Erry Yudhya Mulyani
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara, Tomang Tol, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11510

Published : 32 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : NUTRIRE DIAITA

Hubungan antara Faktor Individu, Faktor Lingkungan dan Frekuensi Konsumsi Minuman Bersoda pada Siswa-Siwsi SMPN 38 Bekasi Tahun 2013 Meiriasari, Meiriasari; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 5, No 2 (2013): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v5i2.1254

Abstract

AbstrakPeningkatan konsumsi minuman bersoda di kalangan remaja secara terus menerus dapat menimbulkan masalah gizi dan kesehatan. (48,7%). Mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan frekuensi konsumsi minuman bersoda pada siswa-siswi SMPN 38 Bekasi tahun 2013. Penelitian kuantitatif, desain penelitian cross sectional, jumlah sampel 170 responden. Menggunakan metode systematic random sampling. Instrumen dalam penelitian berupa kuesioner, kemudian diidentifikasi serta dianalisis menggunakan uji Korelasi Pearson dan T-test Independent. Hasil penelitian rata-rata frekuensi konsumsi minuman bersoda 3x perminggu, rata-rata uang saku Rp. 10405,88, rata-rata pengetahuan gizi 56,88, preferensi suka 62,9%, akses mudah 100%, persentase laki - laki 50,6%, 55,3% tidak ada pengaruh teman sebaya, 51,8% tidak ada pengaruh media massa. Tidak ada perbedaan frekuensi konsumsi minuman bersoda berdasarkan jenis kelamin (p ≥ 0,05), ada perbedaan frekuensi konsumsi minuman bersoda berdasarkan preferensi, teman sebaya dan media massa (p < 0,05). Tidak ada hubungan frekuensi konsumsi minuman bersoda dengan pengetahuan gizi (p ≥ 0,05), ada hubungan frekuensi konsumsi minuman bersoda denga uang saku (p < 0,05). Kata kunci: frekuensi konsumsi minuman bersoda, remaja, pengetahuan gizi 
Kontribusi Makanan Jajanan, Indeks-Massa-Tubuh dan Kadar Hb Remaja Putri, Pesantren Ibadurrahman Tangerang Sari, Nirmala; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 3, No 1 (2011): Nutrire Diaita
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v3i1.1231

Abstract

AbstractSnack is a mixture of various processed foodstuffs in the form of food processed with simultaneously. Snack can contribute nutrients to fulfil the Recommended Dietary Allowance. The aims of this study was to determine the relationship between the contribution nutrient of snack with the body mass index and hemoglobin levels in adolescent girls. The design of this study is cross-sectional.Sample of this study is mostly boarding students Ibadurrahman. We used purposive sampling and total of sample are 99 respondents. Statistic test used Pearson correlation test. Mostly respondents aged 16 years, the body weight is (49.1 ± 4.7)kg, height is (150.9 ± 5.2)cm, hemoglobin level is (11.8 ± 0.6)mg/dl, and the nutritional status of the normal is (21.5 ± 2.8). The contributions energy of snack is (66.5 ± 9.1)%, protein is (66.1 ± 11.2)%, Fat is (82.7 ± 10.7)%, Carbohydrate is (57.4 ± 9.5)%, Fe is (70.3± 12.9)%, Vitamin C is (93.3±10.1)%, Vitamin A is (93.3 ± 10.0)%, and Folic Acid is (73.3 ± 12.6)%. There is no relationship between the contribution energy of snack (r = 0.044), protein (r = 0.021), fat (r = 0.102), carbohydrate (r = -0006) and the body mass index  (p ≥ 0.05). There is no relationship between the contribution energy of snack (r = 0.026), protein (r = 0.007), Fe (r = 0.052), vitamin C (r = 0.123), vitamin A (r = 0.167), folic acid (r = 0.064) and Hb levels (p ≥ 0.05). More than half of average intake of nutrients contribution comes from snack. However, we need to increase the cost of eating at boarding school which can give more variation of food and the student wants to consume it.Key Words: Contribution nutrient of snack, Body Mass Indeks, Hb level AbstrakMakanan jajanan merupakan campuran dari berbagai bahan makanan yang diolah secara bersamaan dalam bentuk olahan. Makanan jajanan dapat memberi kontribusi zat gizi untuk memenuhi AKG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kontribusi zat gizi makanan jajanan dengan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Hb pada remaja putri. Desain penelitian ini cross-sectional dengan sampel adalah sebagian siswi pesantren Ibadurrahman. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan didapat 99 responden. Uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson. Sebagian Besar responden berumur 16 tahun, memiliki berat badan (49.1±4.7)kg, rata-rata tinggi badan (150.9±5.2)cm, Kadar Hb (11.8±0.6)mg/dl, dan berstatus gizi rata-rata normal (21.5±2.8). Kontribusi makanan jajanan didapat asupan energi (66.5±9.1)%, protein (66.1±11.2)%, Lemak (82.7±10.7)%, Karbohidrat (57.4±9.5)%, Fe (70.3±12.9)%, Vitamin C (93.3±10.1)%, Vitamin A (93.3±10.0)%, dan Asam Folat (73.3±12.6)%. Tidak ada hubungan antara kontribusi energi (r=0.044), protein (r=0.021), lemak (r=0.102), Karbohidrat (r=-0.006) dengan Indeks Massa Tubuh (p≥0.05). Tidak ada hubungan antara kontribusi energi (r=0.026), protein (r=0.007), Fe (r=0.052), vitamin C (r=0.123), vitamin A (r=0.167), asam folat (r=0.064) dengan kadar Hb (p≥0.05). Lebih dari separuh rata-rata asupan kontribusi zat gizi berasal dari makanan jajanan. Sehingga perlu adanya peningkatan biaya makan di Pesantren agar makanan lebih bervariasi dan menarik minat siswi dalam mengkonsumsinya. Kata Kunci: Kontribusi makanan jajanan, Indeks-Massa-Tubuh, kadar Hb
Perbedaan Asupan Cairan Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Tipe-Daerah, Dan Status-Ekonomi Di Pulau Sulawesi Putri, Renata Mega; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 4, No 2 (2012): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v4i2.1243

Abstract

AbstractWater is the main component in the human body. The water content in the body of the adult male is 55% - 60% while; in adult women 50% - 60%. Status of mild dehydration occurred in Makassar (59.4%) and urban areas Malino (35.7%) rural / mountainous areas both on the island. The aims of this study was to determine the differences of fluid intake in Sulawesi Island based on age group, sex, type of area, and economic status. The study uses secondary data Riskesdas 2010, the cross-sectional design. The samples are all resident on the island of Sulawesi totaling 20 127 people. Data were analyzed using ANOVA. Based on the results in fluid intake can according to the type of beverage and the type of area is the largest of the water as much as 822.78 liters in urban and rural 803.69 liters. The difference in fluid intake of water by sex is (813.35 ± 381.907) liter in men and (809.20 ± 372.224) liters in women. Based on the average type of area (822.78 ± 413.827) liters in the urban and (803.69 ± 350.640) liters in the countryside. The difference in total fluid intake by sex (796.22 ± 457.578) liter in men and (810.98 ± 433.655) liters in women. Based on the type of area; in urban areas (818.97 ± 476.963) and liters (793.54 ± 423.486) liters in the countryside. There are differences in fluid intake by age group, sex, type of area, and economic status (P <0.05). Fluid intake is highest among women, living in urban areas, and were in the age group 14-18 years. The highest fluid intake in poor, low on the rich. Therefore, the government needs to provide access to clean water and poor populations, especially in rural areas. Keywords: Water Intake, Age, Sex AbstrakAir merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Kandungan air dalam tubuh pada pria dewasa yaitu 55% - 60% sedangkan; pada perempuan dewasa 50% - 60%. Status dehidrasi ringan terjadi di Makassar (59,4%) daerah perkotaan dan Malino (35,7%) daerah pedesaan/pegunungan yang keduanya merupakan daerah di Pulau Sulawesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan cairan di Pulau Sulawesi berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tipe daerah, dan status ekonomi. Penelitian menggunakan data sekunder Riskesdas 2010, rancangan cross-sectional. Sampel adalah semua penduduk di Pulau Sulawesi berjumlah 20.127 orang. Analisis data menggunakan Anova. Berdasarkan hasil di dapat asupan cairan menurut jenis minuman dan tipe daerah terbanyak adalah dari air putih sebanyak 822,78 liter di perkotaan dan 803,69 liter di pedesaan. Perbedaan asupan cairan dari air putih berdasarkan jenis kelamin yaitu (813,35±381,907) liter pada laki-laki dan (809,20±372,224) liter pada perempuan. Berdasarkan tipe daerah rata-rata (822,78±413,827) liter di perkotaan dan (803,69±350,640) liter di pedesaan. Perbedaan asupan cairan total berdasarkan jenis kelamin (796,22±457,578)liter pada laki-laki dan (810,98±433,655) liter pada perempuan. Berdasarkan tipe daerah; di perkotaan (818,97±476,963)liter dan (793,54±423,486) liter di pedesaan. Ada perbedaan asupan cairan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tipe daerah, dan status ekonomi (p<0.05). Asupan cairan tertinggi yaitu pada perempuan, tinggal di perkotaan, dan berada pada kelompok umur 14-18 tahun. Asupan cairan tertinggi pada penduduk miskin, terendah pada penduduk kaya. Oleh karenanya, pemerintah perlu menyediakan akses air bersih kepada penduduk tidak mampu terutama di wilayah pedesaan. Kata Kunci: Asupan Cairan, Umur, Jenis Kelamin
Konsumsi Kalsium dan Keluhan Menstruasi pada Remaja Putri di SMA Negeri 6 Tangerang Oktabriawatie, Dyah; Mulyani, Erry Yudhya; Herlianti, Maria Poppy
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v2i2.671

Abstract

AbstractCalcium is the mineral content of the most widely in the body, which is 1.5 to 2.0% of adult body weight or as much as ± 1 kg. The dietary requirement Calcium for adolescent girl is 1000 mg. The purpose of this study is to determine the relationship between Calcium consumption and menstruation disorders in adolescent girl aged 16-18 years at public high school 6, Tangerang. The data was collected on 7-9 May 2009. This study used simple random sampling, based on estimation formula, then the total subject is known to 81 girls. The data collected included: 1) Characteristics of sample: Height, Weight, Age, Nutritional Status; 2). Calcium Consumption was taken from recall 3x 24 hours with visual aids; 3) Menstruation Disorders was taken from questionnaire. The results shows that the average intake of Calcium adolescent girls (586.86mg ±385.478); Height (159.83cm ± 5.305); Weight (48.85kg±4.851); Age (16.16y±0.402); Nutritional status (1.80±0.401); 80.2% girls have menstruation disorders. There was a significant relationship between Calcium consumption and menstruation disorders in adolescent girls (p<0.05). There was no significant relationship between nutritional status, age and menstruation disorders (p>0.05). The average Calcium intake  in adolescent girls is still below the recommended adequacy rate, therefore it is necessary to encourage the adolescent girls to consume Calcium in an attempt to reduce mentruation disorders.Keywords: calcium consumption, menstruation disorders, adolescent girls Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh, yaitu 1,5–2 % dari berat badan orang dewasa atau ± sebanyak 1 kg. Kebutuhan kalsium remaja putri adalah 1000 mg. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan konsumsi kalsium, umur, status gizi remaja putri usia 16-18 tahun. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7-9 Mei 2009. Cara pengambilan sample dilakukan secara acak sederhana, berdasarkan rumus estimasi diketahui total subjek adalah 81 orang. Data yang dikumpulkan meliputi: 1) Karakteristik sample : TB, BB, umur, status gizi; 2) Konsumsi kalsium diambil melalui food recall 3x24 jam disertai alat bantu visual; 3) Keluhan menstruasi, di ambil melalui kuesioner keluhan-keluhan menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsumsi kalsium remaja putri 586,86 mg (±385,478); TB remaja putri 159,83 cm (± 5,305); BB remaja putri 48,85 kg (± 4,851); umur remaja putri 16,16 th (± 0,402); status gizi remaja putri 1,80 (± 0,401); keluhan menstruasi 80,2%. Ada hubungan yang signifikan antara keluhan menstruasi, dengan keluhan menstruasi pada remaja putri (p<0,05). Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dan umur dengan keluhan menstruasi (p>0,05). Konsumsi kalsium remaja putri masih dibawah anjuran perlu didorong untuk mengurangi keluhan mentruasi.Kata kunci: konsumsi kalsium, ketidak teraturan menstruasi, remaja putri
Analisis Rata-Rata Asupan Kalsium dan Zat-Besi Remaja Berdasarkan Status-Ekonomid di Pulau Jawa Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 7, No 1 (2015): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v7i1.1271

Abstract

AbstractAccording to RISKESDAS-2010 the prevalence of skinny-nutritional status (BMI/A) was 9.5% for men whereas women 4.4%. In human’s research study, the absorption of hem and non-hem iron in inhibition by calcium supplements and milk products. The aim of this study was to analyze the average intake of calcium-iron in adolescence based-on socio-economic status in Java-Island. This study was cross-sectional design, using RISKESDAS-2010 data analyzed by T-test-Independent and Regression. Most of respondents were male as 51.2%, 28.3% from East-Java, in quintile 5 36.4%, and 73.9% were living in-urban areas. There was difference Fe-intake by-sex (t=-3184;p<0.05), but no-difference was found Ca-intake by-sex (t=-0282;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on age (tCa=2,089;p<0.05;tFe=-2525;p<0.05). However, no-differences Fe-intake for adolescent-males based-on age (t=-0761;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on areas and socio-economic status (tCa=3,182;TFe=-4981;p<0.05) and (tCa=-2652;TFe=2.191;p<0.05). There was significant difference of Fe-intake by-sex (t=-3184;p<0.05), but not the Ca-intake (t=-0282;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on age (tCa=2,089;p<0.05;tFe=-2525;p<0.05). However, no-difference was observed for Fe-intake for adolescent males based-on age (t=-0761;p≥0.05). There were differences of Ca-Fe intake based-on areas and socio-economic status (tCa=3,182;TFe=-4981;p<0.05) and (tCa=-2652;TFe=2.191;p<0.05). Regression analysis showed that among-girls aged 10-18 years, living in-rural and having lower-middle economy has higher-risk to decrease Ca-intake in the body up-to 63.809. The study found that there is difference intake of Ca and Fe based on the type of area and socio-economic. Balanced-nutrition education is required as an effort in the process of optimal interaction for nutrition-metabolism.  Keywords: Calcium-Iron Intake, Adolescence, Socio-economic status AbstrakMenurut RISKESDAS 2010 prevalensi status gizi (IMT/U) kurus pada laki-laki 9,5% lebih tinggi dari perempuan 4,4%. Penelitian ini bertujuan menganalisis rata-rata asupan kalsium dan zat besi remaja berdasarkan status-ekonomi di Pulau Jawa. Metode penelitian ini cross-secional design. Analisis data RISKESDAS 2010 menggunakan uji T-test Independent dan Uji Regresi. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki 51.2%, berasal dari Propinsi Jawa Timur 28.3%, berada pada quintil 5 (36.4%) dan tinggal di perkotaan 73.9%. Ada perbedaan Asupan Fe berdasarkan Jenis Kelamin (t=-3.184, p<0.05), namun tidak ditemukan perbedaan Asupan Ca berdasarkan Jenis Kelamin (t=-0.282, p≥0.05). Ada perbedaan Asupan Ca dan Fe berdasarkan umur (t=2.089, p<0.05 dan t=-2.525, p<0.05). Namun tidak ditemukan perbedaan Asupan Fe berdasarkan umur pada remaja laki-laki (t=-0.761, p≥0.05). Ada perbedaan Asupan Ca dan Fe berdasarkan tipe daerah dan social-ekonomi (tCa=3.182; tFe=-4.981, p<0.05) dan (tCa=-2.652; tFe=2.191, p<0.05). Uji regresi menunjukkan pada remaja perempuan umur 10-18 tahun, tinggal di perdesaan dan perekonomian menengah ke bawah memiliki resiko tinggi dalam menurunkan jumlah asupan Kalsium tubuh sebesar 63.809. Diperlukannya pendidikan gizi seimbang sebagai upaya dalam proses interaksi metabolisme zat gizi yang optimal. Kata kunci: Asupan Kalsium-Zat Besi, Remaja, Sosial Ekonomi
Perbedaan Antara Asupan Energi, Protein, FE, Zinc, dan Asam Folat Dengan Status Gizi Lansia di Provinsi Jawa Barat (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010) Irawati, Sri; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 5, No 1 (2013): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v5i1.1251

Abstract

AbstrakPertambahan usia pada lansia akan terjadi perubahan penurunan fungsi biologis, keadaan psikologis dan sosio ekonomi. Masalah gizi pada lansia dipengaruhi multifaktor baik langsung maupun tidak langsung. Prevalensi kecukupan konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal sebesar 45,3% dan kecukupan konsumsi protein sebesar 57,7% di Provinsi Jawa Barat. Mengetahui hubungan antara asupan energi, protein, Fe, zinc,  dan asam folat dengan status gizi lansia (60-74 tahun) di Provinsi Jawa Barat. Data yang digunakan data sekunder RISKESDAS 2010, dengan pendekatan cros sectional. Jumlah seluruh sampel lansia usia (60-74 tahun) yang diteliti (n=3027). Dalam pengujian statistik menggunakan uji t-test Independen dan one-way annova. Rata-rata asupan energi di Provinsi Jawa Barat 1231,97 Kalori (±637,07) kal, asupan protein 38,083 gram (±23,984) gr, asupan Fe 7,032 mg (±9,402) mg, asupan zinc 4,253 mg (±2,524) mg dan asupan asam folat 95,75 mg (±84,072) mg. Dengan status gizi lansia terbanyak berstatus gizi normal (47,3%). Berdasarkan hasil uji statistik yang digunakan, terdapat perbedaan asupan energi, protein, Fe, zinc dan asam folat menurut status gizi (P<0,05) pada lansia usia   (60-74 tahun). Terdapat perbedaan usia menurut status gizi (P<0,05) dan jenis kelamin menurut status gizi (P<0,05) pada lansia usia (60-74 tahun). Kata kunci: status gizi, protein, lansia
ASUPAN ZAT GIZI MAKRO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH ANAK USIA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS, KABUPATEN TANGERANG Mulyani, Erry Yudhya; Jus’at, Idrus; Irianto, Sugeng Eko
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 9, No 02 (2017): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v9i02.2198

Abstract

The aim of this study was to analyze the differences in nutrient intake based on region characteristics in children under-five, in health centers, Kabupaten Tangerang. We used primary data such as; eating habits (nutrient intake), and characteristics of the region with the cross-sectional approach. The total of subject is about 48 children with using voluntary sampling technique. Independent sample t-test and Mann Whitney (non-parametric) were applied to answer the research questions. Children aged 6-23 months and 24-48 months were female (53.3%) and male (55.6%). Children aged 6-23 months living in rural areas (76.7%), their parents as Fishermen and Farmers (40.0%), the average of household expenditure is about < Rp.2.649.086 (82.8%). Children aged 24-48 months living in urban areas (72.2%), their parents as laborers (72.2%), the average household expenditure is about <Rp.2.649.086 (72.2%). There are differences between energy, carbohydrate, protein, and fat intake based on the level of household expenditure in the group of children aged 6-23 months (p<0.05), but the study failed to find in the age group 24-48 months (p≥0. 05). Education programs need to be intensified for MPASI local (6-24bulan), to increase area income. Keywords : macronutrient intake, region characteristics, children underfive
Perbedaan Tinggi Badan Anak Sekolah Dasar yang Mengonsumsi Iodium di Jakarta Utara Mabruroh, Faizul; Mulyani, Erry Yudhya; Afif, Irfani
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 3, No 2 (2011): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v3i2.1240

Abstract

AbstractGrowth Period influenced by intrinsic factors (genetic) and ekstrensik factors (nutrients , oxygen, hormones), growth factors, psychosocial and chronic-diseases. The aims of this study was to determine the differences height gain of 4-5 graders who consume enough iodine and less. The data was conducted in June-August 2009. This research is a comparative study with a longitudinal approach. The population of this study is a public elementary school students Lagoa 06, we got the sample total are 74 respondents. We used t-test to analyzed data. Data collected includes are characteristics of sampling population, gender, age and consumption patterns iodine, intake of iodine from food frequency and iodine test from salt. Based on consumption patterns found that 41.9 % good, 54.1 % fairly good and 4.1 % less consumption. The average of accretion height from iodine intake with category fairly good and less, respectively (0.92 ± 0.517) and (0.39 ± 0.261). The result found that there's significant difference accretion of height between the fairly good iodine intake and less (p<0.05). Need to consume food high iodine to assist the growth of school age children.  Keywords: Height, Iodium, School-age Children  AbstrakPertumbuhan dipengaruhi oleh faktor intrinsik (genetik) dan faktor ekstrensik (zat gizi, oksigen, hormon), faktor pertumbuhan, psikososial dan berbagai penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertambahan tinggi badan anak kelas 4-5 yang mengonsumsi iodium cukup dan kurang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparatif dengan pendekatan longitudinal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Lagoa 06 sedangkan sampelnya sebanyak 74 responden. Analisa pada data penelitian ini dengan menggunakan uji beda rata–rata (t-test). Data yang dikumpulkan meliputi: Karakteristik sampel, jenis kelamin, umur dan pola konsumsi iodium, konsumsi iodium diambil melalui food frekuensi dan tes iodium pada garam. Berdasarkan pola konsumsi 41,9% dinyatakan baik 54,1% cukup dan 4,1% konsumsi kurang. Pertambahan tinggi badan rata-rata konsumsi iodium cukup diperoleh nilai (0,92±0,517) dan untuk iodium kurang (0,39±0,261). Dari hasil uji komparasi, didapatkan adanya perbedaan penambahan tinggi badan antara yang mengkonsumsi iodium cukup dan yang kurang secara signifikan dengan nilai P<0,05. Diperlukannya konsumsi sumber makanan tinggi iodium untuk membantu pertumbuhan anak usia sekolah. Kata Kunci: Tinggi badan, Iodium, Anak Sekolah
ASUPAN LEMAK (MUFA), KALSIUM, INDEKS MASSA TUBUH, DAN HIPERTENSI PADA WANITA POSTMENOPAUSE DI PULAU SUMATERA(ANALISIS DATA SEKUNDER RISKESDAS 2007) Dewi, Novitasari; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 2 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i2.1610

Abstract

AbstractBackground: RISKESDAS 2007 showed the prevalence of Hypertension is 29,8%. Womensuffered from Hypertension more than men. Dietary intake of fat (MUFA) and an adequate calcium are known to prevent Hypertension.Objective: To identify the differences indietary intake of fat (MUFA), calcium, body mass index, and Hypertension in postmenopausal women in Sumatera.Methods: Data used RISKESDAS 2007, with cross-sectional study and analytical survey design. Total number of samples of postmenopausal women (aged 50-54 years) were studied (n=2107). Statistical analysis used independent sample t-Test.Results: The average age of postmenopausal women in Sumatera is 51 years and 2 months, most of them live in rural areas (59,0%) and urban (41,0%). The average dietary intake of fat (MUFA) is 7,99 g (± 5.738 g), amount to 217.51 mg calcium (± 164.356 mg). The average body mass index of postmenopausal women who studied are 24.12 kg/m2 (± 2.5 kg/m2). 46.4% (n=980) postmenopausal women suffering from Hypertension in Sumatra. Based on the results of statistical tests, there are differences in body mass index based on the incidence of Hypertension (p <0.05). There were no differences on dietary intake of fat (MUFA) and calcium based on the incidence of Hypertension (p≥0,05). Conclusion: Modification of a healthier lifestyle is needed by taking into an adequate intake of calcium, vitamin D and do more physical activity in order to prevent an increase in blood pressure which is faster in postmenopausal women whether they live in urban and rural areas because of reduced estrogen hormone. Keywords : MUFA, Calcium, Hypertension AbstrakLatar Belakang: Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi kejadian Hipertensi sebesar 29,8%. Berdasarkan jenis kelamin, wanita menderita Hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Asupan lemak (MUFA), dan kalsium yang cukup diketahui dapat mencegah terjadinya Hipertensi.Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan asupan lemak (MUFA), kalsium, indeks massa tubuh, dan Hipertensi pada wanita postmenopause di Pulau Sumatera.Metode Penelitian: Data yang digunakan merupakan data sekunder RISKESDAS 2007, dengan pendekatan cross sectional. Jumlah seluruh sampel wanita postmenopause (usia 50-54 tahun) yang diteliti (n=2107). Pengujian statistik menggunakan uji t-test Independent. Hasil: Rata-rata usia wanita postmenopause di Pulau Sumatera adalah 51 tahun 2 bulan, sebagian besar tinggal di wilayah perdesaan (59,0%) dan perkotaan (41,0%). Rata-rata asupan lemak (MUFA) sebesar 7,99 g (±5,738 g), kalsium sebesar 217,51 mg (±164,356 mg). Rata-rata indeks massa tubuh wanita postmenopause yang diteliti sebesar 24,12 Kg/m2 (±2,5 Kg/m2). Sebanyak 46,4% (n=980) wanita postmenopause di Pulau Sumatera menderita Hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat perbedaan indeks massa tubuh berdasarkan kejadian Hipertensi (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan asupan lemak (MUFA) dan kalsium berdasarkan kejadian Hipertensi (p≥0,05).Kesimpulan: Modifikasi gaya hidup lebih sehat dengan memperhatikan asupan kalsium, vitamin D dan meningkatkan aktifitas fisik guna mencegah peningkatan tekanan darah yang berlangsung lebih cepat pada wanita postmenopause baik yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan karena berkurangnya hormon esterogen. Kata kunci: MUFA, kalsium, hipertensi
Hubungan Usia Pemberian Mp-Asi dan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jati Warna Kota Bekasi Tahun 2013 Minarti, Indah Puji; Mulyani, Erry Yudhya
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 6, No 2 (2014): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v6i2.1269

Abstract

AbstrakDari data Dinas Kesehatan Kota Bekasi menunjukkan bahwa di Puskesmas Jati Warna angka kejadian diare sebanyak 10,7% dan angka status gizi kurang menurut BB/U sebanyak 28,32%, lebih tinggi dari angka Nasional sebesar 15%. Mengetahui hubungan usia pemberian MP-ASI dan status gizi dengan kejadian diare pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jati Warna Kota Bekasi. Data yang digunakan data primer, dengan pendekatan cross sectional. Jumlah seluruh sampel balita usia (6-24 bulan) yang diteliti (n=77). Dalam pengujian statistik menggunakan uji chi-square. Usia pemberian MP-ASI < 6 bulan sebanyak 39,0% dan ≥ 6 bulan sebanyak 61,0%. Status gizi kurang sebanyak 51,9% dan status gizi baik sebanyak 48,1%. Terdapat 42,9% yang tidak pernah mengalami diare dan 57,1% yang pernah mengalami diare. Berdasarkan hasil uji statistik yang digunakan, tidak ada hubungan yang bermakna antara usia pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada balita usia 6-24 bulan (P>0,05). Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian diare pada balita usia 6-24 bulan (P<0,05). Upaya penyuluhan kesehatan pencegahan penyakit Diare kepada Ibu balita dan peran kebersihan lingkungan disekitar tempat tinggal harus terus dilakukan. Kata Kunci : usia pemberian MP-ASI, status gizi, kejadian diare