Claim Missing Document
Check
Articles

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkawinan Usia Dini Di Kecamatan Sukadana Rika Nur Vidalia; Muhammad Azinar
Jurnal Sosial dan Sains Vol. 1 No. 12 (2021): Jurnal Sosial dan Sains
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1849.923 KB) | DOI: 10.59188/jurnalsosains.v1i12.274

Abstract

Latar Belakang : Perkawinan usia dini adalah perkawinan pada remaja di bawah usia 19 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masalah perkawinan dini juga terjadi di Kecamatan Sukadana. Selama kurun waktu 2020, terjadi sebanyak 283 perkawinan usia dini. Perkawinan usia dini dapat menimbulkan resiko baik bagi remaja yang menikah dini, anak yang akan dilahirkan, dan memiliki risiko perceraian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkawinan usia dini di Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2020. Metode : jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional. Sampel yang ditetapkan sebanyak 166 responden dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner terstruktur dan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji chi-square serta uji regresi logistic menggunakan SPSS versi 20.0. Hasil : variabel yang berhubungan dengan perkawinan usia dini dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan (p=0,004, RP=0,796), pekerjaan orang tua (p=0,000, RP=0,237), pendapatan keluarga (p=0,001, RP=3,957), dan tingkat pengetahuan (p=0,000, RP=9,913). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan perkawinan usia dini adalah budaya (p=0,710, RP=1,373) dan peran teman sebaya (p=0,163, RP=0,604). Kesimpulan : perkawinan usia dini merupakan salah satu ancaman bagi pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya kejasama dari berbagai pihak untuk mengupayakan pencegahan peningkatan angka kejadian perkawinan usia dini sebagai upaya preventif untuk menurunkan gangguan dan risiko yang dapat terjadi akibat perkawinan usia dini.
The Effect of Competence on Health Promotors Performance in Central Java Indonesia Indarjo, Sofwan; Azinar, Muhammad; Raharjo, Bambang Budi; Salma, Wanale Mafabi
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 17, No 4 (2022)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v17i4.32778

Abstract

Health Promoter is one of the health professionals in all health institutions. Different educational backgrounds, educational levels, competencies and functional positions can affect performance in the field. This study aims to analyze competence and its effect on the performance of health promoters. This type of research is an exploratory survey with a quantitative approach. The research population is health promoters in Central Java. The research sample was 114 people and selected by simple random sampling technique. Data analysis used simple linear regression. The results showed that there was a strong positive correlation between competence and performance (r = 0.712), the coefficient of determination (R square) was 0.507. This explains that 46.3% of performance is influenced by competence.
Studi Komparatif Persepsi Tentang Stunting Antara Calon Pengantin Laki-Laki Dan Perempuan di Kecamatan Semarang Utara Marnia Amelia; Muhammad Azinar
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 11, No 3 (2023): MEI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkm.v11i3.38899

Abstract

The problem of stunting is still one of the world’s health problems that has not been resolved to date. This problem is proven by WHO data, as many as 149.2 million children under 5 years worldwide experience stunting (WHO, 2021). In 2021 Indonesia is include in the top 5 countries with thw highest stunting rate of 31.8% (WHO, 2022). The purpose of this study was to determine difference in perceptions between prospective grooms and brides for stunting prevention in North Semarang District. This type of research  is descriptive comparativewith cross sectional research design. The data collection technique was carried out using a total sampling technique with a minimum sample of 49 pairs of prospective brides and 98 respondents registered at the KUA. Data collection was obtained using a questionnaire. Data analysis using pearson association. The results of the study found that there were differences in perceptions with gender, namely in the perceptions of benefits (p=0.003) suggestions for this study are expected for future researchers to conduct further research by deepening or adding variables and using different research methods
Tatanan Keluarga dengan Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Sifa Ul Janah; Muhammad Azinar; Herry Koesyanto
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 7 No 2 (2023): HIGEIA: April 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/higeia.v7i2.64203

Abstract

Abstrak Stunting merupakan masalah gizi kronis yang memiliki dampak serius baik jangka pendek maupun jangka panjang. Indonesia mentargetkan prevalesi stunting pada tahun 2024 sebesar 14%. Berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia tahun 2021 prevalensi stunting di Kota Semarang 21,3%. Pada tahun 2021 Semarang mendapatkan nominasi pilot project zero stunting. Namun, prevalensi stunting saat ini di Semarang masih tinggi. Tahun 2022 kasus stunting tertinggi di Kota Semarang berada di Kecamatan Banyumanik 127 balita dan Semarang Utara 236 balita, ke dua kecamatan tersebut termasuk wilayah dataran tinggi dan dataran rendah di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan desain case control dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui faktor penyebab kejadian stunting di dataran tinggi dan dataran rendah Kota Semarang. Populasi penelitian ini keluarga yang memiliki balita di Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Semarang Utara. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Diperoleh sampel keluarga yang memiliki balita stunting dan normal di dataran tinggi dan rendah dengan rumus Lameshow yaitu di dataran tinggi 87 balita stunting dan dataran rendah 87 balita stunting, serta 87 balita normal di dataran tinggi dan 87 balita normal di dataran rendah. Analisa data secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan di dataran tinggi ada hubungan usia ibu terlalu muda (p=0,034), usia ibu terlalu tua (p=0,003), jumlah anak terlalu banyak (p=0,011), ibu yang tidak bekerja (p=0,005) dan tingkat pendidikan ibu (p=0,004) dengan kejadian stunting. Di dataran rendah ada hubungan antara sumber air minum tidak layak (p=0,031), usia ibu terlalu tua (p=0,000), jarak kelahiran terlalu dekat (p=0,036), jumlah anak terlalu banyak (p=0,000), dan Ibu yang tidak bekerja (p=0,029) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda diperoleh variabel pendidikan ibu merupakan faktor paling berpengaruh terhadap kejadian stunting di dataran tinggi OR 4,331 (CI 95%: 1,406-13,340), sedangkan di dataran rendah variabel paling berpengaruh adalah usia ibu yang terlalu tua dengan nilai OR 7,735 (CI 95%: 0,992-18,867). Abstract Stunting was a chronic nutritional problem that has serious short and long term impacts. Indonesia is targeting a stunting prevalence in 2024 of 14%. Based on the results of a survey on Indonesia's nutritional status in 2021, the prevalence of stunting in Semarang City is 21.3%. In 2021 Semarang will be nominated for a zero stunting pilot project. However, the current prevalence of stunting in Semarang is still high. In 2022 the highest cases of stunting in Semarang City are in the Banyumanik District with 330 toddlers and North Semarang with 660 toddlers, the two sub-districts include the highlands and lowlands in Semarang City. This study used a case-control design with a retrospective approach to determine the causes of stunting in the highlands and lowlands of Semarang City. The population of this study is families who have toddlers in Banyumanik and North Semarang districts. The sampling technique used purposive sampling with inclusion and exclusion criteria. A sample of families with stunted and normal toddlers was obtained in the highlands and lowlands using the Lameshow formula, namely in the highlands 87 stunted toddlers and 87 stunted toddlers in the lowlands, and 87 normal toddlers in the highlands and 87 normal toddlers in the lowlands. Data analysis by univariate, bivariate and multivariate. The results of the study found that in the highlands there was a relationship between the mother's age being too young (p=0.034), the mother's age being too old (p=0.003), the number of children being too many (p=0.011), the mother not working (p=0.005) and the level of education mother (p=0.004) with stunting. In the lowlands there was a relationship between inadequate drinking water sources (p=0.031), the mother's age being too old (p=0.000), birth spacing too close (p=0.036), too many children (p=0.000), and mothers who not working (p=0.029) with stunting. The results of multivariate analysis using multiple logistic regression tests showed that the mother's education variable was the most influential factor on the incidence of stunting in the highlands OR 4.331 (95% CI: 1.406-13.340), while in the lowlands the most influential variable was the age of the mother who was too old with an OR value 7.735 (95% CI: 0.992-18.867)
Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri pada Sekolah Percontohan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Alfi Nurjanah; Muhammad Azinar
HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) Vol 7 No 2 (2023): HIGEIA: April 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/higeia.v7i2.64227

Abstract

Abstrak : Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018 menjelaskan bahwa 48,9% remaja putri di Indonesia mengalami anemia. Langkah pemerintah dalam upaya mencegah anemia pada remaja putri melalui program pembagian Tablet Tambah Darah(TTD) sesuai dengan PERMENKES RI No. 88 tahun 2014 tentang standar TTD bagi wanita usia subur dan ibu hamil. Capaian tertinggi TTD diterima oleh remaja putri di sekolah yaitu pada tingkat SMP sebesar 87,6%. Dari capaian tersebut hanya 1,4% remaja putri yang patuh mengkonsumsi TTD, sedangkan pada tahun 2024 pemerintah menargetkan kepatuhan TTD remaja putri menjadi 58%. Tujuan dalam penelitian ini mencari faktor yang mempengaruhi konsumsi TTD pada remaja putri. Penelitian ini dilaksankan di SMPN 22 Semarang sebagai sekolah percontohan kesehatan reproduksi dan seksualitas di Kota Semarang pada bulan November 2022. Metode penelitian ini survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisiner. Sampel dalam penelitian ini 210 responden. Dari hasil penelitian hanya 25,2% remaja putri yang patuh mengkonsumsi TTD. Hasil analisis bivariat faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan(0,000), sikap(0,014), dukungan orang tua(0,000), dukungan guru(0,024), dan dukungan tenaga kesehatan(0,000). Kemudian, faktor yang tidak berpengaruh adalah akses mendapatkan TTD(1,000) dan dukungan sekolah(1,000). Faktor paling dominan dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri mengenai TTD(p value 0,000; OR=5,982; 95%CI:2,875-12,445). Abstract : Based on RISKESDAS data for 2018, it was explained that 48.9% of young women in Indonesia had anemia. The government's steps in an effort to prevent anemia in young women are through the distribution of Blood Supplement Tablets (TTD) according to PERMENKES RI No. 88 of 2014 concerning the high blood pressure standards for women of childbearing age and pregnant women. The highest achievement of TTD was received by young women at school, namely at the junior high school level of 87.6%. From this achievement, only 1.4% of young women comply with taking iron supplements, while in 2024 the government is targeting that young women will comply with iron supplements to be 58%. The aim of this study was to look for factors that influence iron supplement consumption in young women. This research was conducted at SMPN 22 Semarang as a pilot school for reproductive health and sexuality in Semarang City in November 2022. The research method was an analytic survey with a cross sectional approach. Data collection was carried out using a questionnaire. The sample in this research is 210 respondents. From the results of the study, only 25.2% of young women were obedient in taking iron tablets. Then, the influencing factors were knowledge (0.000), attitude (0.014), parental support (0.000), teacher support (0.024), and health worker support (0.000). Then, the factors that have no effect are access to iron tablets (1,000) and school support (1,000). The most dominant factor in this study was the young women's knowledge of low blood pressure (p value 0.000; OR=5.982; 95% CI: 2.875-12.445).
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL Widya Hary Cahyati; Muhammad Azinar
Jurnal Abdimas Vol 15, No 2 (2011): December 2011
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/abdimas.v15i2.9904

Abstract

Menurut Biro Pusat Statistik jumlah total penduduk propinsi Jawa Tengah mencapai lebih dari 31.896.114 jiwa. Dari jumlah tersebut ternyata remaja umur 10-14 tahun mencapai 5%, umur 15-19 tahun mencapai 8,9% dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 8%. Remaja di Jawa Tengah banyak yang sudah aktif secara seksual meski tidak selalu atas pilihan sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Pusat Informasi dan Layanan Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (Pilar PKBI) Jawa Tengah 2004 mengungkapkan bahwa 43,22 % pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi rendah, 37,28 % cukup, dan 19,50 % memadai. Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat pada remaja di Kecamatan Limbangan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya kesehatan reproduksi yang baik, sehingga dapat menurunkan kejadian praktik seksual yang kurang benar. Setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian, didapatkan hasil adanya peningkatan nilai pre test dari peserta sebesar 32% serta kemampuan menyelesaikan masalah pada tingkat kelompok serta usaha untuk mempraktekan pengetahuan yang didapat pada kegiatan kerja sehari-hari.