Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Edukasi Pemakaian Plastik Sebagai Kemasan Makanan Dan Minuman Serta Risikonya Terhadap Kesehatan Pada Komunitas di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang Cimi Ilmiawati; Mohamad Reza; Rahmatini Rahmatini; Erlina Rustam
Jurnal Pengabdian Warta Andalas Vol 23 No 4 (2016): Warta Pengabdian Andalas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Environmental exposure to plasticizers, such as phthalate and bisphenol-A, has wide impact on human health particularly in developmental stages, rendering fetus and children as the most susceptible populations. The route of exposure is mostly by ingesting contaminated foods and drinks. Plastics are widely used by the general public as food wrapping and beverage container. There are various kinds of plastics in terms of thermal stability and compositions. Knowing how to choose and to use the right kind of plastics that is relatively safe for contact with foods and drinks is important for each members of community to safeguard against the health-risks imposed by certain chemicals in plastics.
AGAR PENULISAN RESEP TETAP UP TO DATE Rahmatini Rahmatini
Majalah Kedokteran Andalas Vol 33, No 2: Agustus 2009
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.201 KB) | DOI: 10.22338/mka.v33.i2.p%p.2009

Abstract

AbstrakResep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi.Penulisan resep harus ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca oleh petugas di apotek. Resep yang ditulis dengan tidak jelas akan menimbulkan terjadinya kesalahan saat peracikan / penyiapan obat dan penggunaan obat yang diresepkan.Ilmu pengetahuan tentang obat selalu berubah, obat – obat baru selalu muncul di pasaran.Secara umum, seorang dokter harus mengikuti perkembangan dalam terapi obat. Bila muncul efek samping akibat obat yang seharusnya diketahui dan dapat dicegah oleh dokter, maka dokter akan berhadapan dengan hukum.Agar penulisan resep tetap up to date, seorang dokter harus mengumpulkan berbagai informasi yang tersedia. Sumber informasi yang dapat digunakan adalah : Buku acuan, Kompendium obat, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Pedoman terapi, Buletin obat, Jurnal Kedokteran, Pusat informasi obat,Informasi melalui komputer, Sumber informasi dari industri farmasi, dan informasi lisan.Bandingkan kelebihan dan kekurangan berbagai sumber informasi. Tugas seorang dokter adalah melakukan cara terbaik untuk tetap up to date dengan mendaftar sumber informasi yang dapat dimanfaatkan. Carilah sedikitnya satu dari yang berikut ini : (1) jurnal kedokteran: (2) buletin obat; (3) buku acuan farmakologi atau acuan klinis; (4) komisi terapi maupun konsultan, atau lulusan pasca sarjana farmakologi. Dengan bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penilaian secara kritis setiap bentuk informasi, diharapkan dokter tetap up to date dalam menulis resepKata kunci : Resep – up to- date.Abstract Prescription is a written request from a doctor, dentist or veterinarian to the pharmacist to make a particular drug in dosage form and give it to the patient. Prescription is the final embodiment of competence, knowledge and expertise of physicians in applying his knowledge in the field of pharmacology and therapy. Writing prescriptions should be written clearly, so that it can be read by officials at the pharmacy. Not-clearly-written recipe will cause the error when compounding / preparation of drugs and the usage of prescription drugs.TINJAUAN PUSTAKA102The science of medicine is always changing, new drugs,always appeared in public. Generally, a physician must follow developments in drug therapy. When the side-effect from medication appear that should be known and can be prevented by a physician, the physician will deal with the law. To make prescribing up to date, a doctor should collect a variety of available information information source that can be used are: a reference book, Compendium of drugs, the National Essential Medicines List and guide therapy, medication Bulletin, Journal of Medicine, Center for drug information, information via computer, sources of information from the pharmaceutical industry, and verbal information. Compare to the advantages and disadvantages of various sources of information. Duty of a doctor is doing the best way to keep up to date by signing up resources that can be utilized. Find at least one of the following: (1) medical journal: (2) drug bulletin, (3) reference books or reference to clinical pharmacology, (4) commission and consultant therapy, or a magister pharmacology graduated. With their knowledge and ability to critically assess any form of information, it is expected physician keep up to date in writing prescriptions Key words: Prescribing – up to date
EVALUASI KHASIAT DAN KEAMANAN OBAT (UJI KLINIK) Rahmatini Rahmatini
Majalah Kedokteran Andalas Vol 34, No 1 (2010): Published in April 2010
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.771 KB) | DOI: 10.22338/mka.v34.i1.p31-38.2010

Abstract

AbstrakUji klinik adalah suatu pengujian khasiat obat baru pada manusia, dimana sebelumnya diawali oleh pengujian pada binatang atau uji pra klinik. Pada dasarnya uji klinik memastikan efektivitas, keamanan dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian suatu obat. Bila uji klinik tidak dilakukan maka dapat terjadi malapetaka pada banyak orang bila langsung dipakai secara umum seperti pernah terjadi dengan talidomid (1959-1962) dan obat kontrasepsi pria (gosipol) di Cina. Setiap obat yang ditemukan melalui eksperimen in vitro atau hewan coba tidak terjamin bahwa khasiatnya benar-benar akan terlihat pada penderita. Pengujian pada manusia sendirilah yang dapat “menjamin” apakah hasil in vitro atau hewan sama dengan manusia.Uji klinik terdiri dari 4 fase, yaitu uji klinik fase I.Uji klinik fase II, uji klinik fase III dan uji klinik fase IV. Uji klinik fase I dilakukan pada manusia sehat, bertujuan untuk menentukan dosis tunggal yang dapat diterima, Uji klinik fase II, dilakukan pada 100-200 orang penderita untuk melihat apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk pengobatan. Uji klinik fase III dilakukan pada sekitar 500 penderita yang bertujuan untuk memastikan bahwa suatu obat baru benar-benar berkhasiat. Uji klinik fase IV merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya.Uji klinik yang baik dilakukan dengan prosedur yang sudah digariskan dan komponen- komponennya disiapkan dengan matang sehingga hasilnya betul- betul dapat dimanfaatkan sebagai acuan pengobatan.Kata kunci : Khasiat- keamanan- uji klinikAbstractClinical trials is a new drug efficacy testing in humans, which previously preceded by testing on animals or pre-clinical testing. Basically, clinical trials confirm description of effectiveness, safety and side effects that often arise in humans because given of a drug. If clinical trials are not done then it can be evil in many people when directly used in general as once happened with thalidomide (1959-1962) and male contraceptive drugs (gossypol) in China. Any drug that is found through experiments in vitro or animal is not guaranteed that the propertiesTINJAUAN PUSTAKA32will actually be seen in patients. Tests on humans themselves who can "guarantee" if the results of in vitro or animal similar to humans.Clinical trial consisted of 4 phases, namely phase I clinical trial, phase II clinical trial, phase III clinical trials, and phase IV clinical trial. Phase I clinical trial, performed on healthy humans, aims to determine an acceptable single-dose, phase II clinical trial, performed on 100-200 patiens to see whether the pharmacologic effects seen in Phase I is useful or not for treatment. Phase III clinical trials conducted on about 500 patients which aims to ensure that a new drug is really efficacy. Phase IV clinical trial is an observation of the drug has been marketed. This phase aims to determine patterns of drug use in society and patterns of effectiveness and safety in actual use.Good clinical trials conducted with procedures that have been outlined and its components prepared and thus the results can actually be used as a reference treatment. Key words : Efficacy – Safety - Clinical trial
Karakteristik dan Klinis Pasien Toksoplasmosis di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 2016 – 2020 Selfi Renita Rusjdi; Egi Defiska Mulya; Rahmatini Rahmatini
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/amj.v5i1.9317

Abstract

Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini mempunyai hospes definitif berupa hewan golongan felidae terutama kucing dan hospes perantara berupa manusia dan hewan berdarah panas. Infeksi parasit ini dapat terjadi secara vertikal yaitu dari ibu hamil dan menyebabkan terjadinya toksoplasmosis kongenital.  Transmisi horizontal parasit ini dapat terjadi dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi ookista atau kista jaringan pada daging yang kurang matang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan klinis pasien toksoplasmosis di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2016 - 2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis toksoplasmosis di  RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2016  -  Desember 2020. Semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 27 sampel. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan pasien toksoplasmosis terbanyak pada tahun 2017  sebanyak 17 orang (63,00%),  rentang usia terbanyak 26 - 45 tahun (51,85%) dan berjenis kelamin laki - laki (66,67%). Keluhan utama yang sering terjadi yaitu penurunan kesadaran (33,34%), gejala klinis yang sering terjadi yaitu kejang (16,27%). Klinis toksoplasmosis yang banyak yaitu toksoplasmosis serebri (66,67%). Faktor Komorbid toksoplasmosis terbanyak yaitu HIV (55,56%). Kesimpulan: Pada penelitian ini jumlah pasien didapatkan sebanyak 27 orang dan yang terbanyak tahun 2017, rentang usia terbanyak 26 - 45 tahun, keluhan utama terbanyak penurunan kesadaran, gejala klinis terbanyak kejang, klinis terbanyak toksoplasmosis serebri, dan faktor komorbid terbanyak HIV.Kata kunci: faktor komorbid, gejala klinis, keluhan utama, klinis toksoplasmosis, toksoplasmosis
Gambaran Infeksi Protozoa Usus Pada Murid Sekolah Dasar Negeri 22 Andalas, Padang Luois Joseph Joseph; Rahmatini Rahmatini; Hasmiwati Hasmiwati
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1006.045 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i2.40

Abstract

Infeksi protozoa usus merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia dan sering terjadi pada murid-murid sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian protozoa usus pada murid Sekolah Dasar Negeri 22 Andalas, Padang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan menggunakan teknik Consecutive Sampling. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 22 Andalas, Padang dari bulan Juli 2017 hingga Oktober 2018 dan didapatkan sampel sebanyak 36 sampel tinja. Selanjutnya sampel diperiksa dengan menggunakan metode modifikasi pewarnaan Ziehl Neelsen. Dari penelitian ini didapat angka infeksi protozoa usus sebesar 13,9% dan jenis spesies protozoa usus yang ditemukan pada pemeriksaan tinja adalah Mixed infected (Cryptosporidium dan E. histolytica), Giardia lamblia, Cryptosporidium sp dan Blastocystis hominis. Protozoa usus ini ditemukan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Spesies lebih banyak ditemukan yaitu Giardia lamblia sebesar 40%. Pencegahan infeksi perlu dilakukan, sehingga angka kesakitan dapat dikurangi. Kata kunci : Protozoa usus, G.lamblia, E. histolitica, Cryptosporidium, B.hominis, Mixed infected
Peningkatan Pengetahuan Masyarakat tentang Bahaya Paparan Mikroplastik dan Dampaknya bagi Kesehatan Ilmiawati Ilmiawati; Liganda Endo Mahata; Gestina Aliska; Erlina Rustam; Yusticia Katar; Rahmatini Rahmatini; Julizar Julizar; Elly Usman
Warta Pengabdian Andalas Vol 29 No 3 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.29.3.305-311.2022

Abstract

Plastic is a global problem; plastic pollution production reaches 350 million tons annually. This plastic pollution will be degraded into microplastic. This microplastic will pollute the environment and negatively impacted health if exposed too much. Recent research has found microplastics in clothes, toys, and even food. The Department of Pharmacology and Therapeutics, Faculty of Medicine, Universitas Andalas conducts outreach to the public to enhance the general public's understanding of microplastics and their impact on health. The outreach activity began with filling out a pre-test to assess the public's understanding of microplastics. Followed by education about microplastic exposure, the dangers of microplastics, and education about a healthy lifestyle to reduce sources of microplastic exposure. The event ended with filling out a post-test by participants. Paired t-test analysis on pre-test and post-test data showed an increase in public understanding regarding microplastics, sources of exposure, health impacts and ways to reduce microplastic exposure. Based on these results, it can be concluded that the provision of public service can increase public understanding regarding the sources of microplastics and their impact on health and encourage people to live a healthy lifestyle that minimizes exposure to microplastics.
Pola Kuman dan Pemberian Antibiotika Profilaksis pada Pasien Infeksi Luka Operasi di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 2019-2020 Rasnaita Marhamah; Rahmatini Rahmatini; Roni Eka Sahputra
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 4 (2022): Desember 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i4.609

Abstract

Latar Belakang: Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang paling sering terjadi. Pola kuman penyebab infeksi luka operasi dapat berbeda di tiap rumah sakit. Untuk mencegah ILO dapat digunakan antibiotik profilaksis. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kuman dan pemberian antibiotika profilaksis pada pasien infeksi luka operasi di RSUP Dr.M. Djamil Padang periode 2019-2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan teknik total sampling dan menggunakan data sekunder berupa data laboratorium hasil kultur mikrobiologi dan rekam medis. Analisis hasil penelitian dilakukan secara univariat. Hasil: Kelompok usia terbanyak pada ILO adalah >45-65 tahun (38,5%). Mayoritas pasien ILO berjenis kelamin perempuan (64,1%). Pola kuman pada infeksi luka operasi adalah E. coli (23,1%), P. aeruginosa (17,9%), K. pneumoniae (15,4%), A. baumanii (12,8%), dan S. aureus (12,8%). Sebagian besar kuman Gram negatif sensitif terhadap amikasin dan meropenem, kuman Gram positif sensitif terhadap linezolid, nitrofurantoin, quinupristin-dalfopristin, dan tigeskilin.Antibiotik profilaksis paling banyak diresepkan pada pasien ILO adalah seftriakson (76,9%). Kesimpulan: Kuman penyebab ILO terbanyak adalah E. coli. Antibiotik profilaksis bedah yang paling banyak diresepkan adalah seftriakson.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) terhadap Viabilitas HeLa Cell Line Ilham Andhika Zulen; Dessy Arisanty; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 4 (2022): Desember 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i4.831

Abstract

Latar Belakang: Angka kematian kanker serviks di Indonesia sangat tinggi. Kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut karena pada tahap awal tidak menimbulkan gejala yang berarti. Kandungan pada daun sirsak berpotensi menghambat viabilitas sel kanker. Objektif: Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui apakah ekstrak daun sirsak mampu menghambat 50% viabilitas HeLa cell line. Metode: Penelitian eksperimental in vitro ini menggunakan HeLa cell line yang diinkubasi selama 24 jam yang telah diberikan perlakuan ekstrak daun sirsak sesuai dengan kelompok konsentrasi yang telah ditentukan. Uji aktivitas sitotoksik ekstrak daun sirsak dengan etanol 95% sebagai pelarut dilakukan dengan metode MTT (microtetrazolium). Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan xMark microplate reader. Persentase viabilitas dapat dihubungkan dengan log konsentrasi dengan menggunakan rumus regresi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan makin tinggi konsentrasi makin rendah viabilitas sel. Konsentrasi penghambatan 50% viabilitas HeLa cell line dengan masa inkubasi selama 24 jam adalah 112,2 μg/ml. Kesimpulan: Perbedaan konsentrasi ekstrak daun sirsak dapat berpengaruh terhadap viabilitas sel kanker serviks HeLa dengan menghasilkan persentase viabilitas yang berbeda. Nilai penghambatan 50% viabilitas sel HeLa menunjukkan potensi ekstrak daun srisak sebagai antikanker.
Hubungan Lama Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid dengan Kejadian Dispepsia pada Pasien Osteoartritis di Puskesmas Andalas Kota Padang Sherly Febrina; Rahmatini Rahmatini; Saptino Miro
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 4 No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v4i1.929

Abstract

Latar Belakang: Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) adalah obat yang mempunyai efek analgetik, antiinflamasi, dan anti piretik yang penggunaannya sangat umum di masyarakat. Salah satu penggunaan OAINS yang paling sering adalah pada pasien osteoartritis (OA), dimana pengobatan OA berfokus pada pengurangan gejala yaitu nyeri. Penyakit ini merupakan penyakit persendian yang paling umum ditemui secara global. Obat antiinflamasi nonsteroid merupakan faktor agresif eksogen yang dapat merusak mukosa saluran cerna dikenal dengan istilah gastropati yang menimbulkan dispepsia. Sebagian penelitian menunjukkan bahwa risiko kejadian dispepsia berhubungan dengan lama penggunaan OAINS, sedangkan penelitian lain mengatakan tidak. Objektif: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan OAINS dengan kejadian dispepsia pada pasien OA di Puskesmas Andalas Kota Padang. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Andalas Kota Padang dengan jumlah responden sebanyak 74. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan rekam medis. Data dianalisis menggunakan uji statstik Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan, usia >60 tahun, telah menggunakan OAINS >3-6 bulan, dan terdapat 50% pasien yang mengalami dispepsia. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan signifikan antara lama penggunaan OAINS dengan kejadian dispepsia pada pasien OA di Puskesmas Andalas Kota Padang. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara lama penggunaan OAINS dengan kejadian dispepsia pada pasien OA di Puskesmas Andalas Kota Padang.
Edukasi Masyarakat Mengenai Toksikan Abadi (Forever Chemicals) dalam Kosmetik Bersifat Waterproof Ilmiawati Ilmiawati; Liganda Endo Mahata; Gestina Aliska; Rahmatini Rahmatini; Julizar Julizar; Yusticia Katar; Erlina Rustam; Elly Usman
Warta Pengabdian Andalas Vol 30 No 4 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.30.4.708-714.2023

Abstract

Per- and poly-fluoroalkyl substances (PFAS) are synthetic chemicals added to cosmetics for their waterproof property to obtain a long-lasting application. PFAS is highly persistent, hence called the forever chemicals. This community outreach was aimed to educate the public on PFAS exposure through waterproof cosmetics and its health implications. Our webinar was attended by 84 people, 50 of whom responded to the pre-and post-test. An expert delivered the presentation of the educational content. There was an increase in attendees’ test scores from 56.4±21.3 to 88.4±19.0 (mean±SD; paired t-test, p<0.05). The webinar improved attendees’ knowledge of PFAS exposure from waterproof cosmetics and its potential effects on health.