Claim Missing Document
Check
Articles

KONSENTRASI AIR DAN WAKTU FERMENTASI PRODUKSI BIOGAS BERBAHAN BAKU BLOTONG DENGAN STARTER FESES SAPI Widodo, Agus; Ahmadi, Kgs; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia is one of the oil producing countries which currently ranks 8th in Asia and ranks 22nd in the world. However, the demand for oil fuels is currently experiencing a very drastic increase, where public demand is increasing and the depletion of world oil reserves has resulted in an increase in fuel prices. Biogas is an alternative to help overcome the scarcity of fuel oil. The purpose of this study was to obtain the best water concentration and fermentation time and economic feasibility in making biogas made from raw materials using cow stool starter. The results showed that the best concentration of water and duration of fermentation was at 1: 2 water concentration with a fermentation time of 25 days with an average biogas production of 5.235 liters with a pH of 6.46. The results of analysis business feasibility data show that biogas made from blotong with the addition of cow feces as a starter is feasible, with HPP of Rp. 1423.7, HPP (25%) = Rp. 1,779.6 Per Liter, BEP (Unit) = 19,421.3 Liter, RCR = 1.25. Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil minyak bumi yang saat ini menduduki urutan ke 8 di Asia dan urutan ke 22 di dunia. Namun kebutuhan bahan bakar minyak saat ini mengalami peningkatan yang sangat drastis, dimana permintaan masyarakat yang semakin meningkat dan semakin menipisnya sumber cadangan minyak dunia yang mengakibatkan pada kenaikan harga bahan bakar. Biogas merupakan salah satu alternatif untuk membantu mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi air dan waktu fermentasi terbaik dan kelayakan ekonomi dalam pembuatan biogas berbahan baku blotong dengan menggunakan starter feses sapi. Hasil penelitian menunjukkan Konsentrasi air dan lama fermentasi terbaik yaitu pada konsentrasi air 1 : 2 dengan lama fermentasi selama 25 hari dengan rata – rata produksi biogas sebanyak 5,235 Liter dengan pH 6,46. Hasil analisi data kelayakan usaha menunjukkan biogas berbahan baku blotong dengan tambahan feses sapi sebagai starter layak diusahakan, dengan HPP sebesar Rp. 1423,7, HPP (25%) = Rp. 1.779,6 Per Liter, BEP (Unit) = 19.421,3 Liter, RCR = 1,25.
PENGGUNAAN JENIS ADSORBEN UNTUK PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS PENGGORENGAN VAKUM KERIPIK BUAH Km, Yis Wiyanto; Ahmadi, KGS; Rahmawati, Atina
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Used cooking oil is cooking oil that has undergone changes due to physicochemical use repeatedly. This research aims to get type of adsorbent and concentration of adsorbents that may improve the quality of used cooking oil as well as examining the business feasibility of the economic process of the best adsorbent. Adsorbents used namely rice husk, corn cobs, coconut shell and palm shell. The design used in this study is nested design. Concentration each cooking oil adsorbent to treatment is 2%, 4%, 6% and 8% of the 250 ml used cooking oil.Theresearchresultsshowedcorn cobs adsorbent treatmentconcentrationof6%is the best of recovery oil 88%, the number of peroxides 10.53 meq/kg, FFA 1.02%, The test of oil color L 30.47, The intensity of the color a * 5.30, The intensity of color b * 15.37, Test your like 2.20 and the hedonic of color 2.23. Economic business feasibility analysis results BEP of 1,664 Units and BEP price of Rp 26,782.592. Cost of production Rp 9,477.222 and the selling price of Rp 16,100 (1 kg), the NPV of Rp 4,176.727, Net B/C of 1.47 while R/C ratio of 1.70, 15% IRR and Payback Period for 1.13 years. Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah mengalami perubahan fisikokimia akibat digunakan secara berulang kali. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis adsorben dan konsentrasi adsorben yang dapat memperbaiki kualitas minyak goreng bekas serta mengkaji kelayakan ekonomi proses penjernihan minyak goreng bekas menggunakan jenis adsorben terbaik. Adsorben yang digunakan yaitu sekam padi, tongkol jagung, tempurung kelapa dan cangkang sawit. Rancangan yang digunakan rancangan tersarang (Nested Design). Konsentrasi masing-masing adsorben untuk menjernihkan minyak goreng bekas yaitu 2%, 4%, 6% dan 8% dari 250 ml minyak goreng bekas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan adsorben tongkol jagung konsentrasi 6% merupakan yang terbaik menghasilkan rendemen minyak 88%, bilangan peroksida 10,53 meq/kg, FFA 1,02 %, kecerahan warna L 30,47, intensitas warna a* 5,30, intensitas warna b* 15,37, uji kesukaan aroma 2,20 dan uji kesukaan warna 2,23. Hasil analisa kelayakan ekonomi diperoleh BEP sebesar 1,664 Unit dan BEP Harga Rp 26.782,592 . HPP sebesar Rp 9.477,222 dan harga jual sebesar Rp 16.100(1 kg) , NPV Rp 4.176,727, Net B/C sebesar 1,47 sedangkan R/C ratio sebesar 1,70, IRR 15% dan Payback Periode selama 1,13 tahun.
PEMBUATAN PERMEN KERAS (Hard Candy) MENGANDUNG EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) DAN EKSTRAK BUNGA MAWAR MERAH (Rosa damascene Mil) DAN KELAYAKAN USAHA Sada, Maria Yasinta; Ahmadi, KGS; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hard candy is a type of candy that has a hard texture, clearlook, shiny, and taste good. Some efforts to enrich the content of candy areby enriching the nutrients and natural coloring. One of the plants that can be used are kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) and red roses. The objective of the research was to obtain the bestconcentration of kumis kucing extract (Orthosiphon stamineus Benth) and red rose extract (Rosa damascene Mil) for hard candy production and the feasibility of the business. This research used a completely randomized design (CRD) with a single factor.The results showed that the best treatment was the 25% kumis kucing extract (Orthosiphon staminaes Benth) and 75% of red rose extract with 8.90% of reduced sugar content, 0.03% ash content, 4.65% water content, 4.18% flavor, 3,61% aroma and 4.0% ofcolor preference. The capacity of raw material of kumis kucing extract was 2.000 ml / day, red rose extract was 6.00 ml / day, sucrose was 8.000 gram / day, and 4000 gram / day of glucose syrup and they were worth to be developed with HPP IDR. 2.391,72 / pack. The BEP of IDR. 31.217.024,50. The selling price was IDR. 2.750,48 / pack of 60 gr. The net profit in a day was IDR. 43.051,20 and RCR of 1.15. Permen keras (Hard Candy) merupakan jenis permen yang memiliki tekstur keras, tampak bening, mengkilap, dan rasa yang enak. Upaya untuk memperkaya kandungan permen adalah dengan memperkaya nutrisi maupun pewarna alami. Salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan bunga mawar merah.Tujuan penelitian untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan ekstrak bunga mawar merah (Rosa damascene Mil) yang tepat dalam pembuatan permen keras (Hard Candy),dan mengkaji kelayakan usaha. Penelitian menggunakan metode percobaan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal. Hasil penelitian menunjukan perlakuan terbaik yaitu ekstrak daun kumis kucing 25% dan ekstrak bunga mawar merah 75% dengan kadar gula reduksi 8.90%, kadar abu 0.03%, kadar air 4.65%, kesukaan rasa 4.18%, kesukaan aroma 3.61%, kesukaan warna 4.0%. Kapasitas bahan baku ekstrak daun kumis kucing 2.000 ml/hari, ekstrak bunga mawar merah 6.00 ml/hari, sukrosa 8.000 gram/hari, dan sirup glukosa 4.000 gram/hari layak diusahakan dengan HPP sebesar Rp. 2.391,72/kemasan. BEP sebesar Rp. 31.217.024,50 Harga jual yaitu Rp. 2.750,48/kemasan 60 gram, Keuntungan bersih dalam sehari sebesar Rp. 43.051,20 dan RCR sebesar 1,15.
PROPORSI TEPUNG SORGUM DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGAYAAN NUTRISI MENGGUNAKAN TEPUNG KACANG MERAH PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA ANALISA USAHANYA Wondo, Theresia; Ahmadi, KGS; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biscuits are a kind of pastry made from wheat flour, sugar, sorghum flour. Sorghum flour has a good potential to used as a substitute to wheat flour. This study aimed to obtain the best proportion of sorghum flour : wheat flour and nutrients enrichment using red bean flour in making biscuits and its business feasibility. This experiment was conducted using Randomized Block Design (RBD) factorial pattern with 2 factors. The first factors the proportion of Sorghum flour wheat flour with 4 levels of treatment, Second factor the addition of red bean flour with 3 boels of treatments and repeated 2 times. The result of research showed that the best treatment was found in the proportion of sorghum flour 40%: wheat flour 60% addition of red bean flour 5% and the parameters water content 0,18%, ash 0,26%, protein 0,03%, fracturability 0.21N. Biskuit merupakan salah satu jenis makanan kue kering (pastry) yang dibuat dari bahan dasar tepung terigu, gula, tepung sorgum. Tepung sorgum memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai pengganti tepung terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proporsi tepung sorgum dengan tepung terigu dan pengayaan nutrisi menggunakan tepung kacang merah, yang terbaik dalam pembuatan biskuit serta kelayakan usahanya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan 2 Faktor. Faktor (1) Proporsi tepung sorgum dengan tepung terigu dengan 4 taraf perlakuan, Faktor (2) Penambahan tepung kacang merah dengan 3 taraf perlakuan dan diulang sebanyak 2 kali sehingga memperoleh 24 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu terdapat pada proporsi tepung sorgum 40% tepung terigu 60% tepung kacang merah 5% dengan parameter kadar air 0,18%, kadar abu 0,26%, protein 0,03%, daya patah 0,21N.
KAJIAN JENIS ADSORBEN PADA PEMURNIAN ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT Hendriono, Hendriono; Sasongko, Pramono; Ahmadi, Kgs
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis adsorben pada proses pemurnian asap cair yang terbaik berdasarkan kadar asam, kadar fenol, dan kadar karbonil. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksperimental dengan percobaan yang terdiri dari tiga jenis adsorben yaitu zeolit, bentonit, dan karbon aktif. Masing-masing jenis adsorben diaplikasikan dalam tiga konsentrasi berbeda yaitu 10%, 20%, dan 30%. Pemurnian menggunakan karbon aktif dengan konsentrasi 20% menunjukkan hasil terbaik dengan kadar asam, kadar fenol, dan kadar karbonil paling tinggi dibandingkan jenis adsorben lainnya. Berdasarkan analisa GC-MS pada seluruh sampel diketahui bahwa semua asap cair yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa asam, karbonil, dan fenol.
SURVEI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN: STUDI KASUS DIBEBERAPA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI KOTA MALANG Untung, Umbu; Ahmadi, KGS; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Formalin is the commercial name of formaldehyde compounds with levels of 35-40% in water. The use of formalin as an additive in food has been prohibited by the ministry of health and is listed in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.722 / MenKes / Per / IV / 88. Nevertheless, in recent years there has been news about the rampant usage of formalin as a preservative of decaying food ingredients such as salted fish. This study aimed to obtain information about the use of formalin in some types of salted fish in traditional and modern markets in Malang. The qualitative data were used in this study, tested and observed positive and negative on salted fish containing formalin and without formalin. Samples were taken from 9 markets, that is traditional and modern markets, they were Madyopura market, Tawangmangu market, Merjosari market, Blimbing market, Bareng market, big market, Giant express Dinoyo, Hero Sawojajar, Supermarket Matahari mall. The result of researh found 3 types of salted fish that were detected of containing formaldehyde, they were salted Mackarel fish from big market, salted Dorang from Madyopuro market, and salted Jambal from Blimbing market. Based on the results obtained from 27 samples of the salted fish, 3 samples were detected with formalin or 11% and 24 samples were not detected with formalin or 89%. Formalin adalah nama komersial dari senyawa formaldehida dengan kadar 35 ? 40% dalam air. Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan dalam makanan telah dilarang oleh kementerian kesehatan dan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/MenKes/Per/IV/88. Meskipun demikian, pada beberapa tahun terakhir ini muncul pemberitaan mengenai maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet bahan makanan yang mudah membusuk seperti ikan asin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan formalin pada beberapa jenis ikan asin di pasar tradisional dan modern kota Malang. Data kualitatif digunakan pada penelitian ini, yang diuji dan diamati positif dan negatif pada ikan asin yang mengandung formalin dan yang tidak mengandung formalin. Sampel diambil dari 9 pasar, yaitu pasar tradisional dan modern di antaranya ialah pasar madyopura, pasar tawangmangu, pasar merjosari, pasar blimbing, pasar bareng, pasar besar, giant expres dinoyo, hero sawojajar, supermarket mall matahari. Hasil penelitian ditemukan 3 jenis ikan asin yang terdeteksi mengandung formalin yaitu jenis ikan asin layang dari pasar besar, jenis ikan asin dorang dari pasar madyopuro, dan jenis ikan asin jambal dari pasar blimbing. Berdasarkan hasil yang didapat dari 27 sampel ikan asin, 3 sampel ikan asin terdeteksi formalin atau 11 % dan 24 sampel ikan asin yang tidak terdeteksi formalin atau 89 %.
SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG KELADI TERMODIFIKASI DALAM PEMBUATAN ROTI TAWAR Paranggi, Ferdinan Landu; Ahmadi, KGS; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yam is a tuber plant that has long been known and can be found in various places. But the utilization of yam has been used for animal feed or limited to snack foods. The aim of this research was to get the partial substitution of wheat flour with modified yam flour in bread. The experimental design used in the study was Randomized Complete Random (RAL) of one factor with 3 replications, the factor being substitution of wheat flour with modified yam flour. The substitutions were as follows: 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%. The results showed that the best treatment was by the substitution of wheat flour with 10% of modified yam flour. The bread had a moisture content characteristic of 40%, 8.93% of protein content, texture 21.6 N, ash content of 1.71%, color preference 4.09 (like), scent preference 3.91 (like), texture prefence 3, 91 (like), taste prefence 3.68 (Neutral). Keladi merupakan tanaman umbi yang telah lama dikenal dan ditemukan diberbagai tempat. Namun pemanfaatan keladi selama ini digunakan untuk pakan ternak atau sebatas makanan kudapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan subtitusi parsial tepung terigu dengan tepung keladi termodifikasi yang tepat pada roti tawar. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 3 kali ulangan, faktornya yaitu substitusi tepung terigu dengan tepung keladi termodifikasi. Adapun substitusi sebagai berikut: 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu dengan substitusi tepung terigu dengan tepung keladi termodifikasi 10%. Roti tawar yang dihasilkan mempunyai kerakteristik kadar air 40%, kadar protein 8.93%, tekstur 21,6 N, kadar abu 1,71%, kesukaan warna 4,09 (suka), kesukaan aroma 3,91 (suka), kesukaan tekstur 3,91 (suka), kesukaan rasa 3,68 (Netral).
PENGARUH JENIS SUSU DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS KEFIR Susilo, Setiawan; Ahmadi, KGS; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kefir is one of the fermented milk produce by using lactic acid bacteria and yeast. Quality of kefir was influenced by type of raw meterial and fermentation time. Therefore, this study was conduct to determine the type of milk and fermentation time to produce good kefir. Research using plot design divided (split plot) arranged as factorial by 2 factors. Factor 1, which is the type of milk (main plot), which consists of two types of milk (cow's milk and goat's milk) and factor 2 is a long fermentation (sub plot), which consists of 5 levels (24 hours, 36 hours, 48 hours, 60 hours, and 72 hours) with 2 replications. The results showed that the best treatment is kefir made from goat's milk and fermentation time of 36 hours with 4.94% fat content, protein content of 2.90%, 2.14% total acid, pH 3.77%, the viscosity of 460.00, favorite color 4.30 (like ), a scent of 3.82 (Like) a 4.02 texture (like), and favorite flavor of 3.35 (neutral). Goat's milk raw material capacity 18 liters /day and kefir grain 900 grams /day well worth the effort in the household for HPP 12052.08 /packaging. The selling price of 15,500 packs. Net profit earned per day is 216,937.44, BEP is Rp 87,096,774 and RCR 1.25 which means kefir business is profitable and worth the effort because the RCR> 1. Kefir merupakan salah satu minuman fermentasi susu yang dibuat dengan menggunakan bakteri asam laktat dan yeast. Faktor yang menentukan kualitas kefir adalah jenis susu dan lama fermentasi yang tepat untuk memproduksi kefir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis susu dan lama fermentasi yang tepat untuk memproduksi kefir. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 yaitu jenis susu (main plot) yang terdiri dari 2 jenis susu (susu sapi dan susu kambing) dan faktor 2 yaitu lama fermentasi (sub plot) yang terdiri dari 5 taraf (24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam) dengan 2 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu kefir berbahan baku susu kambing dan lama fermentasi 36 jam dengan kadar lemak 4,94 %, kadar protein 2,90 %, total asam 2,14 %, pH 3,77 %, viskositas 460,00, kesukaan warna 4,30 (suka), kesukaan aroma 3,82 (suka), kesukaan tekstur 4,02 (suka), dan kesukaan rasa 3,35 (netral). Kapasitas bahan baku susu kambing 18 liter/hari dan grain kefir 900 gram/hari layak untuk diusahakan dalam skala rumah tangga karena HPP 12.052,08 /kemasan. Harga jual kemasan 15.500. Keuntungan bersih per hari yang diperoleh adalah Rp 216.937,44, BEP sebesar Rp 87.096.774 dan RCR sebesar 1,25 yang artinya usaha kefir ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena RCR > 1.
SUBSTITUSI PARSIAL TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG JAGUNG PULUT DENGAN PENAMBAHAN BAKING POWDER PADA PEMBUATAN BISKUIT Lera, Herkulanus; Ahmadi, KGS; Sasongko, Pramono
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biscuits is one of favorit snack of Indonesian people. It produce from wheat flour which is imported from abroad. Therefore, by this biscuit production pulut corn flour originally from Indonesia can subtitute the wheat flour. The aim of this research is to determined the best composition in partial subtitution of wheat flour and pulut corn flour with addition of baking powder in biscuit production and it feasibility study. This research was conducted in Complete Randomize Block Design factorial with two factors. The first factor is the composition of partial subtitution of wheat flour and pulut corn flour in 4 levels . Second factors is the percentage of baking powder composition (1, 2, and 3%). All factors combinations was run in duplicate with 32 samples obtained. The result of the research was shown thath the best treatment were obtained from substitution 70 % of pulut corn flour and 30% of wheat flour with addition 1% of baking powder. That result shown that the biscuit have 5,87 % of moisture content; 2,07 % of ash; 17,92% of protein, 13,85N of brittleness. Biskuit merupakan salah satu makanan ringan yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Biskuit dibuat dengan bahan baku utama tepung terigu yang ketersediaanya masih dicukupi melalui impor. Oleh karena itu melalui pembuatan cookies jagung pulut ini dapat menjadi proses subtitusi tepung terigu dengan tepung jagung pulut asli dari Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi terbaik pada substitusi parsial tepung terigu dengan tepung jagung pulut dan penambahan baking powder dalam pembuatan biskuit serta analisa kelayakan usahanya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok ( RAK ) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu substitusi parsial tepung terigu dengan tepung jagung pulut, terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua yaitu komposisi baking powder (1, 2, dan 3%). Seluruh kombinasi diulang sebanyak 2 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada substitusi tepung terigu 70% dengan tepung jagung pulut 30% dan penambahan baking powder 1% dengan parameter kadar air 5,87%, kadar abu 2,07%, protein 17,92%, daya patah 13,85 N.
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN BUAH KOPI DAN KONSENTRASI RAGI SACHAROMYCES CEREVISIAE PADA FERMENTASI UNTUK PENGOLAHAN KOPI BUBUK Lemos, Jose; Ahmadi, Kgs; Wirawan, Wirawan
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah: Mendapatkan perlakuan terbaik kopi bubuk dengan perlakuan tingkat kematangan buah kopi dan konsentrasi ragi Sacharomyces cerevisiae Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yaitu konsentrasi ragi Sacharomyces Cerevisiae yang terdiri dari 4 level yaitu K1 = 1%, K2 = 2%, K3 = 3%, K4 = 4%, dan Faktor II yaitu tingkat kematangan yang terdiri dari 3 level yaitu W1 = Hijau, W2 = Kuning, W3 = Merah. Penelitian menunjukkan perlakuan yang terbaik adalah W3K3 (warna merah dengan konsentrasi ragi saccharomyces cerevisiae 3% dengan kopi bubuk 0,49. Hasil dari parameter kopi yaitu kadar air 0.18% kadar abu 12.42% daya larut 6.36% kesukaan rasa W3K3 4,3 kesukaan aroma W3K1 5 kesukaan warna W2K2 4,05