Wiwid Noor Rakhmad
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Published : 96 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 94 Documents
Search
Journal : Interaksi Online

Pengaruh Citra Merek dan Terpaan Iklan terhadap Keputusan Pembelian Toyota Yaris di Kota Semarang Annisya Winarni Putri; Tandiyo Pradekso; Sri Widowati Herieningsih; Wiwid Noor Rakhmad
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.679 KB)

Abstract

Selama tujuh tahun terakhir, penjualan otomotif di Indonesia naik hampir empat kali lipatatau 286%. Para produsen mobil terus melakukan inovasi terhadap produknya. Hal ini terlihatdari semakin beraneka ragamnya merek dan jenis mobil di Indonesia. Toyota, sebagai salah satupabrik otomotif terbesar di Indonesia meluncurkan beberapa jenis mobil. Pada kategorihatchback, PT. Toyota Astra Motor mengeluarkan beberapa jenis produk yaitu Toyota Yaris.Sebagai produk yang diunggulkan di kelasnya, tentunya produsen mengharapkan angkapenjualan yang bagus dengan selalu mencapai target di setiap tahunnya. Akan tetapi, di beberapatahun Yaris tidak bisa mencapai target yang sudah ditentukan. Guna meningkatkan penjualan,Toyota memutuskan untuk meningkatkan citra merek dan beriklan.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh citra merek dan terpaan iklanterhadap keputusan pembelian Toyota Yaris di Kota Semarang. Reasoned Action Theory danStrong Theory of Advertising digunakan untuk menjelaskan pengaruh citra merek dan terpaaniklan terhadap keputusan pembelian Toyota Yaris di Kota Semarang. Populasi dalam penelitianini adalah masyarakat berusia 28 hingga 55 tahun, SES B-A yang merupakan segmentasi pasarToyota Yaris dengan teknik systematic random sampling.Analisis Regresi Logistik digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Uji hipotesismenunjukkan nilai signifikansi variabel citra merek 0.001 dengan koefisiensi regresi 0,222 dannilai signifikansi terpaan iklan 0,035 dengan koefisiensi regresi sebesar 0,745. Kedua variabelmemiliki nilai signifikansi lebih kecil dari α (0.05) yang berarti citra merek dan terpaan iklanmemiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian Toyota Yaris di Kota Semarang. Koefisienregresi menunjukkan arah pengaruh positif citra merek dan terpaan iklan terhadap keputusanpembelian.Citra Merek dan Terpaan iklan dapat menjelaskan probabilitas keputusan pembelianToyota Yaris sebesar 31,5%, sedangkan 68,5% keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabellainnya. Citra merek positif mampu meningkatkan keputusan pembelian konsumen sebesar 1,249kali dan terpaan iklan yang tinggi mampu meningkatkan pembelian 2,107 kali lebih besardaripada terpaan iklan rendah.
BRANDING OF HIPMI PEDULI JAWA TENGAH THROUGH STRATEGIC COMMUNICATION ACTIVITIES AS PROGRAM MANAGER Fitri Nur Hidayat; Djoko Setyabudi; Agus Naryoso; Wiwid Noor Rakhmad
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.937 KB)

Abstract

The final task in the form of field work is based by HIPMI Peduli Jawa Tengah as a charity organization under the auspices of the Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Regional Jawa Tengah (HIPMI Jawa Tengah) that recently established. The establishment of HIPMI Peduli Jawa Tengah aims to cultivate the spirit of social awareness and participation of entrepreneurs and societies in order to improve the social welfare of the Indonesian people on the social issues that happening nowadays. As a charities organization under the auspices of HIPMI Jawa Tengah, awareness of HIPMI Peduli Jawa Tengah is not widely known even by members of the HIPMI Jawa Tengah.The lack of awareness by HIPMI Peduli Jawa Tengah makes the participation of entrepreneurs and societies are less in any social activities undertaken by HIPMI Peduli Jawa Tengah. This leads to the small number of donors who participated through HIPMI Peduli Jawa Tengah that has not give maximum support at each social activities undertaken. Based on the concept of branding and persuasion theory, field work aims to increase awareness HIPMI Peduli Jawa Tengah and encourage the target audience to join and participate in any social activities undertaken by HIPMI Peduli Jawa Tengah.The implementation was held in August to September 2015 that makes it a total of 5 weeks, through a series of activities with the theme of education 1000 Book 1000 Goodness For Coastal Children, managed to get an increase in awareness activities HIPMI Peduli Jawa Tengah significantly from 25.84% to 84% and the increase of donation participation from 11.2% to 34%. The amount of participation in each of a series of activities in 1000 Book 1000 Goodness also achieve the target that managed to get donations 3540 books, 103 visitors in the pre event Sunday Morning Share Reading and more than 1500 visitors in the event of peak Charity Food Festival HIPMI Peduli Jawa Tengah. This field work indicates that the "Branding HIPMI Peduli Jawa Tengah Through Strategic Communication Activity" was carried out according to goals specified by division manager program.
MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI Alifati Hanifah; Agus Naryoso; Turnomo Rahardjo; Wiwid Noor Rakhmad
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.568 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemberitaan di media massa dan informasi negatif mengenai perilaku buruk polisi di masyarakat. Pemberitaan tersebut membuat masyarakat memiliki persepsi dan stereotip negatif dan munculnya prasangka terhadap polisi. Ekspresi prasangka terhadap polisi seringkali ditemui dalam taraf antilokusi, yaitu ekspresi menggunjingkan perilaku buruk polisi, dan menyebabkan komunikasi polisi dengan lingkungan sosial tempat tinggalnya menjadi terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana munculnya prasangka terhadap polisi dan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengelola prasangka tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merujuk pada paradigma interpretif dan tradisi fenomenologi. Peneliti menggunakan konsep persepsi dan stereotip untuk menjelaskan munculnya prasangka terhadap polisi, dan konsep lima ekspresi prasangka untuk menjelaskan ekspresi prasangka terhadap polisi yang seringkali ditemui di masyarakat. Teknik analisis yang digunakan adalah metode fenomenologi dari Van Kaam. Informan penelitian berasal dari anggota polisi dan masyarakat umum, yang sekaligus merupakan tetangga informan polisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prasangka terhadap polisi tidak selalu disebabkan oleh persepsi dan stereotip negatif yang dimiliki seseorang. Hal tersebut disebabkan adanya faktor lain yang menyebabkan munculnya prasangka yaitu lingkungan budaya informan yang merupakan lingkungan budaya konteks tinggi (high context cultural). High context cultural menjelaskan bahwa anggota budaya ini menggunakan latar belakang sosial untuk menilai seseorang, sehingga prasangka lebih mudah muncul dalam kelompok budaya ini. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi untuk mengelola hanya dilakukan oleh informan polisi dikarenakan informan polisi memiliki kepentingan dan tujuan untuk mengurangi prasangka terhadap institusinya. Informan polisi menggunakan pesan verbal dan nonverbal untuk melakukan komunikasi tersebut. Cara yang digunakan informan merupakan ciri khas komunikasi yang dilakukan anggota budaya konteks tinggi. Keyword: Prasangka, Antilokusi dan Budaya konteks tinggi
Father Daughter Relationship dalam Film I Am Sam Karya Jessica Nelson Bhaswarani Oktadianisty; Hapsari Dwiningtyas; Wiwid Noor Rakhmad; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.664 KB)

Abstract

Father daughter relationship mengacu pada Oedipus complexyang diungkapkan psikoanalis Sigmund Freud dengan menempatkan sosok ayah sebagai pusat dari kehidupan anak perempuan setelah anak perempuan tidak lagi menjadikan ibu sebagai objek cinta menjadikan ibunya sebagai saingan untuk mendapatkan cinta ayah. Film I Am Sam ini mencoba menyajikanfather daughter relationship secara berbeda dengan menghadirkan sosok ayah yang menyandang disabilitas tunagrahita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi teks yang digunakan oleh sutradara melalui film dan juga untuk mengetahui nilai-nilai dalam kultur dominan yang tidak bisa dilepaskan oleh film ini terkait dengan naturalisasi fatherdaughter relationship dengan kondisi dimana sang ayah merupakantunagrahita. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika model Roland Barthes melalui tahapan analisis sintagmatik dan paradigmatik dengan menggunakan lima kode pokok pembacaan teks.Strategi film dalam melakukan naturalisasi dengan menunjukkan bahwa seorangtunagrahita mampu berfungsi sebagai ayah, anak perempuan dari tunagrahitatumbuh normal, ikatan emosional anak perempuan dengan ayahnya ketika sedang berkonflik (ditunjukkan melalui ekspresi tertawa, menangis, marah, kecewa dan bahagia), adegan-adegan yang melibatkan kontak fisik antara ayah dan anak perempuan (pelukan, ciuman, menggendong, dan bergandengan), serta adanya transformasi nilai-nilai sosial dari ayah ke anak perempuan.Dalam rangka mendukung kaum penyandang disabilitas tunagrahita dalam mengasuh anak, masih terdapat nilai-nilai penolakan terhadap penyandang disabilitas tunagrahita yang tidak bisa dilepaskan oleh film ini. Penyandang tunagrahita yang selalu membutuhkan dan mendapatkan bantuan orang lain dalam mengasuh anaknya menjadi bukti bahwa film ini masih mengadopsi nilai-nilai yang terdapat dalam kultur dominan. Namun film ini juga menunjukkan bahwa anak perempuan tidak bisa melepaskan diri dari ayahnya terlepas dari kemampuan intelektual ayah itu sendiri, apakah ayahnya seorang tunagrahita atau tidak.
Visualisasi Bentuk Kekerasan Pada Tayangan Komedi Pesbukers Ilham Futaki; Sunarto Sunarto; Wiwid Noor Rakhmad
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.081 KB)

Abstract

JUDUL : Visualisasi Bentuk Kekerasan Pada Tayangan KomediPesbukersNAMA : Ilham FutakiNIM : D2C008090AbstrakTayangan komedi saat ini sangat menjamur kehadirannya di stasiun-stasiuntelevisi Indonesia. Salah satu tayangan hiburan berupa komedi yang digemari olehkhlayak adalah Pesbukers. Tayangan komedi Pesbukers ini mempunyai temasketsa reality. Hal yang menarik dari tayangan komedi Pesbukers ini adalahkarena Pesbukers masuk ke dalam salah satu program besar dengan rating yangtinggi.Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kekerasan yang terjadipada tayangan komedi Pesbukers. Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan metode analisis isi. Analisis isi digunakan untuk mendeskripsidan menganalisis adanya kekerasan di 5 (lima) episode yang dijadikan sampelpenelitian.Dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat banyak tindakkekerasan yang terjadi pada lima episode tayangan komedi Pesbukers. Hasilpenelitian juga menunjukkan bahwa terdapat bentuk kekerasan yang terbagimenjadi tiga bagian, yaitu: kekerasan verbal, kekerasan non verbal, dan kekerasanpsikis. Dengan banyaknya adegan yang muncul, dapat diketahui juga peran danjenis kelamin yang melakukan tindak kekerasan. Tidak hanya itu, selain kategorikategoriyang telah disebutkan di atas, juga ditemukan penemuan menarik yangmasih berkaitan dengan kekerasan, yaitu naturalisasi kekerasan pada media massa.Kata Kunci: Analisis Isi, Komedi, KekerasanJUDUL : The Visualization Form of Violent On Comedy Show“Pesbukers”NAMA : Ilham FutakiNIM : D2C008090AbstractCurrent comedy show was flourishing in Indonesia`s television stations. Onepopular comedy show that Indonesia favored is Pesbukers. This comedy show hasa background story about sketch reality. One of interest thing about Pesbukers isentered into one big programme with high ratings.This research aimed to describe the violence in comedy show. This study used aquantitative approach to content analysis method. Content analysis is used toanalyze and describing the violence in five episodes study sampled.From this research was conducted, there are many occured violence act in fiveepisodes. The research result showed that there are violence act which is dividedto three parts, among others: physical, non-physical, and psychological. With somany scenes of violence that appears, also can known figure and the role of sexwho can oftten become a offenders. Not only that, besides in addition to thecategories already mentioned, founded some interesting research that is related toviolence is naturalization of violent act in the mass media.Keywords : Content Analysis, Comedy, Violence.BAB IPENDAHULUANTelevisi dengan kesempurnaan elemen komunikasi yang dimilikinya membuatmedia ini sangat digemari oleh khalayak, karena mudah, murah, dan bisaditempatkan secara strategis. Televisi memang sangat mudah ditemui, dengankesempurnaannya inilah yang membuat media ini berkembang dan semakinberagam, konten acara, maupun penyajiannya. Televisi telah menjadi bagian yangtak terpisahkan dari kebutuhan manusia. Televisi dengan berbagai acara yangditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuatpemirsanya menjadi ketagihan untuk mengonsumsinya. Televisi merupakangabungan dari media gambar yang bisa bersifat politis, informatif (information),hiburan (entertainment), dan pendidikan (education), atau bahkan penggabungandari ketiga elemen tersebut.Hiburan, sebagai salah satu peranan televisi memang tidak ada habisnyauntuk menampilkan acara-acara yang bertemakan hiburan. Salah satu bentukhiburan yang ditampilkan di berbagai stasiun televisi adalah komedi.Pesbukers (Pesta Buka Bareng Selebriti) adalah sebuah acara televisi baruproduksi stasiun televisi AnTV, yang ditayangkan setiap Senin hingga Jumat padaawalnya, dan ditayangkan pada pukul 18.00-19.00 (15 menit sebelum adzan dandilanjutkan 3 menit kemudian setelah iklan). Pesbukers pertama kali tayang padatanggal 25 Juli 2011. Format acara Pesbukers ini adalah sebuah sketsa reality,dicampur dengan guyonan-guyonan segar seperti pantun yang jenaka, dan rayuangombal. Segala hal konyol dilakukan oleh para pemainnya agar bisa membuatpenonton tertawa dengan apa yang dilakukannya, cerita didalam sketsanyadiangkat dari kisah selebriti yang sedang hangat diperbincangkan di infotainment,tetap dengan tema kehidupan sehari-hari. Ide cerita dari episode-episodenya selaluberbeda dengan sebelum-sebelumnya, salah satu ciri khas lawakan dari Pesbukers,salah satu pemain rela ditaburi bedak kepalanya setelah mendapat pantun. Akantetapi, di balik kelucuan pantun-pantun yang dikeluarkan, mengandung unsurmerendahkan atau melecehkan.BAB IIBATANG TUBUHPesbukers sebagai salah satu acara komedi yang digemari olehpenontonnya, juga ditayangkan setiap hari, membuat khalayak menjadi terhipnotisdengan isi acaranya. Pesbukers telah membuat persepsi khalayak tentangkekerasan pada televisi menjadi homogen, dan jauh dari realita yang sebenarnya.Sehingga, kekerasan yang dilakukan oleh para pemain Pesbukers menjadi umumdi mata masyarakat. Ide-ide cerita yang berbeda di setiap episodenya menciptakanhal baru yang digemari pemirsanya. Segala tingkah laku pemain Pesbukersmampu membuat penontonnya tertawa dan terbawa, sehingga mereka(penonoton/pemirsa) seperti tidak menghiraukan adanya kekerasan dalamtayangan tersebut. Hal ini tidak lepas dari akibat produsen yang mengkonstruksimakna yang ada, sehingga penonton mulai terbiasa dengan makna baru yangmuncul. Mereka (para pemain Pesbukers) mempresentasikan adegan-adegankekerasan dalam tayangan komedi, yang seharusnya bisa membuat orang tertawadengan cara-cara yang lebih cerdas tanpa harus mengedepankan kekerasan.Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah merasukke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memilikikarakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaianpesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling lengkap dalam menyampaikanunsur-unsur pesan bagi khalayak pemirsa, oleh karena dilengkapi dengan gambardan suara yang terasa lebih hidup dan dapaat menjangkau ruang lingkup yangsangat luas.Kekerasan di dalam media kini sudah tidak dapat dibendung lagikeberadaannya, baik dalam media cetak maupun media elektronik. Beberapa risetkomunikasi massa menunjukkan bahwa kekerasan bukan lagi merupakan hal yangtabu bagi pemirsanya. Media massa seringkali diibaratkan sebagai pedangbermata dua. Di salah satu sisi berguna untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikanseperti memberikan informasi dan menghibur, di sisi yang lain juga menyebarkannilai-nilai negatif yang tidak baik untuk masyarakat. Perkembangannya, penelititelah mengamati bahwa jumlah tayangan kekerasan di televisi telah meningkat.Khalayak tidak lagi merasa heran melihat adegan orang-orang yang berkelahi danseringkali melakukan upaya pembunuhan di beberapa tayangan seperti sinetron,film kartun, tayangan komedi. bahkan, sinetron sekarang ini kebanyakan tidak adaalur ceritanya, dan yang pasti mempertontonkan adegan kekerasan di dalamnya.Tidak hanya di dalam sinetron, dewasa ini tayangan kekerasan juga terdapat didalam komedi. seperti contoh Pesbukers. Dengan kedok komedi sketsa reality,para pemain dalam acara tersebut seringkali melakukan adegan kekerasan sepertimendorong, mencemooh, mengelabuhi bintang tamu atau pemain lainnya,menaburkan bedak ke salah satu pemain dan berbagai macam adegan yangdianggap sebagai hal yang lucu untuk menarik pemirsanya, tetapi mengandungunsur kekerasan di dalamnya.Menurut UU Penyiaran Pasal 36 ayat 3, isi siaran wajib memberikanperlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak danremaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembagapenyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayaksesuai dengan isi siaran. Tetapi dewasa ini, kekerasan merupakan salah satuaspek yang tidak dapat dihindari dari beragam tayangan di televisi. Bahkanmasyarakat terkadang tidak menyadari adanya kekerasan dalam program tayanganyang mereka konsumsi.Pesbukers merupakan salah satu program komedi yang mengusung konsep“sketsa reality” di mana gosip-gosip yang sedang “in” dimasukkan ke dalambentuk sketsa komedi. Walaupun sudah berulang kali ditegur oleh KPI, karenaseringkali menyisipkan unsur kekerasan dan pelecehan dalam sketsa komedi yangmereka mainkan, program komedi masih saja ditayangkan hingga saat ini. Dalamprogram tayangan komedi Pesbukers, menarik untuk diperhatikan bagaimanaPesbukers menampilkan bentuk kekerasan dalam setiap tayangannya?Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentukkekerasan yang ditayangkan pada program tayangan komedi Pesbukers.Dalam sebuah tayangan komedi yang menjadi objek penelitian inimenggunakan kategori-kategori untuk menghitung jumlah kekerasan yang munculpada tayangan komedi Pesbukers.- Fisik/nonverbal, berupa bentuk atau perilaku kekerasan yang dilakukanoleh pemain Pesbukers terhadap korban dengan cara memukul,menendang, melemparkan barang ke tubuh korban atau sebaliknya,menganiaya.- Nonfisik/verbal, kekerasan yang terjadi dengan cara membentak,melecehkan orang lain, melontarkan kata-kata yang bersifat menghina,memerintah orang lain dengan seenaknya.- Psikis, kekerasan yang dilakukan oleh para pemain Pesbukers terhadapmental korban dengan cara menakut-nakuti, merendahkan, mengancamBAB IIIPENUTUPPesbukers, sebagai salah satu acara komedi yang di favoritkan pemirsanya,ternyata mengandung unsur kekerasan di dalamnya. Penelitian yang telahdilakukan dan mendapatkan hasil temuan penelitian menyatakan bahwa dari 3(tiga) kekerasan yang dijadikan tolak ukur, muncul pada tayangan komediPesbukers.Hasil temuan penelitian yang dilakukan, bahwa kekerasan tidak lepas darirealitas kehidupan, bahkan media massa pun memberikan informasi yang saratakan kekerasan verbal, non verbal maupun kekerasan psikis. Jumlah tokoh yangada pada tayangan komedi Pesbukers juga mempengaruhi kekerasan yang terjadidengan cara yang berbeda-beda.Berdasarkan dari hasil temuan penelitian, kekerasan verbal menjadipemicu dari kekerasan yang banyak muncul dalam penelitian ini
Memahami Relasi Komunikasi Orang tua Milenial dalam Pembentukan Konsep Diri Anak di Era Digital Gusti Restu Kinanti; Wiwid Noor Rakhmad
Interaksi Online Vol 7, No 2: April 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.791 KB)

Abstract

Millennials are a generation that is close to technology. Habits in the use of technology have a profound impact on lifestyle, patterns of thought and values of millennials, even when they become parents. Millennials that have become parents feel for themselves the adverse effects of using these technologies in everyday life. Technology in the millennial era gave rise to addictive traits which made them tend to be apathetic, individual, asocial, preferred something instant and practical, focused on materialistic values, and cared less to help others. Technology has a negative impact on children's development. Meanwhile, children have the nature of imitating their parents in using technology. This study focuses on the relationship of millennial parent communication to children who use technology as a factor in forming the child's self-concept. This study uses a descriptive type of qualitative research. The paradigm used is the interpretive paradigm and uses phenomenological traditions. By using role theory and maintainance relationship theory, this study wants to see the phenomenon of how millennial parents act as role models and maintain communication relationships with children. The results of the study show that millennial parents have awareness about the effects of good and bad for children in using everyday technology. Parents have differences in maintaining relationships between family members by showing behavioral patterns that can affect children's attitudes. In addition, millennial parents know that social interaction is the most important part of a child's personality development, even though parents do not like to socialize with others. Millennials have characters who tend to behave badly due to the frequent use of technology, especially in the scope of information and communication, but millennial parents try so that it doesn't happen to their children. Millennial parents prefer to be a consensual type, namely the type of family that highly values open communication but family authority is a parent.
Hubungan Intensitas Penggunaan Jejaring Sosial dan Faktor Pendorong Kehadiran Publik terhadap Partisipasi Politik dalam Perbincangan Politik Berbentuk Meme Anggita Pratita Sandya; Drs. Wiwid Noor Rakhmad, M.I.KOm
Interaksi Online Vol 4, No 3: Agustus 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.496 KB)

Abstract

Publik memiliki peran penting dalam penentuan kebijakan politik pemerintah melalui partisipasi politik, baik yang disampaikan melalui komunikasi kepada pemerintah oleh publik dan sebaliknya. Beragam cara kritik maupun dukungan yang digunakan publik untuk mempengaruhi pemerintah merupakan bentuk partisipasi politik. Dalam proses komunikasi politik oleh publik dilakukan dalam beragam jenis media yang merupakan bagian partisipasi politik, sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengarui proses pembuatan dan pelaksaan kebijakan umum untuk ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Perkembangan teknologi internet dan jejaring sosial di era web 2.0 muncul perubahan gaya dan pergeseran ranah berkomunikasi masyarakat. Sehingga dengan perkembangan dan kemudahan akses dan pembuatan konten yang dilakukan oleh pengguna jejaring sosial salah satunya adalah fenomena internet meme. Internet meme dan segala cirinya menjadi bahasa baru bagi para pengguna jejaring sosial untuk berinteraksi dan mengembangkan satu isu. Dan salah satu isu yang diperbincangkan melalui internet meme di Indonesia adalah isu politik. Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang hubungan intensitas penggunaan jejaring sosial dan faktor pendorong kehadiran publik terhadap partisipasi politik dalam perbincangan politik berbentuk meme, secara eksplanatori kuantitatif dengan kajian teori pembelajaran sosial, faktor internal yang diambil dari teori uses and gratification dan self determination. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 100 responden dari 5 kota dengan jumlah peredaran meme tertinggi di Indonesia menunjukkan bahwa; 1) Intensitas penggunaan jejaring sosial memeiliki hubungan signifikan terhadap partisipasi politik dalam perbincangan politik berbentuk meme tetapi dengan korelasi yang lemah. 2) Faktor pendorong kehadiran publik terhadap memiliki hubungan signifikan terhadap partisipasi politik dalam perbincangan politik berbentuk meme tetapi dengan korelasi yang kuat.
STUDI SEMIOTIKA REPRESENTASI IDENTITAS SELEBGRAM PEREMPUAN BERCADAR DALAM MEDIA SOSIAL INSTAGRAM Ilvani Fylandita Vristiandaniva; Wiwid Noor Rakhmad
Interaksi Online Vol 7, No 3: Agustus 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.114 KB)

Abstract

Instagram is an alternative communication medium that is effective and efficient in delivering messages. Instagram is considered to be able to form and provide a picture of the reality of everyday life through audio visual, so that it can influence the way of society. The emergence of Instagram social media provides a new label that is often referred to by users, namely Celebrity Instagram or Celebgram for users who have followers or followers above the average and begin to have advertising activities in it. The presence of a celebrity as a new phenomenon in the world of communication, especially social media, namely Instagram, is able to encourage many people with different ethnic, religious and identity backgrounds to be able to take advantage of this advancement in information technology as the main means of establishing mass communication. Including the involvement of veiled women with selebgram status can provide a new picture of the appearance of a veiled woman with a background of cultural identity wearing a Muslim woman. The purpose of this study is to provide an overview in the form of a description of the representation of a veiled woman. How can a veiled woman display her identity in the form of symbols through Instagram social media. This study uses a critical paradigm with a semiotic approach so that it is expected to be able to find the meanings and ideas contained in the account as graded as veiled women. This type of research is descriptive qualitative which uses the semiotic analysis method Charles Sander Peirce uses trichotomy in capturing meaning namely Ground level or functions as a sign, Object, and Interpretant. This study uses representation theory as the main theory to make it easier to evaluate values and see the meaning of a Muslim woman's clothing complete with a veil as an identity in the clothes of a Muslim woman. The results of this study show that three accounts of black veiled women were at the influncer level with the number of followers reaching the premium class designation. At the level of signs or ground it still shows that Instagram is able to become an alternative communication medium for veiled women in sharing all personal activities and activities without limitation between people. This is an awareness of each celebrity who has difficulty communicating face-to-face with many people including the opposite sex. Other findings at the object level show that a number of veiled women tend to be involved in creative activities that support activities that are able to provide more gerka space to become productive women. Level Interpretation provides 4 an overall picture that the representation of a gram of veiled women who have an identity background in wearing clothes as a religious background is integrated with fundamental characteristics. Aware of this as "the other" is that the self is outside the normal concept that prevails in the community, discriminated against because of the differences they believe in, while continuing to refuse to be called terrorists and excessive in dress. This finding shows that the appearance of grammed veiled women tends to be involved in creative activities that are not limited by Shari'a rules, such as Muslim clothing designs. Through representation that appears on the veiled permeable slebgram account, it shows that the concept of identity inherent in a veiled woman is not entirely contrary to the dominant ideology of society and tends to strengthen the dominant ideology by recognizing the concept of Muslim Pakistani identity complete with veils as liyan.
HUBUNGAN FUNGSI KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KARYAWAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Roy Bagus Royyani; Drs. Wiwid Noor Rakhmad, M.I.Kom
Interaksi Online Vol 5, No 3: Agustus 2017
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.736 KB)

Abstract

Communications committed to leadership and motivation of subordinates who provided the leadership to the subordinate is essential in the achievement of the objectives of the institution or organization, so as to increase the job satisfaction of subordinates, who were later promoted to the discipline and their work. This also applies at Regional psychiatric hospital Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Note that never happened because the employee demo leadership there is no transparency regarding the recruitment of manpower from BLUD demo several times occurred in 2008, 2010, and 2011. Then the leader should always attempt to direct, motivate them and behave as well as possible, so that their efforts can increase the individual satisfaction of his subordinates. The theory used in this research there are three, namely (1) transformational leadership theory , (2) Theory of hierarchy, and (3) a theory of Justice (Equity Theory). This research is a explanatory research that will explain the relationships between variables. The sample of this research is the mental hospital employee Area of Dr. Amino Gondohutomo Semarang, with the number of respondents i.e. 100 people that is divided into two, the nurse (medical) employees and non-medical employees. The analysis of the data used is cross-table test, test the correlation of spearman rho, and test the R Square. Hypothesis test results found that the leadership function variables have a strong link between employee job satisfaction, variable with the value of the coefficient of correlation with the level correlation 0.48 strong relationships. When both variables are functions of leadership and employee job satisfaction variables controlled with variable motivations of employees found that the original function of the leadership has strong relationships with employee job satisfaction, the relationship becomes weak. This means that functions that do the leadership is very high but employee motivation is weak, this making the job satisfaction of employees owned employees become weak. Overall job satisfaction not only can be measured from effectively functions done leadership but employee motivation can give impact on the level of job satisfaction of employees. That generates the view that to improve employee job satisfaction not only of effectively functions done leadership but also need to see from employee motivation, since employee motivation also has a large role towards increasing employee satisfaction.
Efektifitas Terpaan Iklan Aplikasi Instant Messenger Line di Televisi dan Faktor Demografis terhadap Minat Mengunduh Aprilla Agung Yunarto; Wiwid Noor Rakhmad; Turnomo Rahardjo; Sri Widowati Herieningsih
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.335 KB)

Abstract

Perkembangan teknologi berdampak secara tidak langsung terhadap industri aplikasi instant messenger di Indonesia. Para pengembang / developer berusaha melakukan kegiatan pemasaran dengan tujuan produknya dapat diterima oleh konsumen. Line sebagai aplikasi instant messenger pendatang baru di Indonesia juga berusaha menarik perhatian konsumen salah satunya melalui cara iklan di media televisi. Namun, minat mengunduh masyarakat terhdap Line nampaknya masih kalah dengan para kompetitornya yang lebih dulu terjun di industri ini. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa besar efektifitas terpaan iklan aplikasi instant messenger Line di televisi dan faktor demografis terhadap minat mengunduh aplikasi instant messenger Line. Model Pemrosesan Informasi, Teori Kategori Sosial dan Model Sosial Budaya digunakan untuk menjelaskan efektifitas terpaan iklan aplikasi instant messenger Line di televisi dan faktor demografis terhadap minat mengunduh aplikasi instant messenger Line. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai smartphone dan mengunduh Line yang terterpa iklan aplikasi instant messenger Line di televisi yang diambil sebanyak 50 orang, dengan teknik purposive sampling.Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menunjukkan nilai t variabel terpaan iklan aplikasi instant messenger Line di televisi adalah 3,644 atau lebih besar dari t tabel (2,012), sehingga terpaan iklan aplikasi instant messenger Line di televisi mempengaruhi minat mengunduh aplikasi instant messenger Line. Sedangkan, nilai t variabel faktor demografis adalah 2,197 atau lebih besar dari t tabel (2,012), sehingga faktor demografis mempengaruhi minat mengunduh aplikasi instant messenger Line. Untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan uji F dimana nilai F hitung sebesar 11,732 atau lebih besar dari F tabel (3,195), sehingga variabel terpaan iklan aplikasi instant messenger Line di televisi dan faktor demografis bersama-sama mempengaruhi minat mengunduh aplikasi instant messenger Line.Variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen adalah sebesar 33,3%, dimana sumbangan efektif dari variabel terpaan iklan aplikasi instant messenger Line di televisi sebesar 25,93% dan variabel faktor demografis menyumbang sebesar 7,39%.
Co-Authors Adelya Putri Ayu Felita Adham Helian Wicaksana Adi Nugroho Adi Nugroho Aditya Putra, Mochammad Afifah Azzahra Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Al Afifka Ma’rifatul Qomari Zaman Alifati Hanifah Amida Yusriana Anggita Pratita Sandya Annisya Winarni Putri Anugrah Beta Familio Anzilna Mubaroka Aprilla Agung Yunarto Ayu Saraswati Ayu Sri Purnama, Ayu Sri Bening Shabilla Utami Bhaswarani Oktadianisty Chrisintya Mauli Sitorus Chykla Azalika DANIEL EDI KURNIAWAN Destika Fajarsylva Anggraini Devi Yuhanita Qorina, Devi Yuhanita Devy Widya Cahyani Dika Okta Fianto, Ferdian Diyan Krissetyoningrum Djoko Setyabudi Djoko Setyabudi Dody Pradana Eryanto DR Sunarto Dr. Sunarto Dwi Purba ningrum Dwi Ratna Setyorini Elsa Septiana Pertiwi Endang Retnowati Erisa Dwi Syafira Eva Wijiyanti Hidayat Fani Adhiti Farrah Alfarani Nur Hidayat Fatraya, Denisa Fikri Onasis Fitri Nur Hidayat Fitriana Nur Indah S Gusti Restu Kinanti Hapsari Dwiningtyas Hapsari Dwiningtyas Sulistyani Hesti Ratnasari, Hesti Hizarani Lailan Saadah Sihombing Ignatia Endra Kristianti Ika Putri Hanafi Ilham Futaki Ilvani Fylandita Vristiandaniva Imam Dwi Nugroho Indra Prayoga Intan Mashitasari Intan Maylani S.D. Iswara Pramusita, Regina Joyo NS Gono Joyo NS Gono Kholita Putri Arifiana M Bayu Widagdo M Yulianto Mabchut Nahdi, Faris Maerel Dhalia Arumnisa Mar'atul Hanifah Marwah Gayatri Purnado MERCYANA MAJESTY YULION Mila Candra Novianti Mira Adinia Much. Yulianto Muhammad Bayu Widagdo Muhammad Rofiuddin Naura Kamila Prasetyanti Neazar Astina Prabawani Nico Ariowibowo Niki Hapsari Fatimah Nugroho Adhi Santoso, Ixnatius Nur Mustika, Ratu Nurist Surayya Ulfa Nurriyatul Lailiyah M.I.Kom Nurul Hasfi Nurul Istiqomah Olivia Anjani Paskah M Pakpahan Pingki Setiyo Anggraeni Primada Qurrota Ayun Pua Ayu Wardhani Putri Ramadhini Putty Elvia Nusdalita R. Sigit Pandhu Kusumawardana Raden Mas Muhammad Ridha Prasetya Ramadhani Zahra Rizki Kurnia Yuniasti Rosada Fitrianum, Febia Roseana, Brilianti Roy Bagus Royyani Rwanda Zwazdianza Azwar S. Rouli Manalu Selo Pangestu Imawan Setyo Eka Rofi Shintaloka Pradita Sicca, Shintaloka Pradita Silvia Kartika C Dewi Sri Budi Lestari Sri Budi Lestari Sri Widowati Sri Widowati Herieningsih Sri Widowati Herieningsih Sunarto Sunarto Tandiyo Pradekso Taufik Suprihartini Taufik Suprihatini Teguh Kurniawan, Petrus Teresia Kinta Wuryandini Tita Adi Tiyawati Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Turnomo Rahardjo Uci Andriani Ulya Saida Usaid Abdullah Dzikri Velina Prismayanti Susanto Venansius DavyGian A Vicho Whisnurangga Vincentius Raditya Kristiawan Vinna Dewi Haryanti Wening Jiwandaru Pradanari Yanuar Luqman Yuanita Putri Melati Zefa Alinda Fitria