Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

SARANA REKREASI EDUKASI BUDAYA SULAWESI UTARA DI MANADO, WAYFINDING ARCHITECTURE Angelina E. S. Sihotang; Judy O. Waani; Hendriek H. Karongkong
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v11i1.43386

Abstract

Bermula dari lokasi di Sulawesi Utara, provinsi yang dikunjungi banyak turis luar mengakibatkan akulturasi budaya tak dapat terhindarkan. Maka perlu dihadirkan objek yang menunjang masyarakat mengetahui dan lebih mengenal budaya lokal. Dengan demikian, objek “Sarana Rekreasi Edukasi Budaya Sulawesi Utara di Manado” perlu untuk dihadirkan. Dalam implementasinya, penerapan tema wayfinding architecture terpilih untuk menunjang objek. Proses perancangan ini menggunakan metode kotak kaca (glass box) beserta teori Horst Rittel. Di mana dikenali atas sejumlah prosedur tindakan yang berurut dimulai dari adanya target dan strategi pencapaian target melalui pengumpulan informasi sehingga memunculkan beragam analisis/alternatif yang kemudian dievaluasi untuk mendapat solusi responsif atau yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Pada dasarnya, hasil rancangan “Sarana Rekreasi Edukasi Budaya Sulawesi Utara di Manado penerapan tema Wayfinding Architecture” berfokus mengingatkan kembali kebudayaan Sulawesi Utara secara menarik melalui implementasi tema. Penulis merekomendasikan adanya pengkajian lebih dalam tentang literatur terkait objek perancangan, penguasaan yang lebih baik terkait software perancangan arsitektur.Kata Kunci : Rekreasi, Edukasi, Budaya, Wayfinding Architecture
TERMINAL BUS TIPE A DI TONDANO, KABUPATEN MINAHASA: Green Architecture Jordy Kevin P. Banteng; Judy O. Waani; Frits O. P. Siregar
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terminal merupakan suatu komponen sistem transportasi yang berperan menjadi pangkalan kendaraan angkutan umum yang digunakan untuk mengatur alur sirkulasi kedatangan dan keberangkatan angkutan, serta menjadi sarana untuk menaikan dan menurunkan orang atau barang, serta menjadi perpindahan moda angkutan umum. Melihat dari fungsi tersebut, terminal penumpang merupakan sarana pelayanan public yang memiliki peranan penting dalam penagaturan sirkulasi kendraan umum pada suatu trayek, yang secara luas diperlukan oleh masyarakat. Melihat Tondano sebagai ibukota dari kabupaten Minahasa yang memeiliki terminal bus bertipe B yang berada di kelurahan Wawalintouan, memiliki keadaan yang masih kurang layak untuk memenuhi kebutuhan dari mobilitas masyarakat pada saat ini. Keadaan terminal saat ini juga sudah tidak mencukupi untuk menampung volume kendaraan umum yang ada, diakrenakan keterbatasannya lahan yang ada saaat ini tidak mampu menampung lagi angkutan umum yang ada saat ini sehingga dengan dihadirkan rancangan terminal Tondano tipe A ini bisa menampung semua volume kendaraan dan trayek yang ada di terminal Tondano, dengan menerapan konsep Green Architecture diharapkan bisa mengembalikan citra dari.sebuah terminal dengan pelayanan yang baik dan lebih memadai sehingga menjadi lingkungan yang sehat bagi para penggunanya. Kata Kunci: Green Architecture, Terminal Tipe A, Tondano.
REDESAIN KAWASAN WISATA BENTENG MORAYA DI TONDANO: Arsitektur Historis Dina Salangka; Judy O. Waani; Vicky H. Makarau
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan wisata Benteng Moraya merupakan salah satu objek wisata sejarah yang berada di Tondano Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Objek wisata ini dijadikan salah satu aspek penopang untuk menaikkan pendapatan daerah melalui pajak dan juga mengangkat nilai investasi di Tondano. Namun kawasan wisata Benteng Moraya saat ini belum terdapat fasilitas-fasilitas yang menampilkan latar belakang utama yang ada pada lokasi ini yaitu cerita dari sejarah Perang Tondano maka dari itu diperlukan perancangan kembali untuk memperkuat nilai sejarah dari Benteng Moraya terkait Perang Tondano yang terjadi pada abad ke-18. Objek yang dihadirkan tidak hanya berperan sebagai tempat wisata sejarah dari kawasan Benteng Moraya, namun terdapat juga fasilitas atau wadah untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan juga menjadi pusat kebudayaan dan kesenian Minahasa. Selain itu, dengan terwujudnya Redesain Kawasan Wisata Benteng Moraya dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan juga bisa memberikan peluang ekonomi untuk masyarakat sekitar sehingga pengaplikasian makna Si Tou Timou Tumou Tou dapat terwujud. Kemudian untuk penggunan tema Arsitektur Historis dalam merancang kembali kawasan wisata Benteng Moraya ini merupakan tema yang sesuai dengan tujuan perancangan. Dimana tema Arsitektur Historis ini menjadi dasar dari bentuk bangunan, sirkulasi pada tapak dan juga menampilkan serial vision pada ruang luar terkait sejarah Perang Tondano. Kata Kunci : Benteng Moraya,Tondano, Arsitektur Historis
PERUBAHAN RUMAH TIPE 21 DI PERUMAHAN SIMPONY INDAH WATUTUMOU II DAN PERUMAHAN PEMDA KALAWAT MINAHASA UTARA Grace Junita Mokolensang; Judy O. Waani; Rieneke Sela
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 7 No. 1 (2015)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v7i1.8276

Abstract

Rumah sudah menjadi kebutuhan dasar dari semua orang untuk membina keluarga dalam  menjaga kelangsungan kehidupannya. Pembangunan rumah tipe 21 pertama kali hadir di Perumahan Pemda (Pemerintah Daerah) Kalawat pada tahun 1989 yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi dan mulai ditempati pada tahun 1993. Perumahan Simpony Indah Watutumou II merupakan pembangunan rumah tipe 21 kedua setelah Perumahan Pemda Kalawat dengan pengelola yang berasal dari pihak swasta di tahun 1993. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor penyebab perubahan rumah Tipe 21 di antara Perumahan Simpony Indah Watutumou II dan di Perumahan Pemda Kalawat, Minahasa Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor ekonomi dan sosial yang mempengaruhi terjadinya perubahan. Dari faktor itulah akan didapati kebutuhan dari penghuni rumah. Kebutuhan meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, kehormatan, ego, dan kebutuhan penunjukkan aktualisasi diri. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses perubahan di Perumahan Simpony Indah Watutumou II dan Perumahan Pemda Kalawat terjadi karena adanya faktor kebutuhan sosial dan ekonomi dari penghuni rumah dengan perbedaan diantaranya berupa luasan lahan.  
Adaptasi Komunitas Nelayan Kecamatan Tuminting Terhadap Pembangunan Jalan Boulevard Dua Kota Manado : Adaptation of Fisherman Community in Tuminting Distric to the Development of Jalan Boulevard Dua Manado City Sustri Novita Lerah; Judy O. Waani; Pingkan P. Egam
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 11 No. 2 (2022): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kecamatan Tuminting sebagai salah satu wilayah administrasi di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara.Pembangunan Jalan Boulevard Dua yang terletak di sepanjang pesisir utara Kota Manado tersebut terletak di Kecamatan Tuminting dengan mayoritas bermata pencaharian para warga yaitu nelayan. Nelayan Kecamatan Tuminting dengan komunitas yang terdiri dari 10 anggota. Riset berikut mempunyai tujuan guna pengidentifikasian perubahan lahan dalam Jalan Boulevard Dua dan mengukur tingkat adaptasi masyarakat nelayan terhadap perubahan guna lahan sebab adanya Jalan Boulevard Dua Kota Manado dengan mempergunakan metode deskriptif kuantitatif, serta mempergunakan teknik menganalisis overlay atau tumpang susun dalam sistem informasi geografis (sig). Landasan teori dalam penelitian ini adalah Teori Tingkat Adaptasi yang di kemukakan oleh Wohlwill (1974). Mengacu pada hasil riset yang diselenggarakan, diperoleh yakni fungsi lahan di sekitar Jalan Boulevard Dua Kota Manado sebelumnya adalah pesisir pantai dengan rumah – rumah tinggal masayarakat nelayan dan setelah adanya Jalan Boulevard Dua masyarakat nelayan mulai beradaptasi dengan adanya Jalan Bouleavrd Dua dengan mengambil potensi dari Jalan Boulevard Dua seperti terdapat tambatan perahu, menjual hasil tangkap di sekitar Jalan Boulevard Dua dan rumah yang terlindung dari ombak pasang. Kata kunci: Perubahan guna lahan, Komunitas Masyarakat Nelayan, Adaptasi Masyarakat Nelayan. Abstract Tuminting sub-district is one of the administrative areas in Manado City, North Sulawesi Province.The construction of the Boulevard Dua road, which is located along the north coast of the city of Manado, is located in the Tuminting sub-district where most of the residents livehoods are fishermen.Tuminting sub-district fishermen with the communities consisting of ten members. The study aims to identify changes in land use on Boulevard Dua road and measure the level of adaptation of fishing communities to changes in land use due to the existence of Boulevard Dua road in Manado City by using quantitative descriptive methods and using overlay analysis.The theoretical basis in this study is the level of adaptation theory proposed by Wohlwill (1974) . Based on the result of the research conducted, it was found that the function of the land around the Boulevard Dua of the Manado City before was the coast with fishing community houses and after the Boulevard Dua road the fishing communities began to adapt to the existence of Boulevard Dua road by taking the potential of Boulevard Dua such as there are boat moorings,selling catches around Boulevard Dua road and houses protected from tidal waves. Keyword: Land use change, Fishing community, Adaptation of fishing communities.
Studi Kondisi Perumahan, Sosial dan Ekonomi Pada Lokasi Perumahan dan Permukiman Kelurahan Pandu Kota Manado Ukhti Bayyinah Sutarno; Fela Warouw; Judy O. Waani
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2023): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v12i2.48901

Abstract

Banjir bandang yang melanda Kota Manado pada tanggal 15 Januari 2014 banyak mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana. Perumahan warga yang khususnya rumah – rumah warga yang berada di bantaran sungai sehingga pemerintah mengeluarkan program untuk relokasi rumah. Lokasi dari program relokasi warga yang dilakukan pemerintah ini bertempat di Kelurahan Pandu Kecamatan Bunaken Kota Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan perumahan terhadap tingkat ketersediaan sarana prasarana kawasan permukiman Perumahan Pandu Cerdas selain itu, untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat relokasi di Perumahan Pandu Cerdas. Analisis dalam penelitian ini meggunakan metode deskriptif kuantitaif dengan menggunakan skala likert. Berdasarkan penelitian ini, kondisi perumahan Pandu Cerdas ini sudah memiliki fasilitas berupa sarana dan prasarana yang lengkap namun belum digunakan dengan maksimal. Sedangkan untuk kondisi sosial masyarakat di Pandu Cerdas sering berinteraksi antar satu sama lain dan dari segi ekonomi masyarakat tidak mengalami peningkatan setelah di relokasi.Kata kunci: Perumahan; Prasarana; Sarana; Sosial; Ekonomi .AbstractThe flash floods that hit Manado City on January 15 2014 caused a lot of damage to infrastructure and facilities. Residents' housing, especially residents' houses that are on the banks of the river so that the government issued a program for relocating houses. The location of the residents' relocation program carried out by the government is located in Pandu Village, Bunaken District, Manado City. The purpose of this study is to determine the existence of housing on the level of availability of infrastructure facilities serving the Pandu Smart Housing area. The analysis in this study uses a quantitative descriptive method using a Likert scale. In conclusion, the condition of the Pandu Smart housing already has facilities in the form of complete facilities and infrastructure but has not been used optimally. Meanwhile, the social conditions of the people in Pandu Intelligent often interact with each other and from an economic point of view, the community has not experienced an increase after being relocated.Keywords: Housing; Infrastructure; Means; Social; Economy..
PROSPEK TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH REGIONAL MAMITARANG Humayroh S. A. Ladjolo Ladjolo; Judy O. Waani; Johansen C. Mandey
SPASIAL Vol. 11 No. 1 (2023): Volume 11 no.1 2023
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara merencanakan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Mamitarang dengan sistem lahan urug yang berlokasi di Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Berdasarkan fenomena yang ada, masyarakat yang bermukim di sekitar TPA Mamitarang menolak pembangunan TPA tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ukuran dari masyarakat tentang kemampuan dan kemauan mereka dalam tingkat kepuasan maksimum agar dilibatkan dalam suatu perencanaan untuk dapat menentukan rencana yang diinginkan berdasarkan kemauan dan kemampuannya dalam kepuasan maksimum. Tahap analisa dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif preferensi dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan masyarakat yang tinggal bersinggungan dengan TPA Mamitarang tidak memiliki kemauan untuk mendukung TPA Mamitarang sebagai Tempat Pemrosesan Akhir sampah dengan presentase indikator jenis produk/jasa layanan (23%), kualitas dan kuantitas (22%), utilitas pengguna (22%) dan perilaku pengguna (22%) sehingga perlu memprioritaskan indikator dengan presentase paling tinggi karena memungkinkan atau lebih berpeluang untuk menjadi positif yang dalam hal ini terkait pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap TPA Sampah Regional Mamitarang dengan dengan kajian rekomendasi yaitu program sosialiasi, kemudian dapat menunjang indikator dengan presentase di bawahnya karena saling terkait. Selain itu analisa kemampuan masyarakat menunjukan hasil bahwa masyarakat cenderung tidak mampu sehingga Pemerintah perlu memfasilitasi dan mendorong masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan agar dapat bernilai ekonomis. Alternatif lain adalah dengan tidak memaksakan masyarakat yang tinggal bersinggungan dengan TPA atau pembebasan iuran retribusi sampah sebagai kompensasi. Kata Kunci : Prospek; TPA Regional, Sampah, Prasarana.
TERMINAL WISATA DI KAWASAN PELABUHAN MANADO. ‘ADAPTIVE REUSE’ Awaliyah Oktaviani; Fela Warouw; Judy O. Waani
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17078

Abstract

Kawasan Pelabuhan Manado merupakan kawasan besejarah di Kota Manado yang telah direncanakan untuk direvitalisasi. Permasalahan yang ada sekarang adalah belum optimalnya pengaturan kawasan tersebut misalnya terminal penyeberangan yang belum tertata dengan baik, padahal berpotensi menjadi terminal wisata ke sejumlah pulau di sekitar Kota Manado. Permasalahan lain yaitu vitalitas kawasan yang menurun, penataan parkir yang kurang optimal, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu direncanakan kembali dengan penerapan tema adaptive reuse yang menghasilkan konsep baru marriage old and new design bangunan dan kawasan. Luas site yang dikembangkan 37.525,77 m2, yang dilakukan penambahan reklamasi pada area pelabuhan untuk memaksimalkan fungsi baru pada kawasan Pelabuhan Manado.  Fungsi bangunan meliputi : terminal wisata, museum, galeri, retail, restaurant, cafe, aula, perpustakaan, menara wisata, halte, traditional market. Fungsi wisata juga dikembangkan yaitu area berjemur, outdoor childplay, outdoor event space and park, open stage sebagai penyambut kedatangan dan keberangkatan penumpang dan hiburan menarik pengunjung lokal dan asing untuk datang berkunjung.Dalam memperkuat karakteristik dan mempertahankan keunggulan bangunan  lama terhadap bangunan baru diterapkan 5 konsep dasar yang terdapat  pada tema adaptive reuse, yaitu: wraps, juxtaposition, parasit, weaving and insertion, dengan penggunaan metode studi komparasi menghasilkan konsep bentuk dinamis yang menyesuaikan dengan eksisting site di pinggir laut, dengan memberikan koneksi terhadap 2 blok, menyediakan arahan pada setiap zona kawasan yang memberikan sense of place terhadap pengunjung. Kata kunci : terminal wisata, revitalisasi kawasan pelabuhan, adaptive reuse
MUSEUM BUDAYA TORAJA DI TANA TORAJA. SEMIOTIKA DALAM ARSITEKTUR Friska S. Patoding; Judy O. Waani; Vicky H. Makarau
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17086

Abstract

Di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, dampak langsung globalisasi yang mencairkan batas-batas geopolitik suatu negara telah nyata membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya (John Naisbitt, 1944). Prediksi itu secara gradual juga melanda Indonesia yang ditandai oleh internalisasi paham kesejagatan seperti universalisme, humanisme, ideologi politik, sistem ekonomi dan ekologi, sebagai akibat logis dari interaksi antar budaya. Untuk mengantisipasi dampak dari kesejagatan tersebut, perlu adanya upaya perlindungan dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya Indonesia baik dalam skala nasional maupun regional antara lain salah satunya melalui institusi kultural seperti museum.    Museum budaya merupakan salah satu wadah kebudayaan yang kehadirannya perlu diperhitungkan, karena cukup memberikan andil yang besar antara lain menyimpan dan melestarikan benda-benda seni dan budaya yang ditemukan terkandung makna yang dalam yang sanggup mengungkapkan peradaban manusia dari masa ke masa, merupakan wadah yang dapat memberikan inspirasi dalam perkembangan dunia pendidikan, merupakan wadah kebanggaan dan prestise bangsa yang juga merupakan promosi dalam perkembangan dunia pariwisata, dan merupakan wadah rekreatif, dimana dari penataan koleksi yang baik dapat membangkitkan emosi dari pengunjung.                                 Tana Toraja yang merupakan salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar dan telah dikenal psampai keluar negeri dengan titik berat pada objek-objek : rekreasi, ekonomi, sejarah, seni dan budaya. Karena kebudayaan Tana Toraja yang masih sangat kental maka diharapkan kehadiran Museum Budaya di Tana Toraja ini bisa mewadahi peninggalan-peninggalan kebudayaan dan tradisi dari daerah ini serta hasil kreatifitas dan produktifitas para seniman dan pengrajin untuk mendapat perhatian serta perawatan sebagai upaya pelestarian kebudayaan nasional. Perancangan Museum Budaya Toraja di Tana Toraja ini menggunakan pendekatan tema perancangan “Semiotika dalam Arsitektur”. Konsep utama perancangan ini adalah penerapan nilai dan filosofi simbol-simbol serta tanda (semiotika) dari rumah adat Toraja yaitu bentukan atap Tongkonan, ukiran-ukiran dan dari budaya Toraja ke dalam bentuk fisik bangunan yaitu museum budaya Toraja.Kata kunci           : Semiotika, Museum Budaya, Tana Toraja
REDESAIN TEMPAT REKREASI PANTAI TAMBIO’E DI BEO (Penerapan Proksemik Dalam Arsitektur) Natalia Laloma; Judy O. Waani; Surijadi Supardjo
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17093

Abstract

Pulau Karakelang menyimpan sejumlah destinasi wisata yang sungguh mempesona, salah satunya yaitu pantai Tambio’e, sebuah pantai indah di tepi jalan Beo yang mempesona di Pulau Karakelang. Namun di pantai Tambio’e ini fasilitas yang ada masih kurang, sehingga maksud dari perancangan ini yaitu ingin me-Redesain Tempat Rekreasi Pantai Tambio’e dengan menghadirkan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. Hadirnya fasilitas ini dalam desain menggunakan tema Penerapan Proksemik Dalam Arsitektur.  Proksemik berkaitan dengan personal space yang diartikan sebagai studi yang mempelajari tentang posisi tubuh dan jarak tubuh (jarak antar tubuh ketika seseorang berkomunikasi antar personal) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam Altman, 1975). Istilah lain dari proksemik juga adalah komunikasi non verbal yang ditunjukkan dengan ruang dan jarak antar individu dengan orang lain. Proksemik dibagi atas dua yaitu proksemik jarak dan proksemik ruang.Pada perancangan tata/ruang, biasanya akan mengidentifikasikan fungsi atau peruntukan ruang, apakah sebagai ruang publik, servis, atau personal. Ruang personal tidak selamanya untuk satu individu, namun juga dapat bersifat kumpulan. Dalam penataan suatu ruang terdapat dua pola yaitu pola kesosiopetalan dan pola kesosiofugalan. Konsep-konsep inilah yang akan diterapkan pada Redesain Tempat Rekreasi Pantai Tambio’e Di Beo. Diharapkan dengan adanya penerapan Proksemik dalam arsitektur dapat terciptanya aktifitas dalam bentuk perilaku dalam ruang memberikan gambaran bahwa ruang mengakomodasi banyak ke-pentingan masyarakat misalnya sosial, budaya, lingkungan serta sosial politik baik yang bersifat publik maupun privat.  Kata Kunci : Tempat Rekreasi Pantai Tambio’e, Personal Space, ProksemikÂ