Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

IMPLEMENTASI PEMUNAHAN OPERAN (OPERANT EXTINCTION) UNTUK MENURUNKAN PERILAKU TANTRUM PADA ANAK Siti Rahmawati; Arrafunnisa Fadhila
Psychopedia Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 7 No 1 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v7i1.2372

Abstract

Tantrums are strong emotional outbursts that occur when a child feels out of control. Tantrums are not harmful behavior, but if not controlled, this behavior will affect the child's life in the future. One way to control tantrums is to apply behavior modification, one of which is operant extinction. The design used in this study is a design with a repetition (reversal) with an A-B-A pattern. The application of this technique is carried out on children aged 12 years who often have tantrums if their desires are not fulfilled, especially regarding the habit of being fed while eating. Based on the intervention carried out for 14 times, the subject's tantrum behavior decreased, although not significantly. Good cooperation is needed, especially from the closest environment (mother's family) to reduce the subject's tantrum behavior. Keywords: Tantrum, child, operant extinction Tantrum adalah ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak merasa lepas kendali. Tantrum bukanlah perilaku yang membahayakan, namun jika tidak dikendalikan, perilaku ini akan mempengaruhi kehidupan anak dimasa yang akan datang. Salah satu cara untuk mengendalikan tantrum adalah dengan menerapkan modifikasi perilaku, salah satunya dengan teknik pemunahan operan (operant extinction). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain dengan pengulangan (reversal) dengan pola A-B-A. Penerapan teknik ini dilakukan pada anak usia 12 tahun yang seringkali tantrum jika keinginannya tidak terpenuhi, terutama terkait kebiasaan disuapi saat makan. Berdasarkan intervensi yang dilakukan selama 14 kali, perilaku tantrum subjek berkurang, meskipun belum terlalu signifikan. Diperlukan kerjasama yang baik, terutama dari lingkungan terdekat (keluargaL ibu) untuk mengurangi perilaku tantrum subjek. Kata Kunci: Tantrum, anak, pemunahan operan.
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ONDEL-ONDEL SEBAGAI ALAT MENGAMEN DI JAKARTA Masni Erika Firmiana; Siti Rahmawati; Rochimah Imawati
Psychopedia Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 7 No 2 (2022): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v7i2.3425

Abstract

Ondel-ondel has existed in the life of the Betawi people since 1605. At that time Ondel-ondel was trusted and used by the Betawi people as a repellent against reinforcements and a symbol of safety. Nowadays, many of these cultural symbols are used as tools for singing on the streets of the capital and its surroundings. This qualitative research aims to describe people's attitudes regarding it. Using a phenomenological design, the research subjects were 6 (six) people from different ethnic groups. The results show that 5 subjects both from Betawi and non-Betawi have a negative affection for this activity, while one subject from Sumatra has a positive affection on the grounds that there are still Jaipong and Kuda Lumping as other cultural symbols that are used as tools for singing and busking. Keywords: Attitude, ondel-ondel, busking Ondel-ondel sudah eksis dalam kehidupan masyarakat Betawi sejak tahun 1605. Saat itu Ondel-ondel dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Betawi sebagai penolak bala dan simbol keselamatan. Saat ini banyak ditemui, simbol budaya ini dijadikan alat untuk mengamen di jalan-jalan ibukota dan sekitarnya. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap masyarakat terkait hal itu. Menggunakan desain fenomenologi, subjek penelitian berjumlah 6 (enam) orang yang berasal dari suku bangsa yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa 5 subjek baik asal Betawi maupun non Betawi memiliki afeksi negatif terhadap aktivitas ini, sementara satu subjek asal Sumatera memiliki afeksi positif dengan alasan masih ada Jaipong dan Kuda Lumping sebagai simbol budaya lain yang dijadikan alat untuk mengamen. Kata Kunci: Sikap, ondel-ondel, mengamen