Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia (JRGI)

EFEK MANGROVE TERHADAP PEREDAMAN ENERGI GELOMBANG Riska Yanti; Pou Anda; Muliddin Muliddin
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 01 (2022): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research was conducted in Malalanda Village and Linsowu Village, North Buton Regency in November 2021 by collecting primary data (interviews and direct measurements in the field) and processing secondary data to determine the role of mangroves in reducing wave energy based on mangrove conditions (density, thickness and diameter of mangrove trunks). ) using the Thaha Method (2001). Wave conditions in the Kulisusu Bay area are predicted using wind data from the Beto Ambari Bau-Bau BMKG Station followed by predictions of the height and depth of the breaking waves. Changes in shoreline at two research stations that have different coastal protection (dykes and mangrove forests) were analyzed using ArcGIS 10.3 software and then expressed changes in shoreline in quantitative units. Based on the results of the analysis, it was found that the maximum wave height in the study area ranged from 2.27 m – 3.9 m with a maximum breaking wave height of 2.50 m and 3.57 m at a depth of 1.07 m – 3.15 m at a distance of 100 m to 200 m. The change in shoreline is greater at station 2, which is 6.48 m, and the condition of the mangrove forest at the research station has a thickness of 65.61 m and a porosity of 0.72 capable of damping waves with values ranging from 26.424% - 99.98%.Keywords: wave, mangrove, wave attenuation
IDENTIFIKASI POTENSI OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION (OTEC) DI PERAIRAN BUTON UTARA Besse Muliana; Pou Anda; Muliddin Muliddin; Irawati Irawati
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 3, No 02 (2021): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) di Perairan Buton Utara dan menentukan titik lokasi paling ideal untuk adaptasi pembangkit listrik OTEC yang layak (viable). Potensi OTEC ditentukan dengan menghitung efisiensi Carnot dan daya OTEC menggunakan parameter perbedaan temperatur laut antara di kedalaman 20 m dengan di kedalaman 900 m, sedangkan titik lokasi yang paling ideal untuk instalasi OTEC ditentukan berdasarkan besar potensial daya bersih dan kestrategisan lokasi yang ditinjau dari kemiringan dasar laut.  Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data temperatur laut vertikal dari HYCOM, data batimetri dari BATNAS dan data cuaca dari BMKG Beto Ambari. Hasil penelitian menunjukkan Perairan Buton Utara memiliki potensi OTEC dengan perbedaan temperatur rata-rata 22,57°C serta nilai potensial daya bersih berkisar antara 63,885 MW – 60,014 MW. Titik lokasi yang paling ideal yaitu ST.6 dengan koordinat lokasi 5°2’24”S - 123°2’24”E dengan potential daya bersihnya sebesar 63,649 MW, memiliki kemiringan dasar pantai 15,023% yanfg diklasifikasikan agak curam sehingga jarak dari garis pantai lebih dekat sejauh 7,988 km, sehingga direkomendasikan untuk instalasi jenis pembangkit menggunakan OTEC onshore.Kata kunci: Energi Baru Terbarukan, OTEC, Perairan Buton UtaraAbstract. This research was conducted to identify the potential for Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) in North Buton waters and determine the most ideal location for viable OTEC power generation. The OTEC potential is determined by calculating the Carnot efficiency and OTEC power using the parameters of the difference in sea temperature between a depth of 20 m and a depth of 900 m, while the most ideal location point for OTEC installations is determined based on the potential for net power and a location strategy derived from the slope of the seabed. This study uses secondary data in the form of vertical sea temperature data from HYCOM, bathymetry data from BATNAS and weather data from BMKG Beto Ambari. The results showed that North Buton waters have OTEC potential with an average temperature difference of 22.57°C and a net power potential value ranging from 63,885 MW – 60,014 MW. The most ideal location point is ST.6 with location coordinates 5°2'24”S - 123°2'24”E with a potential net power of 63,649 MW, has a beach base slope of 15.023% which is classified as rather steep so that the distance from the shoreline closer as far as 7,988 km, so it is recommended to install the type of generator using onshore OTEC.Keywords: Renewable Energy, OTEC, Northern Buton Waters
STUDI PENENTU TINGKAT ABRASI DAN AKRESI DI PESISIR TELUK KULISUSU Arfian Arfian; Pou Anda; Muliddin Muliddin
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 02 (2022): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurusan Teknik Geofisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/jrgi.v4i02.24960

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor penentu tingkat abrasi maupun akresi di pesisir Teluk Kulisusu dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Sunamura dan Horikawa. Parameter utama yang dihitung adalah tinggi dan panjang gelombang, ukuran median butiran sedimen dan kemiringan pantai. Peramalan gelombang dilakukan dengan menggunakan data angin tahun 2016 sampai 2020 yang diperoleh dari situs Copernicus ECMWF. Tinggi dan panjang gelombang maksimum ditemukan pada stasiun 1 dengan nilai berturut-turut sebesar 1,921 m dan sebesar 159,13 m untuk fetch dari arah selatan, sedangkan untuk tinggi dan panjang gelombang dengan fetch dari arah barat laut berturut-turut adalah 0,381 m dan 20,44 m. Pada stasiun 2 untuk tinggi gelombang dari arah barat daya sebesar 0,294 m dan panjang gelombang sebesar 27,12 m. Kemiringan pantai stasiun 1 sebesar 5,08o dan ukuran median butir sedimen sebesar 0,15 mm. Sedangkan kemiringan pantai stasiun 2 sebesar 0,42o dan ukuran median butir sedimen sebesar 0,22 mm. Faktor penentu abrasi maupun akresi Cs pada stasiun 1 sebesar 68,42 untuk arah datang gelombang dari selatan dan nilai Cs sebesar 26,71 untuk arah datang gelombang dari barat laut. Sedangkan nilai Cs pada stasiun 2 sebesar 7,40. Berdasarkan kriteria penentu abrasi maupun akresi maka stasiun 1 dikategorikan mengalami abrasi sedangkan stasiun 2 dikategorikan dalam kondisi seimbang.