Claim Missing Document
Check
Articles

Performa Posyandu Lansia di Kota Denpasar Putu Ayu Sani Utami; Tuty Kuswardhani; I Made Ady Wirawan; Dyah Pradnyaparamita Duarsa
JURNAL ILKES : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 11 No 1 (2020): Jurnal Ilkes (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : STIKES Karya Husada Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35966/ilkes.v11i1.163

Abstract

Posyandu lansia merupakan wadah pengelolaan dan pembinaan lansia dalam bidang kesehatan di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa Posyandu lansia yang dilihat dari pelaksanaan dan pemanfaatannya oleh lansia di Kota Denpasar. Desain Penelitian adalah Deskriptif dengan metode survey. Sampel adalah lansia berjumlah 165 orang dengan kriteria inklusi berusia mulai 60 tahun di Banjar yang memiliki program Posyandu Lansia dan tidak mengalami gangguan pendengaran di Kota Denpasar dengan teknik simple random sampling. Hasilnya diketahui Posyandu lansia yang terbentuk di Kota Denpasar sebanyak 70.5% dan 52.96% merupakan Posyandu lansia yang aktif. Rata-rata penyelenggaraan program posyandu lansia di Kota Denpasar telah menerapkan sistem 5 meja, difasilitasi oleh Puskesmas setempat dan kader lansia. Lansia yang rutin mengikuti kegiatan Posyandu setiap bulan sebanyak 30.9%. Bagi lansia yang pernah merasakan layanan Posyandu lansia, 15.2% menyatakan tidak puas dengan pelayanan Posyandu. Meskipun angka ini relatif kecil namun kondisi ini patut diperhatikan untuk meningkatkan minat dan partisipasi lansia mengakses layanan dan memandirikan lansia dalam menjaga kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi lansia berupa memberikan kegiatan yang lebih variatif, memfasilitasi hobi, melatih produktifitas, waktu pelaksanaan yang menyesuaikan dengan waktu luang lansia seperti dilakukan sore hari dan ada kegiatan budaya seperti menari, menabuh dan membuat anyaman upakara sebagai bagian dari kegiatan pemberdayaan. Harapannya Posyandu lansia dapat membina kesehatan secara holistik baik fisik, kognitif, mental, sosial dan spiritual; menyalurkan minat lansia; memacu produktifitas dan meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia.
Penggunaan Daftar Tilik (Checklist) sebagai Panduan Read-Back Mengurangi Potensi Risiko Medication Error Ida Bagus N. Maharjana; Tuty Kuswardhani; Cok I. I. Purwaningsih
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.443 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2014.3.2.37

Abstract

Rumah sakit sebagai lini terakhir pelayanan kesehatan berkewajiban memberikan pelayanan berkualitas dan beorientasi pada keselamatan pasien, salah satunya tanggung jawab dalam mencegah medication error. Kolaborasi dan komunikasi yang efektif antar profesi dibutuhkan demi tercapainya keselamatan pasien. Read-back merupakan salah satu cara dalam melakukan komunikasi efektif. Before-after study dengan pendekatan TQM PDCA. Sampel adalah catatan obat pada rekam medik pasien rawat inap RSUP Sanglah pada minggu ke-3 bulan Mei (before) dan minggu ke-3 bulan Juli (after) 2013. Perlakuan dengan menggunakan checklist, meminta waktu 2 menit untuk read-back oleh dokter dan perawat seusaivisite bersama. Didapatkan 57 sampel (before) dan 64 sampel (after). Before 45,54% ketidaklengkapan pengisian catatan obat pada rekam medik pasien yang berpotensi risiko medication error menjadi 10,17% setelah perlakuan read-back dengan checklist selama 10 minggu, dengan pencapaian 77,78% berdasarkan pendekatan TQM PDCA. Panduan read-back menggunaan daftar tilik (checklist) sebagai komunikasi efektif dapat menurunkan ketidaklengkapan pengisian catatan obat pada rekam medik yang berpotensi risiko medication error, 45,54% menjadi 10,17%.Kata kunci: Checklist, medication error, read-backChecklist Usage as a Guidance on Read-Back Reducing the Potential Risk of Medication ErrorHospital as a last line of health services shall provide quality service and oriented on patient safety, one responsibility in preventing medication errors. Effective collaboration and communication between the profession needed to achieve patient safety. Read-back is one way of doing effective communication. Before-after study with PDCA TQM approach. The samples were on the medication chart patient medical records in the 3rd week of May (before) and the 3rd week in July (after) 2013. Treatment using the check list, asked for time 2 minutes to read-back by the doctors and nurses after the visit together. Obtained 57 samples (before) and 64 samples (after). Before charging 45.54% incomplete medication chart on patient medical records that have the potential risk of medication error to 10.17% after treatment with a read back check list for 10 weeks, with 77.78% based on the achievement of the PDCA TQM approach. Checklistusage as a guidance on Read-back as an effective communication can reduce charging incompletenessdrug records on medical records that have the potential risk of medication errors, 45.54% to 10.17%.Key words: Checklist, medication error, read-back
Functional Gait Assessment to Predict the Risk of Falls in Elderly Saktivi Harkitasari; Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi; RA Tuty Kuswardhani
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 3 No 1 (2018): May 2018
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.3.1.369.6-14

Abstract

Aging process represents the natural process which is inevitable. It is caused by a biological factor that goes naturally resulting in the anatomical, biochemical and physiological changes. The natural changes contribute to falling in elderly. The objective of this study was to assess the falling prediction in elderly by using Functional Gait Assessment. This study used a cross-sectional research design with falling prediction as the variable. Forty-three elderly in Panti Werdha Wana Seraya (aged 60-103 years, - mean of 77.48 ± 1.61), selected according to the inclusion criteria, were included in the study. The data were collected using Functional Gait Assessment and analyzed both descriptively and statistically. The results showed that the elderly had a high risk of falls. Functional Gait Assessment showed that 41 of 43 subjects scored
TEKNIK MULLIGAN PALING EFEKTIF DIBANDINGKAN MOBILISASI SEGMENTAL UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PEMBATIK TULIS DENGAN CERVICAL SYNDROME Siti Nadhir Ollin Norlinta; RA Tuty Kuswardhani; M. Ali Imron; Ketut Tirtayasa; N. Adiputra; Muh. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.2, Mei 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.156 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i02.p03

Abstract

Background: Cervical Syndrome is pain resulting from the interaction of which often bump into between of muscles and ligaments well as the that deals with the posture, over activity of the degenerative from discus cervikalis and its ankle urination and pain the neck.Purpose: To know the provision of mulligan technique is better than it was a segmental mobilization of to improve the ability functional at batik wrote disorder cervical syndrome. This research is designed an experimental research randomized pre and post test two group design , in which the grouping of random based on this subject .A kind of design in this research measure pre test and post test treatment in ekperimen group 2 .1 group given manipulation techniques and the mulligan snags 2 given a segmental mobilization of manipulation.Results :of value the measurement of the ability functional cervical syndrome that measured by NDI before intervention in group mean ± SD 65.00± 7.90 and group 2 mean ± SD = 70.00 ± 7.50 with p= 0.188 (p>0.05) with means there was no significant difference in both grup. Then the result afterthe intervention with NDI a showed mean mean ± SD = 37.22 ± 13.01 in group 1 and mean ± SD = 56.11 ± 4.85 in group 2 abtained p= 0,005 (p<0,005) that indicates which means that initial value ndi group 1 and a group of 2 there is no difference meaningful .The results of value ndi after the intervention in the 1 and a group of 2 get value p = 0.005 ( p < 0.05 ) this indicates there is a difference in meaningful between the 1 and a group of 2 after conducted therapy exercise.Conclusion: the enhancement of value weighted ndi in group 1 ( engineering mulligan ) smaller than a segmental ) ( both in terms of a group of 2 .Thus , it can be said that engineering mulligan produce the reduction of pain is greater than a segmental mobilization of.
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA LATIHAN GERAK TARI JAWA TENGAH MODIFIKASI DENGAN LATIHAN PROPRIOSEPTIF TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA Catarina Budi P; RA Tuty Kuswardhani; S. Indra Lesmana; I Putu Gede Adiatmika; J. Alex Pangkahila; Ni Wayan Tianing
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p03

Abstract

Pendahuluan: Proses penuaan dialami semua manusia secara alamiah. Penuaan ditandai perubahan yang terjadi pada sistem-sistem tubuh manusia. Sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan, sistem kardiovaskuler, dan pancaindera mengalami perubahan-perubahan yang berdampak pada timbulnya gangguan pada lansia seperti gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi, serta ganggua kognitif. Hal-hal tersebut menimbulkan berbagai permasalahan pada lansia, terutama masalah keseimbangan yang berdampak meninggiya resiko jatuh, penurunan performa akifitas hingga berkurangnya produkifitas lansia bahkan kematian. Latihan yang baik untuk meningkatkan keseimbangan lansia adalah latihan aktifitas dinamis (dynamic activities) antara lain latihan tari Jawa Tengah modifikasi dan latihan proprioseptif. Tujuan: (1) untuk membuktikan bahwa latihan tari Jawa Tengah modifikasi meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia, (2) membuktikan bahwa latihan proprioseptif dapat meningkatan keseimbangan dinamis pada lansia, dan (3) Antara latihan tari Jawa Tengah modifikasi dan latihan proprioseptif manakah yang lebih meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Metode: dilakukan penelitian terhadap komunitas lansia pada paguyuban Simeon-Hanna di Gereja Maria Assumpa Klaten. Penelitian melibatkan dua kelompok perlakuan yaitu kelompok dengan intervensi latihan tari Jawa Tengah modifikasi dan kelompok latihan .proprioseptif. Penelitian dilakukan selama 8 minggu dengan frekwensi 2 kali perminggu dan durasi 55 menit dalam satu sesi latihan. Alat ukur untuk keseimbangan diamis dan resiko jatuh menggunakan Time Up and Go (TUG) test. Hasil penelitian didapatkan: (1) Terdapat peningkatan keseimbangan dinamis pada kelompok latihan tari jawa tengah modifikasi dengan nilai p=0,000 (p?0,05) (2) terdapat peningkatan keseimbangan dinamis pada kelompok latihan propriosetif dengan nilai p= 0,012 (p?0,05). (3)Tidak ditemukan perbeda signifikan pada perubahan keseimbangan dinamis baik pada kelompok latihan tari maupun kelompok latihan proprioseptif yang ditunjukkan dengan nilai p=0,069 (p?0,05). Simpulan: latihan tari Jawa Tengah modifikasi dan latihan proprioseptif sama-sama baik untuk meningkatkan keseimbangan dinamis lansia Kata kunci: keseimbangan dinamis, tari Jawa Tengah modifikasi, latihan propriosepif
TWELVE BALANCE EXERCISE LEBIH EFEKTIF DALAM MENURUNKAN RISIKO JATUH DIBANDING OTAGO HOME EXERCISE PADA LANJUT USIA DI BANJAR TAINSIAT, DESA DANGIN PURI KAJA, DENPASAR, BALI Anak Agung Gede Angga Puspa Negara; RA. Tuty Kuswardhani; Muh. Irfan; I Nyoman Adiputra; Susy Purnawati; I Made Jawi
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p14

Abstract

Pendahuluan: Penuaan diiringi oleh penurunan kemampuan fungsional tubuh sehingga meningkatkan risiko terjadinya jatuh pada lansia. Di Indonesia dilaporkan sekitar 17 % bahwa jatuh terjadi, dan di Bali dilaporkan dari keseluruhan lansia yang datang ke Instalasi Gawat Darurat di salah satu rumah sakit di Bali sebesar, 3% disebabkan oleh karena jatuh. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah twelve balance exercise lebih efektif dalam menurunkan risiko jatuh dibanding otago home exercise pada lansia. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pre and post test group design. Penelitian ini menggunakan 36 orang yang merupakan anggota komunitas lansia di Banjar Tainsiat Denpasar.. Kelompok 1 diberikan twelve balance exercise, sedangkan Kelompok 2 diberikan otago home exercise. Tiap kelompok diberikan pelatihan selama 6 minggu sebanyak 3 kali dalam seminggu. Risiko jatuh diukur menggunakan berg balance scale (BBS). Hasil: Analisis data menunjukan bahwa terdapat peningkatan nilai BBS secara bermakna pada kedua kelompok. Pada Kelompok 1 didapatkan peningkatan nilai BBS sebesar (5,06±1,305) dengan p0,000 (p<0,05) dan pada Kelompok 2 didapatkan peningkatan nilai BBS sebesar (2,78±0,647) dengan p0,000 (p<0,05), dan uji perbandingan peningkatan nilai BBS pada kedua kelompok menghasilkan nilai p0,000 (p<0,05). Simpulan: twelve balance exercise lebih efektif dalam menurunkan risiko jatuh dibanding otago home exercise pada lanjut usia di Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar, Bali. Kata kunci : twelve balance exercise, otago home exercise, berg balance scale
PENAMBAHAN PERTURBATION TRAINING PADA CORE STABILITY EXERCISE LEBIH BAIK DARIPADA CORE STABILITY EXERCISE DALAM PENINGKATAN KESEIMBANGAN LANSIA DI MENGWI-BADUNG Putu Mulya Kharismawan; RA Tuty Kuswardhani; Wahyuddin -; Anak Agung Sagung Sawitri; I Nyoman Adiputra; S. Indra Lesmana
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.2, Mei 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.744 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i02.p02

Abstract

Background: falls is one of the major problems that often occur in the elderly population. It caused the decrease of balance in elderly. Purpose: to prove addition perturbation training on core stability exercise better than core stability exercise to improve balance in elderly. Method: This research is an experiment research design with pre and post test control group design. These samples included 22 people who were divided into two groups. Group 1 has given perturbation training and core stability exercise, while Group 2 has given core stability exercise. Measurement of balance measured using a Berg balance scale. Result: Paired t-test at Group 1 and Group 2 showed value p=0.001 (p<0.025), this results showed a significant balance increase in each groups. Then independent sample t-test between Group 1 and Group 2 showed value of p=0.015 (p<0.025). It results showed significant difference between Group 1 and Group 2. Conclusion: additional perturbation training on core stability exercise better than core stability exercise to improve balance in elderly.
PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN I.G P.S. Aryana; R. A.T. Kuswardhani; I. N. Astika; I. B.P. Putrawan; N. K.R. Purnami; A. A.M.P. Triningrat; I.D. G.A.E. Putra; N. K.S. Diniari; K. Widyastuti
Buletin Udayana Mengabdi Vol 21 No 1 (2022): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.952 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2022.v21.i01.p07

Abstract

The number of elderly reached 6146 elderly (23.44% of the total population) in South Denpasar sub-district. The complexity of the health problems experienced by the elderly and the special character possessed by the elderly, it is necessary to use a different method and approach by conducting a comprehensive health examination (bio-psycho-social aspect) which aims to provide an understanding for the elderly to their own health and improve their abilities and abilities. the role of family and community in overcoming the health of the elderly. The activities carried out include health services for the elderly with a comprehensive health examination including a plenary assessment of geriatric patients (P3G), physical examination, eyes, ENT, mental and nervous health). Community service is carried out for the elderly in Sesetan Village, South Denpasar. There are 130 seniors who participated in this service. The elderly with the age group 60 - 69 years amounted to 72 people (55.4%) who attended the most health services. 44 men (33.8%) and 86 people (66.2%) were female. The results of the examination showed that 75 people (57.7%) were suffering from infectious diseases, 8 people (6.2%) were malnourished, 49 people (37.7%) were obese, and 25 people (19.2%) had sarcopenia. (loss of muscle mass). Based on the results of the elderly health examination, this elderly health service activity is expected to provide benefits to the elderly and their families. Keywords: Elderly, medical examination, comprehensive, family role, quality of lif
The The relationship between IL-6 and CRP with Sarcopenia in indigenous elderly population at Pedawa Village, Buleleng, Bali, Indonesia Suka Aryana; AA Wiradewi Lestari; I.B. Putrawan; Ni Ketut Rai Purnami; I Nyoman Astika; R.A. Tuty Kuswardhani
Health Science Journal of Indonesia Vol 9 No 1 (2018)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsji.v9i1.467

Abstract

Abstrak Latar belakang: Sarkopenia adalah sindrom yang ditandai dengan penurunan massa otot disertai penurunan kekuatan otot dan atau fungsi otot. Stres oksidatif dan proses inflamasi dikenal sebagai faktor pemicu untuk sarkopenia dengan melepaskan rangsangan katabolik interleukin-6 (IL-6) dan protein C-reaktif (CRP). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara IL-6 dan kadar CRP terhadap parameter sarkopenia seperti massa otot, kekuatan pegangan, dan kecepatan berjalan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik yang dilakukan di Desa Pedawa, Kabupaten Buleleng, Bali pada bulan Agustus 2016. Sekitar 79 responden berusia ≥ 60 tahun menggunakan teknik sampling acak stratifikasi. Variabel yang dinilai yaitu parameter sarkopenia (massa otot, kekuatan pegangan, dan kecepatan berjalan) termasuk IMT, serta IL-6 dan pemeriksaan tingkat CRP. Uji korelasi spearman dan parsial digunakan untuk menilai korelasi antara parameter IL-6, CRP, dan sarkopenia. Hasil: Kadar IL-6 dan CRP tidak berkorelasi signifikan dengan tiga parameter sarkopenia. Kadar CRP berkorelasi dengan IL-6 (r = 0.37; p = 0.001) dan IMT (r = 0.29; p = 0.009). Pada kelompok pria, IL-6 hanya berkorelasi dengan CRP (r = 0.40; p = 0.011). Sedangkan pada kelompok wanita, IL-6 berkolerasi dengan CRP (r = 0.38; p = 0.017), kecepatan berjalan (r = 0.33; p = 0.037) serta CRP berkorelasi dengan IMT (r = 0.32; p = 0.049) dan massa otot total (r = -0.32; p = 0.043). Setelah penyesuaian untuk variabel IMT, IL-6 berkorelasi dengan CRP (r = 0.43; p = 0,001) dan massa otot total (r = -0.25; p = 0.026) serta secara signifikan berkorelasi pada kelompok kurus (IMT<18.5 kg/m2) (r = -0.50; p = 0.026). CRP tidak berkorelasi secara signifikan dengan tiga parameter sarkopenia pada uji spearman, korelasi parsial, dan uji korelasi spesifik spearman berdasarkan pada kelompok IMT. Kesimpulan: Kadar IL-6 berhubungan dengan penurunan massa otot total pada keseluruhan lansia desa Pedawa setelah penyesuaian variabel IMT. Kata kunci: IL-6, Protein C-Reaktif (CRP), Sarkopenia, Lanjut usia, Desa Pedawa. Abstract Background: Sarcopenia is a syndrome characterized by decreased muscle mass with decreased muscle strength and or muscle function. Oxidative stress and inflammatory processes are known as triggering factors for sarcopenia by releasing catabolic stimuli of interleukin-6 (IL-6) and C-reactive protein (CRP).This study aims to determine the relationship between IL-6 and CRP levels to sarcopenia parameter such as muscle mass, grip strength, and walking speed. Methods: This study was an analytic cross-sectional design conducted at Pedawa Village, Buleleng District, Bali in August 2016. About 79 respondents aged ≥ 60 years using stratified random sampling technique. The assessed variables were sarcopenia parameter (muscle mass, grip strength, and walking speed) including BMI, as well as IL-6 and CRP levels examination. Spearman and partial correlation test were used to assess the correlation among IL-6, CRP, and sarcopenia parameters. Results: IL-6 levels and CRP were not significantly correlated with the three parameters of sarcopenia. CRP levels correlated with IL-6 (r = 0.37; p = 0.001) and BMI (r = 0.29; p = 0.009). In the male group, IL-6 was only correlated with CRP (r = 0.40; p = 0.011). While in the women group, IL-6 correlated with CRP (r = 0.38; p = 0.017), walking speed (r = 0.33; p = 0.037) and CRP correlated with BMI (r = 0.32; p = 0.049) and total muscle mass (r = -0.32; p = 0.043). After adjustment to BMI variable, IL-6 was correlated with CRP (r = 0,43; p = 0,001) and total muscle mass (r = -0.25; p = 0.026) and significantly correlated in underweight groups (BMI<18.5 kg/m2) (r=-0.50; p=0.026). CRP was not significantly correlated with the three parameters of sarcopenia on Spearman, partial correlation, and Spearman's specific correlation test based on BMI group. Conclusion: IL-6 levels were associated with total muscle mass loss after BMI adjustmentin Pedawa village’s elderly as a whole. Keywords: IL-6, C-Reactive Protein (CRP), Sarcopenia, Elderly, Pedawa village.
High Myostatin Serum Related with High Prevalence of Sarcopenia Among Elderly Population in Pedawa Village, Bali, Indonesia I Gusti Putu Suka Aryana; I Nyoman Astika; Raden Ayu Tuty Kuswardhani; Ida Bagus Putu Putrawan; Ni Ketut Rai Purnami; Wayan Giri Putra; Anak Agung Wiradewi Lestari; I Nyoman Wande
The Indonesian Biomedical Journal Vol 11, No 3 (2019)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v11i3.822

Abstract

BACKGROUND: Sarcopenia is defined as a decrease in muscle mass accompanied by a decrease in muscle strength and performance. Sarcopenia arises from the disruption of the complex balance between anabolic and catabolic factors. Myostatin strongly influences muscle growth inhibition. Deletion and function loss of myostatin causes hyperplasia and skeletal muscle hypertrophy.METHODS: This study was an analytical cross-sectional study. Seventy respondents aged ≥60 years in Pedawa Village, Bali, Indonesia were selected by using the stratified random sampling technique. Sarcopenia status was assessed according to Asian Working Group for Sarcopenia (AWGS) criteria, including muscle mass, grip strength, and walking speed. While the myostatin serum levels was measured by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).RESULTS: The incidence of sarcopenia in the elderly was 45 people (64.3%). Based on the analysis, there was a significant difference between myostatin levels in sarcopenia subjects (47.59 ng/mL) and non-sarcopenia subjects (39.7 ng/mL). Based on the statistical calculations, it was determined that the cut-off range of myostatin levels was 48.91 ng/mL. The prevalence ratio of sarcopenia incidence based on the myostatin levels in the elderly was 3.84, while based on the combination of age risk and myostatin levels was 9.75.CONCLUSION: Based of the data, there are significant differences of myostatin level between elderly people with and without sarcopenia. The prevalence of high myostatin levels in elderly is almost 4 times higher than low myostatin levels in the elderly.KEYWORDS: myostatin, sarcopenia, elderly
Co-Authors A Santoso Anak Agung Ayu Ratih Hapsari Anak Agung Gede Angga Puspa Negara Anak Agung Mas Putrawati Triningrat Anak Agung Wiradewi Lestari Anwar Santosa Anwar Santoso Aryana, I Gust Putu Suka Astika, I Nyoman Baskoro Tri Laksono Budiana, I Nyoman Catarina Budi P Cilik Wiryani Cok I. I. Purwaningsih Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi Dewianti Dewianti Dewianti, Dewianti Diah Pradnya Paramita Dian Pritasari Jeger Dyah Pradnyaparmita Duarsa Gede Sukrawan I Gusti Agung Wilaja Putra I Gusti Putu Suka Aryana I Ketut Suastika I Made Ady Wirawan I Made Bakta I Made Jawi I Made Jawi I Made Siswadi Semadi I Nyoman Adi Putra I Nyoman Astika I Nyoman Wande I Nyoman Wande I Nyoman Wande I Putu Gede Adiatmika I Putu Gede Adiatmika I Wayan Mustika I Wayan Mustika I Wayan Mustika I Wayan Wita I. N. Astika I.D. G.A.E. Putra Ida Bagus N Maharjana Ida Bagus Putu Putrawan IGP Adiatmika IN Astika Iswara, Ni Putu Ayu Astri Prana IW Yuna Ariawan J. A. Pangkahila K Andriyasa K Widana Kadek Tresna Adhi Ketut Tirtayasa Lanawati Lanawati, Lanawati M. Ali Imron Made Nopriantha Made Nopy Diah Sundari Muhammad Irfan N Astika N. Adiputra N. K.S. Diniari Ngakan Ketut Wira Suastika, Ngakan Ketut Wira Ni Ketut Rai Purnami Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara Ni Wayan Tianing Norlinta, Siti Nadhir Ollin Paramita, Diah Pradnya Purnami, Ni Ketut Rai Purwaningsih, Cok I. I. Putra, I Komang Wisuda Dwija Putu Ayu Indrayathi Putu Ayu Sani Utami Putu Mulya Kharismawan Putu Shely Prihastuti Rudy Rina Listyowati Rina Listyowati, Rina S. Indra Lesmana Saktivi Harkitasari, Saktivi Sawitri, Anak Agung Sagung Semaradana, Wayan Giri Putra Shelvy Florence Gousario Sri Kayati Widyastuti Sundari, Made Nopy Diah Surya Rini, Sandra Susy Purnawati Trisna Yuliharti Tersinanda Wahyuddin, Wahyuddin Wayan Giri Putra Wimpie I Pangkahila Wira Gotera Wirawan, I Made Budi Wisnu Wardhana Yanson - Yosef Samon Sugi