Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

ANALISIS BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN BANYUKUWUNG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-RAS Torimtubun, Angelina; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.898 KB)

Abstract

ABSTRAK: Bendungan Banyukuwung merupakan bendungan urugan homogen yang dibangun tahun 1996. Batas hilir Bendungan Banyukuwung berada di Teluk Rembang (Laut Jawa). Keruntuhan Bendungan Banyukuwung dapat terjadi akibat overtopping dan piping. Dari simulasi yang dilakukan dengan program HEC-RAS 5.0.3, keruntuhan akibat overtopping merupakan peyebab keruntuhan Bendungan Banyukuwung yang menimbulkan dampak paling besar dengan banjir desain 0,5PMF dengan puncak debit QInflow 239,9 m³/det dan luas genangan 1907,475 ha dengan tinggi genangan maksimum 7,95 m. Akibat dari keruntuhan Bendungan Banyukuwung, terdapat 23 desa di bagian hilir Bendungan Banyukuwung yang terkena genangan dengan jumlah penduduk terkena risiko sebesar 17015 jiwa. Jarak Bendungan Banyukuwung sampai hilir hanya sejauh 9 km, maka Bendungan Banyukuwung termasuk dalam klasifikasi bendungan dengan bahaya tingkat 4 yaitu bahaya sangat tinggi.   Kata Kunci: keruntuhan bendungan, Bendungan Banyukuwung, overtopping, piping, HEC-RAS
ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN BINTANG BANO PROV. NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BOSS DAMBRK Ramadhan, Yudhistira Akbar Zulfikar; Asmaranto, Runi; Juwono, Pitojo Tri
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.857 KB)

Abstract

ABSTRAK: Bendungan Bintang Bano terletak di Desa Bangkatmonte, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Keruntuhan Bendungan Bintang Bano dapat terjadi dikarenakan overtopping dan piping. Dari analisis hidrologi nilai debit inflow kala ulang PMF sebesar 2625,887 m3/det. Dari simulasi yang dilakukan dengan program BOSS Dambrk, keruntuhan akibat overtopping pada Bendungan Bintang Bano memiliki luas genangan keruntuhan Bendungan Bintang Bano sebesar 5714,14 Ha dengan desa terdampak sejumlah 23 desa. Sementara, keruntuhan akibat piping pada Bendungan Bintang Bano memiliki luas genangan keruntuhan Bendungan Bintang Bano sebesar 5113,94 Ha dengan desa terdampak sejumlah 21 desa. Bintang Bano termasuk dalam klasifikasi bendungan dengan bahaya tingkat 4 yaitu bahaya sangat tinggi.ABSTRACT: Bintang Bano Dam is located in Bangkatmonte Village, Brang Rea District, West Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara Province. Bintang Bano dambreak can occur due to overtopping and piping. From the hydrological analysis the PMF inflow discharge value was 2625,887 m3 / sec. The simulations carried out by the BOSS Dambrk program, the dambreak due to overtopping of the Bintang Bano Dam has an inundation area of Bintang Bano Dam in the amount of 5714.14 Ha with an affected 23 villages. Meanwhile, the dambreak due to piping in the Bintang Bano Dam has an inundation area of Bintang Bano Dam in the amount of 5113.94 Ha with the affected 21 villages. Bintang Bano is included in the classification of dams with level 4 hazards namely very high hazards.   
PEMETAAN SEBARAN KUALITAS AIR TANAH BERDASARKAN INDEKS KUALITAS AIR IRIGASI DI KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG pratama putra, i wayan ari yoga; Siswoyo, Hari; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air tanah yang digunakan sebagai sumber air untuk irigasi di Kecamatan Gerokgak belum sepenuhnya teridentifikasi ataupun dipetakan kualitasnya. Kualitas air tanah sebagai sumber irigasi berkaitan dengan kesesuaian jenis tanaman yang dapat diusahakan pada lahan pertanian setempat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memetakan sebaran kualitas air tanah sebagai dasar untuk penentuan kesesuaian jenis tanaman yang dapat diusahakan pada lahan pertanian agar dihasilkan keuntungan yang optimal. Penelitian ini dilakukan di 10 lokasi sumur produksi untuk irigasi yang tersebar di Kecamatan Gerokgak. Identifikasi kualitas air tanah dilakukan dengan menggunakan model indeks kualitas air irigasi (IWQI). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa indeks kualitas air tanah untuk irigasi di lokasi penelitian berada dalam dua kategori, yaitu batasan penggunaan air sedang (MR) dengan nilai berkisar 65,25 – 69,25 seluas 44,95 km2, dan batasan penggunaan air rendah (LR) dengan nilai berkisar 70,19 – 80,10 seluas 232,85 km2. Kualitas air MR dapat diberikan pada jenis tanaman  kacang tanah, jagung, kubis, terong, kedelai dan anggur, sementara itu kualitas air LR dapat diberikan pada tanaman kedelai dan kacang tonggak/undis.Groundwater that is used as a source of water for irrigation in Gerokgak District has not yet been fully identified or mapped in quality. The quality of groundwater as a source of irrigation is related to the suitability of the types of plants that can be cultivated on local agricultural land. The purpose of this research is to map the distribution of groundwater quality as a basis for determining the suitability of plant species that can be cultivated on agricultural land in order to produce optimal profits. This research was conducted at 10 locations of production wells for irrigation which are spread in Gerokgak District. Identification of ground water quality is done using the irrigation water quality index (IWQI) model. Based on the results of the study it can be shown that the index of ground water quality for irrigation in the study site falls into two categories, namely the moderate restriction water use (MR) with values ​​ranging from 65,25 – 69,25 covering an area of ​​44,95 km2, and the low restriction water use (LR) with values ​​ranging from 70,19 – 80,10 covering 232,85 km2. MR water quality can be given to peanut, corn, cabbage, eggplant, soybean and grape, while LR water quality can be given to soybean and milestone.
Studi Erosi Menggunakan Model Agricultural Non-Point Source Pollution (AGNPS) pada DAS Kali Lamong Provinsi Jawa Timur Majid, Haidar Naufal; Sholichin, Moh.; Asmaranto, Runi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan tata guna lahan dari yang semula hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, maupun ladang berdampak pada tingginya laju erosi pada DAS Kali Lamong, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Studi ini bertujuan untuk memetakan kondisi existing persebaran laju erosi beserta tingkat bahaya erosi pada DAS Kali Lamong, sehingga kemudian dapat diberikan saran penanggulangan berupa skenario lahan baru. Perhitungan menggunakan model Agricultural Non-Point Source Pollution (AGNPS) diperoleh laju erosi rata-rata DAS sebesar 31,771 ton/ha/tahun. Hasil analisis tingkat bahaya erosi berdasarkan Indeks Bahaya Erosi oleh Hammer (1981) diperoleh indeks dengan tingkat rendah (indeks <1) seluas 460,8 km2, tingkat sedang (indeks 1-4) seluas 200,88 km2, tingkat tinggi (indeks 4-10) seluas 42,93 km2, dan tingkat sangat tinggi (indeks >10) seluas 63,27 km2. Berdasarkan perhitungan sediment delivery ratio (SDR), didapatkan hasil perkiraan sedimen sebesar 34.228,031 ton/tahun atau 28.532,231 m3/tahun. Skenario lahan baru disusun berdasarkan RLKT - Departemen Kehutanan. Dari hasil simulasi skenario lahan baru, tidak didapati indeks bahaya erosi pada tingkat tinggi maupun sangat tinggi. Hasil tersebut menunjukkan skenario lahan yang baru dapat mengurangi laju erosi dan tingkat bahaya erosi pada DAS Kali Lamong. The transformation of land-use from forestry into agricultures, plantations, and fields have an impact on the high-rate of erosion at Kali Lamong Watershed, Gresik Regency, East Java Province. This study is purposed to map the existing condition of the erosion rate and the erosion hazard level at Kali Lamong Watershed, so that it can be resolved in the form of a new land-use scenario recommendation. Based on the calculation by using the Agricultural Non-Point Source Pollution (AGNPS) model, it is obtained the watershed’s average erosion rate of 31,771 ton/ha/year. The analysis result of the  erosion hazard level using the Erosion Hazard Index by Hammer (1981), shows that the index at low level (index <1) in an area of 460,8 km2, medium level (index 1-4) in an area of 200,88 km2, high level (index 4-10) in an area of 42,93 km2, and very high level (index >10) in an area of 63,27 km2. Based on the calculation of the sediment delivery ratio (SDR), it is obtained the sediment value of 34.228,031 ton/year or 28.532,231 m3/year. The new land-use scenario is arranged based on RLKT from the Indonesian Department of Forestry. From the simulation of the new land-use scenario result, it is not obtained the erosion hazard index at either high or very high level. The result shows that the new land-use scenario can reduce the erosion rate and the erosion hazard level at Kali Lamong Watershed. 
Stability of existing Banyukuwung DAM in recent hydrology and geotechnical conditions Juwono, Pitojo Tri; Asmaranto, Runi; Murdhianti, Ari
Civil and Environmental Science Journal (CIVENSE) Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.civense.2020.00302.1

Abstract

Banyukuwung Dam is located in the villages of Sukorejo and Sudo, Sumber District, Rembang Regency, Central Java Province. This dam was built in 1995-1997 to serve the needs of 7750 ha of irrigation water and 35 l/s of raw water needs. Dam type is homogeneous reservoir, has a height of 19.40 m above the riverbed and 25.40 m above the foundation excavation. The length of the dam peak is 181.00 m and the width is 5.00 m while the reservoir volume under normal water conditions is 1.64 million m3. Along with seasonal changes and extreme hydrological behavior and based on an investigation of current geotechnical conditions, stability analysis is needed based on these two conditions. It is very important to plan operational and maintenance activities related to the dam maintenance program. So that it is expected to be useful for the relevant agencies in making operational decisions. The purpose of this study was to determine the stability of the existing Banyukuwung dam based on the latest hydrological and geotechnical behavior. The results are expected to provide recommendations in the management, operation and maintenance of the dam manager.
Inspections of Hydro-Geotechnical on Ngancar Dam asmaranto, runi; Suryono, Antonius; Hidayat, Muhammad Nurjati
Civil and Environmental Science Journal (CIVENSE) Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.civense.2019.00202.5

Abstract

Besides having great benefits, dam also holds enormous potential dangers. The collapsed dam will cause devastating flood along the river resulting in loss of lives, properties, damage to public facilities and environment, especially in the downstream area. For safety and prevent the occurrence of the disaster, the operational of dam should always be monitored, inspected and maintained properly continually. With a good monitoring, dam managers will discover as early as possible the problems emerging in the dam, and then perform the appropriate steps to prevent the development of the problems. This paper will perform hydro-geotechnical analysis as a review current condition of slope stability based on the result of soil investigation on present dam condition and review instrumentations installed in Ngancar Dam
Application of Sediment Runoff Model to the Wlingi Reservoir Watershed, Indonesia Rahman, Kurdianto Idi; Sisinggih, Dian; Asmaranto, Runi
Civil and Environmental Science Journal (CIVENSE) Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.civense.2020.00301.2

Abstract

Sedimentation is the main problem in Wlingi reservoirs. They are suffering from severe watershed erosion and a heavy load of volcanic ash ejected from the eruption of Mount Kelud. Wlingi reservoir is significantly affected by recurrent volcanic activities of Mount Kelud. After the 2014 eruption, the capacity of Wlingi reservoirs decreased by 82.5% or only 3.70 million m3 from the initial capacity of 24 million m3. To analyze the impact of volcanic eruption disaster on reservoir sedimentation an integrated numerical model of sediment is required. The Fujiyama model is an integrated sediment runoff model using a basin model composed of unit channels and unit slopes. The model seems suitable for a mountainous basin. The simulation results from the model explain that the mechanism of transporting sediment into the Wlingi Reservoir can be explained based on the type of sediment transport. The movement of sediment originating from Kelud Mountain in Kali Lekso is strongly influenced by rainfall duration compared to the intensity of the rainfall. Also, the simulation model results explained that the mechanism of sediment transportation is dominated by suspended load or bed load which when large discharges will move with the mechanism of suspended load sediment transport.
Memetakan Potensi Sumber Air Dalam di Lahan Kering Desa Pelem Ponorogo Menggunakan Metode Uji Geolistrik Sugiarto; Runi Asmaranto; Subhan Ramdlani; Mangku Purnomo; Ibnu Widodo
DIKEMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Pelem Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo merupakan kawasan yang berada di kaki perbukitan dengan potensi pertanian lahan kering. Memiliki Luas wilayah Desa Pelem adalah 692 ha yang terdiri dari lahan pertanian berupa sawah tadah hujan 118 ha, tanah tegalan 75 ha, tanah perhutani 412 ha. Masyarakat Desa Pelem memiliki permasalahan klasik terkait kebutuhan air bersih dan air irigasi. Kehidupan masyarakat sebagian besar bertumpu pada hasil pertanian lahan kering yang selama ini mengandalkan air tadah hujan, dan ironisnya di musim kemarau selalu kesulitan mengolah lahan karena ketiadaan air irigasi. Ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak juga terbatas. Pengeboran air dalam yang dilakukan masyarakat sering gagal karena dalam menentukan sumber air hanya berdasarkan perkiraan, sementara biaya pengeboran sumur dalam sangat mahal. LPPM Universitas Brawijaya melalui Program Doktor Mengabdi tahun 2021 telah mengirimkan tim dosen UB untuk membantu masyarakat dan Pemerintah Desa Pelem dalam mengatasi permasalahan air bersih dan air irigasi tersebut. Salah satu program kegiatan yang dilakukan adalah memetakan potensi sumber air dalam di wilayah Desa Pelem. Proses pemetaan menggunakan alat uji geolistrik ADTM dengan metode VES (vertical electrical sounding) konfigurasi Schlumberger yang dilengkapi program visualisasi yang terkoneksi ke android, sehingga kondisi lapisan tanah bisa ditampilkan secara visual melalui layar HP Android. Hasilnya adalah Desa Pelem secara umum memiliki potensi air tanah yang baik dari hasil identifikasi beberapa lapisan akuifer sampai kedalaman 150 - 200 meter. Dukuh Batur RT 4 RW 2 dengan line 1 dan TGL 01 sebagai titik pengukuran geolistrik memiliki potensi air tanah teridentifikasi di kedalaman 70,42 – 81,52 meter dan 97,82 – 114,52 meter. Untuk line 2 memiliki potensi air tanah di kedalaman 40 – 85 meter. Line 3 dan TGL 02 memiliki potensi air tanah teridentifikasi di kedalaman 66,55 – 102,60 meter. Line 4 memiliki potensi air tanah teridentifikasi di kedalaman 56,09 – 76,81 meter; dan di kedalaman 95,08 – 127,25 meter. Line 5 teridentifikasi di kedalaman 60 – 62 meter; 80 – 97 meter dan di kedalaman 105 – 125 meter. Line 6 memiliki potensi air tanah di kedalaman 80 – 115 meter. Line 7 teridentifikasi di kedalaman 65 – 76 meter dan 123 – 135 meter. Line 8 teridentifikasi di kedalaman 64 – 70 meter, 75 – 86 meter dan 124 – 135 meter. Line 9 memiliki potensi air tanah di kedalaman 55 – 60 meter, 75 – 85 meter, 98 – 105 meter, dan 116 – 125 meter. Line 10 memiliki potensi air tanah di kedalaman 65 – 78 meter, 98 – 105 meter, 110 – 124 meter, dan 130 – 142 meter. Line 11 memiliki potensi air tanah di kedalaman 65 – 70 meter, 76 – 80 meter, dan 110 – 116 meter. Line 12 memiliki potensi air tanah di kedalaman 65 – 70 meter, 95 – 108 meter, dan 120 – 125 meter.
Revitalisasi Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) Desa Selur Untuk Mendukung Kawasan Wisata Denny Widhiyanuriyawan; Pitojo Juwono; Runi Asmaranto; Sugiarto
DIKEMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air Terjun Sunggah di Desa Selur merupakan salah satu destinasi wisata alam yang ada di wilayah Ponorogo selatan. Pemandangan alamnya yang indah, dikelilingi hutan dan persawahan terasering yang eksotik menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Namun keelokan alam masih belum didukung oleh sarana dan prasaran penunjang yang memadai. Akses jalan menuju lokasi adalah jalan cor beton dengan lebar 3,5 m, sehingga tidak bisa digunakan untuk berpapasan mobil. Meskipun infrastruktur jalan sepanjang 2 km menuju lokasi sudah diperkuat cor beton, namun di area wisata air terjun belum dilengkapi prasarana wisata yang representatif bagi pengunjung sehingga belum mampu memanjakan wisatawan. Salah satu kendala yang dihadapi masyarakat desa Selur terkait upaya mengembangkan wisata air terjun sunggah adalah ketersediaan sumber energy sebagai pendukung pengembangan kawasan wisata dan kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan untuk mendukung aktifitas berkelanjutan kawasan wisata tersebut. Melihat kondisi ini Tim Doktor Mengabdi LPPM Universitas Brawijaya mengajak masyarakat dan Pemerintah Desa Selur berkolaborasi dan mensinergikan kegiatan bersama membangun kawasan wisata alam di desa Selur. Tim DM UB menawarkan solusi untuk menyediakan energy mandiri di kawasan wisata air terjun Sunggah sekaligus menggali dana dari sumber energy yang dibangun. Kegiatan yang dilakukan oleh Tim DM UB bersama pemerintah desa dan masyarakat Selur di tahun 2020 ini adalah memperbaiki dan merekondisi pipa air diameter 16 inchi sepanjang 25 meter menuju pipa pesat agar tidak mengganggu peruntukan air irigasi masyarakat mengingat topografi medan saluran pengambilan cukup sulit jika digunakan saluran terbuka. Diharapkan rekondisi saluran pembawa ini dapat meningkatkan PLTMH dengan kapasitas 20 kW.
Assessment of Mulch Material Effect on Surface Runoff, Soil Loss, and Water Quality in an Agricultural Region Riyanto Haribowo; Runi Asmaranto; ‪L. Tri Wijaya Nata Kusuma; Berlian Gari Amrina
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 44, No 3 (2022)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v41i0.3727

Abstract

This research aims to determine the type of mulch material that effectively reduces the risk of erosion on agricultural lands and gives minimum detrimental impacts on water quality. The S12 Advanced Environmental Hydrology System used for rainfall simulator. Rainfall intensity was set up based on the daily annual maximum rainfall data. Meanwhile, the land slope is according to research site contour. This research was designed to compare the conditions of soil without mulch (WM) and Rice Straw Mulch (RSM), Mendong Biogeotextile Mulch (MBM), and Plastic Mulch (PM). The observed quality parameters were Dissolved Oxygen (DO), pH, and Total Dissolved Solids (TDS). Statistical analysis involved a three-way analysis of variance (ANOVA) with the aid of SPSS 26 software. Based on the smallest mean values for the amount of surface runoff discharge (mean 1.10), amount of sediment yield (mean 0.650), change in pH (mean 7.48), and TDS (mean 0.24) value, it can be concluded that MBM is the most optimal to be utilized as soil cover for agricultural lands. The performance of MBM is better than RSM and PM.