cover
Contact Name
Nurjazuli
Contact Email
nurjazulifkmundip@gmail.com
Phone
+6282133023107
Journal Mail Official
jkli@live.undip.ac.id
Editorial Address
Faculty of Public Health, Diponegoro University Jl. Prof. Soedarto, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Central Java, Indonesia 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Lingkungan indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14124939     EISSN : 25027085     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia (JKLI, p-ISSN: 1412-4939, e-ISSN:2502-7085, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli) provides a forum for publishing the original research articles related to: Environmental Health Environmental Epidemiology Environmental Health Risk Assessment Environmental Health Technology Environmental-Based Diseases Environmental Toxicology Water and Sanitation Waste Management Pesticides Exposure Vector Control Food Safety
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022" : 15 Documents clear
Pemanfaatan Arang Aktif Tempurung Kelapa (Cocos nucifera) untuk Mengikat Kromium (Cr) (Study Pada Limbah Cair Batik) A`yunina, Ulva; Moelyaningrum, Anita Dewi; Ellyke, Ellyke
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.93-98

Abstract

Latar Belakang: Logam berat kromium (Cr) dapat menurunkan kualitas lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia. Sumber Cr sering berasal dari proses pewarnaan industri batik yang keluar melalui lingkungan.  Limbah tempurung kelapa dapat dijadikan arang aktif  yang berpotensi mengikat cemaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan kromium pada air dengan pemanfaatan limbah  arang aktif tempurung kelapa.Metode: Sampel adalah  air yang mengandung Cr dikontakkan dengan arang tempurung kelapa selama 60 menit, dimana terdiri dari kelompok kontrol (K) 0g/0,5L dan kelompok perlakuan 35g/0,5L (P1), 40g/0,5L (P2), dan 45g/0,5L(P3). Metode penelitian menggunakan true experiment dengan desain penelitian post-only control group design dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan enam kali pengulangan setiap kelompok. Data dianalisa menggunakan SPSS 20 dengan uji homogenitas Saphiro wilk dilanjutkan dengan one-way ANOVA. Kandungan kromium pada air di ukur dengan metode Atomic Absorption Spectrophometry (AAS).Hasil: Rerata kadar kromium pada kelompok kontrol (K) sebesar 0,04117 mg/L; kelompok 0,03069 mg/L (P1); 0,02061 mg/L (P2), dan 0,01090 mg/L (P3). Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok kontrol (K) dengan kelompok perlakuan.Simpulan: Arang aktif tempurung kelapa  dapat menurunkan kadar kromium pada air. Semakin banyak arang aktif tempurung kelapa yang dikontakkan maka semakin menurun kadar kromium dalam air. ABSTRACT Title: The Utilitation of Coconut Shell Activated Charcoal (Cocos nucifera)  to Binding  the Chromium (Cr) In the Water (Study in Batik Wastewater). Background: Chromium (Cr) can effect the environment and effected on human health. Chromium can emit from batik industries because of colouring proceses. The coconut shell activated charcoal may binding the pollution. This aims of the study is analyze the the coconut shell activated charcoal to binding chromium levels in batik wastewater.Method: Samples consisted of the control group (K) is 0g / 0.5L, the first treatment group (T1) was 35g / 0.5L; 40g / 0.5L (T2), and 45g / 0.5L (T3) which contacted 60 minute. The method in this research is true experiment with post-only control group design and a completely randomized design with six times of repetitions. Data were analyzes with SPPS 20, analysis with saphiro wilk and one-way ANOVA. The Atomic Absorption Spectrophometry (AAS) method using to identified the chromium in the water.Result: The average chromium in control group (K) was 0.04117 mg / L, treatment 1 (P1) was 0.03069 mg / L, treatment2  (P2) was 0.02061 mg / L, and treatment3 (P3) was 0.01090 mg / L. There were sig correlation (p<0,05) between control group (K) and treatment groups.  Conclution: Coconut Shell Activated Charcoal (Cocos nucifera) can binding the chromium in the water.
Pengaruh Indeks Risiko Sanitasi Terhadap Kejadian Stunting di Kecamatan Moyo Utara Maliga, Iga; Hasifah, Herni; Antari, Gladeva Yugi; Rafi'ah, Rafi'ah; Lestari, Ana
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.50-58

Abstract

Latar belakang: Sanitasi lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Salah satu dampak dari buruknya kesehatan lingkungan adalah angka kejadian stunting pada balita.Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh antara indeks risiko sanitasi dengan kejadian stunting di Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa.Metode: Suatu penelitian observasional analitik dengan disain cross sectional yang dilakukan pada bulan Maret tahun 2021 di Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa NTB. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling dengan perhitungan menggunakan rumus slovin dengan taraf kesalahan 5% didapatkan sampel sebanyak 40 orang.Hasil: karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas anak  responden  yang terkena stunting berjenis kelamin perempuan 60%, sisanya laki-laki. Rentang usia 3-4 tahun mendominasi usia anak responden yang menderita stunting sebanyak 40%, dan yang paling minoritas pada rentang usia 0-2 tahun  sebesar 10%. Mayoritas responden merupakan ibu rumah tangga sebanyak 52,5%. Berdasarkan hasil analisis Indeks Risiko Sanitasi dengan menggunakan EHRA, sanitasi di wilayah penelitian masuk dalam kategori risiko sanitasi tinggi dan sangat tinggi. Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara risiko sanitasi dengan kejadian stunting pada masa pandemic dengan nilai signifikansi <0,001 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,6.Simpulan:Terdapat  pengaruh antara indeks risiko sanitasi dengan kejadian stunting di Kecamatan Moyo Utara dengan persen pengaruh yang cukup signifikan antara risiko sanitasi dengan kejadian stunting yaitu sebesar 60%.  ABSTRACTTitle: Effect of Sanitation Risk Index on Stunting Incidence in North Moyo District Background: Environmental hygiene is one of the factors that influence the level of public health. One of the effects of poor environmental hygiene is  stunting in children under the age of five. This study aims to determine the impact of hygiene risk indicators on the incidence of stunting in the Sumbawa Regency's North Moyo area. Methods: This study is an analytical observational study using quantitative data. This study used a cross-sectional approach. This study using survey and interview methods. The survey was conducted in March 2021 in the North Moyo area of NTB's Sumbawa Regency. The samples in this study were extracted using a simple random sampling technique calculated using Slovin's formula with an error rate of 5%. A sample of 40 people was obtained.  Results: Respondent characteristics  showed that the majority of respondents' children affected by stunting were 60 years old and the rest were boys. The age range of 34 years dominates the age of respondents who suffer from stunting by 40%, and the most minority is in the age range of 02 years by 10%. The majority of respondents are housewives, as much as 52.5%. Based on the Sanitation Risk Index analysis results using the EHRA method, sanitation in the research area is categorized as high and very high sanitation risk. The linear regression test results showed a significant effect between sanitation risk and the incidence of stunting with a significance value of <0.001 with a regression coefficient of 0.6.Conclusion: There is an influence between the sanitation risk index and the incidence of stunting in North Moyo District with a significant effect between the sanitation risk and the incidence of stunting, which is 60%.
Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Terhadap Keluhan Penyakit Kulit Zahtamal, Zahtamal; Restila, Ridha; Restuastuti, Tuti; Anggraini, Yuni Eka; Yusdiana, Yusdiana
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.9-17

Abstract

Latar belakang: Masalah sanitasi lingkungan antara lain ketersediaan air bersih, kondisi fisik rumah, keberadaan vektor dan binatang pembawa penyakit masih menjadi pemicu tingginya penyakit kulit di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan sanitasi lingkungan terhadap keluhan penyakit kulit di masyarakat.Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain  cross sectional. Variabel dependen adalah keluhan penyakit kulit, sedangkan variabel independen antara lain sumber air bersih dan air minum, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kondisi rumah (tata ruang, sekat pada dapur, dinding rumah, ventilasi ruang keluarga dan kamar tidur, lubang udara pada dapur, dan kepadatan hunian kamar tidur), tanda keberadaan binatang dan vektor pembawa penyakit (tikus, kecoa, nyamuk, serangga). Pengumpulan data variabel independen dilakukan dengan wawancara dan observasi, sedangkan variabel dependen dilakukan melalui variabel dependen (keluhan penyakit kulit) dilakukan melalui pemeriksaan klinis dan hasil diagnosis oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.  Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat di desa Ranah. Jumlah sampel menggunakan rumus estimasi proporsi didapatkan jumlah sampel 245 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.  Data dianalisis dengan chi-square dan regresi logistik berganda.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan 36,73% (95% CI: 30,69% - 42,76%) responden mengalami keluhan penyakit kulit. Analisis bivariat didapatkan hanya ventilasi tidak memenuhi syarat yang berhubungan signifikan terhadap masalah kesehatan kulit (p value 0,001). Sementara sumber air bersih dan air minum, jamban,SPAL), jenis lantai rumah, kondisi rumah lainnya dan keberadaan binatang dan vektor pembawa penyakit tidak berhubungan signifikan terhadap keluhan penyakit kulit (p value>0,05).  Analisis multivariat diperoleh hasil faktor risiko yang paling berhubungan adalah ventilasi ruang keluarga (p value 0,0001, adjusted OR 6,34), kemudian SPAL (pvalue 0,02 adjusted OR 2,51), dan keberadaan vektor pembawa penyakit (serangga) (p value 0,007 adjusted OR 2,44)Simpulan: Penelitian ini membuktikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhahap keluhan penyakit kulit  adalah ventilasi, sumber air minum, SPAL,  dan keberadaan serangga. ABSTRACT Title: Relationship of Environmental sanitation with Complaints of Skin DiseaseBackground: Environmental sanitation problems include the availability of clean water, the physical condition of the house, the presence of vectors and disease-carrying animals that still trigger high levels of skin disease in the community. The purpose of this study was to determine the relationship between environmental sanitation and complaints of skin diseases in the community.Method: This study used a quantitative approach with a sectional corss study design. Data collection for the independent variables was carried out by interview and observation, while the dependent variable was carried out through clinical interviews. The environmental aspects studied were sources of clean and drinking water, latrines, sewerage (SPAL), house conditions (layout, kitchen partition, walls of permanent houses, house and bedroom ventilation, air holes in the kitchen, and room density), and signs of the presence of animals and disease-carrying vectors (rats, cockroaches, mosquitoes, insects, and flies). The number of samples was 245 people taken by purposive sampling. Data were analyzed by chi-square and multiple logistic regression.Result: The results of this study showed that 36.73% (95% CI: 30.69% - 42.76%) of respondents had complaints of skin disease. Bivariate analysis found that only ventilation had a significant effect on skin health problems (Pvalue 0.001). Meanwhile, clean and drinking water sources, latrines, sewerage), types of house floors, other house conditions and the presence of animals and disease-carrying vectors did not have a significant relationship with skin problems (p value> 0.05). Multivatiate analysis showed that the most influential risk factors were house ventilation (p value 0.0001, adjusted OR 6.34), then SPAL (p value 0.02 adjusted OR 2.51), and the presence of disease-carrying vectors (insects) (p. value 0.007 adjusted OR 2.44)Conclusion: Environmental factors that affect symptoms of skin disease in the community are air ventilation, SPAL, and the presence of insects. The sanitation factor was not significantly related.
Penambahan Variasi Kompos Dapur Terhadap Germination Indeks Tanah Mulyati, Sri Slamet; Pujiono, Pujiono; Prijanto, Teguh Budi; Fikri, Elanda
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.99-105

Abstract

Latar Belakang: Kompos berkualitas bagus dapat dilihat dari tingkat kematangan dan stabilitas kompos itu sendiri.Germination Index (GI) merupakan uji fitotoksisitas kompos terbaik karena alasan kemudahan dan keandalan. Nilai Germination Index (GI) akan mengalami penurunan ketika kondisi tanaman tercemar oleh logam berat.Metode: Penelitian ini adalah eksperime semu, skala laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Germination Index (GI) pada berbagai kondisi tanah. Benih yang ditanam di berbagai media adalah  kacang hijau atau Vigna radiata. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Germination Index. Germination Index merupakan nilai perkalian persentase perkecambahan (Seed Germination) dan Panjang Akar (Root Length). Variabel penting lain yang diamati adalah pH tanah dan logam berat biji kacang hijau.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai persentase perkecambahan (SG) campuran tanah kompos adalah 80-86,67%. Panjang Akar (RL) pada campuran tanah kompos adalah 0,7-1,36 cm. Nilai Germination Index (GI) campuran tanah kompos sebesar 17,46-34,89%. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam nilai Germination Index (GI) antara campuran tanah kompos yang berbeda-beda (1: 1, 2: 1.3: 1).Simpulan: Nilai Germination Index tanah yang terkontaminasi Chrom lebih besar dari campuran tanah kompos. Semakin tinggi nilai pH kompos semakin menurun nilai panjang akar sehingga memengaruhi nilai Germination Index menjadi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan benih pada media tanah terkontaminasi Chrom. ABSTRACT: Title: Adding Variations In Kitchen Compost To Soil Index GerminationBackground: Good quality compost can be seen from the level of maturity and stability of the compost itself.. Germination Index (GI)  the best compost phytotoxicity test for reasons of ease and reliability. The Germination Index (GI) value will decrease when plant conditions are contaminated by metals. Method: Th study was a quasi-experimental, laboratory scale. The purpose of this study was to determine the value of the Germination Index (GI) in various soil conditions Seeds planted on various media are Vigna radiata. The variable observed in th study  the Germination Index. Germination index value  the multiplication of the percentage of Seed Germination (SG) and Root Elongation (RE).Other important variables observed were soil pH and heavy metals in Vigna radiata seeds.Result: The results showed that the value of Seed Germination (SG) in the soil added by compost variation was 80-86.67%. The value of Root Length (RL) on the soil added with compost variation  0.7-1.36 cm. Germination Index (GI) value in the soil added by compost variation  17.46-34.89%. There was no significant difference in Germination Index (GI) values between different soil conditions with the addition of compost (1: 1, 1: 2.1: 3)Conclusion: The Germination Index value of soil contaminated with Chromium was greater than that of the compost soil mixture. The higher the pH value of the compost, the lower the root length value so that the Germination Index value was lower than the growth of seeds on soil contaminated with Chromium.
Analisis Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah Slodia, Maudy Risma; Ningrum, Prehatin Trirahayu; Sulistiyani, Sulistiyani
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.59-64

Abstract

Latar belakang: Permasalahan gizi, sanitasi, dan lingkungan menjadi pemicu masalah stunting di Indonesia. Kejadian stunting yang terdapat di Indonesia sebesar 30,8% dan Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah menjadi yang mempunyai prelevansi stunting yang cukup tinggi. Kecamatan Cepu di Kabupaten Blora mencatat warganya 52,61% memiliki jamban yang tidak aman dan 24,67% masih buang air besar sembarangan serta pengelolaan sampah juga masih tidak teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kondisi sanitasi lingkungan dan menganalisis hubungan sanitasi lingkungan dengan terjadinya stunting di wilayah kerja Puskesmas Kapuan, Cepu.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif dan desain studi case-control. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder adalah dokumentasi dan laporan dari dinas terkait. Uji yang digunakan adalah cross tabulation, chi-square, dan regresi logistic.Hasil: Faktor terkuat penyebab stunting adalah asupan makanan yang diterima balita, yaitu dengan hasil uji nilai p asupan energi terhadap stunting adalah 0,03 atau < 0,05. Sedangkan sanitasi lingkungan tidak berhubungan dengan jenis infeksi yang menyebabkan stunting. Mayoritas balita kelompok kasus memiliki riwayat infeksi akan mudah mengalami stunting.Simpulan: Variabel yang memiliki hubungan dengan stunting adalah asupan gizi dan riwayat infeksi balita. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan langsung seperti sanitasi dan karakteristik responden tidak berhubungan dengan stunting. ABSTRACT Title: Analysis of Relation Between Environmental Sanitation and Stunting Cases in Cepu, Blora District, Central Java Province.Background: Nutrition, sanitation, and environmental problems have triggered the emergence of stunting problems in Indonesia. The incidence of stunting in Indonesia is 30.8%) and Blora Regency, Central Java Province, has a fairly high prevalence of stunting. Cepu Subdistrict in Blora Regency recorded that 52.61% of residents have unsafe toilets and 24.67% still defecate in open defecation and irregular waste management. The purpose of this study was to describe environmental sanitation conditions and to analyze the relationship between environmental sanitation and the incidence of stunting in the working area of Puskesmas Kapuan Cepu.Method: The type of research was an observational analytic study with a quantitative approach and a case control study design. The data obtained in this study were primary data in the form of a questionnaire through interviews and observations. Meanwhile, secondary data was documentation and reports from related agencies. Analysis using cross tabulation, chi square and logistic regression.Result: Main caused of stunting is food intake received by toddlers with the p value of energy intake is 0.03 or <0.05. Meanwhile, environmental sanitation is not related to the type of infection that causes stunting. The majority of toddlers in the case group have a history of infection and will easily experience stunting.Conclusion: Variables that have a relation with stunting are nutritional intake and infection history of toddlers. Meanwhile, variables that are not directly related, such as sanitation and respondent characteristics, are not related to stunting. 
Hubungan Ketersediaan Sanitasi Dasar terhadap Status Gizi Baduta di Desa Pelem, Bojonegoro Basyariyah, Qonita; Diyanah, Khuliyah Candraning; Pawitra, Aditya Sukma
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.18-26

Abstract

Latar belakang: Sanitasi lingkungan dasar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi baduta. Berdasarkan data dari Puskesmas Purwosari sebanyak 11 baduta memiliki status gizi kurang dan 8 diantaranya berasal dari Desa Pelem. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan ketersediaan sanitasi dasar dengan status gizi pada baduta di Desa Pelem, Bojonegoro.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian di Desa Pelem, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro yang dilaksanakan pada tanggal 28 Desember 2019 – 14 Januari 2020. Sampel pada penelitian ini yaitu total dari populasi seluruh baduta sebanyak 51 anak. Variabel yang diteliti yaitu status gizi baduta, sumber air bersih, ketersediaan jamban sehat, dan kepemilikan SPAL. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square.Hasil: Mayoritas masyarakat Desa Pelem mengambil sumber air bersih yang berasal dari sumur (94,0%), rumah yang telah memiliki jamban sehat hanya 60,7% dan 58,8% belum memiliki SPAL. Hasil analisis menunjukkan ketersediaan jamban sehat (p=0,004 < α) dan kepemilikan SPAL (p=0,015 < α) memiliki hubungan yang signifikan terhadap status gizi pada baduta.Simpulan: Ada hubungan antara ketersediaan jamban sehat dan kepemilikan SPAL terhadap status gizi baduta, sehingga strategi terhadap ketersediaan jamban sehat dan SPAL perlu dilakukan untuk menurunkan risiko status gizi kurang pada baduta. Title: Analysis Availability of Basic Sanitation On Nutritional Status Of Baduta In Pelem Village, Bojonegoro.Background: Environmental basic sanitation is one of the factor affect the nutritional status of baduta. Based on data from Purwosari Health Center as many as 11 baduta have undernutrition status and 8 between them are from Pelem Village.  Study aims to analyze availability of basic sanitation with nutritional status in under-fives in Pelem Village, Bojonegoro.Method: This research is an observational study with a cross sectional design. The research location was in Pelem Village, Purwosari District, Bojonegoro Regencyon 28 December 2019 – 14 January 2020. The sample in this study was the total population of all baduta with a total of 51 children. The variables studied are baduta nutritional status, availability of health latrines, and SPAL ownership. The data was obtained from observations and interviews then were analyzed using the chi-square test.Result: The majority of the people in Pelem Village took clean water from wells (94.0%), there were houses that have health latrine just 60,7% and about 58.8% did not have sewerage. Availability of healthy latrines (p=0,004 < α) and sewerage ownership (p=0,015 < α) have a significant relationship with nutritional status in under-fives.Conclusion: There is a relationship between the availability healthy latrines and sewerage ownership on the nutritional status of under-five children.
Why the Quality Of Refill Drinking Water Depots Is Bad (As a Qualitative Study) Alfian, Azyyati Ridha; Firdani, Fea; Sari, Putri Nilam
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.106-110

Abstract

Latar belakang: Data Dinas Kesehatan Kota Pariaman berdasarkan uji laboratorium terhadap kualitas air minum dari Depot Air Minum Isi Ulang menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 50% air minum tidak memenuhi syarat untuk air minum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab buruknya kualitas Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.Metode: Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dilaksanakan di beberapa Depot Air Minum Isi Ulang, Dinas Kesehatan, dan beberapa Puskesmas di Kota Pariaman pada bulan Februari-Juni 2021. Informan berjumlah 9 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan 9 informan. Analisis data menggunakan transkripsi, reduksi, koding, kategorisasi, penyajian data dan interpretasi data faktor penyebab buruknya kualitas DAMIU di kota PariamanHasil: Rendahnya kualitas air minum isi ulang di Kota Pariaman disebabkan oleh rendahnya pengetahuan pemilik atau pekerja mengenai higiene sanitasi di depot air minum isi ulang yang berdampak pada buruknya praktik higiene sanitasi dalam menjaga kualitas air minum. Hal ini juga sejalan dengan kurangnya sosialisasi dan edukasi dari Dinas Kesehatan setempat dan pihak terkait mengenai higiene dan sanitasi.Simpulan: Karena minimnya pengetahuan dan buruknya praktik higiene sanitasi oleh petugas Depot Air Minum Isi Ulang, maka Dinas Kesehatan harus selalu melakukan sosialisasi dan edukasi secara intensif dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas air minum isi ulang kepada setiap operator Depot Air Minum Isi Ulang. ABSTRACT Background: Data from Health Office of Pariaman City mentioned that based on laboratory tests on the quality of drinking water from Refill Drinking Water Depots showed that every year more than 50% does not meet requirements for drinking water. This study aimed to analyze factors of the bad quality of drinking Refill Drinking Water Depots Quality in Pariaman City, Indonesia. Method: This research is qualitative with a phenomenological approach which was carried out in several Refill Drinking Water Depots, Health Office, and several Public Health Center in Pariaman City in February-June 2021. There were 9 informants. Data were obtained by conducting in-depth interviews with 9 informants. Data were analyzed using transcription, reduction, coding, and categorization of data presentation and data interpretation about factors of the bad quality of drinking Refill Drinking Water Depots Quality in Pariaman City.Result: The low quality of refill drinking water in Pariaman City is caused by the low knowledge of the owners or workers regarding the sanitation hygiene of the refill drinking water in depots which has an impact on poor sanitation hygiene practices in maintaining drinking water quality. This is also in line with the lack of socialization and dissemination of information from the local Health Office and related parties regarding hygiene and sanitation.Conclusion: Since the lack of knowledge and poor sanitation hygiene practices by Refill Drinking Water Depot officers, the Health Office should always provide intensive and sustainable socialization and information dissemination to improve the quality of refill drinking water to every operator of Refill Drinking Water Depots 
Analisis Risiko Kesehatan Akibat Pajanan Senyawa Nitrat dan Nitrit Pada Air Tanah di Desa Cihambulu Subang Ardhaneswari, Mutia; Wispriyono, Bambang
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.65-72

Abstract

Latar belakang: Penggunaan pupuk nitrogen seperti NPK dan urea pada lahan pertanian dapat menyebabkan pencemaran pada air tanah di wilayah pertanian. Pupuk nitrogen yang diaplikasikan pada tanah akan mengalami leaching terbawa air hujan masuk ke dalam tanah. Konsumsi air tanah yang mengandung nitrat dan nitrit dapat mengakibatkan dampak kesehatan seperti Blue Baby Syndrome atau Methemoglobinemia dan kanker. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi nitrat dan nitrit pada air tanah dan mengukur tingkat risiko kesehatan yang ditimbulkan dari kedua pajanan ini terhadap penduduk di Desa Cihambulu, Subang.Metode: Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2021 dengan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Wawancara dilakukan kepada 123 responden dari 33 unit rumah tangga untuk memperoleh informasi berat badan, laju konsumsi dan lama tinggal responden di lokasi penelitian.. Sebanyak 33 sampel air tanah diambil  dari 33 unit rumah tangga yang telah dilakukan wawancara. Pengukuran tingkat risiko kesehatan dilakukan dengan menghitung nilai Risk Quotion (RQ) dari masing-masing kelompok responden anak, wanita dan pria dewasa.  Hasil: Hasil analisis menunjukkan konsentrasi nitrat (NO3-N) pada air tanah berkisar antara 0,03 - 6,7 mg/L dengan rata-rata 1,38 mg/L sedangkan konsentrasi nitrit (NO2-N) pada air tanah berkisar antara 0,01 - 0,08 mg/L dengan rata-rata 0,02 mg/L. Tingkat risiko kesehatan non karsinogenik menunjukkan nilai RQ < 1 untuk 3 (tiga) kelompok responden yaitu anak, wanita dan pria dewasa.Simpulan: Seluruh sampel air tanah masih memenuhi baku mutu dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, untuk parameter nitrat dan nitrit. Tingkat risiko kesehatan non karsinogenik yang disebabkan dari kedua pajanan tersebut pada air tanah menunjukkan nilai RQ < 1 dimana kedua pajanan tersebut belum beresiko menimbukan efek merugikan bagi kesehatan. ABSTRACT Title:  Health Risk  Assessment of Nitrate and Nitrite in Groundwater in the Agricultural Area,  Cihambulu Village, Subang,Background: The use of nitrogen fertilizers such as NPK and urea on agricultural land can cause contamination of groundwater in agricultural areas. Nitrogen fertilizer applied to the soil will be carried by rainwater into the soil. Consumption of groundwater containing nitrates and nitrites can lead to health effects such as Blue Baby Syndrome or Methemoglobinemia and cancer. This study was conducted to determine the concentration of nitrate and nitrite in groundwater and to determine the level of health risk posed by these two exposures to residents in Cihambulu Village, Subang..Method: This study was conducted in February 2021 using the method of Environmental Health Risk Assessment. Interview were conducted with 123 respondents from 33 household units to obtain information on weight, consumption rate and length of stay of respondents in the study location. A total of 33 groundwater samples were taken from 33 household units that had been interviewed.Result: The results shows that the concentration of nitrate (NO3-N) in groundwater ranged from 0.03 - 6.7 mg/L with an average of 1.38 mg/L while the concentration of nitrite (NO2-N) in groundwater ranged from 0.01 - 0.08 mg/L with an average of 0.02 mg/L. The level of non-carcinogenic health risk shows an RQ value < 1 for 3 (three) groups of respondents, namely children, women and adult men.Conclusion: All groundwater samples contain nitrate and nitrite within acceptable limits according to the requirements in the Regulation of the Minister of Health Number 492/Menkes/Per/IV/2010 concerning Requirements for Drinking Water Quality, especially nitrate and nitrite requirementrs. The level of non-carcinogenic health risk caused by this exposures to groundwater shows an RQ value < 1 where the two exposures are not at risk of causing adverse health effects. 
Hygiene dan Sanitasi Pada Pedagang Makanan Jajanan Murid Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru, Riau Ismainar, Hetty; Harnani, Yessi; Sari, Nila Puspita; Zaman, Kamali; Hayana, Hayana; Hasmaini, Hasmaini
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.27-33

Abstract

Latar belakang: Sanitasi pada makanan merupakan upaya untuk mengamankan dan menyelamatkan agar makanan tetap bersih, aman dan sehat. Masih ditemukan pedagang makanan yang belum memenuhi standar hygienitas terutama pada makanan jajanan anak di Sekolah Dasar (SD). Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan hygiene dan sanitasi pedagang makanan dilihat dari pengetahuan, personal hygiene, kebersihan peralatan, cara penyajian dan lingkungan.Metode: Jenis penelitian observasional, desain cross sectional. Pemilihan sampel berjumlah 35 pedagang makanan pada sebelas SD di Kota Pekanbaru dengan purposive sampling. Penelitian dimulai bulan Juni-Agustus 2019. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner terstruktur. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95%.Hasil: Masih terdapat 18 orang (51,4%) hygiene dan sanitasi makanan dengan kategori rendah (<700). Ada hubungan signifikan antara personal hygiene, pengetahuan, kebersihan peralatan, cara penyajian dan lingkungan dengan hygiene dan sanitasi makanan dengan ρ-value ≤ 0,05 dan nilai POR> 1. Sedangkan untuk kebersihan peralatan merupakan faktor dominan dengan POR = 8,400 (1,829-38,568).Simpulan: Kelima variabel yang diteliti berhubungan dengan hygiene dan sanitasi makanan dan merupakan faktor risiko. Perlu koordinasi. peran aktif dan pengawasan pihak sekolah bersama pemerintah dalam penerapan standar kebersihan, keamanan dan makanan sehat bagi siswa SD di Kota Pekanbaru. ABSTRACT Title: Hygiene and Sanitation of Snack Traders for Elementary School Students in Pekanbaru, RiauBackground: Food sanitation is an effort to secure and save food to keep it clean, and healthy. But there are still food traders who do not use hygiene standards, especially in snacks in elementary schools. The study aimed to describe the correlation between hygiene and sanitation of food vendors seen from the knowledge, personal hygiene, equipment cleanliness, sanitary presentation, and the environment.Method: It was observational with a cross-sectional design. The sample selection consisted of 35 food traders at eleven elementary schools in Pekanbaru with purposive Sampling. The study was conducted for three months (June-August). The research instrument used a structured questionnaire. The data analysis used univariate and bivariate  analysis with chi-square test at 95% Confidence Interval.Result: There are still have  18 (51.4%) traders whose food hygiene and sanitation are in a low category (Standart <700). There was a significant correlation between, personal hygiene, knowledge, equipment cleanliness, sanitary presentation, and the environment with food hygiene and sanitation with p-value < 0.05 and POR > 1. Meanwhile, equipment hygiene was the dominant factor with POR = 8,400 (1,829-38,568 ).Conclusion: The five variables studied were related to food hygiene and sanitation as a risk factors. Need coordination. the active role and supervision of the school committee together with the government in implementing hygiene, safety, and healthy food standards for elementary school students in Pekanbaru. 
Study of Government’s Strategy on Clean Water Availability in Indonesia Taufik, Mohammad; Khairina, Etika; Hidayat, Roma; Kalalinggi, Rita; Fadhlurrohman, Mochammad Iqbal
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.21.1.111-121

Abstract

Latar belakang: Tujuan tulisan ini adalah mengkaji dan menganalisis strategi pemerintah dalam menjaga dan mengelola sumber daya air dalam mencapai ketersediaan air bersih di Indonesia, mengingat peristiwa perubahan iklim juga dapat meningkatkan krisis air. Pemanfaatan air secara terus menerus dan terbatasnya jumlah air yang dapat dieksplorasi dan dikonsumsi dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan air. Tulisan ini meninjau secara filosofis dan konseptual yang akan menggabungkan perspektif dari langkah-langkah praktis di tingkat dasar seperti strategi perlindungan berupa kebijakan yang telah dibuat seperti Regulasi, Pengelolaan (dalam pengelolaan akan dikaji sejauh mana campur tangan manusia/pemerintah dalam menjaga kesehatan Ekosistem Lingkungan, termasuk sumber air dan sejauh mana pemanfaatannya, kemudian metode apa yang dipakai dan disepakati oleh pemangku kepentingan dalam memastikan kebutuhan air sehingga dapat terpenuhi), evaluasi dan usaha menjaga/melindungi sumber air.Metode: Metode penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai bahan dari buku, jurnal, hasil penelitian, dan media (berita) yang kemudian dianalisis menggunakan model triangulasi yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil: Pada pelaksanaannya, pemerintah telah melakukan pengelolaan ketersediaan air secara kuantitatif dan kualitatif dengan memperhatikan dan menentukan program prioritas dan kegiatan dalam pemanfaatan air. Hal tersebut dilakukan dengan pemantauan air sungai secara manual dan otomatis secara kontinu. Upaya selanjutnya dalam pengelolaan ialah pelaksanaan konservasi air, perlindungan pelaksanaan pengelolaan secara teknis dan nonteknis berupa kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber daya air. Undang-undang ini memuat kebijakan yang secara tegas mengatur tentang sumber air di Indonesia, termasuk evaluasi berupa upaya pengendalian yang didasarkan dari hasil suatu penilaian bahaya dan risiko terhadap air tanah (Groundwater Hazard and Risk Assessment).Simpulan: Secara konsep, strategi yang dupayakan telah mengarah pada terbebasnya Indonesia dari krisis air di masa sekarang dan masa mendatang sesuai dengan perlindungan/produk yang mengatur. Namun pada Pelaksanaan Pengelolaan, konservasi dilakukan secara parsial atau sebagian. Pengelolaan air tanah belum dilaksanakan secara arif dan komprehensif. Tidak adanya pendekatan yang berkelanjutan dan perubahan paradigma oleh pihak yang terlibat dalam pengelolaan ketersediaan air menjadi pemicu tidak terjalinnya koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan. Penilaian risiko belum begitu signifikan karena tidak ada unsur kontinuitas dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan, baik oleh masyarakat maupun kebijakan yang mengatur. ABSTRACT Background: This paper aims to examine and analyze the government’s strategy in maintaining and managing water resources in ensuring clean water availability in Indonesia, considering that climate change can also increase the water crisis. The continuous use of water and the limited amount of water that can be explored and consumed is influenced by the population, which causes an increase in water demand. This paper reviews philosophically and conceptually by combining the perspectives of practical steps at the basic level such as protection strategies in the form of policies that have been made such as regulation, management (in management, the extent of human/government intervention in maintaining the health of environmental ecosystems, including water sources and the extent to which they are used, then what methods are used and agreed upon by stakeholders in ensuring that water needs can be met), evaluation, and efforts to maintain/protect water sources.Methods: The research method used qualitative analysis with data collection carried out through library research by collecting various materials from books, journals, research results, and media (news). The data were then analyzed using a triangulation model consisting of data reduction, data presentation, and conclusion.Results: In practice, the government has carried out quantitative and qualitative management of water availability by considering and determining priority programs and activities in water utilization. This is done by monitoring river water manually and automatically continuously. The next effort in management is the implementation of water conservation, protection of the implementation of technical and non-technical management in the form of policies in the management of water resources as regulated in Law No. 17 of 2019 concerning Water Resources. This law contains policies that strictly regulate water resources in Indonesia, including evaluation of control measures based on the results of an assessment of hazards and risks to groundwater (Groundwater Hazard and Risk Assessment). Conclusion: Conceptually, the strategy sought has led to Indonesia’s freedom from water crises in the present and the future by the protection/products that regulate it. Still, it is carried out partially in the implementation of conservation management. Groundwater management has not been implemented wisely and comprehensively, and there is no appropriate approach. Then the paradigm shift by the parties involved in water availability is the trigger for the lack of good coordination between stakeholders. The risk assessment is not highly significant because there is no element of continuity in implementing management and utilization by both the community and the policies that regulate it.

Page 1 of 2 | Total Record : 15