Claim Missing Document
Check
Articles

BEBERAPA FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA OPERASI DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2OO3 Devi . Fitriyastantir; M. . Sulchan; Sayono . .
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 1. No. 1. Tahun 2003
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.524 KB) | DOI: 10.26714/jkmi.1.1.2003.%p

Abstract

ABSTRACT Backgrounds:  nosocomial infection causes the losing of mater, longer medication duration, decreasing of productivity, also decreasing of hospital's quality. It is necessary to be investigated about the determinant factor of nosocomial Infection. Problem of research : what factors is just which related to the happening of hurt operate for infections Nosocomial in RSUD Town Semarang? Objectives: to analyze the correlations among the age, gender, wound treatment category, duration of post operation treatment, usage of prophylactic antibiotic, wound size, and level of room treatment with the prevalence of nosocomial infection. Research Methods this explanatory research used cross sectional design and approach. The independent variables are (l) age, (2) gender, (3) wound treatment category, @) duration of post operation treatment, (5) usage of prophylactic antibiotic, (6) wound size, (7) level of room treatment, and the dependent variable is Prevalence of nosocomial infection. Result: there are 7 cases of 88 patients with surgery wound. They are 4 of 50 males patients and 3 of 38 females. There are significant correlations among age, wound treatment category. Durations of post surgery treatment, usage of prophylactic antibiotic, and level of room treatment with the prevalence of nosocomial Infection ( p < 0,05). Conclusions: There are significant correlation among age, wound treatment category, duration of post surgery treatments, usage of prophylactic antibiotic, and level of room treatment with the prevalence of nosocomial Infection Keyword: surgery wound, nosocomial infection, prophylactic antibiotic
PENGARUH PENGGUNAAN CAHAYA BUATAN TERUS MENERUS TERHADAP PERILAKU Aedes aegypti MENGHISAP DARAH Bejo Waluyo; - Sayono; Ulfa Nurullita
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 7. No. 1. Tahun 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.066 KB) | DOI: 10.26714/jkmi.7.1.2011.%p

Abstract

ABSTRACT Background . Aedes aegypti mosquito sipping the blood in the morning at 08.00 – 10.00 AM and in the evening at 15.00 – 17.00 PM ; not at night. However, with lighting continuously at noon and night have not known the influencing of Aedes aegypti mosquito behavior sipping the blood. Objective . The aim of the research is to know the influencing of lighting continuously to Aedes aegypti mosquito sipping the blood behavior. Methods . This quasy experiment use post test only with control group design. Subject of this research is 3 days old female Aedes aegypti mosquito with 25 mosquitos sample each treatment. Treatments that apply to this experiment was by giving artificial lighting continuously as independent variable whereas the dependent variable was Aedes aegypti mosquito behavior sipping the blood. This experiment was done in 3 x 3 metre room with marmot as the mosquito baiting and the first monitoring start at 19.00 PM, furthermore monitoring was done every 3 hours with observing the numer of mosquito that sipping the blood. The acquiring data was editing, tabulating, processing dan cleaning, then it was statistical analized with Kolmogorov Smirnov test and Kruskal-Wallis test. Results . The highest quantity of Aedes aegypti mosquito that sipping the blood was at space with artificial lighting by 40 Watt intensity, with the average quantity was 11,22 and on the other side the lowest quantity was at space without artificial lighting (as control), with the average quantity was 9,42. The result of Kruskal-Wallis test show p value = 0,554 (>0,05). That means, there is no influence of artificial lighting continuously. Conclusion . There is no significant difference of Aedes aegypti mosquito sipping the blood behavior due to using artificial lighting continuously. Keywords . Aedes aegypti mosquito, Lighting continuously, Sipping the blood behavior. ABSTRAK Latar Belakang : Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah pada pagi hari pukul 08.00 – 10.00 dan sore hari pukul 15.00 – 17.00; tidak pada malam hari. Namun dengan pencahayaan terus menerus siang dan malam belum diketahui pengaruhnya terhadap perilaku nyamuk Aedes aegypti mengisap darah. Tujuan : Mengetahui pengaruh pencahayaan buatan terus menerus terhadap perilaku nyamuk Aedes aegypti menghisap darah. Metode : Penelitian eksperimen kuasi dengan rancangan post test only with control group design. Subyek penelitian adalah nyamuk Aedes aegypti betina hasil tetasan berumur 3 hari dengan besaran sampel adalah 25 ekor pada setiap perlakuan. Perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini dengan memberikan cahaya buatan secara terus menerus sebagai variable bebas, sedangkan variable terikatnya adalah perilaku Aedes aegypti menghisap darah. Penelitian dilakukan di dalam ruangan 3 x 3 meter dengan binatang marmot sebagai umpan nyamuk dan pengamatan pertama di mulai pada jam 19.00, selanjutnya pengamatan dilakukan setiap 3 jam dengan mengamati jumlah nyamuk yang menghisap darah. Data yang diperoleh dilakukan editing, tabulating, processing dan cleaning kemudian data dianalilis secara deskriptif dan analitik dengan uji statistik Kolmogorov Smirnov dan uji Kruskal-Wallis. Hasil : Jumlah nyamuk Aedes aegypti yang menghisap darah terbanyak pada ruang yang menggunakan cahaya buatan dengan intensitas 40 watt dengan rata-rata 11,22 dan yang terendah pada ruangan tanpa diberikan cahaya buatan (kontrol) dengan rata-rata 9,42. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai p=0,554 (> 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku Aedes aegypti menghisap darah karena pengaruh pencahayaan buatan terus-menerus. Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan perilaku Aedes aegypti menghisap darah karena pengaruh pencahayaan buatan terus-menerus (p=0,554). Kata kunci : Nyamuk Aedes aegypti, Pencahayaan terus menerus, Perilaku menghisap darah
STATUS RESISTENSI Aedes aegypti TERHADAP MALATHION DI KOTA SEMARANG Ayu Yulistyawati; Sayono S; Ulfa Nurullita
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 8. No. 1. Tahun 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.104 KB) | DOI: 10.26714/jkmi.8.1.2013.1-10

Abstract

Latar Belakang: Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kasus DBD di Indonesia mengalami peningkatan. Upaya pencegahan difokuskan pada pemberantasan vektor, termasuk menggunakan insektisida malathion karena masih efektif di beberapa wilayah. Namun belum diketahui status resistensi populasi Ae. aegypti berdasarkan tingkat endemisitas DBD. Tujuan: Mengetahui status resitensi nyamuk Aedes aegypti terhadap insektisida malathion berdasarkan tingkat endemisitas di Kota Semarang. Metode: Penelitian explanatory research dengan pendekatan Cross-Sectional dilakukan di tiga kelurahan dengen endemisitas berbeda. Variabel penelitian yaitu status endemisitas DBD dan status resistensi Ae aegypti terhadap malathion. Sebanyak 25 ekor nyamuk dijadikan subjek penelitian per tabung dalam uji suseptibilitas, dan dikontakkan dengan impregnated paper malathion 0.8% selama satu jam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil: Rerata jumlah nyamuk pingsan berdasarkan tingkat endemisitas DBD dari tinggi, sedang dan non endemis adalah 80.8, 84.0,dan 95.2, sedangkan jJumlah nyamuk mati pasca holding 24 jam adalah 96.0, 99.2 dan 100. Tidak ada perbedaan yang signifikan status resistensi berdasarkan tingkat status endemisitas DBD (p=0,343), namun ada perbedaan signifikan jumlah kematian nyamuk Ae. aegypti berdasarkan status endemisitas DBD. Kesimpulan: Malathion dapat digunakan di daerah non endemis.Kata kunci: Nyamuk Aedes aegypti, status endemisitas, status resistensi
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN - Endriani; - Mifbakhudin; - Sayono
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 7. No. 1. Tahun 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.511 KB) | DOI: 10.26714/jkmi.7.1.2011.%p

Abstract

ABSTRACT Background. STH infestation is influenced by direct contact with contaminated soil so that the potential for worm eggs swallowed. Factor of personal hygiene, environmental sanitation and the treatment is closely related to worm infestation, Objective. To identify any risk factors associated with worm infestation in children aged 1 -4 years in Karangroto villages. Methods. The survey research was conducted with a cross sectional approach. The Population of research are babies with aging between 1-4 years in may 2010 worms do not take medication during the last six months with atotal nimber of 54 respondents. The sampling technique adopted in this research was the propotional stratified random sampling. The independent variable is the habit of washing hands, wearing custom footwear, cleaning fingernails , habits play ground, kepemilikkan toilets, floors, water supply, while the dependent variable is worm infestation. Data obtained through interviews and observation. Worm infestation confirmed by laboratory tests. Data were analyzed using Chi-square test. Results. Two subjects (3.7%) used to wash hands. (98.1%) used to wear footwear, (11.1) has clean nails, (98.1%) used to playing on the ground, (94.4%) had their own latrine, (87%) subjects have an impermeable floor water (100%) subjects had clean water availability, the prevalence of worm infestation (14.8%). Conclusion. The habit of washing hands, wearing footwear habits, cleanliness of nails, playing habits on the ground, kepemilikkan toilets, floors, and clean water availability was not associated with worm infestation. Keywords. Translation wash hands, footwear, cleaning fingernails.   ABSTRAK Latar Belakang: Infestasi STH dipengaruhi oleh kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi telur cacing sehingga berpotensi untuk tertelan. Faktor higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan pengobatan erat kaitannya dengan kecacingan. Tujuan: Mengetahui faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan infestasi cacing pada anak usia 1-4 tahun di kelurahan karangroto. Metode: penelitian survei ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak di Kelurahan karangroto yang sampai bulan mei 2010  berusia 1-4 tahun tidak minum obat cacing selama 6 bulan terakhir yang berjumlah 54 responden. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik proportional stratified random sampling. Variabel bebas adalah kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memakai alas kaki, kebersiha kuku, kebiasaan bermain ditanah, kepemilikkan jamban, lantai rumah, ketersediaan air bersih sedangkan variabel terikat adalah infestasi cacing. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi. Infestasi cacing dibuktikan dengan uji laboratorium. Data dianalisis menggunakan Chi-square. Hasil: Dua subjek (3,7%) terbiasa mencuci tangan. (98,1%) terbiasa memakai alas kaki, (11,1) memiliki kuku bersih, (98,1%) terbiasa bermain ditanah, (94,4%) mempunyai jamban sendiri, (87%) subjek mempunyai lantai rumah yang kedap air, (100%) subjek memiliki ketersediaan air bersih, prevalensi kecacingan (14,8%). Kesimpulan: kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memakai alas kaki, kebersihan kuku, kebiasaan bermain ditanah, kepemilikkan jamban, lantai rumah, dan ketersediaan air bersih tidak berhubungan dengan infestasi cacing. Kata Kunci: Kecacingan, cuci tangan, alas kaki, kebersihan kuku.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG S1 KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2012 Arum Setyaningsih; Edy Wuryanto; Sayono -
FIKkeS Vol 6, No 2 (2013): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : FIKkeS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.387 KB)

Abstract

Jumlah perawat yang dominan di rumah sakit, menjadikan keperawatan sebagai salah satu profesi yang berperan penting dalam upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit. Salah satu langkah meningkatkan kualitas pelayanan adalah dengan peningkatan kualitas SDM perawat melalui peningkatan pendidikan formal perawat. Namun di lapangan masih banyak perawat yang bekerja di rumah sakit berpendidikan akademi atau diploma III keperawatan bahkan SPK setingkat SMA.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan, jenis penelitian explanatory research, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian telah dilaksanakan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, pada 122 perawat dengan teknik pengambilan sampel proportional stratified simple random sampling. Metode analisa data dengan uji korelasi rank spearman rho dan chie-square.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat memiliki tingkat motivasi sedang sebanyak 70 perawat (57,4%). Dari hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, lama kerja, status perkawinan dan pendapatan keluarga dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan (p > 0,05). Ada hubungan yang signifikan antara faktor penghargaan dan faktor dukungan atasan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan (p < 0,05).Berdasarkan hasil tersebut pihak manajemen rumah sakit perlu untuk lebih memberikan dukungan dan keterbukaan tentang sistem penghargaan kepada perawat, sehingga lebih memotivasi perawat untuk meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan.Kata Kunci: usia, lama kerja, status perkawinan, pendapatan keluarga, penghargaan, dukungan atasan, motivasi
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA PADA TRIMESTER TIGA DI BPS NY. MURWATI TONY AMD. KEB KOTA SEMARANG Agi Saputra; M.Fatkhul Mubin; Sayono -
FIKkeS Vol 6, No 1 (2013): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : FIKkeS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.015 KB)

Abstract

Bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan perasan yang tidak nyaman dan ingin segera melahirkan terutama pada trimester ke tiga. Pada masa ini, suami dukungan suami memberi rasa aman pada istri. Dukungan suami selama ibu hamil akan membuatnya merasa nyaman dan terjaga emosinya. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan dukungan suAmdi terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida pada trimester tiga di BPS Ny. Murwati Tony Amd.Keb, Kota Semarang. Rancangan penelitian ini menggunakan deksriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida trimester 3 di BPS Ny. Murwati Tony Am.Keb, Kota Semarang berjumlah 30 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Hasil penelitian mendapatkan bahwa rata-rata skor dukungan suami adalah 13,13 dan rata-rata skor kecemasan ibu primigravida adalah 10,93. Analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida trimester tiga di BPS Ny. Murwati Tony Am.Keb dengan nilai p = 0,014. Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan kepada suami untuk ikut mendampingi istri saat pemeriksaan sehingga suami juga ikut mendengarkan penjelasan dari bidan tentang kondisi ibu dan janin yang sebenarnya serta suami agar menjaga istri selama proses kehamilan.Kata Kunci : Dukungan suami, Tingkat kecemasan
Dominance of Anopheles Maculatus over Etawa Crossbred Goats Population in Malaria Pre-Elimination Areas Didik Sumanto; Sayono Sayono; Tri Dewi Kristini; Wahyu Handoyo; Yagoob Garedaghi
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 14, Nomor 1, January-June 2022
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-sihah.v14i1.26514

Abstract

Malaria disease is transmitted by the Anopheles sp vectors. The climate and environmental changes will in fact affect the life and bionomic vector of Anopheles sp. The Anopheles species in an area are strongly influenced by the availability of brood stocks. Such efforts to control malaria have to be in line with controlling the Anopheles population in that area. Information on the behaviors, bionomic characteristics, and habitat preferences of Anopheles species is thus needed. It is very important to select a control program according to the types of vectors to be controlled. This study aimed to examine the dominance of Anopheles species in malaria-endemic areas with currently pre-elimination status with the Etawa goats population. A field survey was necessarily conducted to catch mosquitoes during nighttime. Catching using human bait and livestock bait started from 06.00 pm to 04.00 am. Identification of species morphology used the WRBU guidelines. The catch results were dominated by Anopheles (63.64%), followed by Culex (27.27%) and Aedes (9.09%), respectively. The caught Anopheles consisted of An. maculatus (64.29%), An. subpictus (28.57%) and An. aconitus (7,14%) respectively. It was found that An. Maculatus type surprisingly still dominated the mosquito population in the malaria pre-elimination area in Purworejo. Thereby, it is important to develop such a malaria control method based on mosquito attack diversion because the dominant vector in this area is more zoophilic.
Edukasi Penggunaan Kelambu Berinsektisida Di Daerah Pre Eliminasi Malaria Dengan Pendekatan Kunjungan Rumah Wahyu Aji Safrudin; Didik Sumanto; Wahyu Handoyo; Sayono Sayono
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 1 No 2 (2022): April
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.214 KB) | DOI: 10.26714/jipmi.v1i2.22

Abstract

Latar belakang: Penyakit malaria yang disebabkan genus Plasmodium masih menjadi masalah kesehatan global. Penularan dan penyebarannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan vektor  Anopheles. Salah satu upaya untuk mereduksi kasus adalah dengan program pembagian kelambu berinsektisida pada penduduk daerah endemik malaria.  Tujuan: Untuk memantau penggunaan kelambu berinsektisida pada masyarakat setelah tiga tahun pembagian sekaligus melakukan edukasi ulang sebagai upaya optimalisasi fungsi kelambu. Metode: Pengabdian ini dilaksanakan di Desa Ngadirejo RT.01 RW.02 Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo dalam bentuk kegiatan edukasi kunjungan rumah. Hasil: Seluruh responden mendapatkan pembagian kelambu berinsektisida masing-masing sebanyak 2 helai, kecuali satu keluarga yang baru memisahkan diri dari keluarga inti. Kelambu yang dibagikan sudah digunakan oleh responden walaupun tidak semua anggota keluarga tidur dalam kelambu. Pencucian kelambu telah dilakukan oleh seluruh responden menggunakan detergen dan sebagian menjemurnya di panas matahari langsung.  Kesimpulan: Seluruh responden masih menggunakan kelambu pembagian walaupun tidak digunakan untuk semua anggota keluarga. Sebaiknya dilakukan pencelupan insektisida ulang agar kelambu tetap berfungsi baik, serta dilakukan edukasi berkala agar pemakaian kelambu tetap berjalan sesuai harapan program. Kata kunci: edukasi, kelambu berinsektisida, daerah pre-eliminasi, malaria __________________________________________________________________________________________ Abstract Background: Malaria caused by the genus Plasmodium is still a global health problem. The presence of the Anopheles vector strongly influences transmission and spread. One of the efforts to reduce cases is the distribution of insecticide-treated mosquito nets to residents of malaria-endemic areas. Objective: To monitor the use of insecticide-treated mosquito nets in the community after three years of distribution as well as to conduct re-education in an effort to optimize the function of the mosquito nets. Methods: This service was carried out in Ngadirejo Village, RT.01 RW.02, Kaligesing District, Purworejo Regency in the form of home visit education activities. Results: All respondents received 2 pieces of insecticide-treated mosquito nets each, except for one family who had just separated from the nuclear family. The mosquito nets distributed have been used by the respondents although not all family members sleep under the mosquito nets. All respondents washed the mosquito nets using detergent and some of them dried them in direct sunlight. Conclusion: All respondents still use distribution nets even though they are not used for all family members. It is advisable to re-dip the insecticide so that the mosquito nets continue to function properly, and periodic education is carried out so that the use of the mosquito nets continues as expected by the program. Keywords: education, insecticide mosquito net, pre-elimination area, malaria
High Levels of Resistance in A Culex quinquefasciatus Population to the Insecticide Permethrin in Filariasis Endemic Areas in Central Java Chakim, Irfanul; Sayono,; Astuti, Rahayu
Makara Journal of Science Vol. 21, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Resistance among Culex mosquitoes to various insecticides has been reported in many countries. However, there have been no studies of the resistance status of Culex in Indonesia. There is a need for such studies to develop a database for use in vector control management. This study aimed to investigate the insecticide resistance status of C. quenquefasciatus, which is the primary vector of filariasis, to aid the planning of a vector control management program. In the present study, Culex quinquefasciatus larvae were collected from five districts/municipalities where filariasis is endemic in Central Java. The larvae were reared to adult stage, and insecticide susceptibility testing was then conducted according to standard bioassay procedures of the World Health Organization (WHO). The results of the bioassays showed that C. quinquefasciatus had a high level of resistance against 0.75% permethrin, with mortality rates ranging from 4.8 to 21.6%. The lowest resistance was found among mosquitoes collected from Grobogan district. This may be explained by the district’s remote geographical location. The high level of resistance found in the present study may be caused by exposure to local insecticides, which have been applied for many years as part of a dengue vector control program. These insecticides may also have contaminated the breeding sites of C. quinquefasciatus mosquitoes. Better vector control management is needed to help prevent the development and spread of resistance. Such management should include routine insecticide surveillance and insecticide alternation.
Edukasi Kesehatan dan Olahraga Sebagai Pencegahan Obesitas dan Perilaku Sedentari Pada Siswa Ahad Agafian Dhuha; Andre Yogaswara; Sayid Fariz bin Seh Abu Bakar; Agung Widodo; Muhammad Muhibbi; Mifbakhuddin; Diki Bima Prasetio; Sayono; Didik Sumanto
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 2 No 3 (2023): Juli
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v2i3.112

Abstract

Latar belakang: Obesitas sudah menjadi epidemi global penyakit tidak menular yang mengancam seluruh penduduk dunia. Obesitas merupakan kondisi yang diakibatkan oleh tidak seimbangnya intake makanan yang masuk dengan energi yang dikeluarkan sehingga menyebabkan tumpukan lemak di dalam tubuh. Tujuan: untuk melakukan edukasi remaja terkait kebugaran dan kesehatan agar tidak terjebak dalam perangkap kemajuan teknologi yang membawa pada perilaku sedentary. Metode:  Pengabdian dilaksanakan dalam bentuk edukasi melalui ceramah dan praktik latihan langsung di kelas. Pengetahuan responden diambil dengan kuesioner sebelum dan setelah kegiatan berlangsung. Hasil: siswa hanya melakukan aktivitas fisik 1 kali dalam seminggu yaitu saat jam pelajaran penjaskes di sekolah. Rerata denyut nadi siswa berkisar antara 90-100 kali per menit. Pada latihan kebugaran push up, kategori kurang sebanyak 28 siswa, kategori cukup 7 siswa, dan kategori baik 3 siswa.  Tes kebugaran sit up, kategori kurang sebanyak 26 siswa, kategori cukup 6 siswa, kategori baik 6 siswa. Kesimpulan: Sebagian besar tingkat kebugaran jasmani siswa SMA MIBS Kebumen dalam kategori kurang. Edukasi meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan dan kebugaran. Kata kunci: obesitas, sedentari, kebugaran _______________________________________________________________________________________ Abstract Background: Obesity has become a global epidemic of non-communicable diseases threatening the entire world's population. Obesity is caused by an imbalance between incoming food intake and expended energy, causing fat deposits in the body. Objective: educate youth about fitness and health so they don't get caught in the trap of technological advances that lead to sedentary behavior. Method: Community service is done through education through lectures and hands-on practice in class. Respondents' knowledge was taken with a questionnaire before and after the activity. Result: students only do physical activity once a week at school, namely during physical education lessons. The average student's pulse ranges from 90-100 beats per minute. In the push-up fitness exercise, there were 28 students in the less category, seven students in the sufficient, and three in the good. Sit-up fitness test, 26 students were lacking, six were adequate, and six students were good. Conclusion: Most of the physical fitness levels of SMA MIBS Kebumen students are in the poor category. Education increases students' knowledge about health and wellness. Keywords: obesity, sedentary, fitness