Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN KACANG KUPU (Clitoria ternatea) YANG DIPANEN PADA UMUR 60, 75 DAN 90 HARI I G. N. Jelantik; T. T. Nikolaus; C. Leu Penu; Gemini E. M. Malelak; Imanuel Benu
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 8 No 2 (2019): Pastura Vol. 8 No. 2 Tahun 2019
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.024 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2019.v08.i02.p03

Abstract

The purpose of this experiment was to investigate herbage production and nutritive value of C. ternatea harvested at 60, 75 and 90 days after planting. The legume was planted in eighteen of 3 × 3 m2 plots a t 40 × 20 cm2. Forage was harvested at 60, 75 and 90 days after planting as treatmens. Variables measured included forage production, nutrient content and in vitro dry matter and organic matter digestibility. Herbage production was not significantly different (P>0.05) when harvested at different stages of growth. Leaf : stem ratio, however, declined (P<0.05) with advancing growth stage. Forage quality in terms of crude protein content was comparable (P>0.05) among different harvest time. Meanwhile the energetic value as shown by in vitro organic matter digestibility (IVOMD) was significantly higher (P<0.05) when C. ternatea was harvested 60 days compared to 75 and 90 days after planting. It can be concluded that for calf supplement, C. ternatea is preferably harvested at 60 d after planting. Key words : Clitoria ternatea, IVOMD, energy, calf supplement
TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK PADA PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI KABUPATEN KUPANG Johanis A. Jermias; Defrys R. Tulle; Cardial L.O. Leo-Penu; I.G.N. Jelantik
Partner Vol 17, No 1 (2010): Edisi Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jp.v17i1.89

Abstract

Income Level of Farmers on Fattening Bali Cattle using Profit Share System. The research conducted during 10 months in 2009 and aimed to identify the contribution of income from fattening cattle farmers and to determine the factors affecting the level of income from such business. Sixty farmers were taken as respondents by purposive random sampling in Amarasi, Kupang regency. Data were collected through interviews with respondents and were continued with inputoutput analysis and statistical analysis using correlation analysis, regression analysis, and is equipped with the calculation of the coefficient of multiple determinations (R2). The results showed that the business was able to provide cash income to farmers amounted to Rp 281,303.08; simultaneously, the income is influenced significantly (P<0.01) by the number of fattened cattle, cattle’s age, length of fattening period, the cost of cattle’s feed, and labor costs, with a coefficient of multiple determination (R2) amounted to 85.6%.Key words: Farmer income, Bali Cattle, Fattening and Profit Share
Penerapan Teknologi suplementasi untuk menekan angka kematian pedet dan meningkatkan produktivitas Sapi Bali di Desa Oefafi Kabupaten Kupang I Gusti Ngurah Jelantik; Yoakim H. Manggol; Gemini E. M. Malelak; Imanuel Benu; Johanis Jeremias; Cardial L.O. Leo-Penu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1388.471 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v4i1.257

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini diselenggarakan di Desa Oefafi Kabupaten Kupang dengan melibatkan kelompok peternak dengan tujuan utama  meningkatkan keterampilan peternak dalam menerapkan teknologi suplementasi pada pedet dan induk sapi menggunakan pakan suplemen berbahan baku lokal yang telah diolah sebelumnya. Dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan peternak melalui peningkatan produktivitas ternak karena menurunnya angka kematian pedet serta peningkatan laju pertumbuhan pedet.  Kegiatan pengabdian masyarakat ini diselenggarakan selama 8 bulan di Desa Oefafi Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang dengan melibatkan 12 peternak dengan 230 ekor ternak sapi masing-masing 115 ekor pedet dan 115 ekor induk sapi. Tahapan-tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi sosialisasi dan pembentukan kelompok, penyiapan dan pembuatan gudang penyimpanan pakan dan kandang pedet dan induk, pengadaan dan pengolahan bahan baku pakan suplemen, pelatihan dan pendampingan, pemberian pakan suplemen kepada ternak serta monitoring dan evaluasi. Melalui kegiatan ini telah mampu meningkatkan keterampilan peternak dalam menyiapkan dan meramu pakan suplemen dari bahan-bahan lokal serta memberikannya kepada pedet. Kegiatan ini telah memberikan bukti nyata kepada peternak tentang teknik perkandangan dan pemeliharaan sapi secara lebih intensif sehingga dapat menjadi acuan bagi peternak untuk memperbaiki sistem pemeliharaan ekstensif dengan penyediaan kandang dan pemberian pakan suplemen pada induk dan pedet sapi Bali. Seluruh peternak yakin dan percaya bahwa suplementasi pada pedet mampu meningkatkan produktivitas ternak sapi karena akan menurunkan angka kematian dan meningkatkan laju pertumbuhan pedet. Sebanyak 83% di antaranya yakin mampu menerapkan teknologi ini pada tahun-tahun mendatang. 
PELATIHAN PENGOLAHAN SE’I DAN KERUPUK KULIT BABI BAGI ANGGOTA DARMA WANITA WILAYAH KABUPATEN MALAKA Gemini Ermiani Mercurina Malelak; Elisabeth metodia botha; Gusti A.Y. Lestari; Maria R Deno Ratu; I Gusti N Jelantik
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1108.838 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v5i2.470

Abstract

  Tujuan dari pelatihan ini adalah memperkenalkan  produk olahan daging babi yaitu se’i dan kerupuk kulit babi untuk memotivasi peternak memulai usaha pengolahan daging babi, mampu berinovasi dan terdorong untuk memulai usaha kuliner yang mempunyai peluang besar untuk dikembangkan di Kabupaten Malaka.  Metode yang digunakan dalam kegiatan ini  penyuluhan dan Pelatihan  Kegiatan pendampingan dan evaluasi oleh pengurus DPW Kabupaten Malaka yang selalu berkomunikasi dengan nara sumber dari UNDANA sehingga hubungan kerja sama antara 2 belah pihak terus berjalan.  Kegiatan penyuluhan diikuti oleh semua peserta  yang berpartisipasi aktif, ditandai dengan  tanya jawab/ diskusi selama proses penyuluhan terutama tentang kerjasama antar anggota kelompok dan bagaimana cara menghitung keuntungan dan bagaimana  pembagian keuntungan  diantara anggota kelompok.   Beberapa hal yang didapati dari pelatihan ini adalah untuk pengolahan se’i perlu dmenggunakan daging babi dengan kandungan lemak yang rendah sehingga akn menghasilkan rendemen yang tinggi. Dalam pelatihan ini jenis rendemen se’i sebesar ±54% dengan proporsi lemak sekitar ±25%.  Proporsi lemak ini cukup tinggi dan dapat mempengaruhi harga jual se’i.  Dalam pengolahn kerupuk kulit hal-hal yang perlu diperhatikan adalah; ketebalan lemak pada kulit,  penjemuran kulit, proses ungkep dan penggorengan karena akan mempengaruhi daya kembang, rasa gurih dan kerenyahan kerupuk. Hasil pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa pengolahan se’i babi ini memberi nuansa baru pada peserta untuk memulai melakukannya secara komersial.  Ketrampilan yang terus dilatih diperlukan untuk menghasilkan kerupuk kulit babi ini yang berkualitas baik, sesuai standar kerupuk; kembang, gurih dan renyah, sebelum produk ini diusahakan secara komersial.--------------Kata Kunci: pelatihan, se’i babi, kerupuk kulit babi
MODEL KAWASAN PETERNAKAN (RANCH) SAPI TERPADU DI KABUPATEN SABU RAIJUA I Gusti Ngurah Jelantik; Twen Dami Dato; Yoakhim Manggol; Cardial Leverson Octovianus Leo Penu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.526 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v3i2.279

Abstract

Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten yang tergolong daerah lahan kering beriklim kering yang memeiliki potensi sebagai sentra produksi sapi karena memiliki padang gembala yang memadai. Lahan kering tersebut sulit dioptimalkan untuk produksi tanaman pertanian seperti tanaman pangan namun sangat dimungkinkan untuk dikembangkan sebagai lahan tanaman pakan yang mampu mendukung populasi ternak sapi dalam jumlah besar. Sebagai contoh ekstrim, jika luasan lahan tersebut dikonversi menjadi lahan hijauan lamtoro dengan kapasitas tampung mencapai 10 ekor sapi dewasa setiap hektarnya maka jumlah sapi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sabu Raijua dapat mencapai 100-300 ribu ekor. Hal ini juga menggambarkan betapa terbukanya peluang pengembangan ternak sapi di kabupaten ini. Program pendirian dan pengembangan kawasan peternakan sapi (ranch) terpadu (KPST) merupakan sebuah program terobosan Pemda Kabupaten Sabu Raijua dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak dan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani-peternak. Program yang merupakan kerjasama antara Pemda Kabupaten Sabu Raijua dengan Universitas Nusa Cendana ini diharapkan akan menjadi pusat percontohan pengelolaan ternak sapi berbasis padang penggembalaan (ranch) yang terintegrasi dengan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan (integrated farming system) untuk mengoptimalkan potensi lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua.Keberadaan pusat percontohan peternakan sapi (ranch) terpadu nantinya juga diharapkan mampu menyediakan jalan pintaspemecahan berbagai permasalahan pengembangan pertanian lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua dan berperan sebesar-besarnya bagi kejahteraan masyarakat dengan menyediakan model (contoh) pengembangan pertanian lahan kering terpadu.             Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi (Ranch) terpadu di Desa Raekore telah resmi mulai dilaksanakan sejak diterbitkannya surat perjanjian kerjasama No. 524/03/SPKS/DPPPK-SR/III/2014 tanggal 22 Maret 2014. Atas dasar surat perjanjian kerjasama tersebut, Fakultas Peternakan-Universitas Nusa Cendana dalam hal ini Tim Pengelola Kegiatan telah melaksanakan berbagai kegiatan lapangan dalam rangka mewujud-nyatakan percontohan tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi terpadu (ranch) di Desa Raekore, beberapa luaran telah dapat dicapai tidak terlepas dari berbagai kendala yang ditemui.Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten yang tergolong daerah lahan kering beriklim kering yang memeiliki potensi sebagai sentra produksi sapi karena memiliki padang gembala yang memadai. Lahan kering tersebut sulit dioptimalkan untuk produksi tanaman pertanian seperti tanaman pangan namun sangat dimungkinkan untuk dikembangkan sebagai lahan tanaman pakan yang mampu mendukung populasi ternak sapi dalam jumlah besar. Sebagai contoh ekstrim, jika luasan lahan tersebut dikonversi menjadi lahan hijauan lamtoro dengan kapasitas tampung mencapai 10 ekor sapi dewasa setiap hektarnya maka jumlah sapi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sabu Raijua dapat mencapai 100-300 ribu ekor. Hal ini juga menggambarkan betapa terbukanya peluang pengembangan ternak sapi di kabupaten ini. Program pendirian dan pengembangan kawasan peternakan sapi (ranch) terpadu (KPST) merupakan sebuah program terobosan Pemda Kabupaten Sabu Raijua dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak dan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani-peternak. Program yang merupakan kerjasama antara Pemda Kabupaten Sabu Raijua dengan Universitas Nusa Cendana ini diharapkan akan menjadi pusat percontohan pengelolaan ternak sapi berbasis padang penggembalaan (ranch) yang terintegrasi dengan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan (integrated farming system) untuk mengoptimalkan potensi lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua.Keberadaan pusat percontohan peternakan sapi (ranch) terpadu nantinya juga diharapkan mampu menyediakan jalan pintaspemecahan berbagai permasalahan pengembangan pertanian lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua dan berperan sebesar-besarnya bagi kejahteraan masyarakat dengan menyediakan model (contoh) pengembangan pertanian lahan kering terpadu.             Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi (Ranch) terpadu di Desa Raekore telah resmi mulai dilaksanakan sejak diterbitkannya surat perjanjian kerjasama No. 524/03/SPKS/DPPPK-SR/III/2014 tanggal 22 Maret 2014. Atas dasar surat perjanjian kerjasama tersebut, Fakultas Peternakan-Universitas Nusa Cendana dalam hal ini Tim Pengelola Kegiatan telah melaksanakan berbagai kegiatan lapangan dalam rangka mewujud-nyatakan percontohan tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi terpadu (ranch) di Desa Raekore, beberapa luaran telah dapat dicapai tidak terlepas dari berbagai kendala yang ditemui.
Pemanfatan Nutrisi pada Sapi Bali Betina Afkir yang Diberi Pakan Komplit Fermentasi Berbasis Daun Gamal dengan Level Energi Berbeda M. M. Sadipun; I Gusti N. Jelantik; M. L. Mullik
JAS Vol 1 No 4 (2016): Journal of Animal Science (JAS) - October 2016
Publisher : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/ja.v1i04.256

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menilai respon kenaikan berat badan sapi bali yang diberi pakan komplit fermentasi berbasis daun gamal (Gliricidia sepium) yang mengandung tingkat tambahan energi metabolis sebesar 7 MJ. Rancangan penelitian menggunakan RAL dengan dua puluh satu ekor sapi Bali (berumur 5-8 tahun dan berat badan 174,8 - 188,9 kg) yang terdiri dari tiga perlakuan dan tujuh ulangan. Pemberian pakan berlangsung selama 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit fermentasi berbasis daun gamal dengan level energi metabolis berbeda (EM 7 MJ/Kg BK, EM 8 MJ/Kg BK dan EM 9 MJ/Kg BK) tidak mempengaruhi konsumsi dan kecernaan protein kasar, energy metabolis, konsumsi bahan kering tercerna, konsumsi nutrien kemudian juga cenderung meningkatkan PBB sapi Bali betina afkir yang digemukan dengan protein kasar 12,3%, dari pakan EM 8 MJ/kgBK menjadi EM 9 MJ/kgBK cenderung meningkatkan PBBHnya sebesar 0,63-0,75kg/hari. ©2016 dipublikasikan oleh JAS.
Rumput Laut (Ulva lactuca) sebagai Pakan Substitusi Sapi Bali Sapihan di Musim Kemarau dengan Level Energi yang Berbeda H. N. Ulu; I. G. N. Jelantik; H. Sutedjo; I M. A. Sudarma
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 16, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.16.1.17-25

Abstract

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas dan pengaruh rumput laut (Ulva lactuca) sebagai pakan substitusi untuk sapi Bali sapihan di musim kemarau dengan level energi yang berbeda. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu perlakuan in vitro untuk mengetahui level ideal pemberian tepung U. lactuca dengan perlakuan RA = hay rumput alam; RAK = RA+konsentrat; RAKU5 =RAK+U. lactuca 5%; RAKU10= RAK+U. lactuca 10%; RAKU15= RAK+U. lactuca 15%; RAKU20= RAK+U. lactuca 20%. Tahap kedua menggunakan rancangan Bujur Sangkar Latin dengan perlakuan R1 = EM 7,3 MJ, R2 = EM 8 MJ dan R3 = EM 8,7 MJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level ideal pemberian yang dapat digunakan adalah 15% dengan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik tertinggi yaitu 77,79 dan 78,56%.  Tahap kedua yaitu pemberian tepung U. lactuca sebanyak 15% dari total ransum dengan level energy yang berbeda untuk sembilan ekor sapi Bali sapihan dengan tujuan mengetahui tingkat konsumsi dan kecernaan dengan perlakuan EM R1= 7,3 MJ; R= 8 MJ; dan R3= 8,7 MJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi tepung U. lactuca sebanyak 15% tidak memberikan pengaruh negatif terhadap konsumsi dan kecernaan. Hasil sidik ragam menunjukkan ransum dengan energi 8 MJ memiliki konsumsi dan kecernaan yang sama dengan energi 8,7 MJ namun lebih tinggi dibandingkan dengan ransum  berenergi 7,3 MJ.
Increased Growth of Kume Grass (S. plumosum) and B. pertusa Through the Introduction of Various Types of Herbaceous Leguminosae A. D. Firmanto; E. Hartati; I.G.N. Jelantik
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 17, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.17.1.68-74

Abstract

This study aims to determine the interaction between age and leguminous to the growth of grass S. plumosum (Sp) and B. pertusa (Bp). Both types of grass are planted in 18 plots measuring 2x2m2 with a distance of 60 cm between plots. The study was conducted using a completely random design of factorial patterns with two factors. The first-factor plant typically consists of 6 levels, namely Co, Clitoria ternatea (Ct), Pueraria phasoloides (Pp), Centrocema pubescent (Cp), Desmodium incanum (Di), and Alysicarpus vaginalis (Av). The age of cutting as a second factor consists of 3 levels, namely 40, 60, and 80 days and repeated three times. Variables measured the number of spouts, the height of the plant, and the number of leaves. Data analysis is done using the SPSS software package version 25. The level of significance adopted is P<0.05. The results showed there was an interaction (P<0.05) towards the height and number of SP leaves, while in the number of saves Sp Bp, high and the number of bp leaves, there was no interaction (P>0.05).
PENGARUH STRAIN PEJANTAN TERHADAP DAYA TETAS DAN BERAT DOC DARI INDUK AYAM PETELUR STRAIN CP 909 Ignassius Suhario Bandu; Heru Sutedjo; I gusti Ngurah Jelantik
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 2 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v2i2.774

Abstract

This research aims was to determine the effect of different brodcock, i.e Bangkok, France and on egg production and quality of strain CP 909. The experiment was arranged in a completely randomized with three different strain of brodcock as male units so the total hens were 45 chickens. The treatments were Bk : laying hens crossbred with Bangkok and Pr : laying hens crossbred with French chicken. The measured parameter were egg weight, hatchability, DOC weight, and eggshell thickness. The obtained data was analyzed using analysis of variance and if there are significant effect then a multiple duncan range test was applied see differences in treatment result. The result of this research showed that the egg weight of Bangkok chicken stud is 62,259 g, French chicken 61, 51 g, and Sabu chicken 61,44 g. Hatchability of Bangkok stud 53, 60 %, French chicken 56,27 %, Sabu chicken 53, 20 %. DOC weight of Bangkok chicken stud 52, 99 %, French chicken 56, 15 g, Buras chicken 54, 34 g. Eggshell thickness of Bangkok chicken stud is 0,12 mm, French chicken 0,11 mm, Buras chicken 0,11 mm. The result of the statistic analysis shows this treatment had no significant effect for all the measured parameters (P > 0.05). It can be concluded that egg weight , eggshell thickness, hatchability and DOC weight of laying hens is not affected by the 3 strain of brodstock consisting of Bangkok chicken, French chicken, and Sabu chicken ABSTRAK Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pejantan dari strain Bangkok,Sabu dan Perancis terhadap produksi dan kualitas telur ayam strain CP 909. Penelitian ini menggunakan ayam petelur strain CP 909 sebagai induk dan ayam Bangkok sabu dan perancis sebagai pejantan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 strain pejantan sebagai perlakuan. Setiap strain pejantan digunakan 3 ekor pejantan, dan setiap pejantan mengawini 5 ekor ayam petelur CP 909 sehingga total induk yang digunakan adalah 45 ekor. Perlakuan yang diberikan adalah BK: ayam petelur disilangkan dengan ayam Bangkok, SB:ayam petelur disilangkan dengan ayam sabu(buras) dan PR:ayam petelur disilangkan dengan ayam perancis. Parameter yang diukur adalah berat telur, daya tetas, berat DOC dan ketebalan kerabang. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan jika terdapat pengaruh perlakuan maka dilakukan uji jarak berganda duncan untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat telur pejantan ayam Bangkok 62,25 g, ayam perancis 61,51 g dan ayam buras 61,44 g, daya tetas pejantan ayam Bangkok 53,60%, ayam perancis 56,27%, ayam buras 53,20%, berat DOC pejantan ayam Bangkok 52,99 g,ayam perancis 56,15 g, ayam buras 54,34 g;ketebalan kerabang pejantan ayam Bangkok 0,12 mm,ayam perancis 0,11mm,ayam buras 0,11 mm. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diukur (P>0,05).hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berat telur, tebal kerabang, daya tetas dan berat DOC ayam petelur tidak dipengaruhi oleh 3 strain pejantan yaitu Bangkok, perancis, dan buras.
KUALITAS SILASE HIJAUAN Clitoria ternatea YANG DITANAM MONOKULTUR DAN TERINTEGRASI DENGAN JAGUNG Umbu Nuku Hamba Ora; I Gusti Ngurah Jelantik; Jalaludin .
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 3 No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v3i1.783

Abstract

This research alms to understand the quality of silage forage resulting from planting Clitoria ternatea grow in monocultures or as intercropping corn crop planting a different. This study has been carried out in Noelbaki Villages, Kupang Subdistrict, Kupang Central and chem Laboratory feed FAS, NCU for 6 mounths. Stages this study began planting C. Ternatea in monocultures or integrated with corn for a mounth, making silage for 45 days, laboratory analysis for a mounth and analysis of data for a week. Design used in this research was Random Design Complete (RDC) with 5 treatment and 3 test. Forage greenery production, shringkage and the production of silage not different (P>0,05) between C. ternatea plated compared with monocultures planted integrated with corn that distance cropping up different. Physical qualities silage C. ternatea on planting monocultures integrated with corn physically silage only overgrown little mushrooms with the score 4 in terms silage produced remains as an original state. In addition to materials content dry, organic, coarse fiber, carbohidrates and BETN not changed (P>0,05) during the ansilage that is a massive nutrients feed other content. The quality of physical and chemical silage dip when C. Ternate Grown Integrated With Corn and the distance grow than 80 cm. Concentration VFA that that is the product fermentation during the ansilage C. Ternatea not in contrast to the monocultures integrated corn. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas silase hijauan yang dihasilkan dari pertanaman Clitoria ternatea yang ditanam secara monokultur atau sebagai tanaman sela (intercropping) tanaman jagung dengan jarak tanam yang berbeda. Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang dan Laboratorium kimia pakan Fapet Undana selama 6 bulan. Tahap-tahap penelitian ini dimulai penanaman C. Ternatea secara monokultur atau terintegrasi dengan jagung selama 1 bulan, pembuatan silase selama 45 hari, analisis laboratorium selama 1 bulan dan analisis data selama 1 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Produksi hijauan segar, penyusutan dan produksi silase tidak berbeda (P>0,05) antara C. ternatea yang ditanam monokultur dibandingkan dengan yang ditanam terintegrasi dengan jagung yang jarak tanamnya berbeda. Kualitas fisik silase C. ternatea pada penanaman monokultur dan terintegrasi dengan jagung secara fisik silase hanya ditumbuhi sedikit jamur dengan skor 4 dalam artian silase dihasilkan tetap seperti keadaan semula. Selain kandungan bahan kering, bahan organik, serat kasar, karbohidrat dan BETN tidak berubah (P>0,05) selama proses ensilase terjadi perubahan kandungan nutrien pakan lainnya. Kualitas fisik dan kimia silase menurun ketika C. ternatea ditanam terintegrasi dengan jagung pada jarak tanam lebih dari 80 cm. Konsentrasi VFA yang merupakan produk fermentasi selama proses ensilase C. ternatea tidak berbeda dari hasil penanaman monokultur dan terintegrasi jagung.