Claim Missing Document
Check
Articles

DEPRESI DAN STIGMA TB DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU Endria, Vika; yona, sri
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.89 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v3i1.151

Abstract

Penyakit tuberkulosis paru dapat menimbulkan penurunan terhadap kualitas hidup pasien TB Paru. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adanya depresi yang dialami pasien TB Paru akibat proses penyakit dan stigma negatif terhadap penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan depresi dan stigma dengan kualitas hidup pasien tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan OAT. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik korelatif yang menggunakan pendekatan desain cross sectional. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan OAT di poli paru RSUP Persahabatan. Teknik pengambilan sampling yang digunakan teknik concecutive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 96 responden. Data dianalisis dengan uji analisa univariat dan bivariat, hasil uji bivariat menggunakan pearson menunjukan hasil  p = 0,000 (p < 0,05) Berdasarkan hasil tersebut terdapat adanya hubungan adepresi dan kualitas hidup serta stigma dan kualitas hidup pasien tuberkulosis paru. Hasil penelitian tersebut direkomendasikan untuk melakukan deteksi dini depresi dan stigma pada pasien poliklinik oleh perawat.
EFEKTIFITAS MANDI CHLORHEXIDINE GLUCONATE TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN HAIs: LITERATURE REVIEW Atnawanty, Tia; Yona, Sri; Maria, Riri
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v4i2.234

Abstract

INTISARI : Latar Belakang: Insiden Health-care Associated Infections (HAIs) atau infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan di dunia semakin meningkat sehingga menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan biaya tinggi bagi rumah sakit. Klorheksidin glukonat sebagai antiseptik dengan aktivitas antimikroba spektrum luas telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian sebagaiABSTRAKLatar belakang: Penyakit infeksi di fasilitas kesehatan atau disebut juga Healthcare Associated Infections (HAIs) menjadi masalah besar yang masuk ke rumah sakit karena dapat meningkatkan angka morbiditas (kesakitan), angka mortalitas (kematian) dan menambah biaya perawatan yang besar bagi rumah sakit. Chlorhexidine gluconate sebagai antiseptik dengan aktivitas antimikroba spektrum luas merupakan komponen penting dalam pencegahan infeksi. Rutinitas mandi harian di perawatan kritis dan intensif dan mandi sebelum operasi dengan sabun Chlorhexidine gluconatetelah menurunkan infeksi aliran darah, infeksi daerah operasi dan akuisi organisme patogen berbahaya dan resisten yang terdapat di rumah sakit. Namun karena belum konsistennya hasil penelitian terkait hal ini, akibatnya mandi Chlorhexidine belum dilakukan secara universal sebagai prosedur tetap dan masih menyisakan sampai sekarang. Kajian literatur ini bertujuan untuk menilai efektifitas mandi Chlorhexidine gluconate terhadap penurunan kejadian infeksi yang berkaitan dengan kesehatan dan mikroorganisme penyebabnya.Metode: Penulis melakukan pencarian literatur dengan mengumpulkan beberapa artikel terindeks yang berhubungan dengan topik yang diangkat menggunakan database seperti Clinical key, Elsevier, ProQuest , dan ScienceDirect dengan kata kunci chlorhexidine gluconate, chlorhexidine bathing, health care related infeksi .Hasil: Dari 3871 artikel umum, dilakukan penyaringan menjadi 269 artikel yang terkait, dikumpulkan sebanyak 16 artikel yang sesuai dengan topik dan 8 artikel yang sesuai kriteria sebagai bahan kajian literatur.Kesimpulan: Penulis menyimpulkan bahwa mandi dengan Chlorhexidine gluconate secara rutin penerapan “ bundles ” pencegahan dapat menurunkan prevalensi mikroorganisme berbahaya termasuk kuman patogen yang resisten terhadap antimikroba, namun efektifitas biaya, integritas kulit dan resistensi tetap harus. Kata kunci: chlorhexidine gluconate, mandi chlorhexidine, infeksi terkait perawatan kesehatan ABSTRAKLatar Belakang: Infectious diseases in health facilities also known as Healthcare Associated Infections (HAIs) are major problem facing hospitals because they can increase morbidity rates (pain), mortality rates (deaths) and increase the cost of care for hospitals. Chlorhexidine gluconate as an antiseptic with broad spectrum antimicrobial activity is an important component in infection prevention. Daily bathing routine in critical or intensive care and pre-surgery showers with Chlorhexidine soap have reduced bloodstream infections, surgical area infections and the acquisition of harmful and resistant pathogenic organisms found in hospitals. However, due to the inconsistency of research results related to this matter, as a result chlorhexidine bathing has not been done universally as a permanent procedure and still leaves debate until now. This literature review aims to assess the effectiveness of chlorhexidine gluconate baths in reducing the incidence of infections related to health services and their causative microorganisms. Metode: Penulis melakukan pencarian dengan mengumpulkan beberapa artikel terindeks yang berhubungan dengan topik yang diangkat dari beberapa database seperti Clinical keys, Elsevier, ProQuest dan ScienceDirect dengan kata kunci chlorhexidine gluconate, chlorhexidine bathing, perawatan kesehatan terkait infeksi .Hasil: Dari 3871 artikel umum yang disaring menjadi 269 artikel terkait, didapatkan sebanyak 16 artikel yang sesuai dengan topik dan 8 artikel yang memenuhi kriteria sebagai bahan studi literatur.Kesimpulan: Penulis menyimpulkan bahwa mandi dengan klorheksidin glukonat secara rutin dengan aplikasi “bundel” pencegahan infeksi dapat menurunkan prevalensi mikroorganisme berbahaya termasuk patogen resisten antimikroba, namun pertimbangan efektivitas biaya, integritas kulit, dan resistensi tetap harus diperhatikan. Kata kunci: klorheksidin glukonat, mandi klorheksidin, infeksi terkait perawatan kesehatankomponen tant dalam pencegahan infeksi di unit perawatan pasien. Salah satunya dengan rutinitas mandi sehari-hari di ruang perawatan kritis / intensif dan mandi sebelum operasi dengan sabun klorheksidin telah mengurangi infeksi aliran darah, infeksi area operasi dan didapatnya organisme patogen berbahaya dan resisten yang terdapat di rumah sakit. Namun karena ketidakkonsistenan hasil penelitian terkait hal tersebut, akibatnya mandi klorheksidin belum dilakukan secara universal sebagai prosedur permanen dan masih menyisakan perdebatan hingga saat ini. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menilai keefektifan mandi klorheksidin glukonat dalam mengurangi kejadian infeksi yang berkaitan dengan layanan kesehatan dan mikroorganisme penyebabnya.Metode: Metode yang digunakan adalah penelusuran literatur baik nasional maupun internasional yang dilakukan dengan menggunakan database Clinical keys, Elsevier, ProQuest, dan lain-lain.Hasil: Dari hasil pencarian diperoleh sebanyak 22 artikel terkait yang dijadikan studi literatur.Kesimpulan: Penulis menyimpulkan bahwa mandi dengan klorheksidin glukonat secara rutin dengan aplikasi “bundel” pencegahan infeksi dapat menurunkan prevalensi mikroorganisme berbahaya termasuk patogen resisten antimikroba, namun pertimbangan efektivitas biaya, integritas kulit, dan resistensi tetap harus diperhatikan.
Fatigue, Depresi, Terhadap Kualitas Hidup Pada Pasien Hemodialisa Nia Khusniyati; Sri Yona; I Made Kariasa
Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.757 KB) | DOI: 10.32807/jkt.v1i2.30

Abstract

AbstrakFatigue dan depresi merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien hemodialisa dan dapat mempengaruhi buruknya kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan fatigue dan depresi dan hubungannya terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisa. Hasil penelitian ini dari sebanyak 105 pasien sebagian besar pasien (57,1%) mengalami fatigue dan sebagian pasien tidak mengalami depresi (67.6%). Penelitian ini menghubungkan dengan kualitas hidup dan didapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara fatigue, depresi terhadap kualitas hidup (p=0.000 dan p=0.001). Depresi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa (koef B=4.868).Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya deteksi awal depresi dan upaya promotif dan preventif untuk meminimalisir terjadinya depresi pada pasien hemodialisa. 
Latihan Relaksasi Otot Progresif Dalam Mengatasi Respon Fisik dan Psikologis Pasien Bedah: Literature Review Meta Agil Ciptaan; Ratna Sitorus; Sri Yona
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 11 (2020): Nomor Khusus Maret-April 2020
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf11nk205

Abstract

Surgery is a stressful experience for the patient. Surgery does not only affect the physical but also psychological impact on patient outcomes after surgery. So far, the psychological responses of perioperative patients is less attention than the physical responses. The Purpose of this study to see the effects of progressive muscle relaxation on the physical and psychological responses of surgical patients. This literature review was conducted from online database such as EBSCHO-host, ScienceDirect, ProQuest, Pubmed, SAGE, Scopus and Wiley Online Library. The articles was published between 2014-2019 finding 10 relevant journals. The results were progressive muscle relaxation’s effects on physical such as improved hemodynamic, cortisol, pain and improved sleep quality. While this relaxation’s effects on psychological responses on surgical patients such as decreased anxiety and depression, and improved self-efficacy and quality of life. Progressive muscle relaxation was effective,relatively inexpensive and had no negative effects. Therefore, progressive muscle relaxation can be used as an effective and efficient non-pharmacological therapy for patients in the perioperative period. Keywords: surgery; physical; psychological; progressive muscle relaxation ABSTRAK Pembedahan merupakan pengalaman yang menimbulkan stres bagi pasien. Tindakan pembedahan tidak hanya mempengaruhi fisik tetapi juga psikologi berdampak pada outcomes pasien pasca operasi. Selama ini respon psikologis pasien perioperatif kurang diperhatikan dibandingkan respon fisiknya. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap respon fisik dan psikologis pasien bedah. Literature review ini merupakan penulusuran dari online database seperti EBSCHO-host, ScienceDirect, ProQuest, Pubmed, SAGE, Scopus and Wiley Online Library. Penulusuran artikel yang diterbitkan dari 2014-2019 mendapatkan 10 artikel yang relevan. Hasilnya relaksasi otot progresif efektif mengurangi respon fisik pasien bedah seperti menstabilkan hemodinamik, menurunkan nyeri dan hormon kortisol, serta meningkatkan kualitas tidur. Sedangkan efek relaksasi ini terhadap respon psikologi pasien bedah dapat menurunkan kecemasan dan depresi, meningkatkan self efficacy dan kualitas hidup. Latihan relaksasi otot progresif efektif, relatif tidak mahal dan tidak memiliki efek negatif. Oleh sebab itu, Latihan relaksasi otot progresif dapat digunakan sebagai pendekatan non-farmakologis yang efektif dan efisien terhadap pasien perioperatif. Kata kunci: bedah; fisik; psikologis; relaksasi otot progresif
Intervensi Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri pada Prosedur Invasif Gde Yasa Antarika; Elly Nurachmah; Sri Yona
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12308

Abstract

Invasive procedures often cause pain which greatly affects the hemodynamic status of the patient. One of the non-pharmacological interventions that can be applied to treat pain during invasive procedures is music therapy. This study was conducted to review the evidence regarding the benefits of music therapy on patient pain in invasive procedures. Literature searches from online databases and evaluations of 14 articles that meet the inclusion and exclusion criteria have been carried out. Fourteen articles showed that music therapy had a significant effect on reducing pain intensity, increasing comfort and patient satisfaction. The type of music that is most widely used for therapy is classical music. Furthermore, it was concluded that music therapy is an effective intervention to reduce patient pain during invasive procedures. Keywords: music therapy; pain; invasive procedure ABSTRAK Prosedur invasif sering menimbulkan nyeri yang sangat berpengaruh terhadap status hemodinamik pasien. Salah satu intervensi non-farmakologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi nyeri saat prosedur invasif adalah terapi musik. Studi ini dilakukan untuk meninjau bukti mengenai manfaat terapi musik terhadap nyeri pasien pada prosedur invasif. Telah dilakukan penelusuran literatur dari online database dan evaluasi terhadap 14 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Empat belas artikel menunjukkan bahwa terapi musik berpengaruh signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri, peningkatan rasa nyaman dan kepuasan pasien. Jenis musik yang paling banyak digunakan untuk terapi adalah musik klasik. Selanjutnya disimpulkan bahwa terapi musik merupakan intervensi yang efektif untuk menurunkan nyeri pasien pada saat dilakukan prosedur invasif. Kata kunci: terapi musik; nyeri; prosedur invasif
Literature Review: Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Melitus Himmatul Khaira; Debbie Dahlia; Sri Yona
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12, No 4 (2021): Oktober 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12403

Abstract

Although education has been given, there are still behaviors that are not in accordance with self-management in diabetes. So this study aims to identify internal and external factors that influence self-management in diabetes mellitus patients. The process of selecting articles in this literature review used extensive searches on six databases, namely EBSCO, Scopus, Clinical Key, Science Direct, PubMed, and SAGE publication to obtain quantitative research reports between 2016 and 2020. Stages of selecting articles used the PRISMA model. Of the 529 articles identified, a screening was carried out to obtain 74 articles, then the eligibility which resulted in 11 articles. Identified internal factors were found in 10 of 11 articles including psychological conditions, depression, diabetes distress, experience regarding DM management that was not appropriate, knowledge of DM, low belief in intervention, self-efficacy, medication adherence, motivation, duration of illness, external factors. identified in 4 of 11 articles, namely family and friends (who helped/helpful family and friends, and harmful/harmful family and friends), support from health workers, education, and support roles outside the home (out-of-home informal support). Internal and external factors that exist in patients need to be known in order to help improve self-management in diabetes patients and overcome the obstacles they feel.Keywords: internal factors; external factors; diabetes self managementABSTRAKMeskipun edukasi telah diberikan namun masih terdapat perilaku yang belum sesuai dengan manajemen diri pada diabetes. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi manajemen diri pada pasien diabetes melitus. Proses pemilihan artikel pada literature review ini menggunakan pencarian ekstensif pada enam database yaitu EBSCO, Scopus, Clinical Key, Science Direct, PubMed, dan SAGE publication untuk mendapatkan laporan penelitian kuantitatif antara tahun 2016 hingga 2020. Tahapan pemilihan artikel menggunakan model PRISMA. Dari 529 artikel yang diidentifikasi, dilakukan screening sehingga didapatkan 74 artikel, kemudian eligibility yang menghasilkan 11 artikel. Faktor internal yang teridentifikasi terdapat dalam 10 dari 11 artikel diantaranya kondisi psikologis, depresi, distres diabetes, pengalaman mengenai manajemen DM yang belum sesuai, pengetahuan tentang DM, keyakinan yang rendah terhadap intervensi, efikasi diri, kepatuhan pengobatan, motivasi, durasi penyakit. Faktor eksternal yang teridentifikasi dalam 4 dari 11 artikel yaitu keluarga dan teman (yang menolong/helpful family and friends, dan yang membahayakan/harmful family and friends), dukungan tenaga kesehatan, edukasi, dan peran pendukung di luar rumah (out-of-home informal support). Faktor internal dan eksternal yang ada pada diri pasien perlu untuk diketahui agar dapat membantu meningkatkan manajemen diri pada pasien diabetes dan mengatasi hambatan yang dirasakannya.Kata kunci: internal factors; external factors; diabetes self management
Penerapan Terapi Psikologis dalam Menurunkan Tingkat Depresi pada Pasien Hemodialisis: Literature Review Dewiyanti Toding; Masfuri Masfuri; Sri Yona
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12304

Abstract

The prevalency of hemodialysis patient with depression was high but only a few of patients who experienced the symptoms of the depression were diagnosed and treated. Therefore, the study and treatment of depression is one of the highest priorities in health care in the hemodialysis unit. Although psychological therapy has been widely implemented in hemodialysis patients who were depressed, the effectiveness from psychological therapy particularly applied to hemodialysis patients in Indonesia has not been certainty. This article was intended to assess the effectiveness of psychological therapy on a decline in depression levels in hemodialysis patients. The study of the article was a literature study obtained through data retrieval on four online databases of Pubmed, Ebsco, Cocharane and Scopus with the inclusion criteria have randomized control trial (RCT) designs, full text, published in 2015-2020, and in English. In the search, there were 219 articles found later in the review on abstract according to the research purpose that followed 8 selected articles after quality assessment using Critical Appraisal Skills Programme guide. The 4 types of psychological therapy were cognitive behavioral therapy, psychoeducation, hemodialysis self-management and hope therapy are potentially applied in Indonesia. These modifications and combinations of interventions could be suggested as to further research to improve th effectivities of phisicological therapy on hemodyalisis patients who were depressed. Keywords: cognitive behavioral therapy; hemodialysis; self-management; hope therapy; intervention; psychoeducation ABSTRAK Prevalensi pasien hemodialisis yang mengalami depresi masih tinggi tetapi hanya sebagian kecil yang gejala depresinya didiagnosis dan ditangani. Oleh karena itu, kajian dan penanganan terhadap depresi merupakan salah satu prioritas utama dalam pelayanan kesehatan di unit hemodialisis. Meskipun terapi psikologis telah banyak digunakan pada pasien hemodialisis yang mengalami depresi, tetapi belum ada kepastian efektifitas dari terapi psikologis terutama untuk bisa diterapkan pada pasien hemodialisis di Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk menilai efektifitas terapi psikologis terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien hemodialisis. Penelitian artikel ini mengunakan kajian literatur yang diperoleh melalui pencarian pada 4 database online yaitu Pubmed, EBSCO, Cocharane dan Scopus dengan kriteria inklusi memiliki desain Randomized Control Trial (RCT), full text, dipublikasi tahun 2015-2020, dan berbahasa Inggris. Dalam pencarian ditemukan ada 219 artikel, kemudian di telaah yang sesuai dengan tujuan penelitian dan selanjutnya diperoleh 8 artikel terpilih setelah dilakukan penilain kualitas dengan menggunakan panduan Critical Appraisal Skills Programme (CASP). 4 jenis terapi psikologis yaitu cognitive behavioral therapy, psychoeducation, hemodialysis self- management dan hope therapy berpotensi untuk diterapkan di Indonesia. Modifikasi dan kombinasi dari berbagai intervensi ini disarankan untuk dilakukan pada penelitian selanjutnya untuk lebih meningkatkan efektivitas terapi psikologis pada pasien hemodialisis yang mengalami depresi. Kata kunci: cognitive behavioral therapy; hemodialisis; self-management; hope therapy; intervensi; psychoeducation
Keterbukaan Status HIV dan Penggunaan Kondom pada Pasangan HIV-SERODISCORDANT Aries Sulaiman; Sri Yona; Riri Maria
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12, No 2 (2021): April 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12221

Abstract

The number of sufferers incouples serodiscordant is greater than incouples seroconcordant (both HIV positive partners). Disclosure of HIV status or disclosure plays an important role in preventing transmission in seronegative partners. The purpose of this paper is to provide an overview of the relationship of disclosure or openness of HIV status (Human Immunodeficiency Virus) to one's partner and the use of condoms to the risk of transmission in HIV couples serodiscordant. This literature study used analysis of articles from several well-known databases namely Science Direct, ClinicalKey and EBSCO from 2008 to 2020. The keywords used when searching were disclosure and HIV serodiscordant and condom use. In this literature study, 16 articles were found that fulfilled the inclusion and exclusion criteria from 317 articles found. Some of the factors that make it difficult for an individual to be open about their status with their partners are anxiety about being abandoned, fear of being blamed, and divorce. Strengthening pre and post-test counseling properly can help resolve conflicts incouples serodiscordant. Until now, efforts to suppress transmission in negative couples have been using condoms. Keywords: HIV disclosure; HIV serodiscordant; condom use ABSTRAK Jumlah penderita pada pasangan serodiscordant lebih besar dibandingkan dengan pasangan seroconcordan (kedua pasangan positif HIV). Keterbukaan status atau disclosure berperan penting dalam mencegah transmisi pada pasangan yang seronegatif. Tujuan penulisan literatur review ini adalah untuk memberikan gambaran bagaimana hubungan keterbukaan status HIV (Human Immunodeficiency Virus) seseorang terhadap pasangannya dan penggunaan kondom terhadap resiko penularan pada pasangan HIV serodiscordant. Studi literatur ini menggunakan analisis artikel-artikel dari beberapa database yang ternama yaitu Science Direct, ClinicalKey dan EBSCO dari tahun 2008 sampai 2020. Kata kunci yang digunakan yaitu disclosure and hiv serodiscordant and condom use. Pada studi literatur ini didapatkan 16 artikel yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan ekslusi dari 317 artikel yang ditemukan. Beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya individu terbuka mengenai statusnya terhadap pasangannya adalah kecemasan akan ditinggalkan, takut disalahkan, dan perceraian. Penguatan konseling pre dan post-test secara baik dapat membantu menyelesaikan konflik pada pasangan serodiscordant. Sampai saat ini upaya dalam menekan penularan pada pasangan yang negatif adalah penggunaan kondom. Kata kunci: keterbukaan; HIV serodiscordant; penggunaan kondom
A Secondary Analysis of Peer Support and Family Acceptance Among Homosexual Living with HIV and Antiretroviral Therapy: Quality of Life Perspectives Ina Martiana; Agung Waluyo; Sri Yona; Edianto Edianto
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 24, No 1 (2021): March
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v24i1.1095

Abstract

Men who have sex with men (MSM) comprise a population at risk for HIV infection. Assessing the Quality of Life (QOL) in MSM might be different than other populations. This study showed a secondary analysis from our previous research. It was needed to understand whether peer support and family acceptance had an impact on QOL of MSM living with HIV and ART (Antiretroviral Therapy). A total of 175 respondents were involved in this cross-sectional study that was carried out with purposive sampling. The questionnaires were translated to Bahasa and tested for validity and reliability. Data questionnaires completed were analyzed. Results showed that peer support was positively correlated with QOL (p= 0.023; OR= 2.070), and also, family acceptance was significantly related to QOL (p= 0.001; OR= 2.766). Thus, peer support and family acceptance are important factors affecting the well-being and QOL of MSM living with HIV and ART. This finding can be used for the improvement of QOL in people living with HIV. Abstrak  Dukungan Sebaya dan Penerimaan Keluarga terhadap Kualitas Hidup Homoseksual dengan HIV dan Terapi Antiretroviral. Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) merupakan populasi yang berisiko terinfeksi HIV. Menilai kualitas hidup (QOL) pada LSL mungkin berbeda dari populasi lainnya. Penelitian ini merupakan analisis sekunder dari penelitian sebelumnya. Kami menguji apakah dukungan sebaya dan penerimaan keluarga berdampak pada kualitas hidup pada LSL dengan HIV dan ART (terapi antiretroviral). Sebanyak 175 responden dilibatkan dalam studi cross-sectional yang dilakukan melalui purposive sampling. Data kuesioner yang sudah terisi komplit, akan dilakukan analisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sebaya berhubungan positif dengan kualitas hidup (p= 0,023; OR= 2,070) dan juga penerimaan keluarga secara signifikan berhubungan dengan kualitas hidup (p= 0,001; OR= 2,766). Dengan demikian, dukungan sebaya dan penerimaan keluarga merupakan variabel penting yang mempengaruhi kesejahteraan dan kualitas hidup LSL yang hidup dengan HIV dan ART. Temuan ini dapat digunakan untuk peningkatan QOL pada orang dengan HIV. Kata Kunci: dukungan sebaya, HIV, kualitas hidup, penerimaan keluarga
Penyusunan Studi Kasus Sri Yona
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 10 No 2 (2006): September
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v10i2.177

Abstract

AbstrakStudi kasus merupakan metode yang semakin dikenal dan berharga serta menjadi unik, khususnya pada penelitian di bidang keperawatan. Hal ini erat kaitannya dengan filosofi keperawatan yang melihat manusia secara menyeluruh. Studi kasus merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman yang lebih mendalam akan fenomena tertentu terhadap individu. Studi kasus juga berguna dalam mengekspolorasi masalah yang belum atau pun masih sedikit yang diketahui tentang fenomena tertentu. Peneliti dapat menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, seperti wawancara mendalam/ depth interview dan kuesioner. Beberapa tahapan dalam membuat suatu studi kasus diawali dengan menentukan masalah, membuat disain dan instrumen, mengumpulkan data, membuat analisis data, dan mempersiapkan laporan penelitian. Hasil akhir studi kasus adalah pemahaman yang mendalam akan suatu fenomena. Penulisan artikel ini bertujuan sebagai masukan bagi peneliti pemula agar dapat mendisain suatu studi kasus yang baik. AbstractCase study, as one methodology research, is increasing recognized and value and become unique in nursing research. This related to the nursing philosophy which emphasizes whole aspect of human. Case study emphasizes on understanding of phenomenon, based on the human experiences. Case study is also useful as exploratory phase in research, in particularly when the researchers have little knowledge about particularly phenomenon. In collecting data, there are several ways, such as questionnaires, in depth-interview. There are several procedures in case study, namely determining problem, deciding design and instrument, collecting data, analyzing data and preparing outcomes research. The final outcome of case study is the understanding of phenomenon and holistic aspect of phenomenon. The aim of this article is to provide some input for beginner in order to achieve good research design.