Eko Surbiantoro
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Bandung

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Strategi Guru PAI dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta Didik di SDIT Generasi Cendekia Kec. Wanasalam Kab. Lebak-Banten Masyitoh Fathonah Khoiriyah; Nan Rahminawati; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.94 KB) | DOI: 10.29313/bcsied.v2i2.4036

Abstract

Abstract. Reading the Qur'an with makhrajul letters according to the correct rules of tajwid science is an obligation for every Muslim. To teach tajwid science in the learning process can be done by islamic religious education teachers. The technique that Islamic Religious Education teachers can do this is to plan learning in reading the Qur'an to students. At SDIT Generasi Cendekia, activities to improve reading the Qur'an and memorization are contained in the educational curriculum and provide motivation for teachers in improving the quality of the Qur'ani generation. This study aims to; (1) The program of improving the reading of the Qur'an and memorization, namely the difficulty of reading the Qur'an to students, then with this there is an effort by the school and teachers to carry out the process learning is used to learn the Qur'an in schools and outside of school kbm as well. (2) The steps taken by Islamic Religious Education teachers in improving the reading ability of classes IV, V, and VI, namely first, opening learning with tadaradus together. Second, the teacher recites verses of the Qur'an and then the learners imitate them. Third, students are given motivation and reminded not to forget to memorize. Fourth, reading the do'a finishes the lesson. (3) The method used by the teacher of Islamic Religious Education Iqro Method', in that method the teacher carries out a learning process about recognizing the letter hijaiyah and its pronunciation according to the letter makhrajul. The Tallaqi method, by making a circle below so that students are closer, then the Islamic Religious Education teacher reads 5-10 verses in reading, then students imitate what is read. (4) Factors faced by Islamic Religious Education teachers, namely, the principal, the family environment, students, and facilities and infrastructure. As for the inhibiting factors, namely the lack of awareness of parents, as well as the feeling of laziness that hits students. Abstrak. Membaca Al-Qur’an dengan makhrajul huruf sesuai kaidah ilmu tajwid yang benar merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Untuk mengajarkan ilmu tajwid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Teknik yang bisa dilakukan guru PAI melakukan hal tersebut adalah dengan melakukan perencanaan pembelajaran dalam membaca Al-Qur’an terhadap peserta didik. Di SDIT Generasi Cendekia kegiatan peningkatan membaca Al-Qur’an serta hafalan tertuang dalam kurikulum pendidikan serta memberikan motivasi untuk para guru dalam meningkatkan kualitas generasi Qur’ani. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Program peningkatan membaca Al-Qur’an serta hafalan yakni adanya kesulitan membaca Al-Qur’an pada peserta didik, maka dengan hal tersebut adanya upaya pihak sekolah dan para guru untuk melakukan proses pembelajaran yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an disekolah dan diluar KBM sekolah juga. (2) Langkah-langkah guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca kelas IV, V, dan VI yakni pertama, membuka pembelajaran dengan tadaradus bersama. Kedua, guru membacakan ayat-ayat Al-Qur’an lalu peserta didik menirunya. Ketiga, peserta didik diberikan motivasi serta diingatkan untuk tidak lupa mnyetorkan hafalan. Keempat, membaca do’a selesai pelajaran. (3) Metode yang digunakan oleh guru PAI Metode Iqro', dalam metode itu guru melakukan proses pembelajaran tentang mengenali huruf hijaiyah dan pengucapannya sesuai dengan huruf makhrajul. Metode Tallaqi, dengan membuat lingkaran dibawah agar peserta didik agar lebih dekat, selanjutnya guru PAI membacakan 5-10 ayat dalam membaca, lalu peserta didik meniru apa yang dibacakan. (4) Faktor yang dihadapi guru PAI yakni, kepala sekolah, lingkungan keluarga, peserta didik, dan sarana dan prasarana. Sedangkan untuk faktor yang menghambat yakni minimnya kesadaran orang tua, serta rasa malas yang melanda peserta didik.
Implikasi Pendidikan dari Al-Quran Surat An-Nur Ayat 30-31 tentang Perintah Menjaga Pandangan terhadap Pendidikan Akhlak Dicky Mohammad Ilham; Aep Saepudin; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.466 KB) | DOI: 10.29313/bcsied.v2i2.4078

Abstract

Abstract. This research is motivated by how Muslims and Muslim women in association can protect themselves, hold their views and maintain their genitals according to the perspective of the Qur'an. This study uses a descriptive-analytical method of collection technique, namely library research by examining in depth various interpretations and books related to the main research problem. His study aims to determine: (1). The contents of the content of Q.S An-Nur verses 30-31 according to the opinions of the commentators. (2). The essence of Q.S An-Nur verses 30-31 (3). Opinions of experts on moral education. (4). The educational implications contained in Q.S An-Nur verses 30-31 about maintaining the view of a Muslim towards moral education. From this study, the contents of Q.S An Nur verses 30-31 which contain the values of moral education that humans must keep their eyes, maintain their genitals and cover their genitals. The concept of covering the genitals for men is that they are ordered to keep their gaze and their genitals on women who are not their mahram. Likewise, women are commanded to guard their gaze and their private parts towards men who are not their mahram. In Islam, the female genitalia limit is the entire body except the face and palms, while the male genitalia limit is between the navel to the knees. The implications contained in the Qur'an Surah An Nur verses 30-31 (1). The behavior of a Muslim must be based on the Qur'an and Hadith, because a Muslim is obliged to keep his eyesight in order to avoid immoral acts. (2). Islam is very concerned about the distribution of sexual desire in accordance with the right rules and ethics. (3). Covering the aurat for every Muslim is an obligation that must be fulfilled. By covering the genitals, you can avoid crimes such as sexual harassment, and avoid other dangers. So from the importance of self-awareness and guidance from the family about covering the genitals for every Muslim. (4). Reflect on yourself by regretting the sins that have been committed in earnest. Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bagaimana kaum muslim dan muslimah dalam pergaulan agar dapat menjaga diri, menahan pandangannya serta memelihara kemaluan sesuai perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis teknik pengumpulan yaitu kepustakaan (library reasearch) dengan mengkaji secara mendalam berbagai tafsir dan buku yang berhubungan dengan pokok masalah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Isi kandungan Q.S An-Nur ayat 30-31 menurut para pendapat para mufassir. (2). Esensi Q.S An-Nur ayat 30-31 (3). Pendapat para ahli tentang pendidikan akhlak. (4). Implikasi pendidikan yang terkandung dalam Q.S An-Nur ayat 30-31 tentang menjaga pandangan seorang muslim terhadap pendidikan akhlak. Dari penelitian ini, diperoleh isi kandungan Q.S An Nur ayat 30-31 yang mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak bahwa manusia harus menjaga pandangan mata, memelihara kemaluannya serta menutup aurat. Konsep menutup aurat bagi kaum laki-laki yaitu diperintahkan untuk menjaga pandangan dan kemaluannya terhadap perempuan yang bukan mahramnya. Demikian juga bagi perempuan diperintahkan untuk menjaga pandangan dan kemaluannya terhadap laki-laki yang bukan mahramnya. Dalam Islam batas aurat perempuan yaitu seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, sedangkan batas aurat laki-laki yaitu antara pusar sampai lutut. Implikasi yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat An Nur ayat 30-31 (1). Perilaku seorang muslim harus berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist, sebab seorang muslim di wajibkan untuk menjaga pandangan agar terhindar dari perbuatan maksiat. (2). Islam sangat memperhatikan penyaluran hasrat seksual sesuai dengan aturan dan etika yang benar. (3). Menutup aurat bagi setiap muslim adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan. Dengan menutup aurat dapat terhindar dari kehajatan seperti pelecehan seksual, dan terhindar dari marabahaya lainnya. Maka dari pentingnya kesadaran diri dan bimbingan dari keluarga tentang menutup aurat bagi setiap muslim. (4). Muhasabah diri dengan menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Umar Bin Ahmad Baradja dalam Kitab Akhlak Lil Banin Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak Masa Kini Reza Nurul Fauziah; Sobar Al Ghazal; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.721 KB) | DOI: 10.29313/bcsied.v2i2.4245

Abstract

Abstract. Human quality can not only be measured in terms of scientific excellence and expertise alone, but also measured by the quality of morals. High knowledge without being accompanied by noble character will be in vain. Knowledge without morality will lead to destruction. Various phenomena and social phenomena among people who are not good have become a daily scene. This degradation of children's behavior occurs because of the lack of moral education since childhood. Moral education should ideally be carried out in children from an early age in the context of inculcating moral values. This study aims to explore and describe the concept of moral education according to Sheikh Umar Baradja contained in the book Akhlak Lil Banin. This study uses qualitative methods while the type of research used is library research. The discussion is carried out based on a literature review as well as several articles that are relevant to the object of study being studied. Based on the results of the study, it is known that the concept of moral education according to Sheikh Umar Baradja is very relevant to the current moral education in view of the objectives, materials and methods presented in the book of Morals Lil Banin. The results of this study after an in-depth research study, show that the concept of moral education in the book of morals lil banin includes the importance of moral education from an early age, the basis of moral education in the Qur'an and Hadith, the objectives and methods of moral education, the scope of morals towards Allah SWT. , Rasulullah SAW, family, relatives, neighbors, society as well as various kinds of morals (morals and morals of mazmumah). Abstrak. Kualitas manusia tidak hanya dapat diukur dari segi keunggulan keilmuan dan keahlian semata, tetapi juga diukur dari kualitas akhlaknya. Ilmu yang tinggi tanpa disertai dengan akhlak yang mulia akan menjadi sia-sia. Ilmu tanpa akhlak akan membawa kepada kehancuran. Berbagai fenomena dan geja sosial dikalangan masyarakat yang kurang baik sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Degradasi perilaku anak ini terjadi karena kurangnya Pendidikan akhlak sejak kecil. Penddikan akhlak idealnya dilakukan pada anak sejak usia dini dalam rangka penanaman nilai-nilai akhlak. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mendeskripsikan konsep Pendidikan akhlak menurut Syekh Umar Baradja yang terdapat dalam kitab Akhlak Lil Banin. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah library research. Pembahasan dilakukan berdasarkan telaah Pustaka serta beberapa tulisan yang relevan dengan objek kajian yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsep Pendidikan akhlak menurut Syekh Umar Baradja sangat relevan dengan Pendidikan akhlak saat ini melihat dari tujuan, materi dna metode yang di sampaikan dalam kitab Akhlak Lil Banin. Hasil penelitian ini setelah dilakukan kajian penelitian yang mendalam, menunjukan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam kitab akhlak lil banin mencakup pentingnya Pendidikan akhlak sejak dini, dasar Pendidikan akhlak Al-Qur’an dan Hadist, tujuan dan metode Pendidikan akhlak, ruang lingkup akhlak terhadap Allah SWT, Rasulullah SAW, keluarga, kerabat, tetangga, masyarakat serta macam-macam akhlak (akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah).
Implikasi Pendidikan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125 tentang Mau’izhah Hasanah terhadap Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidik Agung Murod Miftahudin; A. Mujahid Rasyid; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.132 KB) | DOI: 10.29313/bcsied.v2i2.4303

Abstract

Abstract. This verse explains the command to call, one way is by means of mau'izhah hasanah which has a good interpretation of advice and lessons which from this meaning also means that when giving advice or a lesson, an educator must have a good example for students. the students. This study uses a qualitative approach with a descriptive method. Using library research techniques. The research results obtained from this study contained the essence obtained from lafadz mau'izhah hasanah towards educators, namely: Calling by means of mau'izhah hasanah is a must that must be done in a good way by an educator, Mau'izhah hasanah as an-advice for educators, namely giving good advice and lessons, and mau'izhah hasanah as uswah for educators, namely being an exemplary figure. Then the implications of education in the Qur'an letter An-Nahl verse 125 regarding mau'izhah hasanah are: (a) The ability to give good advice and lessons is one form of educators' efforts to improve their quality. (b) Being a role model is an effort to improve the quality of educators. (c) An educator must be gentle with students so that what is conveyed/taught can be well received. (d) Educators must continue to learn in order to broaden their knowledge and develop themselves. From the essence and implications of the education obtained, it is hoped that it can improve the quality of an educator.. Abstrak. Ayat ini menerangkan tentang perintah menyeru dengan cara mau’izhah hasanah yang memiliki tafsiran nasihat dan pelajaran yang baik yang mana dari arti tersebut juga didapat makna bahwa ketika memberi nasihat atau suatu pelajaran, seorang pendidik haruslah memiliki keteladanan yang baik bagi para peserta didiknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menggunakan teknik Penelitian Pustaka.Hasil penelitian yang didapat dari penelitian ini terdapat esensi yang didapat dari lafadz mau’izhah hasanah terhadap pendidik yaitu: Menyeru dengan cara mau’izhah hasanah merupakan suatu keharusan yang mesti dilakukan dengan cara yang baik oleh seorang pendidik, Mau’izhah hasanah sebagai an-nasihat bagi pendidik yakni memberi nasihat dan pelajaran yang baik, dan mau’izhah hasanah sebagai uswah bagi pendidik yakni harus menjadi sosok teladan. Kemudian didapat juga implikasi Pendidikan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 tentang mau’izhah hasanah adalah: (a) Kemampuan memberi nasihat-nasihat dan pelajaran yang baik merupakan salah satu bentuk upaya pendidik dalam meningkatkan kualitasnya. (b) Dengan menjadi sosok teladan merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas dari pendidik. (c) Seorang pendidik harus dapat bersikap lemah lembut terhadap peserta didik agar apa yang disampaikan/diajarkan dapat diterima dengan baik. (d) Pendidik harus tetap terus belajar guna menambah wawasan ilmu pengetahuan dan mengembangkan diri. Dari esensi serta implikasi Pendidikan yang didapat tersebut diharapkan bisa meningkatkan kualitas seorang pendidik.
Konsep Ulul Albab dalam QS. Ali Imran Ayat 190-194 dan Implikasinya pada Pendidikan Karakter Mia Rosmiati; Eko Surbiantoro; Fitroh Hayati
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.847 KB) | DOI: 10.29313/bcsied.v2i2.4377

Abstract

Abstract. According to Ibn Katsir Ulul Albab is a man of perfect intellect and intelligence. Lafaz "Ulul Albab" is repeated 16 times in the Qur'an. However, the meaning of ulul albab is still in general, it is only explained in general that ulul albab is a person who has a mind. In it, it has not been seen the true characteristics of the ulul albab itself. Some verses of the Qur'an acknowledge that man is the being with the best creation, this is a fitri privilege over other beings, especially when it comes to thinking. Based on this, what is of interest to researchers is what are the true characteristics of Ulul Albab in the Qur'an? is there any character education values in Ulul Albab that we can take? In this study, the researcher examined the concept of Ulul Albab in the Qur'an Surat Ali Imran verses 190-194. This research uses a descriptive-analytical mentode with a type of library research (Library research). Researchers take steps that identify, collect, process, and review existing data related to the Ulul albab problem in the form of primary and secondary data. The results of this study are: There are characteristics in Ulul Albab that can be implications for character education. As for the characteristics of Ulul Albab in QS. Ali-Imran verses 190-194 is that Ulul Albab always carries out the commandments of Allah and stays away from all His prohibitions; have the constancy of faith; good at taking wisdom in every thing that has happened; always keeping the promises he had made. Abstrak. Menurut Ibnu Katsir Ulul Albab adalah orang yang mempunyai akal dan kecerdasan yang sempurna. Lafaz “Ulul Albab” diulang 16 kali dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, pemaknaan ulul albab masih secara umum, hanya dijelaskan secara garis besar bahwa ulul albab itu orang yang memiliki pikiran. Didalamnya belum nampak karakteristik sebenarnya dari ulul albab itu sendiri. Beberapa ayat Al-Qur'an mengakui bahwa manusia adalah makhluk dengan ciptaan terbaik, inilah keistimewaan yang fitri dari pada makhluk lain, terutama dalam hal berpikir. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi ketertarikan peneliti adalah bagaimana karakteristik yang sebenarnya dari Ulul Albab di dalam Al-Qur’an? apakah di dalam Ulul Albab terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat kita ambil? Dalam penelitian ini, peneliti meneliti konsep Ulul Albab dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-194. Penelitian ini menggunakan mentode deskriptif-analitis dengan jenis penelitian kepustakaan (Library research). Peneliti mengambil langkah-langkah yaitu mengidentifikasi, mengumpulkan, mengolah, dan meninjau data yang ada terkait dengan masalah Ulul albab dalam bentuk data primer dan sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah: Terdapat karakteristik dalam Ulul Albab yang dapat di implikasikan pada pendidikan karakter. Adapun ciri Ulul Albab dalam QS. Ali-Imran ayat 190-194 adalah bahwa Ulul Albab selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; memiliki keteguhan iman; pandai mengambil hikmah dalam setiap hal yang telah terjadi; selalu menepati janji yang telah dibuatnya.
Implikasi Pendidikan dari Al-Qur'an Surah Al-Hujurat Ayat 11-12 tentang Upaya Pencegahan Perilaku Bullying Patonah; Aep Saepudin; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.601 KB) | DOI: 10.29313/bcsied.v2i2.4608

Abstract

Abstract. Based on the background of the problem in this study states that the regulation regarding the prohibition of Bullying has been listed in the Qur'an QS.Al-hujurat verses 11-12 that occurred since the prophetic period as well as in the Constitution it has been stated that this act of bullying is also prohibited, but seeing the current situation as the development of the age of Bulying's behavior is increasingly rife and has become commonplace in the community, and education is due to the lack of public understanding of moral values contained in the Qur'an. This study aims to 1) knowing the opinions of the mufassir regarding QS.Al-hujurat 11-12, 2) finding the essence contained in the QS.Al-Hujurat 11-12, 3) finding implications regarding education about morals that exist in QS.Al-hujurat 11-12 in an effort to prevent Bullying behavior, the approach used in this study is a qualitative approach, while the method used is a descriptive analysis method with a type of literature that is in a way that is in a way collect data that is related to the discussion of researchers. Based on the results of the analysis of this study shows that the educational implications of QS.Al-hujurat verses 11-12, 1) Prohibition not to make fun of others, 2) Orders not to self-deprecate and call others with bad titles, 3) Prohibition not to su'udzaan (hunting prejudice), 4) Orders not to use (Ghibah) against fellow Muslims. Efforts in the prevention of Bullying are carried out by several methods first, the method of transparency. Second, the habituation method. Methods, advice. Third, the tarhib method. Abstrak. Berdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini menyatakan bahwa peraturan mengenai larangan Bullying sudah tercantum dalam Al-Qur’an QS.Al-hujurat ayat 11-12 yang terjadi sejak zaman masa kenabian begitupun dalam UUD telah dinyatakan bahwa tindakan bullying ini juga terlarang, akan tetapi melihat situasi kondisi saat ini seiring perkembangan zaman tindak perilaku Bulying ini semakin marak terjadi dan sudah menjadi hal yang dianggap lumrah di lapisan masyarakat, maupun pendidikan hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai akhlak yang ada didalam Al-qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui pendapat para mufassir mengenai QS.Al-hujurat 11-12, 2) menemukan esensi yang terkandung dalam QS.Al-Hujurat 11-12, 3) menemukan implikasi mengenai pendidikan tentang akhlak yang ada dalam QS.Al-hujurat 11-12 dalam upaya pencegahannya terhadap perilaku Bullying, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan jenis kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada keterkaitan dengan pembahasan peneliti. Berdasarkan Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi Pendidikan dari QS.Al-hujurat ayat 11-12, 1) Larangan untuk tidak mengolok-olok orang lain, 2) Perintah untuk tidak mencela diri sendiri dan memanggil orang lain dengan gelaran yang buruk, 3) Larangan untuk tidak su'udzaan (berburuk sangka), 4) Perintah untuk tidak menggunjing (Ghibah) terhadap sesama muslim. Upaya dalam pencegahan Bullying dilakukan dengan beberapa metode yang Pertama, metode keteladanan. Kedua, metode pembiasaan. Metode, nasihat. Ketiga, metode tarhib.
Implikasi Pendidikan dari Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 tentang Etika Bertetangga terhadap Upaya Penanaman Etika Bertetangga di Keluarga Azkia Rahman Kafie; Aep Saepudin; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsied.v3i1.5094

Abstract

Abstract. Human is a social being which means he needs another human being. Human cannot control his own life in daily life. As a result, humans need help of other humans. Islam has established rules and moral values for every believer, including those related to social life that ensure happiness for every Muslim. However, based on what is happening today, Muslims themselves are far from the principles that have been set by Islam. Neighbors are part of one form of life socialization. As a social being, everyone has a desire to have a neighbor. The reason is, without neighbors, the neighborhood will not be comfortable. However, having neighbors who do not know manners is also one of the causes of uncomfortable housing. The purpose of this study is to find out the opinions of Mufassir about QS. An-Nisa verse 36, to find out the Essence of QS. An-Nisa verse 36 according to Mufassir, to find out the opinions of Education experts on neighboring Ethics, to find out the Educational Implications of QS. An-Nisa verse 36 concerning Neighboring Ethics towards the Efforts to Invest Neighboring Ethics in the Family. This study uses a qualitative approach. The research is carried out by observing on certain sources, examining books, articles or others related to the title. The type of the research used is library research, which is carried out to solve a problem that basically rests on a critical and in-depth review of relevant literature materials. In obtaining data, facts and information that will complete and explain the problems in writing the thesis, the researcher uses descriptive methods. The essence of Surat An-Nisa verse 36 is: 1) a benchmark of one's faith seen from the actions of one's neighbors, 2) positioning neighbors as part of the family, and 3) good interactions in the family to build harmonious relationships among neighbors. Meanwhile for the Educational Implications of the Surah An-Nisa verse 36 concerning Neighborly Ethics on Education in the Family is that 1) people are obliged to instill a religious soul in family members, 2) families participate in community activities in the community, 3) parents and family members foster love and affection for neighbors, and 4) good neighbors are a source of happiness. Abstrak. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya membutuhkan manusia lainnya. Manusia tidak dapat mengontrol kehidupannya sendiri dalam sehari-hari. Akibatnya, manusia membutuhkan bantuan manusia lain. Islam telah menetapkan aturan serta nilai moral bagi setiap pemeluknya, termasuk yang berkaitan dalam kehidupan sosial yang menjamin kebahagiaan bagi setiap muslim. Namun, berdasarkan apa yang terjadi saat ini, umat Islam sendiri jauh dari prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan oleh Islam. Bertetangga merupakan bagian dari salah satu bentuk sosialisasi kehidupan. Sebagai makhluk sosial, setiap orang memiliki keinginan untuk mempunyai tetangga. Alasannya, tanpa adanya tetangga, lingkungan tempat tinggal tidak akan nyaman. Akan tetapi, memiliki tetangga yang tidak tahu sopan santun jua menjadi salah satu penyebab tidak nyamannya tempat tinggal. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pendapat para Mufassir tentang QS. An-Nisa ayat 36, mengetahui Esensi dari QS. An-Nisa ayat 36 menurut para Mufassir, mengetahui pendapat para pakar Pendidikan tentang Etika Bertetangga, mengetahui Implikasi Pendidikan dari QS. An-Nisa ayat 36 tentang Etika Bertetangga Terhadap Upaya Penanaman Etika Bertetangga di Keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan mencermati sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan judul. Jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (library research), yaitu tela’ah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penela’ah kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Dalam memperoleh data, fakta dan informasi yang akan melengkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penulisan skripsi, peneliti menggunakan metode deskriptif. Esensi dari Surat An-Nisa ayat 36 yaitu: 1) tolok ukur keimanan seseorang dilihat dari perbuatan terhadap tetanggnya, 2) memposisikan tetangga sama halnya bagian dari keluarga, dan 3) interaksi yang baik di keluarga membangun hubungan yang harmonis di kalangan tetangga. Sedangkan untuk Implikasi Pendidikan dari Surat An-Nisa Ayat 36 tentang Etika Bertetangga Terhadap Pendidikan di Keluarga adalah 1) orang tua berkewajiban untuk menanamkan jiwa yang religius kepada anggota keluarga, 2) anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan di rukun warga, 3) orang tua dan anggota keluarga menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang kepada tetangga, dan 4) tetangga yang baik merupakan sumber kebahagiaan.
Pengaruh Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Program Gabungan Remaja Islam terhadap Komitmen Beragama Islam Yenifa Nur Annisa Yenifa; Eko Surbiantoro Eko; Huriah Rachmah
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsied.v3i1.5922

Abstract

Abstract. Islamic Senior High School (ISHS) 1 Bandung City has an unresolved problem, namely the existence of juvenile delinquency who are members of the student community. On the other hand, the school has Islamic spiritual extracurricular activities which are superior in terms of the moral development of its members. Based on these problems, the formulation of the problem posed is: "How much influence does student activeness in participating in the Islamic youth association program have on Islamic religious commitment at ISHS 1 Bandung City". The theory of liveliness uses the theory from Sriyono while the theory of Islamic religious commitment from Glock and Stark which is modified by Agus Sofiyandi Kahfi. Based on the theoretical approach, the hypothesis formulated is: "There is a significant influence between student activity in participating in the combined program of Muslim youth on Islamic religious commitment at ISHS 1 Bandung City". The research approach uses a quantitative approach. The population of this study were students who were members of the combined Islamic youth during the 2022/2023 jihad, totaling 80 members. Because the total population is less than 100, the entire population is used as a sample of all elements. The data source for this research is a questionnaire. The analysis technique used is simple linear regression analysis. This technique is to find out how much influence student activity in the combined Islamic youth program has on Islamic religious commitment. The results showed that there was a significant influence of 0.599 (59.9%) between students' activeness in participating in the combined program of Islamic youth on Islamic religious commitment at ISHS 1 Bandung City. So, the hypothesis put forward is that the activeness of students participating in the combined program of Islamic youth towards Islamic religious commitment at ISHS 1 Bandung City has a significant effect and has been tested empirically. Abstrak. MAN 1 Kota Bandung memiliki permasalahan yang belum terselesaikan yaitu terdapat kenakalan remaja yang tergabung dalam komunitas pelajar. Disisi lain, sekolah mempunyai kegiatan ekstrakulikuler kerohanian Islam yang unggul dalam segi pembinaan akhlak anggotanya. Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah yang diajukan adalah: “Seberapa besar pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti program gabungan remaja Islam terhadap komitmen beragama Islam di MAN 1 Kota Bandung”. Teori keaktifan siswa menggunakan teori dari Sriyono sedangkan teori komitmen beragama Islam dari Glock dan Stark yang dimodifikasi oleh Agus Sofiyandi Kahfi. Berdasarkan pendekatan teori, hipotesis yang dirumuskan adalah: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan siswa dalam mengikuti program gabungan remaja Islam terhadap komitmen beragama Islam di MAN 1 Kota Bandung”. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa yang menjadi anggota gabungan remaja Islam masa jihad 2022/2023 berjumlah 80 anggota. Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan unsur sampel seluruhnya. Sumber data penelitian ini berupa angket. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana. Teknik tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keaktifan siswa dalam program gabungan remaja Islam terhadap komitmen beragama Islam. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan sebesar 0,599 (59,9%) antara keaktifan siswa dalam mengikuti program gabungan remaja Islam terhadap komitmen beragama Islam di MAN 1 Kota Bandung. Maka, hipotesis yang diajukan yaitu Keaktifan siswa mengikuti program gabungan remaja Islam terhadap komitmen beragama Islam di MAN 1 Kota Bandung berpengaruh secara signifikan dan teruji secara empirik.
Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Pembiasaan di SMP PGII 2 Bandung yayat hidayat; Nan Rahminawati; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsied.v3i1.6230

Abstract

Abstract. The purpose of this research is (1) to find the basis for implementing habituation activities at SMP PGII 2 Bandung (2) to identify planning, implementation and evaluation of habituation activities in the context of forming religious character at SMP PGII 2 Bandung (3) to explore the impact of implementing habituation activities on character, religious attitudes and actions of students in SMP PGII 2 Bandung. This research is an empirical research using a qualitative descriptive approach. Data collection techniques in this research are using the methods of observation, interviews, and documentation studies. This qualitative research uses theoretical and empirical activities presented in the form of narrative texts to clearly explain the basis for implementing habituation activities, planning, implementing and evaluating habituation activities, as well as the impact of implementing habituation activities on the character, attitudes and religious actions of students in SMP PGII 2 Bandung. The results of this study are (a) The basis for habituation activities at SMP PGII 2 Bandung is made at the policy of the Education Foundation and has been stated in the school's vision and mission. (b) Planning for habituation activities at SMP PGII 2 Bandung is carried out at the beginning of the semester by the student curriculum together with the principal including planning for chanting Asmaul Husna, tadarus together, tausiyah about aqidah, morality, and worship, as well as dhuha prayers and fasting Monday-Thursday. (c) Habituation activities on religious characters produce a positive impact because students become obedient in practicing worship and apply it slowly to become habitual within themselves so that religious values ​​are attached to students. Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menemukan landasan pelaksanaan kegiatan pembiasaan di SMP PGII 2 Bandung (2) Mengidentifikasi perencanaan, pelasanaan dan evaluasi kegiatan pembiasaan dalam rangka pembentukan karater religius di SMP PGII 2 Bandung (3) Mendalami dampak pelaksanaan kegiatan pembiasaan terhadap karakter, sikap dan perbuatan religius siswa di SMP PGII 2 Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian empirik dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini yaitu menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian kualitatif ini menggunakan kegiatan secara teoritis dan empiris yang disajikan dalam bentuk teks naratif untuk memaparkan secara jelas mengenai landasan pelaksanaan kegiatan pembiasaan, perencanaan, pelasanaan dan evaluasi kegiatan pembiasaan, serta dampak pelaksanaan kegiatan pembiasaan terhadap karakter, sikap dan perbuatan religius siswa di SMP PGII 2 Bandung. Hasil dari penelitian ini yaitu (a) Landasan kegiatan pembiasaan di SMP PGII 2 Bandung dibuat atas kebijakan dari Yayasan Pendidikan dan telah tertuang dalam visi dan misi sekolah. (b) Perencanaan kegiatan pembiasaan di SMP PGII 2 Bandung dilakukan pada awal semester oleh bidang kesiswaan kurikulum bersama dengan kepsek meliputi perencanaan pelantunan asmaul husna, tadarus bersama, tausiyah tentang aqidah, akhlaq, dan ibadah, serta sholat dhuha dan puasa senin-kamis (c) Kegiatan pembiasaan terhadap karakter religious menghasilkan dampak yang positif sebab peserta didik menjadi taat dalam mengamalkan ibadah dan menerapkannya secara perlahan menjadi pembiasaan dalam diri sendiri sehingga nilai religious melekat pada peserta didik.
Implikasi Pedagogis dari Q.S. Al-Ahzab Ayat 45 - 47 tentang Tugas Rasulullah Saw terhadap Pokok dan Fungsi Pendidik Milleandi Indra Emil; Asep Dudi Suhardini; Eko Surbiantoro
Bandung Conference Series: Islamic Education Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Islamic Education
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsied.v3i1.6551

Abstract

Abstract. Teachers are educators, namely anyone who strives for the development of all the potential of students, both psychomotor and cognitive potentials. The teacher is also a bridge between progress and the abyss of civilization destruction, it depends on the teacher's task, the teacher who knows his duties, and can carry it out well, can be a bridge to the progress of civilization, but if the teacher does not know or even ignore his duties as a teacher, then it can become the brink of collapse of civilization, which will lead to the loss of commendable behavior and achievements for students, society and even civilization.The purpose of this research is to find out: 1). The opinion of the commentators about the QS. Al-Ahzab verses 45-47, 2). Pedagogical implications of QS. Al-Ahzab verses 45-47, 3). analysis of Islamic Education about QS. Al-Ahzab verses 45-47 on the teacher's duties. This research departs from the thoughts of the researcher, that education is something that is always seen wherever it is, because if the education is good, the future of the nation will also be good, and if the education is bad, the future of the nation will also be bad, but education will never be separated. with the teacher, because it is the teacher who provides teaching and also experience to students or students, but good and successful students will not be created if the teacher is not good and does not know their duties well. This study uses a qualitative research approach with library research data collection techniques (library research) with primary data sources including: Tafsir Ibn Kathir, Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al Qurthubi and Tafsir Al-Mishbah. While the secondary sources are supporting books related to research problems, including books on Islamic Education and others. The data obtained were then analyzed through a unit process, categorization, data interpretation, and drawing conclusions. The results of this study are: 1). The opinion of the commentators about the QS. Al-Ahzab verses 45-47 are not much different from each other. This is proven when the commentators interpret the word "purify them", all of them interpret that the meaning of the word "purify them" is to cleanse people from polytheism (associating partners with Allah), and morality madzmumah or despicable qualities, 2). Pedagogical implications of QS. Al-Ahzab verses 45-47 gave birth to three learning methods that can be used by teachers, namely; reading method, tazkiyah method, and ta'lim method, 3). Analysis of Islamic Education Science about QS. Al-Ahzab verses 45-47 produce four main tasks for teachers, namely; teach the verses of Allah, tazkiyah (purify the soul), teach the Qur'an & As-Sunnah, and Ta'lim. Abstrak. Guru adalah pendidik, yaitu siapa saja yang mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif. Guru juga merupakan jembatan antara kemajuan dan juga jurang kehancuran peradaban, hal tersebut bergantung kepada tugas guru, guru yang mengetahui tugasnya, dan dapat melaksanakannya dengan baik, dapat menjadi jembatan kemajuan peradaban, akan tetapi jika guru tidak mengetahui bahkan acuh terhadap tugasnya sebagai guru, maka hal tersebut dapat menjadi jurang kehancuran peradaban, yang akan menyebabkan hilangnya tingkah laku terpuji dan prestasi bagi murid, masyarakat dan bahkan perabadan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1). Pendapat para mufassir tentang QS. Al-Ahzab ayat 45-47, 2). Implikasi pedagogis tentang QS. Al-Ahzab ayat 45-47, 3). analisis Ilmu Pendidikan Islam tentang QS. Al-Ahzab ayat 45-47 terhadap tugas guru. Penelitian ini berangkat dari pemikiran peneliti, bahwa pendidikan merupakan hal yang selalu dipandang dimanapun berada, karena jika baik pendidikannya, maka akan baik pula masa depan bangsanya, dan jika buruk pendidikannya, maka akan buruk juga masa depan bangsanya, tetapi pendidikan juga tak akan pernah lepas dengan guru, karena gurulah yang memberikan pengajaran dan juga pengalaman pada murid atau peserta didik, akan tetapi murid yang baik dan sukses tak akan tercipta jika gurunya tak baik dan tak mengetahui tugasnya dengan baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data library research (penelitian kepustakaan) dengan sumber data primer diantaranya: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al Qurthubi dan Tafsir Al-Mishbah. Sedangkan sumber sekundernya adalah bukubuku penunjang yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya buku Ilmu Pendidikan Islam dan yang lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui proses satuan, kategorisasi, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah: 1). Pendapat para mufassir tentang QS. Al-Ahzab ayat 45-47 tidak jauh berbeda satu sama lain. Hal itu terbukti ketika para mufassir menafsirkan kata “menyucikan mereka”, seluruhnya menafsirkan bahwa arti kata “menyucikan mereka” adalah membersihkan manusia dari kemusyrikan (menyekutukan Allah), dan akhlaq madzmumah atau sifat-sifat tercela, 2). Implikasi pedagogis tentang QS. Al-Ahzab ayat 45-47 melahirkan tiga metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, yaitu; metode membaca, metode tazkiyah, dan metode ta’lim, 3). Analisis Ilmu Pendidikan Islam tentang QS. Al-Ahzab ayat 45-47 menghasilkan empat tugas utama bagi guru, yaitu; mengajarkan ayat-ayat Allah, tazkiyah (mensucikan jiwa), mengajarkan Al-Quran & As-Sunnah, dan Ta’lim.