cover
Contact Name
I KETUT MUDITE ADNYANE
Contact Email
adnyane@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
acta.vet.indones@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ACTA VETERINARIA INDONESIANA
ISSN : 23373207     EISSN : 23374373     DOI : -
Core Subject : Health,
Acta Veterinaria Indonesiana (Indonesian Veterinary Journal) mempublikasikan artikel-artikel dalam bentuk: penelitian, ulasan, studi kasus, dan komunikasi singkat yang berkaitan dengan berbagai aspek ilmu dalam bidang kedokteran hewan, biomedis, peternakan dan bioteknologi. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Acta Veterinaria Indonesiana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia. Terbit dua kali dalam satu tahun pada bulan Januari dan Juli. [ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373]
Arjuna Subject : -
Articles 248 Documents
Infiltrasi Limfosit dan Makrofag di Lamina Propria dari Ileum Ayam Pedaging dengan Penambahan Aloe Vera pada Pakan Herlina Pratiwi; Tri Nurhajati
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.636 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.37-41

Abstract

Aloe vera adalah salah satu fitofarmaka yang dapat digunakan sebagai imunomodulator. Khasiat lidah buaya sebagai obat herbal telah diketahui sejak 1500 sebelum masehi. Pengaruh pemberian lidah buaya pada pakan ayam pedaging terhadap infiltrasi makrofag dan lmfosit pada lamina propria ileum diamati melalui pemeriksaan preparat histologi ileum. Hewan coba yanng digunakan adalah 32 ekor ayam pedaging yang dibagi dalam 8 kelompok perlakuan yang terdiri dari 2 group kontrol, 3 kelompok perlakuan kering dengan dosis 0,5%, 1% dan 1,5%; serta 3 kelompok perlakuan basah dengan dosis 0,5%, 1% dan 1,5%. Data yang diperoleh diuji dengan Anova pola faktorial dilanjutkan dengan uji Duncan. Pada penelitian ini tidak didapatkan interaksi antara bentuk (kering dan basah) Aloa vera namun memberikan pegaruh terhadap jumlah limfosit lamina propia ileum pada perbedaan pemberian dosis. Penambahan Aloe vera tidak mengakibatkan peningkatan jumlah makrofag lamina propria namun diguga berperan dalam aktivasi kerja dari makrofag. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Aloe vera dalam bentuk kering dan basah dengan menggunakan tiga tingkatan dosis pada ayam pedaging dapat meningkatkan infiltrasi limfosit di lamina propria dari ileum tanpa mempengaruhi jumlah infiltrasi makrofag.
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisi Iklim Lisa Hidayati; Upik Kesumawati Hadi; Susi Soviana
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 1 (2017): Januari 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.789 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.1.22-28

Abstract

Demam berdarah dengue (BDB) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne virus = arbovirus) melalui perantara utama nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim dengan kejadian DBD di Kota Sukabumi. Data iklim merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika wilayah II Dramaga. Sedangkan data kasus DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Data dianalisa menggunakan analisis correlation pearson product moment dan regresi linear sederhana. Hasil penelitian tentang faktor iklim menunjukkan bahwa ada hubungan antara suhu udara dengan kasus DBD di kota Sukabumi di tahun 2010-2015, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor iklim (curah hujan, dan kelembaban) dengan tingkat kejadian DBD karena data tidak dikumpulkan untuk jangka waktu yang cukup lama. Hasil ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam program pengendalian masa depan untuk Ae. aegypti, karena bisa dilakukan untuk meramalkan waktu pengendalian dan manajemen pengendalian yang efektif.
Aktivitas Larvasida Biji Bengkuang sebagai Insektisida Nabati terhadap Larva Lalat Crysomya bezziana Aulia Andi Mustika; Upik Kesumawati Hadi; April Hari Wardhana; Min Rahminiwati; Ietje Wientarsih
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.789 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.68-73

Abstract

Bengkuang merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi sebagai bioinsektisida. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas biji bengkuang sebagai insektisida nabati terhadap larva lalat Crysomya bezziana (C. bezziana) agen penyebab miasis secara in vitro. Penelitian ini terbagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing sebanyak 20 Larva instar 1 (L1), Larva instar 2 (L2), dan Larva instar 3 (L3) C.bezziana digunakan untuk pengujian in vitro menggunakan pot plastik yang berisi media larva dan ekstrak ethanol biji bengkuang dengan konsentrasi bertingkat 0,06, 0,12, dan 0,25%. Coumaphos 0,06% dan akuades steril digunakan sebagai kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,25% mampu menyebabkan 100% kematian larva dan 100% pupa tidak menetas. Pengujian L3 menunjukkan bahwa ekstrak ethanol biji bengkuang mampu menyebabkan penurunan daya tetas pada semua konsentrasi. Pengujiaan L1 dan L2 untuk mengindikasikan efektifi tas ekstrak sebagai racun perut, sedangkan pengujian pada L3 sebagai indikasi racun kontak. Biji bengkuang memiliki daya larvasida terhadap beberapa jenis larva serangga C. bezziana.
Induksi dan Purifikasi Antibodi Anti-Coxiella burnetii untuk Deteksi Post Mortem Q Fever pada Ruminansia Nina Herlina; Agus Setiyono; Vetnizah Juniantito; Syahruddin Said
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 7 No. 1 (2019): Januari 2019
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (884.669 KB) | DOI: 10.29244/avi.7.1.1-10

Abstract

Q fever merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Coxiella burnetii dan terdistribusi luas di seluruh dunia. Gejala klinis pada hewan ternak bersifat tidak konsisten dan tidak spesifik. Metode imunohistokimia telah digunakan untuk mendiagnosis kasus Q fever pada hewan ternak. Antibodi yang digunakan untuk metode imunohistokimia masih tergolong mahal dan harus diimpor dari negara lain sehingga produksi antibodi menjadi peluang. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi antibodi poliklonal anti-C.burnetii dan mengkarakterisasi antibodi tersebut untuk mendeteksi antigen pada organ limpa, paru-paru, dan hati sapi dari Rumah Potong Hewan (RPH) di Medan yang sebelumnya telah dikonfirmasi positif C.burnetii. C. burnetii strain Nine Mile (NM) dan Complete Freund’s Adjuvant (CFA) digunakan untuk menginduksi antibodi pada dua ekor kelinci New Zealand White (NZW) jantan berumur 10-16 minggu. Boosting dilakukan menggunakan immunogen yang sama dengan Incomplete Freund’s Adjuvant (IFA) pada hari ke-14 pascainduksi. Pemanenan serum dilakukan pada hari ke- 24 pascainduksi. Purifikasi serum dilakukan menggunakan dua tahapan, yaitu presipitasi dengan ammonium sulfat saturasi 35% dan filtrasi gel dengan matriks Sephadex G-75. Konsentrasi akhir antibodi yang diperoleh adalah sebesar 11,3 μg μL-1. Sodium Dodecyl Sulfate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE) dan Western Blot digunakan untuk mengkarakterisasi antibodi yang diproduksi. Selanjutnya dilakukan pewarnaan imunohistokimia menggunakan antibodi tersebut dan sebanyak 90% limpa, 100% paru, dan 100% hati bersifat imunoreaktif yang ditandai dengan warna kecokelatan pada sitoplasma makrofag. Hasil ini menunjukkan bahwa antibodi yang telah dipurifikasi tersebut mampu mendeteksi antigen C. burnetii pada ruminansia.
Ragam Jenis dan Aktivitas Mengisap Darah Lalat Stomoxys spp di Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bogor Wendi Afriyanda; Upik Kesumawati Hadi; Susi Soviana
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 7 No. 1 (2019): Januari 2019
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.505 KB) | DOI: 10.29244/avi.7.1.37-45

Abstract

Keberadaan Stomoxys spp (lalat kandang) pada peternakan sapi perah memiliki dampak negatif seperti penurunan produktivitas susu dan bobot badan, dan sebagai vektor penularan patogen penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan aktivitas mengisap darah lalat kandang. Lalat dikoleksi dengan menggunakan vavoa trap yang ditempatkan di luar peternakan sapi perah dan juga dilakukan pengamatan aktivitas mengisap darah lalat pada tubuh sapi selama 12 jam (06.00-18.00). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat spesies dari genus Stomoxys, yaitu, Stomoxys calcitrans (90.5%), S. sitiens (5,05%), S. indicus (3,57%), dan S. bengalensis (0,88%). Aktivitas mengisap darah lalat Stomoxys spp sangat berfluktuasi di setiap jam pengamatan, mulai pukul 06.00-07.00 WIB, kemudian meningkat pada setiap jam, dan puncak aktivitas mengisap darah pada pukul 15.00-16.00 WIB. Hasil uji korelasi Pearson antara curah hujan dan aktivitas mengisap darah Stomoxys spp menunjukkan korelasi yang tinggi, tetapi tidak signifikan (R-0,922 dan nilai p=0,253>0,05) karena waktu penelitian tidak lama.
Data Dasar Perancangan Alat Celup Puting sesuai dengan Bentuk Puting Sapi Perah di Jawa Barat Herwin Pisestyani; Mirnawati Sudarwanto; Retno Wulansari; Afton Atabany
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 5 No. 2 (2017): Juli 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.853 KB) | DOI: 10.29244/avi.5.2.89-97

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah membuat data dasar mengenai ukuran puting sapi perah peranakan Frisien Holstein di Jawa Barat. Data digunakan sebagai acuan untuk merancang bangun prototipe alat celup puting sesuai dengan bentuk puting dan kondisi peternakan sapi perah di Indonesia. Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional. Data diperoleh dengan cara pengukuran bentuk eksterior puting pada 324 ekor sapi perah dalam masa laktasi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puting bagian depan memiliki rerata lebih panjang dibandingkan dengan puting bagian belakang, berturut turut panjang puting Kanan depan/KaD (6,11 ± 1,42 cm), Kiri depan/KiD (6,11 ± 1,48 cm), Kanan belakang/KaB (4,94 ± 1,37 cm), dan Kiri belakang/KiB (4,88 ± 1,41 cm). Setiap peningkatan umur laktasi menyebabkan panjang puting dari semua kuartir mengalami pertambahan ukuran, dan peningkatan yang signifikan terjadi pada laktasi ke-6 (P<0,05), kecuali pada puting KaB tidak menunjukkan perubahan yang signifikan (P>0,05). Rerata lingkar puting hampir sama pada seluruh kuartir, yaitu 7,66 ± 1,45 cm (KaD), 7,70 ± 1,49 cm (KiD), 7,13 ± 1,38 (KaB), dan 7,07 ± 1,46 (KiB). Rerata lingkar puting juga mengalami pertambahan ukuran seiring dengan bertambahnya umur laktasi. Peningkatan rata-rata lingkar puting secara signifikan terjadi pada umur laktasi ke-5 (P<0,05). Jarak antara puting kanan dan kiri bagian depan lebih lebar (8,08 ± 2,97 cm) dibandingkan dengan jarak antara puting kanan dan kiri bagian belakang (3,02 ± 2,54 cm). Jarak antara puting depan belakang bagian kanan (7,38 ± 2,56 cm) memiliki rerata yang hampir sama dengan jarak antar puting depan belakang bagian kiri (7,27 ± 2,54 cm). Puting depan memiliki jarak yang lebih dekat dengan lantai dibandingkan dengan puting belakang, dengan perbedaan jarak sebesar 0,97 cm.
Gambaran Nilai Hematologi Tikus Putih Betina Dara pada Pemberian Tombong Kelapa Sumiaty Aiba; Wasmen Manalu; Agik Suprayogi; Hera Maheshwari
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.14 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.74-81

Abstract

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh tombong kelapa yang dicampurkan ke dalam pakan terhadap parameter kesehatan tikus putih betina dara melalui nilai hematologi lengkap. Parameter hematologi yang dianalisa meliputi hemoglobin, eritrosit, leukosit, hematokrit, dan diff erensial leukosit. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan dosis tombong kelapa 0 mg, 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/ekor/hari, masing-masing terdiri dari 6 ulangan. Serbuk kasar tombong kelapa dicampurkan ke dalam pakan komersil dan dibentuk kembali menjadi pakan pelet. Dosis campuran tombong kelapa tersebut diberikan sebanyak satu kali/hari. Sampel darah diambil selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan, kadar hemoglobin tidak meningkat secara nyata (P>0,05). Jumlah Hb normal, yaitu 11.93-15.19 g%. Eritrosit dan leukosit, menunjukkan peningkatan dan penurunan secara nyata (P<0,05). Rata-rata jumlah eritrosit 6.03-8.96 juta/mm3, leukosit 7.18-15.77 ribu/mm3 terindikasi normal. Leukosit di minggu keempat pada dosis 50 mg, 100 mg, dan 200 mg/ekor/hari menurun dari batas normal, yaitu 6-10 ribu/mm3. Hematokrit tidak meningkat secara nyata (P>0,05). Diff erensial leukosit, yaitu limfosit minggu pertama, dan monosit minggu ketiga meningkat signifi kan (P>0,05). Netrofi l di minggu pertama terjadi penurunan secara signifi kan (P<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Eosinofi l menunjukkan perubahan secara signifi kan di minggu ketiga (P<0,05). Rata-rata nilai eosinofi l berada dalam jumlah normal, yaitu 1-4%. Basofi l tidak ditemukan pada pemberian diet pakan tombong kelapa. Kesimpulan bahwa, tombong kelapa tidak berpengaruh pada homoestasis darah. Dosis yang terbaik yaitu 50 mg, dan 100 mg/ekor/hari.
Morfofisiologi dan Profil Biokimia Darah Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) dari Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Danang Dwi Cahyadi; . Nurhidayat; Chairun Nisa'; . Supratikno; Savitri Novelina; Heru Setijanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.316 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.1.51-59

Abstract

Aktivitas terbang pada kelelawar membutuhkan energi paling banyak dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lainnya. Morfofisiologi dan profil biokimia darah diduga memiliki peranan penting terhadap kemampuan terbang hewan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfofisiologi eritrosit dan profil biokimia darah P. vampyrus. Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelelawar dewasa dengan bobot badan antara 669,7 g sampai 1211,5 g (x̄ = 957,51 ± 177,52 g). Sampel darah diambil secara langsung melalui ventrikel kiri jantung. Pengamatan dan pengukuran terhadap preparat ulas darah menunjukkan bahwa morfologi eritrosit P. vampyrus mirip dengan mamalia secara umum dan mempunyai diameter rata-rata 7,15 ± 0,45 µm. Koefisien variasi ukuran eritrosit (RDWc) hewan ini sebesar 18,11 ± 1,16%.  Pemeriksaan hematologi yang dilakukan menggunakan automated counter menunjukkan bahwa total eritrosit (8,89 ± 1,36 106/µl),  konsentrasi hemoglobin (14,33 ± 2,38 g/dl), dan nilai hematokrit (42,13 ± 6,49%) P. vampyrus relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mamalia pada umumnya. Neutrofil dan limfosit merupakan komponen yang mendominasi jumlah leukosit. Adapun persentase jumlah neutrofil lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah limfosit. Penelitian ini memberikan informasi dasar yang dapat mendukung penelitian terkait dengan kemampuan terbang dari P. vampyrus.
Prevalensi Sistiserkosis pada Babi Hutan (Sus scrofa) yang dipotong di Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Bengkulu Tengah, Bengkulu Noviriliensi Hartika; Elok Budi Retnani; Sri Murtini
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 2 (2018): Juli 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.364 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.2.24-31

Abstract

Sistiserkosis/taeniasis merupakan penyakit zoonosis terabaikan yang memiliki dampak serius bagi ekonomi dan kesehatan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi sistiserkosis pada babi hutan di Bengkulu Tengah, Bengkulu. Penelitian ini dilakukan di tempat pemotongan hewan Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu Indonesia antara Februari-Mei 2016. Delapan puluh dua ekor babi hutan di koleksi serum dari vena jugularis dan post-mortem karkasnya. Pemeriksaan post-mortem meliputi otot lidah, trisep, bisep, masseter, diafragma, intercostae, jantung, dan pemeriksaan hati untuk menentukan adanya sistiserkus. Serum di pisahkan dari darah masing-masing sampel dan di uji sirkulasi antigen dari sistiserkus menggunakan monoklonal antibodi-sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (MOAB-ELISA). Hasil pemeriksaan post-mortem tidak di temukan adanya sistiserkus. Hasil uji ELISA didapatkan 8 sampel (9,8%) terdeteksi adanya antigen sistiserkus. Babi hutan dengan hasil seropositif sistiserkus ditemukan berasal dari kecamatan dengan prevalensi tertinggi kecamatan Pagar Jati (39,0%) diikuti oleh kecamatan Bang Haji (30,5%) dan prevalensi terendah ditemukan di kecamatan Pematang Tiga (30,5%). Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat infeksi sistiserkus pada babi hutan dari Bengkulu Tengah, Bengkulu.
Efektivitas Herbal Cair Kombinasi Daun Pepaya dan Kelopak Bunga Rosella Sebagai Antihipertensi ERNI RUSTIANI; Moerfiah .; Pungky Umi Sa’diyah
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 1 (2020): Januari 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (904.181 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.1.10-17

Abstract

Hipertensi terjadi apabila tekanan darah sistol lebih dari 129 mmHg dan tekanan darah diastol lebih dari 90 mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian herbal cair kombinasi tersebut terhadap penurunan tekanan darah pada tikus putih jantan Sprague-Dawley yang diinduksi larutan NaCl 5%. Hewan uji yang digunakan terdiri dari 20 ekor tikus dengan bobot 200-300 gram dan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari dosis I (0,27 mL/200 gBB), dosis II (0,54 mL/200 gBB), kontrol positif I (obat herbal merk X 6,48 mg/200 gBB), kontrol positif II (kaptopril 1,35 mg/200 gBB) dan kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan akuades. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa pemberian herbal cair dapat menurunkan tekanan darah pada tikus setelah 18 hari penggunaan. Dosis II (0,54 mL/200 gBB) merupakan dosis paling baik untuk menurunkan tekanan darah pada tikus putih jantan Sprague-Dawley dengan lama waktu pemberian paling baik untuk sistol pada hari ke-10 dan diastol hari ke-15.

Page 6 of 25 | Total Record : 248