cover
Contact Name
Drs. Abd. Rasyid, M. Hum
Contact Email
Sawerigading_bbm@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
garingjusmianty@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
SAWERIGADING
ISSN : 25278762     EISSN : 25278762     DOI : -
SAWERIGADING is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in SAWERIGADING have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. SAWERIGADING is published by Balai Bahasa Sulawesi Selatan twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023" : 12 Documents clear
CITRA WANITA DALAM SYAIR BANJAR KEN TAMBUHAN (The Image of the Woman in the Banjar Syair of Ken Tambuhan in South Kalimantan) Dede Hidayatullah; Agus Yulianto; Akhmad Haries; Ahmad Dasuki; Saefuddin Saefuddin
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.945

Abstract

The objective of this study is to describe the image of the character daughter of Ken Tambuhan. The Queen or the empress of Kuripan Kingdom, and the maids of Princess Ken Tambuhan in Ken Tabuhan's syair, which includes her physical, psychological, and social images. The problem of this research is the way the poem depicts the physical, psychological, and social images of Ken Tambuhan, the empress of Kuripan Kingdom, and the maids of Ken Tambuhan in Ken Tambuhan syair. This research uses descriptive-qualitative methods with a feminist approach. Based on the results of the analysis, it shows that: (1) Ken Tambuhan syair manuscript is an original manuscript originating from Kalimantan; the evidence is the use of the Banjar words Kulon and Kuripan, where location is in Southeast Kalimantan; namely in Amuntai City;  (2) The image of women in the syair portrays the role of women in the domestic area that do embroidery activities as a daughter of a noble family; and (3) The portrayal of unequal status for women due to their lineage. AbstrakMasalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggambaran citra fisis, psikis, dan sosial tokoh Ken Tambuhan, permaisuri Kerajaan Kuripan, dan dayang-dayang putri Ken Tambuhan di dalam syair Ken Tambuhan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan feminisme. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui:  (1) Syair Ken Tambuhan merupakan naskah asli yang berasal dari Kalimantan yang salah satu indikasinya karena terdapat pemakaian kata Banjar Kulon dan Kuripan yang lokasinya berada di Tenggara Kalimantan, yaitu di Kota Amuntai; (2) Citra perempuan yang terdapat dalam syair digambarkan sebagai perempuan yang hanya berada di wilayah domestik, tetapi mengerjakan pekerjaan menyulam sebagai kegiatan putri bangsawan; dan (3) Penggambaran perempuan yang masih dipandang tidak sederajat dikarenakan perbedaan status sosial seperti rakyat jelata dan bangsawan. 
PEMETAAN BAHASA DI KABUPATEN YAHUKIMO (Language Mapping in Yahukimo District) Ganjar Harimansyah; Tengku Syarfina; Satwiko Budiono
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1190

Abstract

In 2022, the Indonesian House of Representatives of the Republic of Indonesia has approved the formation of three new provinces in Papua. The new provinces are South Papua Province, Central Papua Province, and Papua Mountains Province. The expansion has encouraged the acceleration of development in Papua. One of the regencies that has a low level of accessibility is Yahukimo Regency. This is because there are only two choices of transportation to get there, such as air transportation or water transportation through the rivers. In this regard, the effort to language documentation in Yahukimo Regency is important. Language documentation effort in this study by mapping language based on a dialectological approach. This language mapping in Yahukimo Regency aims to identify the linguistic situation and conditions that existed there before the impact of regional expansion. This can be said as a language preservation effort. The research data is taken from language data that has been collected by the National Agency for Language Development and Cultivation under authority of the Ministry of Education, Culture, Research, and Technology from 1992 to 2019. Language mapping uses a dialectological approach that includes dialectometric calculations and language maps. As a result, there are 25 languages in Yahukimo Regency that have been mapped to date. However, the low level of accessibility means that not all areas in Yahukimo Regency can be identified and mapped. Further research opportunities are still wide open to identify languages in Yahukimo Regency.  AbstrakKabupaten Yahukimo merupakan kabupaten di Provinsi Papua Pegunungan—salah satu provinsi baru di Papua—yang memiliki aksesibilitas rendah. Karakteristik wilayah Yahukimo yang masih tertutup memiliki dampak keterlindungan penggunaan bahasanya dari pengaruh luar. Data pemetaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2019) belum menggunakan penggolongan provinsi terbaru dengan adanya penambahan tiga provinsi baru  (Provinsi Papua Pegunungan, Provinsi Papua Tengah, dan Provinsi Papua Selatan). Upaya mendokumentasikan bahasa seperti yang ada di Kabupaten Yahukimo ini menjadi penting. Pendokumentasian bahasa dalam penelitian ini dilakukan dengan pemetaan bahasa berdasarkan pendekatan dialektologi. Pemetaan bahasa di Kabupaten Yahukimo bertujuan mengidentifikasi situasi dan kondisi kebahasaan yang ada di sana sebelum adanya dampak pemekaran wilayah. Hal ini dapat dikatakan sebagai upaya pelindungan bahasa. Data penelitian diambil dari data bahasa yang telah dikumpulkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak tahun 1992 hingga 2019. Pemetaan bahasa menggunakan pendekatan dialektologi yang memuat penghitungan dialektometri dan peta bahasa. Hasilnya, ada 25 bahasa di Kabupaten Yahukimo yang terpetakan hingga saat ini. Peluang penelitian lanjutan masih terbuka lebar untuk mengidentifikasi bahasa-bahasa di Kabupaten Yahukimo.
REPRESENTASI NILAI DALAM RITUAL BALIA TAMPILANGI ETNIK KAILI: KAJIAN HERMENEUTIK (Representation of Value in Balia tampilangi Rituals of Kaili Ethnic: Hermeneutic Study) Gazali Gazali; Ulinsa Ulinsa; Yunidar Yunidar; Indra Indra
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1172

Abstract

The tradition of treating diseases of the Kaili tribe, commonly called balia, is a traditional treatment that is believed to cure diseases brought by spirits. This study is expected to reveal the values contained in the balia tampilangi custom through hermeneutic studies. Hermeneutics is one of the approaches used to analyze a text. Currently, hermeneutics is widely used in text studies in almost all scientific fields. In this study, the hermeneutic model of Richard E Palmer (2016) is used to interpret the representation of values contained in traditional Kaili medicine. This research focused on analyzing the values contained in the Balia tampilangi ritual. The purpose of this research is to describe the form of value, meaning of value and function in the Kaili ethnic balia tampilangi ritual. The method used in this research is descriptive method with qualitative research form. The research data sources consist of interviews with sando, recordings, literature studies, field recordings and documentation. Based on the results of the research, it was found that there are three values contained in the Kaili ethnic balia performangi ritual, namely: religious value, philosophical value and ethical value. The form of religious values consists of faith and social values. While the philosophical value consists of humans as creatures of God, sustaining life and praying to God. The ethical value is as a unifier of society, especially people who are afflicted with disease, instilling a sense of loyalty and submission to applicable rules, and maintaining norms in society so that they are always obeyed by the community. AbstrakTradisi mengobati penyakit suku Kaili yang biasa disebut balia ini merupakan pengobatan tradisional yang dipercaya dapat menyembuhkan sakit yang dibawa oleh mahluk halus. Kajian ini diharapkan dapat mengungkap nilai-nilai yang terkandung dalam adat balia tampilangi melalui kajian hermeneutika. Hermeneutika merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis suatu teks. Saat ini hermeneutika banyak digunakan dalam kajian teks hampir segala bidang keilmuan. Pada kajian ini digunakan hermeneutika model Richard E Palmer (2016) untuk menafsirkan representasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengobatan tradisional suku Kaili. Penelitian ini difokuskan pada analisis nilai-nilai yang terkandung dalam ritual balia tampilangi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk nilai, makna nilai, dan fungsi dalam ritual Balia tampilangi etnis Kaili. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Sumber data penelitian terdiri atas wawancara dengan sando, hasil rekaman, studi literatur, hasil rekaman lapangan, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat tiga nilai-nilai yang terkandung dalam ritual balia tampilangi etnik Kaili, yaitu: nilai religi, nilai filosofis dan nilai etika. Bentuk nilai nilai religi terdiri atas nilai keimantauhidan dan nilai sosial, sedangkan nilai filosofis manusia sebagai mahkluk tuhan, melangsungkan hidup, dan berdoa kepada tuhan. Adapun nilai etika sebagai pemersatu masyarakat, terutama masyarakat yang ditimpa penyakit, menanamkan rasa setia dan tunduk kepada aturan yang berlaku, dan menajaga norma di masyarakat agar selalu dipatuhi oleh masyarakat.
DOMINASI CAMPUR KODE DALAM BAHASA MELAYU JAMBI (Domination of Code Mixing in Jambi Malay) Akhyaruddin Akhyaruddin; Yusra D; Eddy P Harahap; Andiopenta P; Hilman Yusra
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1179

Abstract

This study aims to describe the predominance of code-mixing of seller's and buyer's ethnic languages in Jambi Malay which includes the form of code-mixing, the causes of code-mixing, and the source ethnic language that contributes to code-mixing. The data are words, phrases or utterances spoken by sellers and buyers in the Angso Duo Jambi traditional market obtained by listening, speaking, note-taking and recording techniques and then analyzed using intralingual and extralingual comparison techniques. The result is: the form of code mixing in Jambi Malay consists of five word categories, namely the verb category (12%), the adjective category (18%), the numeral category (9%), the interrogative category (9%), and the greeting noun category. (34%). The categories of forms of code mixing come from five other regional languages, namely Minangkabau (46%), Javanese (22%), Batak (19%), and Bugis (12%). Events of code mixing occur because of the habit of speakers using language in casual situations (58%), because they already know/familiarize each other (21%), and because of intentionality for the purpose of obtaining certain benefits (15%). The results also show that the most dominant code-mixed word category in Jambi Malay is greeting nouns (58%), while the most dominant code-mixed ethnic language in Jambi Malay is Minangkabau language (46%) and the most dominant cause of code mixing is due to the habit of speakers using language in casual situations (58%). AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan dominasi campur kode bahasa etnis penjual dan pembeli  dalam berbahasa Melayu Jambi yang mencakup wujud campur kode, faktor penyebab terjadinya campur kode, dan bahasa etnis sumber penyumbang campur kode. Datanya adalah kata, frasa, atau ungkapan yang dituturkan oleh penjual dan pembeli di pasar tradisional Angso Duo Jambi diperoleh dengan teknik simak, cakap, catat, dan rekam kemudian dianalisis dengan teknik padan intralingual dan ekstralingual. Hasilnya adalah:  wujud bentuk campur kode dalam bahasa Melayu Jambi terdiri atas lima kategori kata, yaitu kategori verba (12%), kategori adjektiva (18%), kategori numeralia (9%), kategori introgativa (9%), dan kategori nomina penyapa (34%). Kategori wujud bentuk campur kode tersebut bersumber dari lima bahasa daerah lain, yaitu bahasa Minangkabau (46%), bahasa Jawa (22%), bahasa Batak (19%), dan bahasa Bugis (12%). Peristiwa campur kode terjadi karena kebiasaan penutur menggunakan bahasa dalam situasi santai (58%), karena sudah saling kenal/akrab (21%), dan karena kesengajaan untuk tujuan memperoleh keuntungan tertentu (15%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kategori kata yang paling dominan bercampur kode dalam berbahasa Melayu Jambi adalah nomina penyapa (58%), sedangkan bahasa etnis sumber campur kode yang paling dominan dalam bahasa Melayu Jambi adalah bahasa Minagkabau (46%) dan yang paling dominan penyebab terjadinya campur kode adalah karena kebiasaan penutur menggunakan bahasa dalam situasi santai (58%).
DIGITAL MEDIA USED BY EFL LEARNER FOR EXTENSIVE READING (Media Digital Digunakan oleh Siswa Pembelajar Bahasa Inggris untuk Membaca Ekstensif) Muh Rajib Silmi
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.584

Abstract

This article presents a case study about the effect of using digital media for extensive reading for EFL learners in learning English. Therefore, the research problem was "How does extensive digital reading help learners learn English?". All the data of this research were obtained through interview guide and observation. The findings showed that digital media in extensive reading helps EFL learners learn English and significantly helped learners who had no interest in reading academic books. The next was the strategies used; the results showed that both participants tended to use effective strategies and applied aspects of compensation strategies, guessing the meaning based on the context. In addition, the results revealed the common problems faced by extensive readers in digital media, such as visual fatigue and feeling dizzy problems in the long duration of digital reading activity. To solve these problems, the participants usually switched the activity during reading or multitasking. The next was the unknown word problems when reading in extensive reading. As a result, the participants tended to read texts which had familiar topics for them because unfamiliar words problems could be solved by having background knowledge about the topics. AbstrakArtikel ini menyajikan studi kasus tentang dampak atau pengaruh media digital untuk pembacaan ekstensif bagi siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Oleh karena itu, masalah penelitian adalah "bagaimana pengaruh media digital untuk membaca ekstensif membantu siswa dalam belajar bahasa Inggris". Semua data penelitian diperoleh melalui panduan wawancara dan catatan observasi lapangan. Pada temuannya menunjukkan bahwa media digital dalam pembacaan ekstensif membantu para pelajar EFL dalam belajar bahasa Inggris, terutama bagi pelajar yang tidak tertarik membaca buku akademik. Berikutnya adalah strategi yang digunakan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua partisipan cenderung menggunakan strategi afektif dan juga menerapkan aspek strategi kompensasi, salah satu aspek dari strategi kompensasi adalah menebak makna berdasarkan konteksnya. Selanjutnya, hasil penelitian ini juga mengungkapkan masalah umum yang dihadapi oleh pembaca luas di media digital. Yang pertama adalah masalah kelelahan visual dan masalah perasaan pusing dalam durasi panjang aktivitas membaca digital. Untuk mengatasi masalah ini para peserta biasanya beralih aktivitas saat membaca atau melakukan multitasking. Berikutnya adalah masalah kata yang tidak diketahui ketika membaca dalam bacaan luas. Sebagai hasil dari penelitian ini, para peserta cenderung membaca teks-teks yang memiliki topik-topik yang akrab bagi mereka, karena masalah kata yang tidak diketahui dapat dipecahkan dengan memiliki latar belakang pengetahuan tentang topik.
HOW ESSENTIAL IS THE PROTECTING MANTRA IN THE PERFORMING ARTS IN THE SOUTH COASTAL COMMUNITY? (Seberapa Penting Mantra Pelindung dalam Seni Pertunjukan di Masyarakat Pesisir Selatan?) Irdawati Irdawati; Emridawati Emridawati; Ibnu Sina; Yon Hendri; Delfi Enida
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1192

Abstract

This research highlights the function of an antidote or protector for the Pesisir Selatan populace during performance art. Based on prior research findings, it determines that spells possess a structure and function that serves as an antidote. At the same time, mantras contain cultural and religious values. The mantras recited by Minang shamans in their native language are based on verses from the Qur'an and employ the words of Allah SWT and Prophet Muhammad SAW. These mantras serve as a means of expressing belief while maintaining the unity and divinity of Allah SWT. A soft tone characterizes the recitation and employs ideational language to convey ideas and thoughts, reflecting the supernatural powers of the sources and containing hopes and requests. The present study employs a descriptive methodology with a phenomenological orientation, explicitly examining the phenomenon of utilizing mantras to counter adverse effects within a given community. The research involves an analysis of the structure and contextual presentation of mantras as observed within the Minang community. Furthermore, the study involved interviews with informants who served as experts in mantras, providing descriptions of factual or empirical linguistic phenomena present in individuals' daily experiences. The study's findings, which involved interviews with multiple informants, indicate that chants believe to possess magical properties, specifically the ability to avert a negative outcome. AbstrakPenelitian ini mengkaji tentang fungsi penawar atau pelindung bagi masyarakat Pesisir Selatan pada seni pertunjukan. Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, telah ditetapkan bahwa mantra memiliki struktur dan fungsi yang berfungsi sebagai penawar racun. Pada saat yang sama, mantra mengandung nilai-nilai budaya dan agama. Mantra yang dibacakan oleh dukun Minang dalam bahasa asli mereka didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan menggunakan kata-kata Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Mantra-mantra tersebut berfungsi sebagai sarana mengungkapkan keyakinan dengan tetap menjaga keesaan dan ketuhanan Allah SWT. Nada lembut mencirikan pembacaan dan menggunakan bahasa ideasional untuk menyampaikan ide dan pikiran, mencerminkan kekuatan supranatural dari sumber dan mengandung harapan dan permintaan. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif dengan orientasi fenomenologis, khususnya mengkaji fenomena penggunaan mantra untuk melawan efek negatif dalam suatu komunitas tertentu dalam seni pertunjukan. Penelitian ini melibatkan analisis struktur dan kontekstual penyajian mantra-mantra yang diamati dalam masyarakat Minang di Pesisir Selatan. Selain itu, penelitian ini melibatkan wawancara dengan informan yang berperan sebagai ahli mantra, memberikan deskripsi fenomena linguistik faktual atau empiris yang hadir dalam pengalaman sehari-hari individu. Temuan penelitian, yang melibatkan wawancara dengan banyak informan, menunjukkan bahwa nyanyian diyakini memiliki sifat magis, khususnya kemampuan untuk mencegah hasil negatif.
MENJADI INDONESIA: IKONISITAS SUNDA-INDONESIA DALAM PUISI ‘TANAH SUNDA’ DAN ‘TANAH AIR’ KARYA AJIP ROSIDI (Become Indonesia: Sunda-Indonesia Iconicity in The Poetry of ‘Tanah Sunda’ and ‘Tanah Teddi Muhtadin
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1193

Abstract

After the Japanese occupation, regional languages and Dutch were prohibited from being used. Only Japanese language and Indonesian language are permitted to be used. Because of this, Sundanese language and literature declined, while Indonesian language and literature were pushed forward. Entering the independence era, the situation in Sundanese literature was getting worse, because from 1945 to 1950 the Indonesian people were constantly waging war against Japan, the Allies and the Netherlands. This research will focus on the Sundanese movement that occurred in the 1950s, especially those represented through the poem Tanah Sunda and Tanah Air by Ajip Rosidi. The purpose of writing this article is to see (1) the Sundanese movement emerged simultaneously with the emergence of the form of poetry in Sundanese literary treasures, and (2) the Sundanese movement and the "renewal" movement in Sundanese literature are related to the experience of the Sundanese people in an Indonesian environment. The method used in writing this article is analytical descriptive. There are three stages carried out in this study, namely data provision, data analysis, and presentation of the results of the analysis. The results of the study show that the poems "Tanah Sunda" and "Tanah Air" represent the interweaving of Sundaneseness in Indonesianness. Specifically, it appears that Sundanese is transforming towards Indonesianness, but Sundanese cannot be eliminated because Sundanese is the root and balancer of Indonesian. AbstrakPasca pendudukan Jepang, bahasa daerah dan bahasa Belanda dilarang digunakan. Yang diizinkan untuk digunakan hanyalah bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa dan sastra Sunda mengalami kemunduran, sementara bahasa dan sastra Indonesia justru didorong untuk maju. Memasuki zaman kemerdekaan keadaan sastra Sunda kian memburuk, sebab dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1950 bangsa Indonesia terus-menerus melakukan peperangan melawan Jepang, Sekutu, dan Belanda. Penelitian ini akan berfokus pada gerakan kesundaan yang terjadi pada tahun 1950-an, terutama yang direpresentasikan melalui sajak Tanah Sunda dan Tanah Air karya Ajip Rosidi. Tujuan penulisan artikel ini, yaitu untuk melihat (1) gerakan kesundaan timbul bersamaan dengan munculnya bentuk sajak dalam khazanah sastra Sunda, dan (2) gerakan kesundaan dan gerakan “pembaruan” dalam sastra Sunda berkaitan dengan pengalaman masyarakat Sunda berada dalam lingkungan keindonesiaan. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah deskriptif analitis. Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa puisi “Tanah Sunda” dan “Tanah Air” merepresentasikan keterjalinan kesundaan dalam keindonesiaaan. Secara spesifik tampak bahwa kesundaan bertransformasi menuju keindonesiaan, tetapi kesundaan tidak boleh dihilangkan karena kesundaan adalah akar dan penyeimbang keindonesiaan. 
DAMPAK DEFISIT UNSUR KALIMAT PADA FUNGSI PRAGMATIS TINDAK TUTUR ANAK DISABILITAS GANDA (Impact of Deficit Elements of Sentence there is a Pragmatic Function Speech Act of Children with Multiple Disabilities) Rahayu Pujiastuti; Ira Eko Retnosari
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1144

Abstract

The limitations of children with multiple disabilities lead to distinctiveness in the sentences produced and have an impact on the understanding of speech partners.  This study aims to describe the form of sentences in Indonesian children with multiple disabilities and their impact on pragmatic functioning. This qualitative descriptive research uses a longitudinal data collection method. The study subjects were three children with multiple disabilities who were severely deaf and slow to learn. Data in the form of utterances that inform the form of sentences of children with multiple disabilities and their impact on pragmatic functioning.  Data collection using observation and fishing is supported by field recording and recording.  The analysis uses sorting, reverse, and connecting techniques. The validity of the data uses triangulation of theories, methods, and sources. There are two results of this study. First, the sentences produced by children with multiple disabilities are holophrases sentences or one-word sentences.  Second, the deficit of sentence elements gives rise to misunderstandings because it can refer to some pragmatic function so that the speech partner often does not understand fully even though the child has replaced it with a gesture. Hearing and cognitive development limitations cause disabilities to accept and understand exposure, thus impacting the sentences produced.  Children with multiple disabilities experience cognitive developmental delays of 5;6–6;0. AbstrakKeterbatasan anak disabilitas ganda menyebabkan ke-khas-an pada kalimat yang diproduksi dan berdampak pada pemahaman mitra tutur. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan wujud kalimat bahasa Indonesia anak disabilitas ganda dan dampaknya pada fungsi pragmatis. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data longitudinal. Subjek penelitian tiga anak disabilitas ganda yang menyandang tunarungu berat dan lamban belajar. Data berupa tuturan yang menginformasikan wujud kalimat anak disabilitas ganda dan dampaknya pada fungsi pragmatis. Pengumpulan data menggunakan pengamatan dan pemancingan didukung perekaman dan pencatatan lapangan. Penganalisisan menggunakan teknik pilah, balik, dan hubung. Keabsahan data menggunakan triangulasi teori, metode, dan sumber. Ada dua hasil penelitian ini. Pertama, kalimat yang dihasilkan anak disabilitas ganda berupa kalimat holofrase atau kalimat satu kata. Kedua, defisit unsur kalimat menimbulkan kesalahpahaman karena dapat merujuk pada beberapa fungsi pragmatis sehingga mitra tutur sering tidak memahami secara lengkap meskipun anak sudah mengganti dengan isyarat. Keterbatasan pendengaran dan perkembangan kognitif menyebabkan hambatan untuk menerima dan memahami pajanan sehingga berdampak pada kalimat yang diproduksi. Anak disabilitas ganda mengalami keterlambatan perkembangan kognitif 5;6–6;0.
PENAMAAN DOMBA SEBAGAI MEDIA REKONSTRUKSI SEJARAH DAN BUDAYA: KAJIAN ZOONIMI DI KABUPATEN GARUT (Name of Sheep as a Media of Historical and Culture Reconstruction: A Zoonymy Study in Garut District) Denny Adrian Nurhuda; Winci Firdaus
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1198

Abstract

This research is motivated by the practice of naming animals (zoonim), especially the garut sheep in the Priangan region. The purpose of this research is to examine the history of the naming of the sheep and to reconstruct the linguistic name of the garut sheep. This study uses a qualitative approach, namely descriptive analytical method. The data collection techniques used in this study were fishing techniques, all-encompassing techniques, recording techniques, and note-taking techniques. Data analysis begins with collecting data, reducing data, analyzing based on classification. The source of the data in this study were the garut sheep that competed in the 2022 Garut League Agility Competition. The results of this study were: 1) the naming of the sheep is inseparable from the culture and history of agility competitions carried out by nobles since ancient times, and in the end this activity became an activity favored by the community and spread to several areas, 2) Based on the reconstruction, the naming of garut sheep can be classified into several categories, namely: based on physical aspects, psychological aspects of one's title and name, natural environment, place names, weapons names, and nuanced names automotive. Based on the word class and language origin, the naming of sheep includes: noun, verb, and adjective word classes. The languages used to name the garut sheep are Indonesian, Sundanese, and English. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh praktik pemberian nama pada hewan (zoonim), terutama domba garut di wilayah Priangan. Tujuan dari penelitian ini adalah  meneliti sejarah penamaan domba garut dan merekonstruksi penamaan domba garut secara linguistik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni metode deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pancing, teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat. Analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, mereduksi data, melakukan analisis berdasarkan klasifikasi. Sumber data penelitian ini adalah domba garut yang bertanding pada ajang Adu Ketangkasan Liga Garut 2022. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) penamaan domba garut tidak terlepas dari budaya dan sejarah adu ketangkasan yang dilakukan oleh para ningrat sejak zaman dahulu, dan akhirnya kegiatan ini menjadi sebuah kegiatan yang digemari oleh masyarakat serta menyebar ke beberapa wilayah, dan 2) berdasarkan rekonstruksi penamaan domba garut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu: berdasarkan aspek fisik, aspek psikologis, gelar dan nama seseorang, lingkungan alam, nama tempat, nama senjata, serta nama bernuansa otomotif. Berdasarkan kelas kata dan asal bahasa penamaan domba mencakup: kelas kata nomina, verba, dan adjektiva. Bahasa yang digunakan untuk menamai domba garut adalah bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan bahasa Inggris.  
THE ANIMATED CARTOON "NUSSA": AESTHETICS AS AN EDUCATIONAL VALUE AND SCRIPT IDEATION FOR CHILDREN'S THEATER (Kartun Animasi "Nussa": Estetika sebagai Nilai Edukatif dan Ide Naskah Teater Anak) Herwan Fakhrizal; Awerman Awerman; Nurmalena Nurmalena; Idun Ariastuti
SAWERIGADING Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v29i1.1132

Abstract

This critical academic article examines the significant and aesthetic educational values portrayed by Nussa's animated cartoon characters. The study employs a descriptive and qualitative research approach, focusing on the animated cartoon characters from the Nussa series as research subjects. The data collection process involved purposive sampling techniques, observation methods, literature studies, and the application of semiotic analysis developed by Roland Barthes. The findings indicate that the characters in the Nussa animated cartoon series possess substantial educational value, encompassing various aspects such as patience, sibling affection, resilience against shortcomings, simplicity in lifestyle, promotion of positive language, encouragement of remembrance of God (dhikr), and cultivation of tolerance. Moreover, the cartoons consistently emphasize the significance of comprehensive education that prioritizes critical thinking. Considering these findings, this article suggests that Nussa's animated characters can serve as a reference point for theater playwrights aiming to develop high-quality and educational scripts for children. AbstrakArtikel akademis kritis ini mengkaji nilai-nilai pendidikan yang signifikan dan estetis yang digambarkan oleh tokoh-tokoh kartun animasi Nussa. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dan kualitatif dengan fokus pada karakter kartun animasi dari serial Nussa sebagai subjek penelitian. Proses pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling, metode observasi, studi literatur, dan penerapan analisis semiotik yang dikembangkan oleh Roland Barthes. Temuan menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dalam serial kartun animasi Nussa memiliki nilai pendidikan yang tinggi, meliputi berbagai aspek seperti kesabaran, kasih sayang saudara, ketahanan terhadap kekurangan, kesederhanaan dalam gaya hidup, promosi bahasa positif, dorongan mengingat Allah (dzikir), dan penanaman toleransi. Selain itu, kartun-kartun tersebut secara konsisten menekankan pentingnya pendidikan komprehensif yang mengedepankan pemikiran kritis. Mempertimbangkan temuan ini, artikel ini menunjukkan bahwa karakter animasi Nussa dapat menjadi referensi bagi penulis drama teater yang bertujuan untuk mengembangkan skrip pendidikan berkualitas tinggi untuk anak-anak.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2023 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023 Vol 28, No 2 (2022): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2022 Vol 28, No 1 (2022): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2022 Vol 27, No 2 (2021): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2021 Vol 27, No 1 (2021): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2021 Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020 Vol 26, No 1 (2020): Sawerigading, Edisi Juni 2020 Vol 25, No 2 (2019): Sawerigading, Edisi Desember 2019 Vol 25, No 1 (2019): Sawerigading, Edisi Juni 2019 Vol 24, No 2 (2018): Sawerigading, Edisi Desember 2018 Vol 24, No 1 (2018): Sawerigading, Edisi Juni 2018 Vol 23, No 2 (2017): Sawerigading, Edisi Desember 2017 Vol 23, No 1 (2017): Sawerigading, Edisi Juni 2017 Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 20, No 3 (2014): Sawerigading Vol 20, No 2 (2014): Sawerigading Vol 20, No 1 (2014): Sawerigading Vol 19, No 3 (2013): SAWERIGADING, Edisi Desember 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 1 (2013): SAWERIGADING, Edisi April 2013 Vol 18, No 3 (2012): SAWERIGADING, Edisi Desember 2012 Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 2 (2011): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2011 Vol 17, No 1 (2011): Sawerigading, Edisi April 2011 Vol 16, No 3 (2010): Sawerigading, Edisi Desember 2010 Vol 16, No 2 (2010): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 15, No 3 (2009): Sawerigading Vol 15, No 2 (2009): Sawerigading More Issue