Claim Missing Document
Check
Articles

OBSERVASI HILAL DENGAN TELESKOP INFRAMERAH DAN KOMPROMI MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIYAH NASIONAL Fitri, Ahmad Asrof
AL-AHKAM Volume 22, Nomor 2, Oktober 2012
Publisher : AL-AHKAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.419 KB)

Abstract

Tulisan ini bermaksud menawarkan pemikiran terkait dengan unifikasi kalender Hijriyah. Setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan ide tersebut. Pertama, memodernisasi peralatan rukyat al-hilāl dengan teleskop berbasis infra merah. Teleskop ini diyakini mampu meminimalisir hambatan dalam pelaksanaan rukyah yang selama ini terjadi, seperti awan, cuaca, dan human error. Kedua, menjadikan maṭla’ sebagai alat pemersatu yang dijamin dengan kepastian hukum oleh pemerintah. Setidaknya ada tiga pendapat tentang maṭla’, yaitu maṭla’ global, maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi, dan maṭla’ masāfāt al-qaṣr. Maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi menjadi salah satu pilihan yang paling potensial untuk menyatukan penentuan awal bulan Hijriyah. Ikhtiar ini perlu dilakukan guna menjembatani konflik yang selalu terjadi antara landasan teoritik (hisab) dan landasan empirik (rukyat) dalam penetapan awal bulan. Pada akhirnya terobosan ini diharapkan mampu menstimulasi terjadinya kompromi-kompromi antara beberapa teori dan mazhab yang berbeda dalam penentuan awal bulan Hijriyah di Indonesia.***This paper intends to offer the thoughts associated with the unification of the Islamic calendar. There are at least two things that need to be done to realize the idea. First, modernize equipment of rukyat al-hilal based infrared telescopes. This telescope is believed to be able to minimize the obstacles in the implementation of rukyah which have so far happened, like a cloud, the weather, and human error. Second, renders maṭla’ as unifying instrument secured with legal certainty by the government. There are three opinions about matla’, namely maṭla’ global, maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi, dan maṭla’ masāfāt al-qaṣr. Maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi be one option the most potential to unite the determination of the early months of the Hijriyyah Calender. This effort needs to be done to bridge conflicts that always occurs between the theoretical base (hisab) and empirical base (rukyat) in determining the beginning of the month. This effort is also expected to stimulate the occurrence of compromises between several theories and different groups in the determination of the beginning of the Hijriyyah calender in Indonesia.***Keywords: ru’yat  al-hilāl, teleskop inframerah, unifikasi  kalender Hijriyah, maṭla’
OBSERVASI HILÄ€L DENGAN TELESKOP INFRAMERAH DAN KOMPROMI MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIYAH Fitri, Ahmad Asrof
Al-Ahkam Volume 22, Nomor 2, Oktober 2012
Publisher : Faculty of Shariah and Law, State Islamic University (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.952 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2012.22.2.12

Abstract

This paper intends to offer the thoughts associated with the unification of the Islamic calendar. There are at least two things that need to be done to realize the idea. First, modernize equipment ru’yat al-hilāl  based infrared telescopes. This telescope is believed to be able to minimize the obstacles in the implementation of rukyah which have so far happened, like a cloud, the weather, and human error. Second, renders maṭla’ as unifying instrument secured with legal certainty by the government. There are three opinions about matla’, namely maṭla’ global, maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi, dan maṭla’ masāfāt al-qaṣr. Maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi be one option the most potential to unite the deter­mination of the early months of the Hijriyyah Calender. This effort needs to be done to bridge conflicts that always occurs between the theoretical base (ḥisāb) and empirical base (rukyat) in determining the beginning of the month. This effort is also expected to stimulate the occurrence of compromises between several theories and different groups in the determination of the beginning of the Hijriyyah calender in Indonesia.***Tulisan ini bermaksud menawarkan pemikiran terkait dengan unifikasi kalender Hijriyah. Setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan ide tersebut. Pertama, memodernisasi peralatan ru’yat al-hilāl dengan teleskop berbasis inframerah. Teleskop ini diyakini mampu meminimalisir hambatan dalam pelaksanaan rukyah yang selama ini terjadi, seperti awan, cuaca, dan human error. Kedua, menjadikan maṭla’ sebagai alat pemersatu yang dijamin dengan kepastian hukum oleh pemerintah. Setidaknya ada tiga pendapat tentang maṭla’, yaitu maṭla’ global, maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi, dan maṭla’ masāfāt al-qaṣr. Maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi menjadi salah satu pilihan yang paling potensial untuk menyatukan penentuan awal bulan Hijriyah. Ikhtiar ini perlu dilakukan untuk menjembatani konflik yang selalu terjadi antara landasan teoritik (ḥisāb) dan landasan empirik (rukyat) dalam penetapan awal bulan. Pada akhirnya terobosan ini diharapkan mampu menstimulasi terjadinya kompromi-kompromi antara beberapa teori dan mazhab yang berbeda dalam penentuan awal bulan Hijriyah di Indonesia.***Keywords:   ru’yat  al-hilāl,  teleskop  inframerah,  unifikasi  kalender  Hijriyah,  maṭla’
Manajemen Bimbingan Manasik Haji dan Umrah pada Kelompok Bimbingan Manasik Haji dan Umrah (KBIHU) Daarul Istiqoomah Bogor Mujiono Edi Purwito; Sobirin Sobirin; Ahmad Asrof Fitri
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 9, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v9i2.25452

Abstract

KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor is a non-governmental organization dedicated to guiding and assisting pilgrims on their Hajj and Umrah journeys. Of course, guidance to prospective pilgrims for Hajj and Umrah cannot be isolated from management applications, one of which is guidance for Hajj and Umrah rites. This study employs a qualitative methodology in conjunction with a descriptive approach. The findings indicated that the Hajj and Umrah rituals were well managed at KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor. KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor manages itself through four management functions: planning, organizing, mobilizing, and supervising. The supporting factor in terms of management is the well-planned manasik guidance, which has been carried out well due to its effective and efficient guidance methods, on-time scheduling, and KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor's reputation as a trusted hajj and umrah guidance group in the surrounding community. The impediment to guidance activities for Hajj and Umrah rituals is that certain pilgrims are not of productive age, necessitating an adjustment in the application of their advice.Keywords: Manasik, KBIHU, Management, Hajj, Umrah. AbstrakKBIHU Daarul Istiqoomah Bogor adalah salah satu lembaga non pemerintah yang bergerak di bidang penyelenggaraan bimbingan dan pendampingan ibadah haji dan umrah. Dalam menjalankan penyelenggaraan bimbingan kepada calon jamaah haji dan umrah tentunya tidak lepas dari penerapan manajemen, salah satunya manajemen bimbingan manasik haji dan umrah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.  Hasil penelitian menunjukkan manajemen bimbingan manasik haji dan umrah pada KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor sudah baik. Pada penerapan fungsi manajemennya KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor menerapkan empat fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Faktor pendukung dalam segi manajemen adalah perencanaan bimbingan manasik yang dilakukan sudah baik karena memiliki metode bimbingan yang efektif dan efisien, penjadwalan tepat waktu, dan KBIHU Daarul Istiqoomah Bogor dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai kelompok bimbingan haji dan umrah yang terpercaya. Faktor penghambat dalam kegiatan bimbingan manasik haji dan umrah adalah sebagian jama’ah sudah tidak dalam usia yang produktif sehingga penerapan bimbingannya harus menyesuaikan.Kata Kunci: Manasik, KBIHU, Manajemen, Haji, Umrah.
OBSERVASI HILĀL DENGAN TELESKOP INFRAMERAH DAN KOMPROMI MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIYAH Ahmad Asrof Fitri
Al-Ahkam Volume 22, Nomor 2, Oktober 2012
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.952 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2012.22.2.12

Abstract

This paper intends to offer the thoughts associated with the unification of the Islamic calendar. There are at least two things that need to be done to realize the idea. First, modernize equipment ru’yat al-hilāl  based infrared telescopes. This telescope is believed to be able to minimize the obstacles in the implementation of rukyah which have so far happened, like a cloud, the weather, and human error. Second, renders maṭla’ as unifying instrument secured with legal certainty by the government. There are three opinions about matla’, namely maṭla’ global, maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi, dan maṭla’ masāfāt al-qaṣr. Maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi be one option the most potential to unite the deter­mination of the early months of the Hijriyyah Calender. This effort needs to be done to bridge conflicts that always occurs between the theoretical base (ḥisāb) and empirical base (rukyat) in determining the beginning of the month. This effort is also expected to stimulate the occurrence of compromises between several theories and different groups in the determination of the beginning of the Hijriyyah calender in Indonesia.***Tulisan ini bermaksud menawarkan pemikiran terkait dengan unifikasi kalender Hijriyah. Setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan ide tersebut. Pertama, memodernisasi peralatan ru’yat al-hilāl dengan teleskop berbasis inframerah. Teleskop ini diyakini mampu meminimalisir hambatan dalam pelaksanaan rukyah yang selama ini terjadi, seperti awan, cuaca, dan human error. Kedua, menjadikan maṭla’ sebagai alat pemersatu yang dijamin dengan kepastian hukum oleh pemerintah. Setidaknya ada tiga pendapat tentang maṭla’, yaitu maṭla’ global, maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi, dan maṭla’ masāfāt al-qaṣr. Maṭla’ fī al-wilāyat al-ḥukmi menjadi salah satu pilihan yang paling potensial untuk menyatukan penentuan awal bulan Hijriyah. Ikhtiar ini perlu dilakukan untuk menjembatani konflik yang selalu terjadi antara landasan teoritik (ḥisāb) dan landasan empirik (rukyat) dalam penetapan awal bulan. Pada akhirnya terobosan ini diharapkan mampu menstimulasi terjadinya kompromi-kompromi antara beberapa teori dan mazhab yang berbeda dalam penentuan awal bulan Hijriyah di Indonesia.***Keywords:   ru’yat  al-hilāl,  teleskop  inframerah,  unifikasi  kalender  Hijriyah,  maṭla’
PROBLEMATIKA JUAL BELI PERTALITE DAN PERTAMAX ECERAN DALAM TINJAUAN FIQIH Ika Nur Solikah; Ahmad Asrof Fitri; Irvan Iswandi
PARADIGMA : JURNAL ILMU PENGETAHUAN AGAMA, DAN BUDAYA Vol 19 No 1 (2022): PARADIGMA Journal of Science, Religion and Culture Studies
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam 45

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/paradigma.v19i1.3264

Abstract

One of the most common commodity traded in rural areas is pertalite and pertamax. This study examines: (1) how is the practice of retailing pertalite and pertamax, with case study in Mekarjaya village and (2) what is status of the trading of retailed pertalite and pertamax in Islamic Law perspective. This research is a qualitative research. Data were collected through interviews, observation, and documentation. Results of this research are: (1) Liter measuring system was used in retailing pertalite and pertamax in Mekarjaya village. Sellers usually buy pertalite and pertamax at gas stations using jerry cans. The purchased pertalite and pertamax are poured into a large bucket, then measured using a one-liter stainless volume measuring can and poured into a used bottle using a funnel tool. (2) Majority of the sales in Mekarjaya village had met requirements of legal trading in Islamic Law. In Islamic perspective, there are three laws regarding the retail: First, absolutely legal, if amount of the fuel is in accordance with contract. Second, legal with conditional circumstance, if there is a willingness from the buyer for the lack of measurement in pertalite and pertamax volume because of something natural like evaporation. Third, illegal, if the seller deliberately reduces the dose in order to find more profit.
Implementasi Manajemen Masjid Dalam Memakmurkan Masjid Al-Huda Sukajati Haurgeulis Sri Widartik; Ahmad Asrof Fitri; Meity Suryandari
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 9, No 3 (2022)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v9i3.26220

Abstract

The implementation of mosque management is an activity that takes place in a mosque and refers to certain rules about mosque management. When running its business, the mosque always refers to a rule that has been set up and follows all of its rules. By following all of the mosque's rules, the mosque can do well. This is because the people in charge of mosques now talk to each other well. There are also things that help and things that hurt the management of a mosque. This study uses a method called "qualitative descriptive" to get the information it needs. The information is then written out in words. The results show that the Al-Huda Sukajati Haurgeulis Mosque already has a well-organized system for running things. The activities of the Mosque Youth Association (IRMAS), congregational prayers, ta'lim assemblies, the Al-Qur'an Education Park (TPA), and the celebration of Hari Raya also help the Al-Huda Sukajati Haurgeulis Mosque do well (HBI). In the meantime, the Al-Huda Sukajati Haurgeulis Mosque isn't doing well because the management organizational structure hasn't been put into place yet. This is because no one in charge of the mosque feels responsible.Keywords: Implementation; Mosque Management; Prosperity AbstrakImplementasi manajemen masjid merupakan penerapan suatu kegiatan yang ada di masjid dan mengacu pada peraturan pengelolaan masjid tertentu. Dalam pengelolaannya, masjid selalu mengacu pada sebuah peraturan yang telah dibentuk dan menjalankan semua peraturannya. Dengan menjalankan semua peraturan masjid, maka masjid dapat menjadi makmur. Hal itu disebabkan karena terjalinnya komunikasi yang baik antar pengurus masjid. Selain itu, adanya faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasi suatu manajemen masjid. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian. Kemudian data tersebut dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Hasil temuan menunjukkan bahwa Masjid Al-Huda Sukajati Haurgeulis sudah memiliki struktur organisasi yang tersusun. Selain itu, adapun faktor pendukung dalam memakmurkan Masjid Al-Huda Sukajati Haurgeulis yaitu dengan adanya kegiatan Ikatan Remaja Masjid (IRMAS), shalat berjama’ah, majelis ta’lim, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), dan perayaan Hari Besar Islam (HBI). Sedang faktor penghambat dalam memakmurkan Masjid Al-Huda Sukajati Haurgeulis yaitu belum berjalannya struktur organisasi kepengurusan karena belum adanya rasa tanggungjawab oleh setiap pengurus masjid.Kata Kunci: Implementasi; Manajemen Masjid; Makmur
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengelolaan Minimarket Syariah di Masjid Ar-Raudhah Taman Harapan Baru Bekasi Lukman Abdul Aziz; Ahmad Asrof Fitri; Irvan Iswandi
Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol 5, No 02 (2021): Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.484 KB) | DOI: 10.30868/ad.v5i02.1252

Abstract

Kehadiran minimarket syariah saat ini membuat warna baru bagi persaingan industri ritel modern. Pada tahun 2015, Dewan Masjid Indonesia mencanangkan program pengembangan ekonomi berbasis masjid. Pengurus masjid Ar-Raudhah mengembangkan minimarket syariah sebagai produk ekonomi yang dikelola sesuai dengan hukum ekonomi Islam. Penelitian ini mengkaji (1) Bagaimana pengelolaan minimarket syariah yang diterapkan di Masjid Jami 'Ar-Raudhah Taman Harapan Baru Bekasi dan (2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengelolaan minimarket syariah di Masjid Jami' Ar-Raudhah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa,(1) Minimarket Ar-Raudhah Mart yang dikelola oleh pengurus masjid Jami 'Ar-Raudhah telah menerapkan pengelolaan bisnis berbasis ekonomi syariah. Pengelolaan minimarket syariah yang diterapkan oleh minimarket Ar-Raudhah Mart referensi dari beberapa aspek seperti; keuangan, pengadaan barang (merchandising), standar operasional, sumber daya manusia, dan pemasaran. (2) Dalam praktiknya, pada kelima aspek tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang oleh syariah dalam melakukan aktivitas ekonomi.
PROBLEMATIKA JUAL BELI PERTALITE DAN PERTAMAX ECERAN DALAM TINJAUAN FIQIH Ika Nur Solikah; Ahmad Asrof Fitri; Irvan Iswandi
PARADIGMA : JURNAL ILMU PENGETAHUAN AGAMA, DAN BUDAYA Vol 19 No 1 (2022): PARADIGMA Journal of Science, Religion and Culture Studies
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam 45

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/paradigma.v19i1.3264

Abstract

One of the most common commodity traded in rural areas is pertalite and pertamax. This study examines: (1) how is the practice of retailing pertalite and pertamax, with case study in Mekarjaya village and (2) what is status of the trading of retailed pertalite and pertamax in Islamic Law perspective. This research is a qualitative research. Data were collected through interviews, observation, and documentation. Results of this research are: (1) Liter measuring system was used in retailing pertalite and pertamax in Mekarjaya village. Sellers usually buy pertalite and pertamax at gas stations using jerry cans. The purchased pertalite and pertamax are poured into a large bucket, then measured using a one-liter stainless volume measuring can and poured into a used bottle using a funnel tool. (2) Majority of the sales in Mekarjaya village had met requirements of legal trading in Islamic Law. In Islamic perspective, there are three laws regarding the retail: First, absolutely legal, if amount of the fuel is in accordance with contract. Second, legal with conditional circumstance, if there is a willingness from the buyer for the lack of measurement in pertalite and pertamax volume because of something natural like evaporation. Third, illegal, if the seller deliberately reduces the dose in order to find more profit.
Pembelajaran Shorof Program Metode Sebarkan (Semangat Belajar dan Bahasa Arab) di Sekolah Islam Online Lathifah Insani; Abdur Rahim; Ahmad Asrof Fitri
PUSTAKA: Jurnal Bahasa dan Pendidikan Vol. 2 No. 4 (2022): Oktober : Jurnal Bahasa dan Pendidikan
Publisher : BADAN PENERBIT STIEPARI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1604.788 KB) | DOI: 10.56910/pustaka.v2i4.192

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran metode shorof di Sekolah Islam Online dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah pembimbing dan peserta program pembelajaran shorof di tingkat dasar. Dari hasil penelitian ini proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan waktu pembelajaran yang fleksibel dan materi yang dapat diikuti oleh semua kalangan. Namun kegiatan diskusi belum dapat berjalan secara aktif tergantung bagaimana pesertanya karena pembelajaran dalam program ini bersifat mandiri. Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari cara ini adalah banyak latihan yang mengasah keterampilan peserta dalam memahami perubahan kata, dalam menghafal wazan peserta tidak diwajibkan menyetorkan hafalannya sehingga peserta masih terbiasa melihat buku dalam mengubah suatu kata untuk mendapatkan makna yang diinginkan.
Analisis Terhadap Minat Masyarakat Menabung di Bank Bjb Syariah Patrol Indramayu Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Topik Topik; Irvan Iswandi; Ahmad Asrof Fitri
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7, No 5 (2020)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v7i12.29154

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang minat masyarakat menabung di bank BJB syariah didesa Patrol Indramayu. permasalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Minat masyarakat menabung di bank BJB syariah desa Patrol, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat masyarakat menabung di bank BJB syariah desa  Patrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat masyarakat menabung di bank BJB syariah desa Patrol dan mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi minat masyarakat menabung di bank BJB Syariah di desa Patrol Indramayu. Metode penelitian ini menggunakan diskriptif  kualitatif  dengan mengunakan  pendekatan kualitatif naturalistik. obyek penelitian ini adalah  masyarakat blok Bunder RT 05/RW 02  desa Patrol Indramayu yang berjumlah 74  Kepala Rumah tangga 2018/2019. Sumber data penelitian ini menggunakan data Primer dan data skunder. Prosedur penelitian atau teknik pengumpulan data mengunakan  Observsi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan  data bahwa minat  masyarakat menabung di bank BJB syariah di desa Patrol Indramayu  sangat tinggi bahwa ini dilihat dari hasil angket dan  wawancara kepada  masyarakat blok Bunder Patrol Indramayu dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat berminat menabung di bank BJB syariah di desa Patrol Indramayu. Karena bank bjb itu aman,terpercaya serta kemudahan yang di dapat adalah pinjaman modal untuk usaha.Kata Kunci: Minat menabung, bank BJB syariah, desa Patrol