R Siti Rukayah
Architecture And Urban Planning PhD Program, Architecture Department, Faculty Of Enginering, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Published : 67 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PASAR KLIWON KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN THOMAS KARSTEN Agustin, Alin Pradita; Hardiman, Gagoek; Rukayah, Siti
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Potensi pasar tradisional di Indonesia sangat besar sebab retribusi dari pasar tradisional cukup besarkontribusinya bagi pendapatan daerah. Akan tetapi perkembangan pasar tradisional tidak mendapat perhatianyang lebih dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kudus merupakan daerah yang memilikipertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Dalam survei pendataan pasar di Kudus tahun 2010, terdapat 23pasar di Kabupaten Kudus. Peran pasar tradisional di Kabupaten Kudus cukup besar, tidak hanya dalammeningkatkan pendapatan daerah, tetapi berperan langsung terhadap pendapatan pekerja maupun pedagang.Keamanan dan kenyamanan menjadi faktor mutlak yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan suatubangunan yang bersifat publik. Thomas Karsten merupakan sosok arsitek pada zaman kolonial Belanda yangdianggap paling unggul karena mampu membangun pasar yang mempertimbangkan kenyamanan pedagangdengan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami. Kajian ini diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai pasar, pasartradisional, standar-standar mengenai pasar, persyaratan khusus pasar sehat, dan studi banding beberapapasar tradisional karya Thomas Karsen. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Pasar Kliwon Kudus danpembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Thomas Karsten. Tapak yang digunakan adalahtapak asli dari Pasar Kliwon Kudus, yang kemudian diperluas sesuai kebutuhan ruang yang ada. Selain itu jugadibahas mengenai penataan massa dan ruang dalam bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitasyang dipakai dalam perancangan “Pasar Kliwon Kudus dengan Penekanan Desain Thomas Karsten”. Konsep perancangan ditekankan pada prinsip Thomas Karsten, dimana prinsip desain ditemukanmelalui penelitian arsitektur kecil yang dilakukan pada pasar-pasar karya Karsten. Konsep desain Karstendiaplikasikan secara eksplisit maupun konseptual dalam perancangan bangunan Pasar Kliwon Kudus.
BENTUK DAN PROPORSI PADA PERWUJUDAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BUGIS Sani, Andi Asrul; Supriyadi, Bambang; Rukayah, R.Siti
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions studys components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.Penelitian ini mengangkat Arsitektur Vernakular Bugis dengan studi kasus Bola Soba Kota Watampone sebagai wujud karya kalangan Bangsawan (Raja).Persoalan proses perancangan bangunan Bola Soba menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuknya.Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi (membangun) Arsitektur Bugis dan kaidah proporsi.Rasa estetika dalam arsitektur didasarkan pada elemen –elemen dan prinsip-prinsip perancangan yang bisa dijelaskan secara rasional salah satunya adalah prinsip proporsi. Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Bugis), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis perhitungan rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Temuan penelitian ini berupa besaran rasio dasar yang digunakan sebagai acuan perbandingan bagian-bagian detail bangunan dalam bangunan Bola Soba di Kota Watampone.Proporsi 1:1,23 dengan elemen Sulapa Appa menjadi temuan akhir dan diyakini sebagai dasar ukuran perhitungan proporsi dalam bangunan Bola Soba.Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur vernakular Bugis memiliki dasar ukuran dalam proses perancangannya.Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan penelitian lanjutan, termasuk karya vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan Bangsawan/Raja Bugis.Secara historis,kerajaan Bugis pernah menjadi kerajaan yang tangguh di zamannya memiliki peradaban tersendiri berupa peninggalan Arsitektur Bangunan.Ada empat kerajaan besar yang menjadi wilayah Bugis yaitu Kerajaan Luwu,Kerajaan Bone,Kerajaan Soppeng dan Wajo. This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions studys components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.
MAKNA RUMAH CARAHULU KOMERING SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK Iskandar, Iskandar Iskandar; Suprapti, Atiek; Rukayah, R Siti
Jurnal Arsir Vol 1, No 2 (2017): ARSIR
Publisher : Jurnal Arsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah Carahulu Komering merupakan salah satu rumah vernakular yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Rumah ini merupakan rumah asli Suku Komering. Rumah Carahulu bentuknya memiliki kekhasan tersendiri salahsatunya atapnya berbentuk pelana segitiga menjulang tinggi, memiliki bentuk bidang ruang berbentuk kubus, pintu utama dan jendela utama berbentuk gerbang bermahkota serta memiliki ragam hias ukiran yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna dari unsur-unsur bentuk Rumah Carahulu melalui pendekatan Semiotik. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian kualitatif melalui pendekatan metode Rasionalistik atau Post Positivistik dengan landasan teori tentang Makna dan teori tentang Semiotik.Pengambilan data primer dilakukan dengan cara mengamati secara seksama terhadap objek rumah, melakukan wawancara dengan keturunan pemilik rumah, tokoh masyarakat, wawancara dan sesepuh desa. Pengambilan data sekunder melalui data sejarah Suku Komering berupa buku penelitian terdahulu. Rumah Carahulu Komering memiliki makna dari unsur-unsur bentuknya yaitu makna nostalgia akan tanah leluhur sebagai Mountain People (Manusia Gunung) dan makna regenerasi hidup, makna keyakinan Suku Komering terhadap akidah Islam bahwa dakwah Islam untuk Keluarga hal yang mutlak, makna filosofis hidup Suku Komering bahwa kejadian di muka bumi selalu berpasangan serta makna pesan moral melalui sifat karakter flora, geometris dan kaligrafi. Rekomendasi untuk Pemerintah supaya Rumah Carahulu Komering dimasukan sebagai Benda Cagar Budaya. Rekomendasi untuk Iptek, agar Rumah Carahulu Komering dilakukan penelitian lebih lanjut bidang Arsitekur lainnya, bidang Building Science dan Bidang Struktur Konstruksi. Komering house is one of the vernacular houses in the South Sumatra province. This house is a home to Komering native tribes . The house has a peculiarities shape one of them saddle-shaped roof towering triangle, has a cube-shaped space field, the main door and windows have an ornament like the crown-shaped with a decorative unique carving. This study aimed to explore the meaning of form elements Carahulu house through a semiotic approach. The research used a qualitative method with Rationalistic Research approach or Post positivistic methods with the theoretical basis of the meaning and the theory of semiotics. The primary data is collect by carefully observing of the house, doing interviews with the descendants of homeowners, community leaders, interviews and village elders. Secondary data retrieval through the historical data from a book and Parts Komering previous research. The Carahulu Komering house has the meaning of the elements of shape that is nostalgia for the ancestral lands as Mountains Man and the meaning of regeneration of life, the meaning of Komering Tribe faith against the Islamic religion that Islamic missionary for Family absolutes right, the philosophical meaning of Komering Tribe that everything happens on earth are always in pairs and meaning of moral messages through character of floral, geometric and calligraphy. Recommendations for the Government to Komering Carahulu house included as Objects of Cultural Property. Recommendations for science and technology, to conduct Carahulu Komering house further research especially in architectural fields, Building Science and Structure Construction
BENTUK DAN PROPORSI PADA PERWUJUDAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BUGIS Sani, Andi Asrul; Supriyadi, Bambang; Rukayah, R.Siti
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v17i2.6885

Abstract

This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions study's components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.Penelitian ini mengangkat Arsitektur Vernakular Bugis dengan studi kasus Bola Soba Kota Watampone sebagai wujud karya kalangan Bangsawan (Raja).Persoalan proses perancangan bangunan Bola Soba menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuknya.Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi (membangun) Arsitektur Bugis dan kaidah proporsi.Rasa estetika dalam arsitektur didasarkan pada elemen –elemen dan prinsip-prinsip perancangan yang bisa dijelaskan secara rasional salah satunya adalah prinsip proporsi. Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Bugis), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis perhitungan rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Temuan penelitian ini berupa besaran rasio dasar yang digunakan sebagai acuan perbandingan bagian-bagian detail bangunan dalam bangunan Bola Soba di Kota Watampone.Proporsi 1:1,23 dengan elemen Sulapa Appa menjadi temuan akhir dan diyakini sebagai dasar ukuran perhitungan proporsi dalam bangunan Bola Soba.Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur vernakular Bugis memiliki dasar ukuran dalam proses perancangannya.Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan penelitian lanjutan, termasuk karya vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan Bangsawan/Raja Bugis.Secara historis,kerajaan Bugis pernah menjadi kerajaan yang tangguh di zamannya memiliki peradaban tersendiri berupa peninggalan Arsitektur Bangunan.Ada empat kerajaan besar yang menjadi wilayah Bugis yaitu Kerajaan Luwu,Kerajaan Bone,Kerajaan Soppeng dan Wajo. This research lifting Vernacular Architectural Bugis with case studies Bola Soba State Watampone as part of the work of Duke ( King ). The issue building design process Bola Soba into focus through all proportions study's components constituent. Base his study , in addition to an understanding of the essence vernacular, the need of understanding also his tectonics, tradition ( build ) Architecture Bugis and rules proportion.the feel aesthetics in architecture is based on the elements and principles of design that can be explained rationally one of which is the principle of proportion. Leaning on his study approach: all characteristics of vernacular ( Bugis ) , visual and numerical portrait (measurement dimension ) objects. Images are visual and numerical reference database for reconstruction  groups object to the graphic data and figures. Analysis of calculation of the ratio  proportion to his assisted Software Microsoft Excel and SPSS ( Statistical Product and Service Solution). The findings of this research form the basic of the ratio of the amount used as a reference for comparison of the parts of the building detail in the building in the city of Bola Soba in Watampone. Proportion 1 : 1.23 with Sulapa Appa element and is believed to be the final findings as the basic for the size calculation of the proportion of the building Bola Soba. Implications of the findings could be early reference ( hypothesis ) , that the work of vernacular architecture Bugis embodiment has a basic size its design. Reference process is certainly still need to be explored with further research, including the work of other vernacular which created by the Duke / King Bugis. In historically, kingdom Bugis had been a formidable kingdom in his day which civilization has its own form of architecture heritage building. There are four great kingdoms that became the Bugis area is the kingdom of Luwu, kingdom of Bone, the kingdom of Soppeng and Wajo.
MAKNA RUMAH CARAHULU KOMERING SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK Iskandar, Iskandar Iskandar; Suprapti, Atiek; Rukayah, R Siti
Arsir Vol 1, No 2 (2017): Arsir
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v1i2.878

Abstract

Rumah Carahulu Komering merupakan salah satu rumah vernakular yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Rumah ini merupakan rumah asli Suku Komering. Rumah Carahulu bentuknya memiliki kekhasan tersendiri salahsatunya atapnya berbentuk pelana segitiga menjulang tinggi, memiliki bentuk bidang ruang berbentuk kubus, pintu utama dan jendela utama berbentuk gerbang bermahkota serta memiliki ragam hias ukiran yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna dari unsur-unsur bentuk Rumah Carahulu melalui pendekatan Semiotik. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian kualitatif melalui pendekatan metode Rasionalistik atau Post Positivistik dengan landasan teori tentang Makna dan teori tentang Semiotik.Pengambilan data primer dilakukan dengan cara mengamati secara seksama terhadap objek rumah, melakukan wawancara dengan keturunan pemilik rumah, tokoh masyarakat, wawancara dan sesepuh desa. Pengambilan data sekunder melalui data sejarah Suku Komering berupa buku penelitian terdahulu. Rumah Carahulu Komering memiliki makna dari unsur-unsur bentuknya yaitu makna nostalgia akan tanah leluhur sebagai Mountain People (Manusia Gunung) dan makna regenerasi hidup, makna keyakinan Suku Komering terhadap akidah Islam bahwa dakwah Islam untuk Keluarga hal yang mutlak, makna filosofis hidup Suku Komering bahwa kejadian di muka bumi selalu berpasangan serta makna pesan moral melalui sifat karakter flora, geometris dan kaligrafi. Rekomendasi untuk Pemerintah supaya Rumah Carahulu Komering dimasukan sebagai Benda Cagar Budaya. Rekomendasi untuk Iptek, agar Rumah Carahulu Komering dilakukan penelitian lebih lanjut bidang Arsitekur lainnya, bidang Building Science dan Bidang Struktur Konstruksi. Komering house is one of the vernacular houses in the South Sumatra province. This house is a home to Komering native tribes . The house has a peculiarities shape one of them saddle-shaped roof towering triangle, has a cube-shaped space field, the main door and windows have an ornament like the crown-shaped with a decorative unique carving. This study aimed to explore the meaning of form elements Carahulu house through a semiotic approach. The research used a qualitative method with Rationalistic Research approach or Post positivistic methods with the theoretical basis of the meaning and the theory of semiotics. The primary data is collect by carefully observing of the house, doing interviews with the descendants of homeowners, community leaders, interviews and village elders. Secondary data retrieval through the historical data from a book and Parts Komering previous research. The Carahulu Komering house has the meaning of the elements of shape that is nostalgia for the ancestral lands as Mountains Man and the meaning of regeneration of life, the meaning of Komering Tribe faith against the Islamic religion that Islamic missionary for Family absolutes right, the philosophical meaning of Komering Tribe that everything happens on earth are always in pairs and meaning of moral messages through character of floral, geometric and calligraphy. Recommendations for the Government to Komering Carahulu house included as Objects of Cultural Property. Recommendations for science and technology, to conduct Carahulu Komering house further research especially in architectural fields, Building Science and Structure Construction
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ALUN-ALUN KOTA BANDUNG SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK Wibowo, Heru; Rukayah, R. Siti; Suprapti, Atiek
TEKNIK Vol 36, No 1 (2015): (Juli 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.505 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i1.7268

Abstract

Bandung merupakan sebuah kota yang strategis yang memiliki nilai sejarah yang cukup panjang dalam masa perjuangan. Alun alun Bandung merupakan hasil warisan ciri kota tradisional yang dibangun oleh penguasa kolonial yang merupakan pusat ruang terbuka kota. Dari masa kemasa Alun-alun kota Bandung telah mengalami beberapa kali perubahan, baik bentuk maupun fungsinya sehingga mengakibatkan degradasi makna terhadap fungsinya bagi masyarakat Kota Bandung itu sendiri. Maka fenomena tersebut mengarahkan kepada pertanyaan penelitian yaitu bagaimana persepsi masyarakat terhadap Alun-alun Kota Bandung ditinjau sebagai ruang terbuka publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Alun-alun Kota Bandung. Dari tujuan tersebut maka sasaran yang dilakukan adalah mengidentifikasi karakter dan fungsi ruang terbuka publik yaitu fungsi ekologis, arsitektural, dan sosial. Dari hasil analisis dengan menggunakan kuesioner yaitu uji sampel dengan regresi linear sederhana dengan pendekatan analisis pengguna dan analisis karakteristik ruang terbuka publik. Hasil penelitian ini menghasilkan penilaian baik terhadap korelasi variabel bebas yaitu persepsi masyarakat terhadap variabel terikat yaitu Alun-alun Kota Bandung, setiap kali pertanyaan yang berkenaan dengan Persepsi masyarakat terhadap Alun-alun Kota Bandung akan mempengaruhi nilai hasil pengujian yang cenderung meningkat akan keberadaan Alun-alun itu sendiri. Hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk mengangkat kembali citra Alun-alun Kota Bandung sebagai ruang publik atau (Central Square).[Public Perception of The Alun-alun Bandung as Public Open Space] Bandung is a city that has a value that strategic long history in the struggle. Alun Bandung square is the result of inherited traits of traditional town built by the colonial rulers which is the center of the city open space. Over time, Bandung town square has undergone several changes, both form and function, resulting in degradation of the meaning of the function for the city of London itself. The phenomenon then leads to the research question is how the public perception of the square is the city of Bandung reviewed as public open space for the present study tries to analyze the function of the existence of Bandung City Square as a public space. The purpose of this study was to determine the public perception of the square is the city of Bandung. From these objectives, the target does is identify the character and function of public open space that is the function of ecological, architectural and social. From the analysis by using a questionnaire that test samples with a simple linear regression analysis approach and analysis of the characteristics of users of public open space. The results of this study resulted in better assessment of the correlation of the independent variable is the public perception of the dependent variable is the town square of Bandung, every time queries regarding the public's perception of the town square Bandung will affect the value of the test results are likely to increase in the existence Square itself. the results of this study can be used to lift the image of Bandung city square as a public space or (Central Square). 
CONSUMER PREFERENCE IN TYPE OF HOUSE APPEARANCE OFFERED BY HOUSING DEVELOPER IN SEMARANG Khalifah, Ali Alsharef Khlil; Pandelaki, Edward E.; Rukayah, Siti
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.862 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8716

Abstract

Persaingan tajam antara bisnis properti perusahaan meningkat seiring dengan bertambahnya populasi dengan meningkatnya kebutuhan rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis preferensi konsumen tentang penampilan rumah yang ditawarkan oleh pengembang perumahan di Semarang. Populasi dalam penelitian ini pengunjung dari pameran perumahan diselenggarakan di beberapa Mall di Semarang. Teknik analisis yang digunakan adalah persepsi responden tentang preferensi konsumen dalam jenis penampilan rumah dengan analisis deskriptif karena dalam analisis deskriptif akan mencerminkan pendapat sebenarnya dari responden penelitian. Berdasarkan hasil dan analisis, kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Jenis rumah yang konsumen paling sukai adalah tipe minimalis dan yang kedua adalah tipe Vernakular. Hal ini karena bentuk Minimalist yang ramping dan menarik di hampir setiap ruang. Tipe Minimalis juga memiliki keunikan yang sangat sederhana dan menarik juga modern. Jenis minimalis sangat populer dan harga yang lebih rendah. Sementara itu, jenis vernakular lebih hampir oleh pengusaha yang berasal dari masyarakat kelas tinggi dan mereka mengatakan jenis vernakular besar dan mewah, juga georgeous. [Title: Consumer Preference in Type of House Appearance Offered by Housing Developer in Semarang] Competition among companies property enhances along with increasing population coupled with the increasing needs of house. The purpose of this study is to analyze the consumer preference in type of house appearance offered by housing developer in Semarang. The method used in this research is qualitative methods because the qualitative methods more better in explaining the phenomena in practices. The analytical method used is depending on respondent perception about consumer preference in type of house appearance with descriptive analysis. The house type that the consumer prefer mostly is minimalist type and the second is Vernacular type. This is because the spare and streamlined is charming in almost any space.
PENGARUH ALIH FUNGSI BANGUNAN CAGAR BUDAYA LAWANG SEWU SEMARANG DALAM PERSEPSI MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN REVITALISASI Maryati, Iin; Rukayah, Siti; Sudarwanto, Budi
TEKNIK Vol 36, No 1 (2015): (Juli 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.78 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i1.8395

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi karena Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Semarang yang layak untuk direvitalisasi dalam upaya melestarikannya dan agar tetap fungsional. Telah banyak berbagai usulan alih fungsi Lawang Sewu, diantaranya adalah menjadi hotel, pusat perbelanjaan dan menjadi perkantoran. Pada tahun 2009 diputuskan untuk direvitalisasi menjadi galeri, temporary exhibition room dan menjadi objek wisata heritage. Kemudian dari hal-hal tersebut muncul sebuah tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya pengaruh alih fungsi menjadi temporary exhibition room, gallery, dan tetap menjadi objek wisata heritage dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif rasionalistik. Melakukan pengumpulan data salah satunya menggunakan kuesioner yang disebar pada responden. Kemudian diuji menggunakan beberapa langkah uji statistik, salah satunya dengan uji path analysis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh alih fungsi sebagai variabel mediator dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi. Pemaknaan hasil temuan menunjukan adanya pengaruh alih fungsi dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi yang dijelaskan berdasarkan teori yang telah dipaparkan dalam kajian pustaka serta kondisi di lapangan. Kesimpulan yang dapat diperoleh dengan adanya pengaruh alih fungsi dalam persepsi masyarakat untuk mewujudkan tujuan revitalisasi adalah aspek-aspek alih fungsi harus diperhatikan dengan serius bagi berbagai pihak yang akan melakukan kegiatan revitalisasi.[The Influences of Revitalization Heritage Building Lawang Sewu Semarang in Public Opinion to Realize Revitalization Purpose] Lawang Sewu is one of heritage building in Semarang which suitable to have a conservation, especially revitalization to keep the existency of the building. There are a lot of opinions to revitalize Lawang Sewu. Between 2004-2006 this site is going to be used as a hotel, shopping center and full office. Finally in 2009 there was a conclution that Lawang Sewu would be revitalized into gallery, temporary exhibition room and heritage tourist destination. One of the purpose of revitalization is the type of function could give benefits for public, and the heritage building doesn’t become an exclusive place. So the new function that selected has to be a support for the revitalization purpose (Priatmojo, 2009). Thats all the background of this research.The research method that be used is quantitative method. From collecting data’s and using questionnaire for the respondences. The next step is testing those data’s with several test which one of them is path analysis or called Sobel test. Path analysis is an analytic system to see whether the influence of the new function in a heritage building exist as a mediator variable in public opinion to realize revitalization purpose.The result shows that there is influences of a new function in public opinion to realize revitalization purpose. It is explained and based the theory which has been explained in review of the literature and the real situation. It comes to the conclusion that influences is the aspect which need to be taken seriously by who does the revitalization.
TIPOLOGI DAN KONSEP INTEGRASI PADA LINGKUNGAN BANGUNAN PENDIDIKAN DENGAN KARAKTER ARSITEKTUR KOLONIAL DI JALAN KARTINI KOTA SALATIGA Setyoaji, Sigit Ashar; Rukayah, R. Siti; Supriadi, Bambang
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2989.598 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.9020

Abstract

Bangunan cagar budaya adalah bangunan yang secara arsitektural memiliki kekhasan baik dari nilai arsitektural, estetika dan mewakili suatu simbol kebudayaan. Bangunan pendidikan di Jalan Kartini Salatiga merupakan sebuah komplek bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Salatiga, merupakan peninggalan kolonial Belanda, sehingga tidak mengherankan apabila bangunan tersebut memiliki karakter arsitektur kolonial yang membentuk identitas yang khas pada kawasan tersebut. Pembangunan selasar pendidikan di Jalan Kartini Kota Salatiga tidak terlepas dari status Kota Salatiga sebagai Kota Gemeente yang membuat Kota Salatiga maju dalam pembangunan fasilitas kotanya termasuk fasilitas pendidikan di Jalan Kartini yang diperuntukkan untuk orang pribumi. Perlu kiranya kini dilakukan sebuah studi mengenai tipologi dan konsep integrasi kawasan mengingat bangunan tersebut merupakan bangunan cagar budaya yang berada pada satu kawasan yang berdekatan, sebagai upaya peran aktif pelestarian bangunan cagar budaya dari segi akademis arsitektur. Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai tipologi dan konsep integrasi pada kawasan bangunan pendidikan di Jalan Kartini Salatiga digunakan metode rekonstruksi baik secara bangunan maupun secara kawasan yang dilakukan dengan mencari data kesejarahan berupa foto maupun wawancara kepada narasumber yang kompeten. Dalam penelitian ini diketahui bahwa bangunan pendidikan di Jalan Kartini Salatiga merupakan tipologi bangunan arsitektur kolonial modern yang tidak memiliki integrasi dalam konsep penataan kawasannya.   [Title: Typologi and Integration Concept of Educational Building and Character of Colonial-based Architecture at Kartini’s Street Salatiga] Heritage building is a building that has a specific kind of architectural value, aesthetic and represent of cultural values. Educational buildings at Kartini street Salatiga is a complex of heritage buildings located in Salatiga, its a Dutch colonial heritage, so it is not surprising that the buildings has architecture colonial character that forms a distinctive identity in that region. The development of education corridor in Kartini Street Salatiga cannot be sepparated that city’s statusas a Gemeente city that makes the failities development in its citywas grow up rapidly, included educational facilities in Salatiga street, that build for home-grown peoples. It wolud need to know that doing a study about the typology and regional integration concept in view that the buildings is a heritage buildings that located on the adjacent region, as an active role of heritage building preservation in terms of academic architecture. This research used reconstruction method, both building reconstruction and region reconstruction, to answer the research question about the typology and integration concept in heritage buildings at Kartini street Salatiga, that conducted with found the data from the historical photos and interviews with competent respondent. Theconclusions of this research is the educational buildings on the Kartini street Salatiga has modern colonial architecture typologies and that do not have an integration concept in the arrangement region.
KONSEP WATERFRONT PADA PERMUKIMAN ETNIS KALI SEMARANG Sarinastiti, Ajeng; Rukayah, R. Siti; Murtini, Titin Woro
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2568.36 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.7023

Abstract

Kali Semarang sebagai sungai bersejarah di Semarang, dahulu memiliki fungsi transportasi yang membelah perekonomian dan pertahanan kota. Bermacam etnis pedagang tinggal di sekitarnya hingga daerah tersebut menjadi permukiman etnis. Contohnya Kampung Melayu, etnis Tionghoa pada Kampung Pecinan, etnis Arab pada Kampung Kauman, serta Kampung Sekayu. Dan juga Kawasan Kota Lama sebagai daerah bersejarah dalam masa pemerintahan Kota Semarang. Kali Semarang memberi pengaruh fungsi waterfront pada permukiman tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep waterfront pada permukiman etnis Kali Semarang, yaitu Kampung Melayu, Kawasan Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Kauman, dan Kampung Melayu. Diperlukan eksplorasi dan deskripsi keadaan yang mendalam untuk mengidentifikasikan informasi baru pada lokasi penelitian dengan konsep atau teori yang menjelaskan fenomena yang akan terjadi. Metode kualitatif rasionalistik digunakan dengan landasan teori mengenai waterfront dan permukiman etnis disertai dengan pengumpulan data melalui studi literatur dari berbagai sumber, observasi lapangan langsung, dan pertanyaan mendalam kepada key person. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya Kampung Melayu dan Kawasan Kota Lama yang pada awal mulanya menggunakan konsep waterfront karena lokasinya merupakan kawasan pelabuhan, pergudangan, dan perdagangan. Kampung Pecinan sebagai kawasan perdagangan, serta Kampung Kauman dan Kampung Sekayu sebagai permukiman tidak menggunakan konsep waterfront.[Title: Waterfront Concept on Ethnic Settlement in Kali Semarang] Kali Semarang, as a historical river in Semarang, has function as transportation to support the economy and city. Many ethnic traders settled around, so that area becomes ethnic settlement, such as Kampung Melayu, Chinese ethnic in Kampung Pecinan, Arabian ethnic in Kampung Kauman, and Kampung Sekayu, and Kota Lama areas as historical area in Semarang’s government era. The Kali Semarang giving influence of the waterfront function of those area. This paper purposes to understand waterfront concept of ethnicity settlement around Kali Semarang, such as: Kampung Melayu, Kawasan Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Kauman, and Kampung Melayu. Exploration and deeper situations description are needed to identify new informations in respected location completed with concept or theories that explain the phenomenon. The qualitative rationalistic method is used for explaining theoritical basis regarding waterfront and ethnical settelement by data collecting through literature study, field observation, and key person question. The result of this research shows that Kampung Melayu and Kota Lama are pioneer to use the waterfront concept because of it location constitute as sea port area, warehouse, and commerce. Kampung Pecinan as a commerce area, Kampung Kauman and Kampung Sekayu, as settlement, did not use the waterfront concept.
Co-Authors Abdullah Ali Abdurrahman Ibnu Auf, Abdurrahman Ibnu Abdurrohman Ibnu Auf, Abdurrohman Ibnu Agung Budi Sardjono Agung Nugroho Ajeng Sarinastiti, Ajeng Ali Alsharef Khlil Khalifah, Ali Alsharef Khlil Ali, Abdullah Alin Pradita Agustin Andi Asrul Sani, Andi Asrul Annica Etenia Annica Etenia Annica Etenia Arief Satya Wijaya Arief Satya Wijaya Arieska Avianda Rachmayanie Ashri Amalia Hadi, Ashri Amalia Atiek Suprapti Atiek Suprapti Budiarto atik suprapti Bagus Wahono, Bagus Bambang Setioko Bambang Supriadi Bambang Supriadi Bambang Suprijadi Bambang Supriyadi berliana narimala Budi Sudarwanto Deni Wahyu Setiawan deni wibawanto Dewanggo Haryo Paramtopo Dewi Astuti Diana Susilowati disa ceria Djoko Indrasaptono Edward E. Pandelaki, Edward E. Edward Endrianto Pandelaki Fahmi Syarif Hidayat Fahmi Syarif Hidayat fathulia fatmatina Frisca Ajengtirani Ardiniken Fristy Sulistiani Gagoek Hardiman Giovano, Fariz Addo Glandisepa Chahyanita Dargayana Harsritanto, Bangun Indrakusumo Radityo Heru Wibowo Huda Muhammad Basalamah Iin Maryati, Iin Iskandar, Iskandar Iskandar Iskandar, Iskandar Iskandar Joesron Alisyahbana, Joesron Kristiani Budi Lestari Lia Rosmala Schiffer Lia Rosmala Schiffer Loretta Ernadia Lutfiana, Nuraini luthfan alfarizi, luthfan Mira Fitriana Mohammad Sahid Indraswara Mudhofar Muffid Muhammad Abdullah Muhammad Abdullah Muhammad Abdullah Muhammad Haramain Muhammad Qadaruddin Naufal Kresna Diwangkara Nunuk Juli Sufiati nurul kusumaningrum Pancawati Dewi Permata Widianingrum Puteri Iskandar Rany, Azhar Hasna Reangga Perkasa, Reangga Rohman Eko Santoso Septana Bagus Pribadi Sigit Ashar Setyoaji, Sigit Ashar Stella Prita Anugeraheni Sudarmawan Juwono Sudarmawan Juwono Sugiono Sutomo, Sugiono Suhargo Tri H. Suzana Ratih Sari Suzanna Ratih Sari Suzzana Ratih Sari titien murtini Titien Woro Murtini Titien Woro Murtini Titien Woro Murtini Titien Woro Murtini Titien Woro Murtini, Titien titin murtini, titin Titin Woro Murtini Untung Mujiono Wijayanti . Yudi Nugraha Bahar YUUSHIINA DINI HAPSARI, YUUSHIINA DINI