 KB) | DOI: 10.19087/10.19087/jveteriner.2022.23.1.80

Abstract

Bisphenol-A (BPA) merupakan toksikan yang diketahui dampaknya terhadap reproductive toxicities.Namun, beberapa tahun belakangan ini, diketahui pula bahwa BPA menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan organ. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek pemberian BPA oral terhadap kadar malondialdehid dan indeks apoptosis pada hati tikus. Penelitian ini menggunakan posttest only control group design. Subjek adalah 14 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley, umur 8-10 minggu, bobot badan berkisar 180 g, dan dalam keadaan sehat. Kelompok kontrol (P0), tujuh ekor tikus, diberikan plasebo berupa 1 mL aquadest selama 21 hari; sedangkan kelompok perlakuan (P1), tujuh ekor tikus, diberikan 400 mg/kgBB tikus BPA selama 21 hari. Hasil menunjukkan bahwa kelompok P1 memiliki kadar MDA hepatik yang lebih tinggi (3,33±0,27 nmol/ mg.prot) dan berbeda nyata (p<0,001) dibandingkan kelompok P0 (2,67±0,14 nmol/mg.prot). Selain itu, kelompok P1 memiliki indeks apoptosis yang lebih tinggi (11,21±2,26%) dan berbeda nyata (p<0,001) dibandingkan kelompok P0 (2,19±0,97%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian BPA oral meningkatkan malondialdehid dan indeks apoptosis pada hati tikus putih (Rattus norvegicus) jantan.
Deteksi Faktor Virulensi Secara Fenotip pada Escherichia coli Isolat Susu Mentah Sapi Perah Khusnan Khusnan; Agus Purnomo
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.451 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.42

Abstract

Susu sapi merupakan media pertumbuhan bakteri patogen maupun non patogen. Escherichia coli mrupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan pada susu sapi mentah. Escherichia coli patogen pada sapi dapat menyebabkan mastitis maupun radang usus serta dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare, kolitis hemoragik dan sindrom uraemik hemolitik. Hemaglutinin dan hemolisin merupakan faktor virulen yang penting pada E. coli patogen, karena berperan sebagai faktor adhesin, dan faktor pertahanan terhadap fagositosis. Tujuan penelitian ini mendeteksi hemaglutinin dan hemolisin E. coli isolat asal susu sapi mentah serta kemampuan adhesi pada sel epitel serta pertahanan terhadap fagosit netrofil. Hasil penelitian ini menunjukkan 100% isolat E. coli tidak memiliki hemaglutinin dan 17,2% merupakan E. coli hemolitik. Pada uji adhesi mampu melekat pada sel epitel bukalis 46,87 bakteri/sel. Pada uji fagositosis isolat-isolat hemolitik lebih sedikit difagosit oleh neutrofil dibandingkan isolat non hemolitik (2,64 dibanding 3,1 bakteri) tiap neutrofil (P<0,05). Ditemukannya E. coli patogen pada susu mentah menegaskan pentingnya pasteurisasi pada susu sebelum dikonsumsi.
Keberhasilan Hiperimunisasi Pada Sapi Bunting: Kajian Terhadap Ketepatan Waktu Vaksinasi Safitria Wulandari; Anita Esfandiari; Sri Murtini; Retno Wulansari
Jurnal Veteriner Vol 23 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.565 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2022.23.1.88

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh umur kebuntingan induk sapi saat vaksin pertama kali diberikan terhadap keberhasilan hiperimunisasi. Sebanyak 12 ekor induk sapi bunting jenis sapi Friesian Holstein, dibagi menjadi kelompok kontrol dan vaksin, dengan masing-masing kelompok terdiri dari umur kebuntingan enam bulan (n=3) dan tujuh bulan (n=3). Induk sapi diinjeksi vaksin Avian influenza (AI) H5N1 komersial (killed vaccine) sub-kutan, sebanyak 5 dosis/ekor (106 EID50/dosis). Vaksinasi dilakukan dua kali dengan interval antar vaksinasi selama dua minggu. Sebelum vaksinasi, induk sapi diberi imunomodulator 0,1 mg/kg bb per oral selama tiga hari berturut-turut kemudian dilakukan priming dengan menyuntikkan antigen AI H5N1 inaktif tanpa adjuvant (intravena) tiga hari berturut-turut (10x28 HAU/ekor). Sampel darah dikoleksi melalui vena coccygea sebelum vaksinasi pertama, dua minggu pascavaksinasi I dan dua minggu pascavaksinasi II untuk dianalisis terhadap parameter leukosit (jumlah total leukosit dan limfosit), kadar total protein, globulin dan rasio albumin/ globulin (A/G), serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum. Hasil pengamatan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah total leukosit dan limfosit, kadar total protein dan globulin, rasio A/G, serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum, baik antar kelompok maupun antar waktu pengamatan (p>0.05). Namun demikian, pada induk sapi kelompok vaksin umur kebuntingan enam bulan menunjukkan parameter leukosit, kadar total protein dan globulin serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum lebih tinggi dibandingkan kelompok induk sapi umur kebuntingan tujuh bulan. Umur kebuntingan pada saat vaksinasi pertama kali dilakukan tidak memengaruhi keberhasilan hiperimunisasi pada induk sapi bunting trimester akhir.

Page 1 of 2 | Total Record : 18