cover
Contact Name
Imat Rochimat
Contact Email
imat.rochimat@dosen.poltekkestasikmalaya.ac.id
Phone
+6285223467262
Journal Mail Official
jurnal.bmi@poltekkestasikmalaya.ac.id
Editorial Address
Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Gedung Direkorat Lt.2 Jl.Cilolohan No.35, Kel.Kahuripan, Kec.Tawang Kota Tasikmalaya 46115 INDONESIA
Location
Kota tasikmalaya,
Jawa barat
INDONESIA
Media Informasi
ISSN : 20863292     EISSN : 26559900     DOI : https://doi.org/10.37160/bmi.v19i1
Core Subject : Health,
Media informasi sebelumnya di OJS versi 2 dan mulai edisi Vol 18 No. 1 tahun 2022 beralih ke OJS Versi 3.. Sehingga perlu peubahan data/ update data. Media Informasi merupakan artikel kesehatan secara umum dengan sub bidang Keilmuan: Keperawatan, Kebidanan, Keperawatan, Keperawatan Gigi, Gizi, Farmasi, Rekam Medik, Informasi Kesehatan (RMIK) dan Kesehatan Masyarakat
Articles 76 Documents
Pengaruh Promosi Kesehatan Melalui Media Berbasis Video dan Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Kader Saka Bakti Husada Dalam Pencegahan Stunting di Kecamatan Sukarame pada Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2022 Heni Handayani; Mamlukah; Rossi Suparman
Media Informasi Vol. 19 No. 2 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v19i2.126

Abstract

Latar Belakang: Prevalensi stunting mengalami peningkatan dari tahun 2019 yaitu 27,5% menjadi 29,6% tahun 2020. Kabupaten Tasikmalaya merupakan peringkat ke 10 tertinggi di Jawa Barat yaitu mencapai angka 24,2%. Kecamatan Sukarame memiliki prevalensi stuntingnya tertinggi yaitu sebesar 14% atau 166 orang. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh promosi kesehatan melalui media terhaap pengetahuan dan sikap kader dalam pencegahan stunting di Kecamatan Sukarame. Metode: Penelitian ini merupakan metode eksperimen dengan desain penelitian eksperimen semu (quasi-experimental). Populasi penelitian 124 anggota, dan pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling dengan jumlah sampel 95. Analisis dilakukan dengan univariat dan bivariate. Hasil: Sebagian besar responden merupakan kader perempuan (61,1%) dan berusia 18 tahun (61,1%). Intervensi paling banyak yang diberikan menggunakan media video sebanyak 37,9%, leaflet 31,6% dan kombinasi antara video dan leaflet sebesar 30,5%. Untuk hasil analisis bivariat kelompok kombinasi baik pada variabel pengetahuan (75±12,05) dan sikap (7,28±1,03), yaitu masing-masing memiliki kenaikan sebesar 75 dan 7,28. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemberian promosi kesehatan melalui media video, leaflet dan kombinasi video dan leaflet. Intervensi berupa kombinasi antara video dan leaflet memberikan pengaruh yang paling baik.
Formulasi Minuman Fungsional Berbasis Daun Ubi Jalar Entin Jubaedah; Suratmi; Moh. Hisyam Hermawan
Media Informasi Vol. 19 No. 2 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v19i2.148

Abstract

Latar Belakang: Minuman fungsional merupakan salah satu pangan fungsional. Sebagai pangan fungsional minuman tentunya harus memenuhi dua fungsi utama yaitu memberikan asupan gizi serta pemuasan sensori seperti rasa yang enak dan tekstur yang baik. Tujuan: Menemukan formula minuman fungsional berbasis daun ubi jalar yang terbaik dan paling disukai remaja. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif untuk mendeskripsikan formulasi minuman fungsional berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor (IPB) dan pengujian nutrifact di Saraswanti Indo Genetech (SIG). Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa formulasi minuman fungsional tersebut adalah negatif tidak mengandung flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, quinon, steroid, triterpenoid dan koliform. Minuman fungsional dilakukan fermentasi dengan menambahkan fruity enzym dan glukosa secara Unaerob selama 1 bulan menggunakan sediaan Lactobacylus SP dari alam/Mikroba Fermentor yang terbuat dari buah kesemek (persimmon) dan dilakukan penambahan nira kelapa untuk memberikan efek manis pada minuman tersebut. Kesimpulan: Formulasi minuman fungsional ini akan memberikan rasa kekinian dan meningkatkan kandungan vitamin dan mineral pada formulasi minuman tersebut. Permentasi minuman juga akan menghasilkan poliferol yang sangat bermanfaat buat tubuh.
Tinjauan Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis Puskesmas Ulak Karang Berdasarkan Standar Akreditasi Puskesmas Annisa Nada Shabrina; Deni Maisa Putra; Dicho Zhuhriano Yasli; Devid Leonard
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.168

Abstract

Latarbeakang; Sistem penyimpanan rekam medis menjadi salah satu penilaian dalam standar akreditasi puskesmas. Sistem penyimpanan rekam medis sangat peting untuk dilakukan dalam penilaian intitusi pelayanan kesehatan. Karena sistem penyimpanan dapat memudahkan berkas rekam medis yang akan disimpan di rak penyimpanan, mudah pengembaliannya, dan melindungi berkas rekam medis dari pencurian. Tujuan: Untuk diketahuinya Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis Puskesmas Ulak Karang Menurut Standar Akreditasi Puskesmas. Metode: Penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, penelitian dilakukan dengan cara wawancara kepada 1 kepala puskesmas, 1 petugas rekam medis, dan 1 staff puskesmas. Analisis pengolahan data menggunakan metode colaizzi. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan sistem penyimpanan berkas rekam medis masih ditemukan permasalahan seperti masih adanya missfile dalam penyimpanan, masa retensi yang tidak ada hal ini tidak sesuai dengan standar akreditasi kriteria 8.4.3 yaitu adanya kebijakan dan prosedur tentang masa retensi. Serta kurangnya sarana dan prasarana ruang penyimpanan rekam medis. Simpulan; Berdasarkan penelitian diatas maka disimpulkan bahwa dalam sistem penyimpanan berkas rekam medis masih ada terjadi missfile. Dan belum dilakukan pemusnahan karena untuk masa retensi puskesmas menurut permenkes nomor 269 tahun 2008 pasal 9 ayat (1) rekam medis pada sarana pelayanan kesehatanan non rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya 2 tahun teritung saat pasien terakhir berobat. Dan disarankan untuk petugas melakukan pembinaan untuk menambah ketelitian petugas rekam medis serta membuat kebijakan tentang masa retensi.
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perekam Medis Tentang Nilai Guna Rekam Medis Di Kota Tasikmalaya Tahun 2023 Anita Karmelia Putri; Fery Fadly; Andi Suhenda; Fadil Ahamd Junaedi
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.215

Abstract

Latar Belakang : Undang-Undang RI No 36 Tahun 2014 Fasilitas Layanan Kesehatan merupakan suatu tempat yang melaksanakan berbagai upaya layanan kesehatan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, fasilitias pelayanan kesehatan diwajibkan membuat rekam medis. Rekam medis mempunyai nilai guna bagi fasilitas layanan kesehatan, tenaga kesehatan dan bagi pasien. Seorang perekam medis wajib memiliki pengetahuan tentang nilai guna rekam medis agar meminimalisir terjadinya penyalahgunaan rekam medis untuk keperluan yang tidak penting. Hasil survei pendahuluan menunjukkan 46,7% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik dan 43,3% responden memiliki tingkat sikap kurang baik terhadap nilai guna rekam medis. Tujuan : untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap perekam medis tentang nilai guna rekam medis di Kota Tasikmalaya. Metode Penelitian : Kuantitatif dengan desain deskriptif, populasinya 122 perekam medis. Teknik sampling accidental sampling sebanyak 93 perekam medis. Hasil Penelitian : Sebagian besar perekam medis di Kota Tasikmalaya berjenis kelamin perempuan 88,2%, umur sebagian besar 17-25 tahun 54,8%, pendidikan terakhir sebagian besar D3 Rekam Medis 94,6%, masa kerja sebagian besar 1-5 tahun 58,1%. Perekam medis di Kota Tasikmalaya memiliki tingkat pengetahuan baik 62,4% dan tingkat sikap baik 80,6%. Kesimpulan : Hasil yang didapatkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap perekam medis tentang nilai guna rekam medis di Kota Tasikmalaya dikategorikan baik. ackground: Undang-undang RI No 36 tahun 2014 Health Service Facility is a place that organizes various health service efforts. Medical records must be made in health service facilities in order to improve service quality.. Medical records have use value for health care facilities, health workers and for patients.. A medical recorder must have knowledge about the use value of medical records in order to minimize the misuse of medical records for non-essential purposes. The results of the preliminary survey showed that 46.7% of respondents had a poor level of knowledge and 43.3% of respondents had an unfavorable attitude towards the use value of medical records. Purpose: to describe the level of knowledge and attitudes of medical recorders about the use value of medical records in Tasikmalaya City. Research Methods: Quantitative with a descriptive approach, the population is 122 medical recorders. Accidental sampling technique as many as 93 medical recorders. Research Results: Most of the medical recorders in Tasikmalaya City are female 88.2%, the age of most is 17-25 years 54.8%, the most recent education is D3 Medical Record 94.6%, the working period is mostly 1-5 years 58.1%. Medical recorders in Tasikmalaya City have a good knowledge level of 62.4% and a good attitude level of 80.6%. Conclusion: The results obtained were that the level of knowledge and attitudes of medical recorders about the use value of medical records in Tasikmalaya City was categorized as good.
Gambaran Penggunaan Obat Kegawatdaruratan Demam Kejang pada Pasien Anak di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Risyda Halimatus Sa'diyah; Imat Rochimat; Eva Dania K
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.229

Abstract

Demam kejang terjadi jika suhu tubuh lebih dari 38℃ dan naik dengan cepat disertai adanya kelainan neurologi atau somatik dan sering terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Pengobatan demam kejang dilakukan dengan terapi non-farmakologis dan farmakologis. Terapi farmakologis yang digunakan, seperti antipiretik dan antikonvulsan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran penggunaan obat kegawatdaruratan demam kejang pada anak di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dengan teknik purposive sampling dari data rekam medis pasien demam kejang anak di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2022. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh sebanyak 97 pasien. Hasil penelitian penggunaan obat kegawatdaruratan demam kejang pada anak menunjukan bahwa penggunaan obat antikejang (antikonvulsan) yang paling banyak diberikan golongan benzodiazepin yaitu diazepam sebanyak 91 pasien (83%) dan antipiretik yang paling banyak diberikan golongan analgetik antipiretik yaitu parasetamol sebanyak 97 pasien (100%). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pasien paling banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 51 pasien (53%), dengan rentan usia yang paling banyak pada usia 1 – 4 tahun (balita) sebanyak 76 pasien (78%). Berdasarkan ruang perawatan yang digunakan pasien paling banyak di ruangan poli anak yaitu sebanyak 82 pasien (85%).
Gambaran Pemeliharaan Rekam Medis Pasien Covid-19 di RS X Andi Suhenda; Luthfi Muhamad Akmal
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.230

Abstract

Latar Belakang: Coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome dan Severe Acute Respiratory Syndrome. Dibutuhkan langkah-langkah kewaspadaan dan perlindungan kepada Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya dengan menggunakan prosedur perlindungan alat pelindung diri. Tujuan:  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemeliharaan rekam medis pasien COVID-19 di RS X. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil: Pemeliharaan rekam medis pasien COVID-19 selama masa perawatan di RS X sudah sesuai sedangkan untuk pemeliharaan rekam medis pasien COVID-19 setelah masa perawatan belum sesuai dengan surat edaran dari PORMIKI No. HM.01.01/002/III/2020 tentang prosedur kerja Perekam Medis dan Informasi Kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Kesimpulan: Belum adanya pedoman maupun SOP khusus terkait dengan pemeliharaan rekam medis pasien COVID-19 di RS X.
Pengaruh Kombinasi Rebusan Jahe Merah dan Madu Terhadap Skor Batuk pada Balita ISPA dDesa Banjarangsana Panumbangan Ciamis Linda Nimatillah; Ani Radiati; Novi Enis Rosuliana
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.236

Abstract

Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular yang menyerang bagian saluran napas, mulai dari hidung hingga alveoli yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Penyakit ISPA banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun karena daya tahan tubuh anak masih rentan terhadap banyak penyakit. Gejala ISPA pada balita salah satunya adalah batuk pilek. Pemberian kombinasi rebusan jahe merah dan madu efektif untuk meredakan batuk tanpa menimbulkan efek samping. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi rebusan jahe merah dan madu terhadap skor batuk pada balita ISPA di Desa Banjarangsana Panumbangan Ciamis. Metode: Penelitian ini menggunakan metode Quasy-Experimental dengan menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 22 orang yang dibagi menjadi 11 kelompok intervensi dan 11 kelompok kontrol. Data dikumpulkan menggunakan observasi dan lembar kuesioner. Hasil: Rata-rata skor batuk pada kelompok intervensi sebelum perlakuan 18,91 dan sesudah perlakuan 10,00. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rerata skor batuk sesudah diberikan rebusan jahe merah dan madu pada kedua kelompok dengan p-value 0,000 (<p-value 0,05).Kesimpulan: Penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi rebusan jahe merah dan madu mampu menurunkan skor batuk pada pasien balita ISPA.
Analisis Faktor Risiko pada Ibu dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terhadap Kematian Maternal di Kabupaten Garut Ira Nufus Khaerani; Hadi Susiarno; Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.240

Abstract

Sebanyak 7.389 kematian maternal pada tahun 2021 terjadi di Indonesia. Jawa barat merupakan provinsi dengan AKI terbanyak pada tahun 2021 setelah Jawa Timur. Hasil AMP Provinsi Jawa Barat tahun 2021, menyebutkan bahwa Kabupaten Garut adalah salah satu dari 6 kabupaten/kota terbanyak AKI. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor-faktor dalam konteks Sosial-Ekonomi sebagai fatkor risiko yang dimiliki Ibu dan konteks Pelayanan Kesehatan Reproduksi dengan kejadian kematian maternal di Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional yang dilakukan kepada data sekunder kematian maternal yang terjadi di Kabupaten Garut pada 2019-2021 melalui analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS 22. Simpulan dari penelitian ini adalah faktor Pendidikan, faktor kunjungan ANC, serta beberapa variabel Karakteristik Kesehatan Reproduksi dan Demografi sebagai bagian dari konteks Sosial Ekonomi memiliki hubungan dengan kejadian kematian maternal.
Hubungan Perawatan Perineum dengan Lama Penyembuhan Luka pada Ibu Nifas Di Puskesmas Bukit Mulya Kabupaten Muko Muko Sri Ekawati; Yatri Hilinti; Ida Samidah
Media Informasi Vol. 20 No. 1 (2024): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v20i1.247

Abstract

Latar Belakang: Perawatan luka perineum termasuk salah satu kebutuhan ibu nifas, perawatan ini bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah terjadi infeksi, meningkatkan rasa nyaman, dan mempercepat penyembuhan. Tujuan: untuk mengetahui hubungan perawatan perineum dengan lama penyembuhan luka pada ibu nifas di Puskesmas Bukit Mulya Kabupaten Mukomuko. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi (total population) ibu nifas yang mengalami luka perineum di Puskesmas Bukit Mulya tahun 2023 yaitu 30 orang. Hasil: Hasil uji Chi-square memperlihatkan bahwa dengan p-value.000 <α 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Perawatan Luka Perineum dengan Proses Penyembuhan Luka pada ibu post partum. Kesimpulan: Ada Hubungan Perawatan Luka Perineum Dengan Proses penyembuhan Luka Di Puskesmas Bukit Mulya Kabupaten Mukomuko dengan hasil chi-square p-value .000 (p<0,05).
Hubungan Kandungan Fluorida Pada Air Sumur Gali Dan Kebiasaan Menggosok Gigi Terhadap Karies Gigi Pada Siswa MIN 2 Muara Enim Eka Herlina; Deli Lilia
Media Informasi Vol. 19 No. 2 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/mijournal.v19i2.269

Abstract

Dental caries is a type of disease that can be found in individuals of various age groups, especially in children throughout the world. The aim of this research was to determine the relationship between fluoride content in dug well water and personal hygiene on dental caries in MIN 2 students in Muara Enim. The research design used is a cross-sectional research design. The population in this study included 195 students in grades 2 and 3 who attended MIN 2 Muara Enim. From the results of the analysis, it was found that out of 130 respondents, 61 (46.9%) had fewer dental caries compared to 69 (53.1%) who had no dental caries. From the results of the analysis, it is known that the proportion of 130 respondents who found that the fluoride content in dug well water did not meet the requirements was 80 (61.5%) more than the 50 (38.5%) whose fluoride content in dug well water met the requirements. There were 81 (62.3%) respondents with bad tooth brushing habits compared to 49 (37.7%) respondents with good tooth brushing habits. The Chi square test results obtained a value of 0.011 < (0.05). This means that there is a significant relationship between the fluoride content in dug well water and dental caries in MIN 2 students in Muara Enim. Likewise, the results obtained for the tooth brushing variable with dental caries in MIN 2 students in Muara Enim had a ρ value of 0.000 < (0.05).