Claim Missing Document
Check
Articles

THE EFFECT OF GIVING DELTAMETHRIN AND CYPERMETHRIN INSECTICIDES ON THE LEVEL OF INTRATESTICULAR TESTOSTERONE IN MALE WISTAR STRAIN RATS Triutomo, Devyanto Hadi; Puspitasari, Ika; Susidarti, Ratna Asmah
Indonesian Journal of Pharmacy Vol 31 No 2, 2020
Publisher : Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Skip Utara, 55281, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14499/indonesianjpharm31iss2pp116

Abstract

The use of deltamethrin and cypermethrin insecticides to control pests has been implemented in Indonesia. Irregular and excessive use of insecticides can have toxic effects on the male reproduction system. Deltamethrin and cypermethrin insecticides can inhibit androgen biosynthesis and disrupt the growth of sperm. Therefore, this research is conducted to find out the effect of deltamethrin and cypermethrin insecticides toward the level of intratesticular testosterone in male Wistar strain rats. This research is conducted in vivo using male Wistar strain rats. Nine rats are divided into three groups of treatment, namely control group, deltamethrin group with 0.26 mg/kg of weight, and cypermethrin group with 0.26 mg/kg of weight. Treatment is conducted every day for 15 days orally, and then the rats are dissected to take their testicles. Testicles are chopped and their intratesticular homogenates are taken by adding the medium of DMEM and collagenase (0.25 mg/mL). The measurement of the level of testosterone is conducted by using Electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA) method. Data on the change of the increase of body weight, organ weight, and the level of testosterone is analyzed statistically using the one-way ANOVA test. The research result shows that giving 0.26 mg/kg of weight of deltamethrin and 0.26 mg/kg of weight of cypermethrin does not affect the increase in body weight, relative weight of the reproductive organ, and the level of intratesticular testosterone of male Wistar strain rats.
Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Ekstrak Meniran (Phyllantus niruri Linn.) Pada Tikus yang Diinduksi Parasetamol Kajian Histopatologi Liver Agil Novianto; Arief Nurrochmad; Ika Puspitasari
Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy) Vol 3, No 1 (2014): Oktober
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37013/jf.v3i1.21

Abstract

Curcuma domestica dan Phyllanthus niruri adalah dua tanaman yang telah terbukti memiliki efek hepatoprotektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui studi mekanisme hepatoprotektif dari kombinasi ekstrak Curcuma domestica dan Phyllanthus niruri dengan hewan yang diinduksi  parasetamol. Hewan dibagi menjadi 8 kelompok secara acak masingmasing 5 tikus. Kelompok yang normal adalah aquadest, kelompok negatif (Parasetamol) adalah CMC Na 0,5%, kelompok positif diberi silimarin dengan dosis 100 mg / kg kelompok Curcuma domestica dengan dosis 100 mg/kg, kelompok Phyllanthus niruri dengan 200 mg/kg BB serta kombinasi I-III dengan Curcuma domestica dan Phyllanthus niruri perbandingan ekstrak masing-masing 75: 50; 50: 100; dan 25: 150 mg / kg di BW. Persiapan uji diberikan selama 7 hari. Pada hari ke-7, semua kelompok kecuali yang normal diinduksi dengan parasetamol tunggal dose 2.5 g / kg untuk peroral 30 menit setelah pemberian persiapan tes. Aktivitas hepatoprotektif dianalisis menggunakan histopatologi hati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi I dapat menghambat nekrosis hati dan memberikan aktivitas hepatoprotektif baik dibandingkan dengan dosis tunggal dengan Curcuma domestica optimal dan ekstrak Phyllanthus niruri dosis 75 dan 50 mg/kg
Analisis Efektivitas Lensa Intraokular Hidrofilik dan Hidrofobik terhadap Posterior Capsule Opacification Pascaoperasi Katarak Linda Dimyati; Tri M. Andayani; Ika P. Sari; Rinanto Prabowo
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 9, No 4 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2020.9.4.317

Abstract

Komplikasi yang sering terjadi pascaoperasi katarak dengan implantasi lensa intraokular (LIO) adalah Posterior Capsule Opacification (PCO) yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. PCO dapat terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun pascaoperasi. Perkembangan material, desain LIO dan teknik bedah katarak efektif untuk menurunkan angka kejadian atau memperlambat terjadinya PCO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas LIO akrilik hidrofilik dibandingkan LIO akrilik hidrofobik dalam meningkatkan tajam penglihatan, menurunkan kejadian PCO dan Neodymium: Yttrium-Aluminum-Garnet (Nd:YAG) laser 3 tahun pascaoperasi katarak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien pascaoperasi katarak dengan implantasi LIO akrilik hidrofilik dan hidrofobik di RS Mata “Dr.Yap” Yogyakarta pada periode Juni 2016–Desember 2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani surat persetujuan. Pengukuran efektivitas terapi dilakukan melalui peningkatan tajam penglihatan, angka kejadian PCO, dan angka Nd:YAG laser menggunakan uji komparasi Chi-Square, independent t-test (distribusi normal) dan Mann-Whitney (distribusi tidak normal). Hasil menunjukkan bahwa tajam penglihatan tanpa koreksi pascaoperasi katarak mengalami peningkatan sebesar 0,68±0,44 pada kelompok LIO hidrofobik dan 0,56±0,35 pada LIO hidrofilik. Tidak ada perbedaan secara signifikan antara kedua kelompok LIO (p=0,111). Angka kejadian PCO kelompok LIO hidrofobik sejumlah 12 (19,7%) dan LIO hidrofilik yaitu 32 (52,5%) dengan p=0,022, sedangkan angka kejadian Nd:YAG laser pada LIO hidrofobik 3 (4,18%) dan LIO hidrofilik 15 (24,59%) dengan p=0,040. Dapat disimpulkan bahwa kedua LIO sama-sama efektif dalam meningkatkan tajam penglihatan, LIO akrilik hidrofobik lebih efektif dalam menurunkan kejadian PCO dan Nd:YAG laser dibandingkan LIO akrilik hidrofilik. Kata kunci: Hidrofilik, hidrofobik, katarak, lensa intraokular, posterior capsule opacification Effectiveness Analysis of Hydrophilic and Hydrophobic Intraocular Lens on Posterior Capsule Opacification After Cataract Surgery AbstractPosterior capsule opacification (PCO) is a frequent complication from cataract surgery with intraocular lens (IOL) implantation, is capable of affecting visual acuity (VA), and arises possibly months or years after operation. Furthermore, this is efficiently mitigated with material and design developments of IOL and surgical techniques. This study aimed at comparing the effectiveness of hydrophilic to hydrophobic acrylic IOL to enhance VA and mitigate PCO and Nd:YAG laser occurrence within 3 years after cataract surgery. This research employed analytic observational method and retrospective cohort design. Also, the subjects had experienced cataract surgery and the IOL implantation at “Dr.Yap” Eye Hospital Yogyakarta between June 2016 and December 2018, met the inclusion and exclusion criteria, and gave consent. The effectivity parameters included VA, the PCO incidence, and Neodymium: Yttrium-Aluminum-Garnet (Nd: YAG) laser, analyzed using the Chi-Square test and t-test (normal distribution) and Mann-Whitney test (non-normal distribution). The result indicated hydrophobic and hydrophilic IOL possessed VA elevation of 0.68±0.44 and 0.56±0.35 respectively, with no significant difference between both groups (p=0.111). Also, the PCO occurrence in hydrophobic IOL 12 (19.7%) was significantly lower compared to hydrophilic IOL at 32 (52.5%) (p=0.022), while Nd:YAG laser in hydrophobic IOL was 3 (4.18%) lesser than the hydrophilic IOL, 15 (24.59%) (p=0.040). However, although both IOLs were effective in enhancing VA, hydrophobic IOL was better in mitigating PCO and Nd:YAG laser occurrences compared to hydrophilic IOL.Keywords: Cataract, hydrophilic, hydrophobic, intraocular lens, posterior capsule opacification
Kajian Penggunaan Antibiotik pada Pasien Meningitis dan Ensefalitis Bakteri di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Rujukan Utama Diyan Ajeng Rossetyowati; Ika Puspitasari; Tri Murti Andayani; Titik Nuryastuti
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia Vol 18, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/pharmacon.v18i2.16861

Abstract

Inadequate antibiotic therapy for meningitis and bacterial encephalitis is one of the factors that can jeopardize patient safety and turn into a public health issue in a number of nations, including Indonesia. This phenomena has the potential to raise health-care expenses, which should be avoided in the era of the JKN program's implementation. The goal of this research was to describe the profile of antibiotic use and cost in hospitalized meningitis and bacterial encephalitis patients. This cross-sectional observational study took place from January to December 2019. As study materials, patient medical records and billing data were employed. To enhance the data obtained, confirmation with medical and pharmaceutical personnel is required. Antibiotic use and expenditures were described using descriptive analysis. A total of 71 patients, both children and adults, met the study's inclusion criteria. Antibiotics were given to all of the patients, and the results revealed that third generation cephalosporins (49.375%) were the most commonly recommended antibiotic class, either alone or in combination. Antibiotic use receives 46.94% of total medication funding. According to the length of stay category, the majority of patients (45.99 %) were hospitalized for 8-14 days consecutively with antibiotic medication. Antibiotics, which are typically administered to patients with meningitis and bacterial encephalitis, had no effect on the length of stay in the hospital. Antibiotic prescriptions must be carefully reviewed at top referrel hospital, taking into account the local germ map.
Effect of Platelet-rich Plasma on Caspase-3 and IGF-1 mRNA expression in the diabetic rat testis Evi Istiqamah; Dicky Moch. Rizal; Ika Puspitasari
Indonesian Journal of Pharmacy Vol 30 No 2, 2019
Publisher : Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Skip Utara, 55281, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.325 KB) | DOI: 10.14499/indonesianjpharm30iss2pp98-104

Abstract

Testicular damage is a serious complication of diabetes mellitus resulting in male infertility, which is associated with caspase-3 and IGF-1 mRNA expression. Platelet-rich plasma (PRP), with its rich growth factor composition, has proven beneficial in regenerative therapy. It is believed that PRP has not been studied in testes for diabetes mellitus and there are no studies in the literature concerning the influence of PRP on expressions of growth factors in testes.The aim of this study was to investigate the efficacy of adjunctive PRP in insulin treatment for repair of testicular damage in a diabetic rat model. Diabetes was induced by administering single dose 60 mg/kg streptozotocin. Twenty Wistar male rats were divided into four groups: group 1, control group; group 2, diabetes without treatment; group 3, diabetes with treated insulin; and group 4, diabetes with treated insulin and PRP. Rats were euthanized after two weeks of treatment, and testes were taken for caspase-3 and IGF-1 mRNA expression measurements.Diabetes mellitus induction caused a significant increase in caspase-3 mRNA expression with p=0.049 and significant decrease in IGF-1 mRNA expression with p=0.004. There was no difference in caspase-3 and IGF-1 mRNA expression of the diabetic rat testis given insulin and PRP compared to without PRP.
STUDI AKTIVITAS ANTIPLATELET DAN ANTITROMBOSIS EKSTRAK AIR DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Indah Hastuti; Arief Nurrochmad; Ika Puspitasari; Nanang Fakhrudin
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i1.4227

Abstract

ABSTRACT The mature breadfruit leaves (Artocarpus altilis) infusion has been traditionally used by Indonesian folks for curing heart diseases and stroke. The key mechanisms underlying these diseases are platelet aggregation and thrombosis. There is no evidence about the efficacy of the water extract of A. altilis leaves (EADS) against platelet aggregation and thrombosis, in order to provide scientific evidence regarding its use by the community. This study aimed to investigate the antiplatelet and antithrombotic activities of EADS. Ticagrelor, an antiplatelet drug agonist of P2Y12 receptor was used as a positive control. The antiplatelet activity of EADS was assessed in vitro by Light Transmittance Aggregometry (LTA) method using human platelet induced by Adenosine Diphosphate (ADP); whereas the antithrombotic activity was evaluated in vivo using Acute Pulmonary Thromboembolism (APT) method in male adult Swiss mice induced by the mixture of epinephrine (0.7 mg/kg bw) and collagen (11 mg/kg bw). The number and the onset of dead and paralysis mice were observed; and the number of thrombus was calculated under the microscope. We found that EADS demonstrated a weak antiplatelet activity (IC50>1000 µg/mL). Based on the number and the onset of dead and/or paralysis, as well as the number of thrombus, we found that EADS failed to exhibit antithrombotic activity at the doses of 200, 300, and 400 mg/kg bw. TLC analysis showed that EADS did not contain 2-geranyl-2,3,4,4’-tetrahydroxydihydrochalcone (GTDC), the antiplatelet compound in the ethanolic extract of A. altilis leaves (EEDS) in our previous research. Keywords: Artocarpus altilis, platelet aggregation, antithrombotic, Light Transmittance Aggregometry, Acute Pulmonary Thromboembolism ABSTRAK Rebusan daun sukun yang sudah tua (Artocarpus altilis) secara tradisional digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengobati penyakit jantung dan stroke. Agregasi platelet dan trombosis merupakan faktor penting pada patofisiologi kedua penyakit tersebut. Penelitian aktivitas antiplatelet dan antitrombosis dari Ekstrak Air Daun Sukun (EADS) belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antiplatelet dan antitrombosis dari EADS guna memberikan bukti ilmiah terkait pemanfaatannya oleh masyarakat. Ticagrelor, obat antiplatelet yang merupakan agonis dari reseptor P2Y12 digunakan sebagai kontrol positif. Uji aktivitas antiplatelet dilakukan secara in vitro menggunakan metode Light Transmittance Aggregometry (LTA) dengan platelet yang diambil dari darah manusia dan digunakan induktor agregasi platelet berupa Adenosin Difosfat (ADP, 10µM). Parameter yang diamati adalah persen penghambatan agregasi platelet. Uji aktivitas antitrombosis dilakukan secara in vivo menggunakan metode Acute Pulmonary Thromboembolism (APT) pada mencit jantan dewasa galur Swiss dengan induktor trombosis berupa campuran epinefrin (0,7 mg/kgBB) dan kolagen (11 mg/kgBB). Parameter yang diamati adalah jumlah dan onset kematian, paralisis, serta jumlah trombus berdasarkan analisis histopatologi. Hasil uji menunjukkan bahwa EADS memiliki aktivitas antiplatelet yang lemah (IC50>1000 µg/mL). EADS tidak memiliki aktivitas antitrombosis yang terlihat dari ketidakmampuan dalam melindungi mencit dari paralisis dan/atau kematian serta tidak adanya penurunan jumlah trombus yang bermakna pada mencit yang diberi perlakuan ekstrak dibandingkan kelompok kontrol pelarut. Analisis KLT menunjukkan bahwa EADS tidak mengandung senyawa aktif antiplatelet 2-geranyl-2,3,4,4’-tetrahydroxydihydrochalcone (GTDC) yang ada dalam ekstrak etanol daun sukun (EEDS) pada penelitian sebelumnya. Kata Kunci: Artocarpus altilis, agregasi platelet, antitrombosis, Light Transmittance Aggregometry, Acute Pulmonary Thromboembolism
Evaluation of empirical antibiotic usage and cost analysis of patients with nosocomial pneumonia in ICU of RSUP Dr. Sardjito, yogyakarta Minar Paskah Lianti Manik; Rizka Humardewayanti Asdie; Ika Puspitasari
Indonesian Journal of Pharmacology and Therapy Vol 1 No 2 (2020)
Publisher : Indonesian Pharmacologist Association or Ikatan Farmakologi Indonesia (IKAFI) and Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.294 KB) | DOI: 10.22146/ijpther.573

Abstract

The rationality of antibiotic usage has an implication on the therapeutic quality and antimicrobial resistance control. Qualitative and quantitative evaluation of this rationality becomes one quality indicator of hospitals' antimicrobial resistance programs. Therefore, this study aims to determine the relationship between the rationality of antibiotic usage with clinical outcomes and the total cost in nosocomial pneumonia patients treated in the Intensive Care Unit (ICU). The method used was descriptive-analytic observational research with a cross-sectional design analysis, and data were collected retrospectively from the medical and financial record of patients with inclusion criteria. The data were then analyzed descriptively using the Gyssens flowchart. Fisher statistical test was conducted to analyze the relationship between rationality data and therapeutic outcomes. Furthermore, the Mann Whitney statistical test was conducted to examine the relationship between rationality data and the cost, while the paired t-test was conducted to analyze the resistance pattern. The results showed that antibiotic usage in patients with nosocomial pneumonia at the ICU of RSUP Dr. Sardjito was irrational and rational by 30.21% (29 regimens) and 69.79% (67 regimens) respectively. This rationality has a relation with clinical outcome based on Fisher test with p-value = 0.001 (p <0.05). Considering these results, the antibiotics cost both in the rational and irrational category has no significant difference with the p-value of 0.90 (p<0.05).
Analisis Faktor Resiko Sepsis Neonatal terhadap Clinical Outcome di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rizal Fauzi; Titik Nuryastuti; Ika Puspitasari
Indonesian Journal of Hospital Administration Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Alma Ata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijhaa.2020.3(2).86-93

Abstract

 AbstrakSepsis neonatal merupakan sindrom klinik yang terjadi secara sistemik dari penyakit infeksi yang terjadi pada 4 minggu pertama kehidupan. Sepsis neonatal merupakan urutan ketiga penyebab kematian neonatal, setelah kelahiran prematur dan komplikasi terkait intrapartum (atau asfiksia). Kejadian sepsis neonatal dapat diamati pada bayi yang dilahirkan dengan asfiksia, prematuritas, berat badan lahir rendah, dan faktor-faktor lainnya seperti jenis persalinan, perawatan antenatal yang diterima, pemberian makanan campuran untuk bayi baru lahir, dan perawatan tali pusat diyakini berkontribusi pada insidensi sepsis neonatal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar faktor resiko terjadinya sepsis neonatal yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan clinical outcome pasien. Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan desain cohort retrospective. Data dari rekam medis pasien terdiagnosis sepsis neonatal di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP DR.Sardjito Yogyakarta pada periode 1 Januari – 31 Desember 2015. Data yang memenuhi kriteria inklusi dikumpulkan dan dicatat, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel penelitian dengan clinical oucome. Analisis yang digunakan adalah uji statistik Chi-Square-fisher. Hasil penelitian ini diketahui sepsis neonatus banyak dialami pasien dengan jenis kelamin laki-laki 58,73%; berat badan lahir ≤ 2.500 gram 73,02%; lama perawatan lebih dari 15 hari 55,56%. Hasil uji analisis bivariat uji Chi square-fisher secara statistik tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan clinical outcome (p = 0,695), berat badan lahir dengan clinical outcome (p=0,070), lama rawat inap dengan clinical outcome (p=0,305), infeksi penyerta dengan clinical outcome (p=0,223) dan asfiksia dengan clinical outcome (p=0,559) Kata Kunci: Sepsis neonatal; NICU; Clinical outcome
EVALUASI KESESUAIAN ANTIBIOTIK DEFINITIF TERHADAP CLINICAL OUTCOME PADA PASIEN ANAK DENGAN MENINGITIS BAKTERIAL DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAS SAKIT UMUM PUSAT Wihda Yanuar; Ika Puspitasari; Titik Nuryastuti
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 6, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.87 KB) | DOI: 10.22146/jmpf.346

Abstract

Meningitis bacterial merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama menyerang anak pada usia <2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan. Penyakit ini diperkirakan mencapai  1,2 juta kasus tiap tahunnya dengan mortalitas pasien berkisar antara 2%-30% diseluruh dunia. Kasus meningitis bakteri di Indonesia mencapai 158/100,000 kasus pertahun, dengan etiologi Haemophilus influenza tipe b (H. influenza) 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000. Pasien dengan meningitis bakteri yang bertahan hidup beresiko mengalami komplikasi. Komplikasi utama meningitis bakterial terjadi karena adanya kerusakan pada otak. Pasien yang bertahan hidup dari meningitis dapat mengalami gangguan saraf. Oleh karena itu, pasien meningitis bakterial khususnya pada anak perlu mendapatkan terapi  yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik definitif terhadap cinical outcome pasien anak dengan meningitis bakterial di bangsal rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta serta gambaran antibiogramnya. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif terhadap rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penyusunan antibiogram dilakukan berdasarkan perhitungan persentase sensitivitas antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik definitif 63,33% sesuai dengan hasil uji kultur dan sensitivitas antibiotik. Clinical outcomepenggunaan antibiotik definitif sesuai dengan hasil uji kultur dan sensitivitas 100% (19 pasien) membaik. Antibiogram pada pasien anak dengan meningitis bakterial di RSUP Dr. Sardjito adalah: pola bakteri Gram positif sebesar 63,33% dan bakteri Gram negatif 36,67%, dimana antibiotik yang memliki sensitivitas tinggi terhadap bakteri Gram positif adalah vankomisin 89% dan siprofloksasin 83% sedangkan untuk bakteri Gram negatif adalah meropenem 100%  dan amikasin 83%.
MODEL TEMAN APOTEKER: ALTERNATIF MODEL INTERVENSI APOTEKER BAGI PASIEN TUBERKULOSIS Nanang Munif Yasin; Djoko Wahyono; Bambang Sigit Riyanto; Ika Puspitasari
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 6, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.350

Abstract

Tingginya prevalensi tuberkulosis (TB) di Indonesia memerlukan keterlibatan apoteker dalam pelayanan pasien TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pelayanan TB, mengembangkan model intervensi, dan mengembangkan tools dan rencana intervensi apoteker bagi pasien TB.   Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional yang terdiri dari tiga tahapan  yaitu focus grup discussion (FGD), pengembangan model intervensi, dan pengembangan tools dan rencana model intervensi apoteker. Instrumen yang digunakan adalah panduan FGD dan kuesioner pelayanan TB. FGD membahas pelayanan pada pasien TB dan dihadiri oleh apoteker dan programmer TB di puskesmas dan Rumah Sakit Khusus Paru Respira di Yogyakarta. Data FGD didukung oleh hasil kuesioner yang diisi sebelum FGD. Pengembangan  model intervensi terdiri dari tahap identifikasi kebutuhan pharmaceutical care, penentuan outcome, dan kompilasi akhir model intervensi apoteker. Pengembangan tools model intervensi apoteker berbasis berbagai literatur dan hasilnya dievaluasi oleh pakar.  Data penelitian dianalis secara deskriptif dan analisis kualitatif. Hasil FGD dan kuesioner menunjukkan bahwa keterlibatan apoteker masih terbatas dan hanya  4 (21%) yang pernah mendapatkan pelatihan TB. Semua petugas TB sudah melakukan edukasi namun materi yang diberikan sangat beragam dan belum terstruktur. Sebanyak 15 (78,9%) apoteker melakukan monitoring efek samping, 10 (52,6%) monitoring interaksi obat,  10 (52,6%) monitoring respon klinik,   16 (84,2 %)  monitoring kepatuhan pasien, 2 (10,5%) melakukan home care dan 18 (94,7%) telah berbagi peran dengan perawat. Melalui formulasi hasil studi pustaka, studi pendahuluan, dan FGD diperoleh rekomendasi bahwa peran apoteker dalam pelayanan TB dapat ditingkatkan melalui model intervensi yang mencakup 5 aspek penting yaitu training, education, monitoring, adherence, dan networking yang disingkat TEMAN Apoteker. Selanjutnya Model TEMAN Apoteker diterjemahkan dan dijabarkan dalam 6 bentuk tools yaitu modul, booklet, leaflet, poster, buku panduan pelaksanaan dan lembar dokumentasi pharmaceutical care. Model TEMAN Apoteker yang komprehensif dapat menjadi alternatif model intervensi dalam meningkatkan peran apoteker pada pelayanan pasien TB.
Co-Authors Agil Novianto Anggraini Citra Ryshang Bathari Annisa Aulia Savitri Anton Bahtiar Antonia Adeleide Anutopi Arief Nurrochmad Arief Nurrochmad Atik Nuryah Avanilla Fany Septyasari Bambang Sigit Riyanto Bani Adlina Shabrina Chrisna Wardhani Daru Estiningsih Dhannia Fitratiara Dicky Moch Rizal Dicky Moch Rizal Diyan Ajeng Rossetyowati Djoko Wahyono Dwi Nurahmanto Elma Viorentina Sembiring Evi Istiqamah Farahdina Chairani Firdhani Satia Primasari Fita Rahmawati Fita Rahmawati Ganjar Taufik Hemi Sinorita Hemi Sinorita Hemi Sinorita Ida Safitri Laksanawati Ika Yuni Astuti Indah Hastuti Juniarto Mende Kris Kurniawan Linda Dimyati Maya Ramadhani Indarto Mayada Rakhmima Karizki Minar Paskah Lianti Manik Nanang Fakhrudin, Nanang Nanang Munif Yasin Nanang Munif Yasin Novrilia Atika Nabila Nunung Yuniarti Nunung Yuniarti Nuri Nuri Pebriati Sumarningsih Putri Dina Mahera Laily Ratna Asmah Susidarti Resia Perwirani Retnosari Andrajati Rinanto Prabowo Rizal Fauzi Rizka Humardewayanti Asdie Rizka Humardewayanti Asdie Rizki Rahmawati Rizqi Nurul Khasanah Rosylianti Rosylianti Sabrina Handayani Tambun Sisri Novrita Suhardjo Pawiroranu Suharjo Suharjo Taufiq Ramadhan Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Nuryastuti Titik Rahayu Tri Hartati Tri M. Andayani Tri Murti Andayani Tristina Devi Azzahra Triutomo, Devyanto Hadi Widya Adhitama Wihda Yanuar Yessy Resi Maharani Zita Dhirani Pramono