cover
Contact Name
Bachtiar
Contact Email
tiarfpug@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
journalofforestry@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota gorontalo,
Gorontalo
INDONESIA
Gorontalo Journal of Forestry Research
Published by Universitas Gorontalo
ISSN : 26142058     EISSN : 2614204X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Gorontalo Journal of Forestry Research (GJFR) is a media publication for academics, researchers and practitioners to publish the results of research or scientific articles. GJFR is published 2 (two) periods each year, ie every April and October.
Arjuna Subject : -
Articles 54 Documents
MAPPING THE SUITABILITY OF ECOLOGICAL AND SOCIAL CONDITIONS OF Rafflesia patma IN PANGANDARAN NATURE RESERVE Ibnu Mustofa; Lies Rahayu Wijayanti Faida; Denni Susanto
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2021 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v4i2.1739

Abstract

Rafflesia patma is one of endangered species in Indonesia. It is nature population was currently decreasing due to Rafflesia patma holoparasitic nature, whose existence depends on its host (Tetrastigma sp). Pangandaran Nature Reserve is one of areas which has become the habitat of Rafflesia patma in Indonesia. This study aimed to know the suitability of ecological and social habitat for Rafflesia patma in Pangandaran Nature Reserve. The Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) had been done using ecological and social conditions approach that influencing the existence of Rafflesia patma. Parameters of ecological conditions used were the presence of Rafflesia patma, host, predators, and water source. While the social conditions used were the center of human activity and accessibility. Each parameter was scored and overlaid into a map of the suitability of ecological and social conditions. Scoring in each parameter based on a literature study. The result showed that there were three classes of suitability for ecological and social conditions. Location with the most suitable result was 52,5 ha or 12,52%, suitable 176,5 ha 42,09%, and that did not suitable for the ecological and social conditions was 190,3 ha or 45,39%. Location with the most suitable conditions for Rafflesia patma habitat spread in the area which was an ecotone of coastal forest and lowland forest. Based on these results, the management of Pangandaran Nature Reserve need to pay more attention to the ecological habitat of Rafflesia patma. In addition, restrictions on community activities also need to be carried out in order to minimize habitat disturbance by the surrounding community.
ANALISIS POTENSI WISATA ALAM DI KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA Mulyadi Mulyadi; Amran Achmad; Samsu Rijal
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 5 NOMOR 1 TAHUN 2022 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v5i1.1830

Abstract

Sumber daya alam dan sosial budaya merupakan aset dalam mengembangkan pariwisata di suatu wilayah. Tuntutan pariwisata berkelanjutan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, kajian sumber daya pariwisata berbasis alam menjadi penting untuk menentukan kawasan yang cocok untuk perencanaan destinasi pariwisata berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model tata ruang alam untuk perencanaan wisata alam berdasarkan kriteria daya tarik wisata. Daya tarik objek wisata dikembangkan berdasarkan keragaman bentang alam seperti tutupan lahan dan kondisi fisik desa yang meliputi variasi bentang alam berdasarkan tutupan lahan, variasi berdasarkan persebaran objek wisata, variasi nilai objek wisata, variasi dalam kegiatan wisata, variasi ketinggian, variasi kemiringan, kedekatan sumber air dan aksesibilitas. Obyek dan daya tarik yang telah dinilai kemudian dianalisis menggunakan kriteria penilaian sesuai dengan nilai-nilainyaditentukan untuk setiap kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Parangloe terbagi menjadi empat kelas kesesuaian lokasi wisata alam, yaitu 43,82% sangat sesuai, 35,01% sesuai, 19,44% cukup sesuai, dan 1,73% tidak sesuai dari total wilayah administrasi Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa
EFISIENSI PEMASARAN KAYU GERGAJIAN SENGON (Falcataria moluccana) PADA INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU RAKYAT Susni Herwanti; Indra Gumay Febryano; Rafical Cahaya Utama
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2021 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v4i1.1377

Abstract

ABSTRAKEfisiensi pemasaran kayu gergajian sengon berpengaruh besar terhadap keberlanjutan industri penggergajian kayu rakyat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi pemasaran kayu gergajian sengon pada industri penggergajian kayu rakyat. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung.  Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling) terhadap 5 Industri penggergajian kayu yang memproduksi kayu gergajian sengon secara berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemasaran produk papan, balok, kasau dan reng memiliki kecenderungan yang sama terhadap indikator efisiensi pemasaran.  Berdasarkan indikator producer’s share dan perhitungan efisiensi pemasaran, pemasaran ke empat produk berjalan efisien akan tetapi berdasarkan indikator margin pemasaran, margin keuntungan dan rasio profit margin, pemasaran berjalan dengan tidak efisien. Hal ini dilihat dari margin pemasaran, margin keuntungan dan rasio profit margin yang tidak merata pada semua produk dan semua saluran. Hasil penelitian ini belum dapat menggambarkan efisiensi pemasaran secara keseluruhan sehingga indikator efisiensi pemasaran lainnya perlu juga dipertimbangkan seperti aspek fungsi-fungsi pemasaran, volume penjualan dan kepuasan konsumen.Kata kunci: efisiensi pemasaran, industri penggergajian, kayu gergajian sengonABSTRACTThe marketing efficiency of sengon sawn wood has a big impact on the sustainability of sawmill industry. The purpose of this research is to analyze the efficiency of marketing of sengon sawn wood in the sawmill. The research was conducted by in-depth interviews and direct observation. Sampling was carried out purposively of 5 sawmills that produce sawn wood in a sustainable manner. The results showed that the marketing of boards, beams, rafters and battens had the same tendency towards marketing efficiency indicators. Based on the producer's share indicator and the calculation of marketing efficiency, the marketing of the four products is running efficiently but based on indicators of marketing margin, profit margin and profit margin ratio, marketing is running inefficiently. This can be seen from the uneven marketing margins, profit margins and profit margin ratios for all products and all channels. The results of this study have not been able to describe the overall marketing efficiency so that other indicators of marketing efficiency also need to be considered such as aspects of marketing functions, sales volume and customer satisfaction. Keywords: marketing efficiency, sawmill industry, sengon sawn wood 
ANALISIS VEGETASI DI KAWASAN PULAU MENJANGANTAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB) Erni Mukti Rahayu
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2020 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v3i2.993

Abstract

Pulau Menjanganmerupakan kawasan dalam Taman Nasional Bali Barat (TNBB) yang tergolong kawasan pelestarian alam yang memiliki vegetasi yang beragam, khususnya ekosistem darat dan ekosistem laut. Ekosistem darat terdiri hutan dataran rendah, savana, dan hutan pantai. Keberadaan vegetasi di Pulau Menjangansangat penting guna mendukung fungsi kawasan dalam pelestarian alam. Namun, data tentang vegetasi pada kawasan Pulau Menjanganmasih sangat terbatas. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian tentang analisis vegetasi dimana nantinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber data atau informasi pada kawasan Pulau MenjanganTNBB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Jenis tumbuhan dan Indeks Nilai Penting, Indeks Keragaman jenis, Indeks Kekayaan Jenis, dan Indeks Kemerataan vegetasi hutan yang berada di kawasan Pulau MenjanganTaman Nasional Bali Barat. Metode pengambilan data menggunakan metode transek dengan IS 1%, petak ukur yang digunakan adala 2x2 meter untuk semai, 5x5 meter untuk pancang, 10x10 meter untuk tiang, dan 20x20 meter untuk pohon. Hasil Analisis Vegetasi Indeks Nilai Penting tingkat pohon didominasi oleh Acacia leucophloea (Roxb) Willd pada habitat hutan pantai yaitu sebesar 107.63%, habitat savana sebesar 172,33%, dan hutan dataran rendah sebesar 48,78%. Vegetasi tingkat tiang pada habitat hutan pantai Pemphis acidula Forst sebesar 94.85% sedangkan untuk savana Azadirachta indica A. Juss sebesar 106,49% dan hutan dataran rendah dengan INP sebesar 68,34% yaitu Schoutenia ovata Korth. Vegetasi tingkat pancang pada habitat hutan pantai yaitu Ceriops tagal (Pers) CBRob dengan INP sebesar 86.09%, sedangkan untuk savana INP tertinggi sebesar 105.75% pada Azadirachta indica A. Juss, dan hutan dataran rendah yaitu Rauvolfia serpentina (L) Benth dengan INP 35.95%. Vegetasi tingkat semai pada hutan pantai yaitu Caesalpinia bonduc (L) Roxb dengan INP yang didapat 30.04% dan savana terdapat pada Cleoma viscosa Linnaeus dengan INP 67.77%, sedangkan untuk hutan dataran rendah yaitu Rauvolfia serpentina (L) Benth 60.42%. INP tersebut menunjukkan bahwa keadaan vegetasi yang baik dan terdapat beberapa jenis pohon yang mendominasi hal ini karena keadaan hutan merupakan hutan alam sehingga pertumbuhannya ada yang bersifat dominan dan tertekan. Indeks keanekaragaman tumbuhan di Kawasan Pulau Menjangan, Taman Nasional Bali Barat tergolong dalam kategori sedang pada hutan dataran rendah dimana didapat hasil sebesar 2.65. Indeks kekayaan jenis didapat hasil 5,24 yang menandai bahwa kekayaan jenis tergolong tinggi pada hutan pantai. Indeks kemerataan jenis diperoleh hasil dalam kategori merata karena nilai indeks kemerataan spesies berada pada nilai 1.61.
KELIMPAHAN MAKROFAUNA TANAH PADA LAHAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI Yusuf Aminudin; Puji Lestari; Eko Prasetyo; Singgih Utomo
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2021 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v4i2.1658

Abstract

Erupsi Gunung Merapi terjadi secara periodik yang menyebabkan tanah selalu terbarui setelah terjadinya erupsi. Faktor ketinggian tempat menjadi salah satu faktor penyebab adanya perbedaan ketebalan timbunan material vulkanik yang berupa pasir, kerikil dan bebatuan. Akibat dari perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perbedaan vegetasi penutup lahan terutama pada bagian atas yang didominasi oleh jenis invasif Acacia decurren. Penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis makrofauna tanah dan membandingkan kekayaan (DMg), keanekaragaman (H’) dan keseragaman (E) spesies di dalam dan di luar tegakan pada lahan pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Penelitian dilakukan di Kawasan Kalikuning Park yang berada di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dengan menggunakan metode hand sorting. Pembuatan plot ukur setiap lokasi sebanyak 6 buah yang dibagi menjadi 3 buah di dalam tegakan dan 3 buah berada di luar tegakan. Pengukuran kondisi lingkungan yang dilakukan pengukuran kelembaban, suhu, kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu tanah, pH dan bahan organik tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi penutup menyebabkan adanya perbedaan keberadaan dan distribusi makrofauna tanah. Jenis yang ditemukan seperti cacing, Rhizotrogus aequinoctialis, Rhizotrogus marginipes, laba-laba, lenyai, kelabang, kaki seribu, semut hitam, semut merah dan yellow mealworm. Pada lokasi di dalam tegakan memperoleh nilai DMg= 3,27, H’= 2,739, E= 1,038. Lokasi di luar tegakan memperoleh nilai DMg= 2,04, H’= 1,99, E= 0,961
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KEGIATAN KEBUN BIBIT DESA (KBD) DI KTH WONOSARI TANI IV DESA WONOREJO, KECAMATAN JATIYOSO, KABUPATEN KARANGANYAR Nanda Eka Pertiwi; Prasetyo Nugroho
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 5 NOMOR 1 TAHUN 2022 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v5i1.1805

Abstract

Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Samin merupakan daerah kritis yang rawan terhadap berbagai bencana alam. Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) yang didukung oleh program pembibitan Kebun Bibit Desa (KBD). Dalam mencapai keberhasilan KBD diperlukan partisipasi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi pada berbagai tahapan pelaksanaan KBD dan merumuskan strategi pengembangan KBD di KTH Wonosari Tani IV Desa Wonorejo, Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan yaitu survei, kuisioner, dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan KBD tergolong dalam kategori rendah untuk tahap perencanaan (36,75%), kategori sedang pada tahap pelaksanaan (57,78%) dan kategori rendah pada tahap evaluasi (37,50 %). Rumusan strategi dalam pengembangan KBD mendatang yaitu (1) membangun pengelolaan kebun pembibitan oleh masyarakat desa sebagai usaha; (2) mendorong peningkatan pemanfaatan lahan pembibitan sesuai dengan jenis bibit yang dibutuhkan dan diminati masyarakat; (3) meningkatkan kapasitas SDM (4); melakukan pembentukan dan penguatan kelembagaan kelompok tani  dan kelembagaan desa dalam pembibitan (5); peningkatan penanaman jenis bibit dan jumlah bibit yang diminati masyarakat secara intensif; (6) meningkatkan kualitas bibit dan pemeliharaan tanaman secara intensif untuk keberhasilan panen yang tinggi; (7) melakukan kerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan lembaga lainnya untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan pembibitan; (8) melakukan kerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan lembaga lainnya untuk memaksimalkan hasil dari kegiatan pembibitan
PRESKRIPSI PENGELOLAAN HUTAN JATI RAKYAT DI KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN Hasanuddin Molo; Hikmah Hikmah; Sulfiana Sulfiana
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2021 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v4i1.1378

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the prescription of community teak forest management in Kahu District, Bone Regency, South Sulawesi Province. Data was collected includes primary data sourced from direct observations in the field, and respondents who are directly involved in the management of community teak forests. Data was collected through observation, interview and survey techniques and literature study. Analysis data was descriptively and quantitatively for the prescription of community teak forest management in Kahu District, Bone Regency. The results was showed that the prescription of community teak forest management applied by the community was still very simple, among others the cultivation system that was implemented only relied on natural seedlings as seed sources. Maintenance carried out in the form of cleaning weeds, pruning and maintenance of growing stubs. Harvesting is done by selecting and cutting down trees after a request from the buyer. The marketing system of teak wood production is divided into 2 ways, namely sales in the form of trees and sales in the form of bearings. The potential of community forests in Kahu Subdistrict of Bone Regency is quite large with an average total volume of 166.4 m³ / ha and a mean annual increment (MAI) of 17.8 m³ / ha / yearABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui preskripsi pengelolaan hutan jati rakyat di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, Provinis Sulawesi Selatan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer bersumber dari hasil observasi langsung di lapangan, dan responden yang terlibat langsung dalam pengelolaan hutan jati rakyat. Data dikumpulkan melalui Teknik observasi ,wawancara dan survey serta studi pustaka. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif untuk preskripsi pengelolaan hutan jati rakyat di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preskripsi pengelolaan hutan jati rakyat yang diterapkan masyarakat masih sangat sederhana, antara lain sistem budidaya yang diterapkan hanya mengandalkan bibit anakan alami sebagai sumber bibit. Pemeliharaan yang dilakukan berupa pembersihan gulma, pemangkasan serta pemeliharaan trubusan yang sudah tumbuh. Pemungutan hasil hutan kayu yang dilakukan petani selama ini dengan cara memilih dan menebang pohon Ketika sudah ada kepastian pasar dan harga dari pembeli. Model pemasaran kayu jati yang selama ini dilkukan dengan cara menjual dalam bentuk tegakan berdiri maupun dalam bentuk log atau bantalan. Potensi volume pohon pda hutan rakyat yang ada di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone cukup besar dengan volume total rata-rata yaitu 166,4 m³/ha dan riap tahunan/mean annual increment (MAI) 17,8 m³/ha/tahu
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI SUB 1 A PADA KAWASAN SAUJANA LEMBAH MERAPI MERBABU MAGELANG Rr. Retno Sugiharti; Kartika Sari
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2020 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v3i2.1040

Abstract

Strategi untuk memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal salah satunya dengan upaya pengembangan pariwisata khususnya dengan tema Ekowisata. Wilayah Lembah Merapi-Merbabu adalah kawasan ekowisata unggulan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitianN ini Bbertujuan:  (1) mengidentifikasikan potensi wisata pada kawasan ekowisata Sub 1 A (2) menyusun strategi pengembangan ekowisata di Kawasan Strategis Parwisata  Sub 1 A.  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan analisis deskriptif dan SWOT, yang nantinya akan dihasilkan beberapa strategi dengan prioritas strategi diversifikasi dalam mengimplementasikan strategi tersebut. Penelitian menunjukkan hasil bahwa daya tarik wisata yang terdapat pada Kawasan Strategis Parwisata  B sub 1 a sangat beragam.
PEMETAAN ISU DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI HUTAN BAMBU ALU DARI SUDUT PANDANG PENGUNJUNG DAN CALON PENGUNJUNG Muhammad Rizky Prawira; Sitti Hadijah; Nuraeni M; Ritabulan Ritabulan
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2021 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v4i2.1813

Abstract

ABSTRAKProgram Pengembangan Desa Mitra (PPDM) di Desa Alu, Polewali Mandar, Sulawesi Barat telah memasuki tahun yang ketiga. Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan Desa Bambu Alu sebagai sentra ekowisata berkelanjutan berbasis kerajinan bambu, dimana Desa Alu dikenal memiliki hutan bambu yang luas yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai  pusat pariwisata di wilayah ini. Pada tahun ke ketiga ini, tim PPDM melakukan observasi pemetaan isu terkait  potensi atau kelebihan dan permasalahan atau kelemahan sekaligus analisis kesediaan membayar (willingness to pay)  di Hutan Bambu Alu berdasarkan aspirasi pengunjung dan calon pengunjung. Observasi dilakukan dengan penyusunan dan penyebaran kuesioner kepada 43 responden yang berpartisipasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil hipotesis pasar, dapat disimpulkan bahwa para pengunjung dan calon pengunjung cukup setuju bahwa Hutan Bambu Alu memiliki potensi yang besar dengan produk bambu sebagai daya tarik tersendiri, serta peran pemerintah daerah setempat sangat signifikan dalam pencapaian Hutan Bambu Alu sebagai sentra ekowisata. Namun di sisi lain, kondisi alam dapat mengancam keberlangsungan dari ekowisata Hutan Bambu Alu, serta Hutan Bambu Alu belum memiliki pemetaan rencana atau master plan yang jelas dalam pembangunan visi ekowisata ke depannya. Dari aspek nilai lelang atau penawaran, didapati bahwa harga tiket masuk di kisaran Rp. 2.000 dan Rp. 3.000 adalah nilai yang paling sesuai bagi para pengunjung dan calon pengunjung di Hutan Bambu Alu.. Selain itu, nilai paket wisata di harga Rp. 150.000 adalah yang paling pas untuk ditawarkan kepada para pengunjung dan calon pengunjung. Dari aspek fasilitas penunjang, mayoritas pengunjung dan calon pengunjung cukup puas dengan ketersediaan fasilitas di Hutan Bambu Alu, terkecuali untuk kualitas jalanan yang masih kurang baik serta aksibilitas menuju area Hutan Bambu Alu yang masih meragukan.Kata kunci: PPDM; Ekowisata; Hutan Bambu Alu; Pemetaan Isu; Willingness to Pay ABSTRACTThe Partner Village Development Program (PPDM) in Alu Village, Polewali Mandar, West Sulawesi has entered its third year. The aim of this program is to realize Alu Bambu Village as a center for sustainable ecotourism based on bamboo crafts, since Alu Village is commonly known for its large bamboo forest which has the potential to be developed as a tourism center in this region. In this third year, the PPDM team maps the issues related to potential or strengths and problems or weaknesses as well as an analysis of willingness to pay in Alu Bamboo Forest based on the aspirations of visitors and potential visitors. Observations were made by compiling and distributing questionnaires to the 43 participating respondents. The results show that from the market hypothesis, it can be concluded that visitors and potential visitors quite agree that the Alu Bamboo Forest has great potential with bamboo products as its main attraction, and the role of the local government is very significant in achieving the Alu Bamboo Forest as an ecotourism center. But on the other hand, natural conditions can threaten the sustainability of the Alu Bamboo Forest ecotourism, and the Alu Bamboo Forest does not yet have a clear master plan in the development of an ecotourism vision in the future. From the aspect of the value of the auction or bidding, it is found that the ticket price within the range of Rp. 2,000 and Rp. 3,000 is the most suitable value for visitors and potential visitors to the Alu Bamboo Forest. In addition, the price of the tour package of Rp. 150,000 is the most appropriate to offer to visitors and potential visitors. From the aspect of supporting facilities, the majority of visitors and prospective visitors are quite satisfied with the availability of facilities in the Alu Bamboo Forest, except for the poor quality of the roads and the accessibility to the Alu Bamboo Forest area which is still questionable.Keywords: PPDM; Ecotourism; Alu Bamboo Forest; Mapping of Issue; Willingness to Pay
ECO-EDUTOURISM POTENTIAL FOR SUPPORTING FIELD RESEARCH CENTRE UGM IN KULONPROGO Denni Susanto; Adi Nugroho; Wiyono Wiyono; Rochmad Hidayat
Gorontalo Journal of Forestry Research VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2021 GORONTALO JOURNAL OF FORESTRY RESEARCH
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32662/gjfr.v4i1.1350

Abstract

Edu-ecotourism is a combination between ecotourism with educational purpose. Nowadays edu-ecotourism is gaining popularity, even regencies across Indonesia labelled edu-ecotourism as their long term program. This research aimed to identify edu-ecotourism potential around Field Research Centre (FRC) in Kulonprogo. Research was done between April – October 2020 taking place in area surrounding the Field Research Centre Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Wates, Kulonprogo. Qualitative approach by using triangulation method was used during the research. Samples was taken by questioning 70 people around Field Research Centre UGM. Descriptive qualitative analysis was used to analyzing the result. Result showed that 32% citizen was not yet knowing about FRC. Meanwhile, 68% of them was already know about FRC. Some potential in the area that could be developed as edu-ecotourism such as: community forest ( as the result of national forest rehabilitation movement), cultural heritage (Tugu Pagoda and Bale Agoeng), education of red lemongrass cultivation, emping melinjo, and batik craft,  omah coklat makaryo, springs potential and better accessibility. Based on overall interview with the community, they also support the development of FRC as edu-ecotourism destination in Kulonprogo.