Claim Missing Document
Check
Articles

ALIH WAHANA CERITA RAKYAT DAERAH JAMBI KE NASKAH DRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SASTRA DI SDN 217 KOTA JAMBI Irma Suryani; Julisah Izar; Warni; Rengki Afria; Nurfitri Susanti
PKM Linggau: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2022): PKM Linggau
Publisher : LP3MKIL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55526/pkml.v2i3.335

Abstract

Tujuan dari pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) ini ialah untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada guru SDN 217 Kota Jambi mengenai cara menganalisis secara struktural yaitu tema, amanat, alur, latar, tokoh dan penokohan cerita rakyat daerah Jambi yang sangat bervariasi. Selanjutnya tujuan PPM ini agar guru-guru mampu membuat naskah drama berdasarkan unsur-unsur instrinsik yang sudah dianalisis tersebut. Guru akan mempunyai pengetahuan dan pengalaman terkait menulis naskah drama dalam menentukan tema. Selanjutnya guru mampu menentukan amanat. Selain itu para guru mahir menyusun alur dengan rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat. Selain mahir memilih latar, guru juga mahir mengembangkan karakter tokoh berdasarkan tokoh yang sudah ditetapkan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut diberikan dengan metode sosialisasi dan pelatihan pembuatan naskah drama dan dapat digunakan di dalam kelas. Target yang ingin dicapai dalam sosialisasi dan pelatihan ini adalah guru mendapat pengetahuan mengenai sastra anak yang berhubungan dengan cerita rakyat dan naskah drama. Hasil analisis dan produk guru dalam bentuk naskah drama, sangat memungkinkan untuk meningkatkan kepribadian atau karakter siswa, disamping dapat memberikan hiburan.
SEJARAH PENAMAAN DESA-DESA DI KECAMATAN KUMPEH, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI Julisah izar; Ade Kusmana; Anggi Triandana
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 1 (2021): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.812 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah nama desa-desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Teknik pengumpulakan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dan teknik rekam adapun teknik analisis datanya mengadaptasi teknik analisis data Mile dan Huberman yaitu mengumpulkan data, reduksi data, klasifikasi data dan menarik kesimpulan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasannya sejarah penamaan desa-desa di Kecamatan Kumpeh dilatarbelakangi oleh aspek perwujudan (Flora, latar rupa bumi/ geomorfologis), Aspek Masyarakat (interaksi sosial masyarakat dan aspek kebudayaan (folklore).
Polisemi dan Homonim dalam Kajian Semantik Bahasa Arab Neldi Harianto; Rengki Afria; Julisah Izar
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 2 (2022): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.196 KB)

Abstract

Abstrak: Polisemi dan homonim merupakan fenomena semantik yang terjadi pada internal bahasa, dan fenomena ini terjadi di semua bahasa dan tidak terkecuali Bahasa Arab. Dalam penelitian ini akan dikemukakan deskripsi tentang Polisemi dan Homonim dalam kajian Semantik Bahasa Arab dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berbasis data kepustakaan dan merujuk pada referensi otoritatif tentang semantik Bahasa Arab yang mana data diambil dari berbagai referensi yang terkait Semantik Bahasa Arab spesifik tentang Polisemi dan homonim, kemudian teori dan karakteristik Polisemi dan Homonim Bahasa Arab dikaji secara mendalam kemudian setelah itu dilihat bentuk contoh, setelah contoh Polisemi dan Homonim Bahasa Arab data kemudian data tersebut dideskripsikan dengan menarasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Polisemi dan Homonim juga terdapat di dalam bahasa arab seperti kata ?????? yang dapat bermakna hari kiamat dan sesaat. Dan kata ??? dapat bermakna rumah atau bait sya’ir. Dan berdasarkan contoh yang telah diuraikan maka ????? ????? (mustarak al lafzi) atau ?????? (al Jinas) lebih dekat dengan polisemi sedangkan ?????? ????? (Mujanisatun lafziyyah) lebih memiliki kedekatan dengan homonim. Kata Kunci: polisemi, homonimi, arabic
Klasifikasi Leksikon dalam Tradisi Adat Menegak Rumah di Desa Air Liki Kabupaten Merangin Rengki Afria; Neldi Harianto; Julisah Izar; Intan Helendia Putri
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 2 (2022): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.609 KB)

Abstract

Abstrak Tradisi adat merupakan suatu kebiasaan yang menjadi identitas suatu masyarakat daerah tertentu. Sebagaimana dengan penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskrisikan makna kultural dalam tradisi adat Menegak Rumah Desa Air Liki, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Tradisi ini diadakan oleh tuan rumah yang ingin mendirikan rumah baru sebagai simbol untuk mbujok (merayu) makhluk-makhluk sekitar agar tidak mengganggu saat proses pembuatan rumah. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan leksikologi. Data dan sumber data dalam penelitian diperoleh dari wawancara, rekaman, dan pencatatan yang berasal dari informan. Hasil dari penelitian ini didapatkan 24 leksikon yang muncul dalam tradisi adat menegak rumah di Desa Air Liki, Kabupaten Merangin. Jika dikategorikan ke dalam kelas kata, terdiri dari 17 kata benda, yaitu balehong, hak tambun, pelambang, kencah, donso, tungku, lesung, kohan, takatang, tikar, menyan, puyan, okok nau, lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, dogan,. Selanjutnya 5 kata kerja, yaitu balahak, sayo paek, taganai, silek, sambut talam. Dan 2 pronomina, yaitu datuk langkah, dan datuk ninek mamak. Sedangkan untuk makna kultural didapatkan 18 leksikon, yang terdiri atas 4 leksikon masuk ke dalam makna kultural dalam bentuk makanan dan minuman, seperti lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, dan dogan. Terdapat 4 leksikon makna kultural dalam bentuk benda-benda perlengkapan, seperti kohan, menyan, puyan, dan okok nau. Terdapat 2 makna kultural nama kegiatan, seperti silek, dan sambut talam. Kata Kunci: Tradisi, adat, negak rumah, klasifikasi, leksikon Abstract Customary tradition is a habit that becomes the identity of a particular local community. As with this research which aims to describe the cultural meaning in the traditional tradition of Menegak Rumah Desa Air Liki, Merangin Regency, Jambi Province. This tradition is held by the host who wants to build a new house as a symbol for mbujok (seducing) the surrounding creatures so as not to interfere with the house-making process. The method in this research is descriptive qualitative using a lexicology approach. Data and data sources in the study were obtained from interviews, recordings, and records from informants. The results of this study obtained 24 lexicons that appear in the traditional tradition of upholding houses in Air Liki, Merangin Regency. If categorized into word classes, it consists of 17 nouns, namely balehong, hak tambun, symbol, kencah, donso, tungku, lesung, kohan, takatang, tikar, menyan, puyan, okok nau, lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, dogan. Furthermore, 5 verbs, namely balahak, sayo paek, taganai, silek, sambut talam. And 2 pronouns, namely datuk langkah, and datuk ninek mamak. Whereas for cultural meaning, there are 18 lexicons, consisting of 4 lexicons that enter cultural meanings in the form of foof and drinks such as lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, and dogan. There are 4 lexicons of cultural meaning in the form of equipment object, such as kohan, menyan, puyan, and okok nau. There are 2 cultural meanings of the activity, such as silek, and sambut talam. Keywords: tradition, custome, negak rumah, classification, lexicon
Analisis Struktur Fisik dan Batin Pada Puisi “Membenci Tuhan Dan Aliran Pedang” Karya Gus Ubab Nurdiana Simbolon; Irma Suryani; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.21234

Abstract

Abstrak Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra yang terdiri atas rangkaian kata dan mengandung Makna. Oleh karena itu, untuk memahami puisi perlu adanya kajian mendalam. Tujuan Dari penelitan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana struktur fisik dan batin yang terdapat dalam puisi ”Membenci tuhan dan aliran pedang” karya Gus Ubab. Metode dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural yang bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur batin yang terdapat pada puisi tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah membaca puisi, mengalisis struktur fisik dan batin puisi dan memberikan kesimpulan. Hasil dariAnalisis puisi memuat tema percintaan dan kehidupan yang memiliki suasana tegang,benci, dan menderita.  Abstract Poetry is a type of literary work that consists of a series of words and contains meaning. Therefore, to understand the poetry, It needs in-depth study. The purpose of this research is to describe how the physical and mental structures contained in the poem "Membenci Tuhan and Aliran Pedang "by Gus Ubab. The method in this study is a structural approach that aims to identify and describe the inner structure contained in the poem. The data analysis technique in this research is reading poetry, analyzing the physical and mental structure of the poem and giving conclusions. The results of the analysis of poetry contain themes of love and life which have an atmosphere of tension, hatred, and suffering.
Leksikon Budaya Tradisi Besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan di Desa Tanjung Lebar Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi, Tinjauan: Kajian Etnolinguistik Siti Maisaroh; Ade Kusmana; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23275

Abstract

Abstract This study aims to describe the cultural meaning in the Besale tradition of Suku Anak Dalam Batin Sembilan which is in the Tanjung Lebar Village Bahar Selatan District Muaro Jambi Regency. The research method is descriptive with a qualitative approach. After that the data obtained in the form of words on equipment, people, and the way/process of implementing the besale tradition. Data obtained from three informants. The techniques used to obtain data are observation, interview, listen, record and note. Then the data obtained were analyzed using the qualitative data analysis technique of the Miles and Huberman model. The results of this study are the cultural lexicon and cultural meaning of the besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan tradition in form of names of equipment, people and ways consisting of words that use Suku Anak Dalam Malay and words that use Indonesian but with different pronunciations. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan leksikon budaya dan makna kultural pada tradisi Besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan yang berada di kawasan Desa Tanjung Lebar Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setelah itu data yang diperoleh berupa kata pada perlengkapan, orang dan cara/proses pelaksanaan tradisi besale. Data diperoleh dari tiga informan. Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data yaitu observasi, wawancara, simak, rekam, dan catat. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini adalah leksikon budaya dan makna kultural dari tradisi besale Suku Anak Dalam Batin Sembilan yang berupa  nama-nama perlengkapan, orang dan cara yang terdiri dari kata yang menggunakan bahasa Melayu Suku Anak Dalam Batin Sembilan dan kata yang menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi dengan penyebutan yang berbeda.
Analisis Makna Referensial dan Nonreferensial dalam Umpasa Batak Toba Roslina Mariana Butarbutar; Ernanda Ernanda; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23277

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna referensial dan nonreferensial dalam umpasa Batak Toba yang terdapat dalam upacara-upacara Batak Toba yaitu dalam upacara pernikahan, kelahiran, kematian, memasuki rumah dan baptisan kudus. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata dalam umpasa Batak Toba yang mengandung makna referensial dan nonreferensial. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik pilah unsur penentu, wawancara, dan teknik rekam. Hasil penelitian ditemukan makna referensial dan nonreferensial sebanyak  44 umpasa. Dari 44 data umpasa ditemukan 14 data bermaknakan referensial. Referensial ialah makna yang berhubungan langsung dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen ataupun acuan boleh saja berupa benda, gejala, peristiwa, proses, sifat ataupun kenyataan. Adapun makna referensial yang mengacu pada benda terdapat 13 data, makna referensial yang mengacu pada sifat berjumlah 1 data. Adapun makna nonreferensial dalam penelitian ini ditemukan 8 data. Dikatakan makna nonreferensial jika kata-kata tidak memiliki acuan/referen dan kata tugas merupakan makna nonreferensial yakni seperti pada kata tugas preposisi dan konjungsi serta relative marker (penanda relatif). Dari 8 data makna nonreferensial ditemukan penghubung koordinatif pertentangan berjumlah 1. Makna referensial pada penghubung koordinatif penggabungan 3. Makna nonreferensial pada penghubung koordinatif pemilihan berjumlah 1. Makna nonreferensial pada penghubung subordinatif penyebab berjumlah 1. Makna nonreferensial pada penghubung subordinatif syarat berjumlah 1. Makna nonreferensial relative marker berjumlah 1. Adapun makna referensial dan nonreferensial ditemukan 22 data yakni makana referensial dengan preposisi ke- ada 2 data. Makna referensial dengan preposisi di- ada 1 data. Makna referensial dengan konjungsi koordinatif penggabungan ada 10 data. Makna referensial dengan konjungsi koordinatif pertentangan ada 1 data. Makna referensial dengan dengan konjungsi subordinatif tujuan ada 2 data. Makna referensial dengan relative marker (penanda relatif) ada 6 data. Jadi, dalam umpasa Batak Toba sering menggunakan makna referensial dengan konjungsi koordinatif penggabungan. Abstract This study aims to describe the referential and nonreferential meanings in the Batak Toba umpasa contained in the Batak Toba ceremonies, namely in the ceremonies of marriage, birth, death, entering the house and holy baptism. The type of research used is qualitative descriptive research. The data in this study is in the form of words in umpasa Batak Toba which contain referential and nonreferential meanings. The techniques used in this study are the determinant element sorting technique, interviews, and recording techniques. The results of the study found referential and nonreferential meanings of 44 umpasa. Of the 44 data, 14 data were found to be referential. Referential is a meaning that is directly related to the reference designated by the word. References or references may be objects, symptoms, events, processes, properties, or realities. As for the referential meaning that refers to objects, there are 13 data, the referential meaning that refers to the nature of 1 data.  As for the nonreferential meaning in this study, 8 data were found. It says a nonreferential meaning if the words do not have a reference / referent and the word task is a nonreferential meaning that is as in the word task preposition and conjunction and relative marker (relative marker). From 8 nonreferential meaning data found coordinate links of opposition totaling 1. Referential meanings on the coordinate link of merging 3. The nonreferential meanings on the coordinate link of the election amount to 1. The nonreferential meanings on the subordinative link of the cause amount to 1. The nonreferential meaning on the subordinate link of the condition amounts to 1. The nonreferential meaning of relative marker amounts to 1. The referential and nonreferential meanings found 22 data, namely referential feeds with the preposition to- there are 2 data. Referential meaning with prepositions in- there is 1 data. The referential meaning with the coordinate conjunction of the merger there are 10 data. Referential meaning with coordinate conjunction of the opposition there is 1 data. The referential meaning with the subordinative conjunction of the purpose there are 2 data. The referential meaning with relative marker (relative marker) there are 6 data. Thus, in umpasa Batak Toba often uses referential meanings with coordinate conjunctions of merging.
Makna Leksikal dan Makna Kultural pada Nama Makanan dan Peralatan dalam Upacara-Upacara Adat Batak Toba: Kajian Etnolinguistik Maya Sari Harahap; Ernanda Ernanda; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23281

Abstract

Abstract This study aims to determine the lexical and cultural meanings of food names and utensils used in Toba Batak traditional ceremonies in Simangumban District, North Tapanuli Regency. The method in this study is descriptive with a qualitative approach, while data collection techniques use observation techniques, recording techniques, interview techniques, observing techniques and note-taking techniques. While the data analysis technique uses the distribution method and the matching method. The data were obtained from informants and four types of traditional ceremonies in the Batak Toba in Simangumban District, North Tapanuli Regency became the object of his research. The results of this study are the lexical and cultural meanings of the names of the food and utensils used in the forty Toba Batak traditional ceremonies, consisting of names that use the local language. The cultural meaning obtained from the name of the food and equipment can be seen from the way it is made, how to use it, based on the ingredients and based on the characteristics of the food and equipment. The cultural meaning attached to these foods and utensils leads to hope, prayer, and the sharing of blessings. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna leksikal dan makna kultural pada nama makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara-upacara adat Batak Toba di Kecamatan Simangumban, Kabaupaten Tapanuli Utara. Metode pada penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik obeservasi, teknik rekam, teknik wawancara, teknik simak dan teknik catat. Sedangkan teknik analisis data menggunakan metode agih dan metode padan. Data diperoleh dari informan dan empat jenis upacara adat dalam Batak Toba di Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara menjadi objek penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah makna leksikal dan makna kultural dari nama makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara-upacara adat Batak Toba yang berjumlah empat puluh, terdiri dari nama yang memang menggunakan bahasa daerah. Makna kultural yang diperoleh berdasarkan nama makanan dan peralatan tersebut dilihat dari cara pembuatan, cara penggunaan, berdasarkan bahan dan berdasarkan ciri dari makanan dan peralatan tersebut. Makna kultural yang terdapat pada makanan dan peralatan tersebut mengarah kepada harapan, doa dan penyampaian berkat.
Toponimi Desa-Desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari Monica Salestina Putri; Ade Kusmana; Julisah Izar
Kajian Linguistik dan Sastra Vol. 1 No. 3 (2023): Januari 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/kalistra.v1i3.23285

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengungkapkan mengenai makna-makna yang terkandung yang ada di desa-desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari dan menjelaskan jenis toponimi yang ada di desa-desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang. Penamaan suatu tempat kerap sekali memiliki nilai dan makna yang terkandung didalamnya dan perlu kita lestarikan agar terus terjaga keberadaanya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Toponimi nama desa-desa yang ada di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari dan apa saja jenis Toponimi yang ada di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang terdapat di dalam penelitian ini adalah toponimi desa-desa di Kecamatan Mauara Bulian Kabupaten Batang Hari. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat asli desa-desa Kecamatan Muara Bulian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, teknik simak, teknik rekam dan teknik catat. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dari 16 desa yang ada di muara bulian memiliki makna-makna sendiri yang terkandung didalamnya. Pada penelitian ini terdapat kategorisasikan nama-nama desa yang ada di Kecamatan Muara Bulian berdasarkan beberapa pengaspekan, yang pertama yaitu aspek perwujudan, aspek kemasyarakatan dan yang terakhir yaitu aspek kebudayaan. Penelitian ini juga menjelaskan terdapat beberapa jenis toponimi yang ada pada desa di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, yaitu Toponimi Pemberian, Toponimi Wilayah, Toponimi Vegetasi dan terakhir Toponimi Sejarah. Abstract This study aims to explain and reveal the meanings contained in villages in Muara Bulian District, Batang Hari Regency and explain the types of toponyms that exist in villages in Muara Bulian District, Batang Regency. Naming a place often has value and meaning contained in it and we need to preserve it so that its existence is maintained. The formulation of the problem in this study is how the toponymy of the names of villages in Muara Bulian District, Batang Hari Regency and what types of Toponyms exist in Muara Bulian District, Batang Hari Regency. This research is qualitative descriptive research. The data contained in this study is the toponymy of villages in Mauara Bulian District, Batang Hari Regency. The sources of data in this study were the indigenous people of the Muara Bulian sub-district. Data collection in this study used interview techniques, listening techniques, recording techniques and note-taking techniques. The results of this study explain that of the 16 villages in Muara Bulian, they have their own meanings contained therein. In this study, there are categorization of the names of villages in Muara Bulian District based on several aspects, the first is the embodiment aspect, the social aspect and the last is the cultural aspect. This study also explains that there are several types of toponymies that exist in villages in Muara Bulian District, Batang Hari Regency, namely Giving Toponymy, Regional Toponymy, Vegetation Toponymy and lastly Historical Toponymy.
KONSEP PENAMAAN PADA RUANG PUBLIK DI PROVINSI JAMBI: KAJIAN LANSKAP LINGUISTIK Helty Helty; Julisah Izar; Anggi Triandana
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 7, No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep penamaan pada ruang publik di Provinsi Jambi yang ditinjau melalui kajian linguistik lanskap. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan secara langsung konsep penamaan pada ruang publik di Kota Jambi, Provinsi Jambi dengan menggunakan teori Lanskap Linguistik. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan pengamatan dan wawancara, dan teknik analisis data pada penelitian ini yaitu dengan penganalisisan dalam penyajian data, dan penganalisisan setelah data terkumpul. Hasil penelitian ini menunjukkan: secara informasi konsep penamaan tergolong kedalam faktor sejarah, harapan dan kesepakatan. Sedangkan secara simbolik konsep penamaan berdasarkan adanya relasi kuasa dan relasi budaya pada papan nama jalan,  imperialisasi bahasa pada papan nama kafe, imperialisasi bahasa dan status bahasa pada papan nama warung sedangkan pemberian nama pada papan nama perkantoran tergolong ke dalam kebijakan bahasa dan status bahasa yaitu masih menggunakan bahasa resmi.Kata kunci:  Penamaan, Ruang Publik, Lanskap Linguistik This study aims to determine the concept of naming public spaces in Jambi Province which is reviewed through landscape linguistic studies. The method in this study used a qualitative descriptive approach, where the researcher directly described the concept of naming in public spaces in Jambi City, Jambi Province using the Linguistic Landscape theory. The data collection techniques were observation and interviews, and data analysis techniques in this study were analyzing the presentation of data, and analyzing after the data was collected. The results of this study indicate: informationally the naming concept were classified into historical factors, expectations and agreements. While symbolically the naming concept was based on the existence of power relations and cultural relations on street signboards, language imperialization on cafe signage, language imperialization and language status on shop signboards while naming on office signage belong to language policy and language status, which is still use the official language.Keywords: Naming, Public Space, Linguistic Landscape