Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Studi Struktur Dan Konstruksi Pada Kerajinan Mebel Bambu Di Desa Belega, Gianyar, Bali Tiaga, I Nyoman Adi; Noorwatha, I Kadek Dwi
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.836 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.210

Abstract

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk dapat mengeksplorasi berbagai jenis konstruksi bambu dan stuktur mebel bambu yang sedang berkembang, juga merumuskan karakter masing masing konstruksi yang ada pada kerajinan mebel bambu desa Belega Gianyar sebagai patokan dalam memahami keanekaragaman konstruksi mebel bambu yang berkarakter khas Bali. Selain masih kurangnya literatur tentang mebel bambu sebagai bahan pengajaran, juga disesuaikan dengan visi dan misi ISI Denpasar sebagai center of excellence dan bidang seni budaya, dipandang perlu untuk mengkaji hasil karya pengerajin mebel tradisional Bali di desa belega sebagai dasar pengembangan desain mebel yang mengangkat nilai lokal dan berwawasan global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 sistem konstruksi utama yang diterapkan yaitu purus, purus tembus, kawang dan boleh; yang dalam konteks struktur telah mempertimbangkan unsur ergonomic, property mekanikal bambu, gaya yang ditopang mebel dan juga estetika. Pada sisi perkembangan, tampak tidak terjadi perkembangan setelah perkembangan gaya “boleh” pada tahun 1980an yang dipengaruhi faktor masih tingginya tingkat plagiasi antar pengerajin, kondisi ekonomi global yang berhubungan tren (selera pasar), kurangnya promosi secara massif yang berpengaruh langsung terhadap lemahnya nilai inovasi dan kreatifitas pengerajin mebel bambu. The goal of this research is to formulate the various types and characteristic of construction structures of bamboo furniture products of Belega village Gianyar. As a benchmark in understanding the diversity of bamboo furniture construction with Balinese character. In addition to the lack of literature on bamboo furniture as teaching materials, also adapted to the vision and mission of ISI as a center of excellence and the field of art and culture, it is necessary to examine the work of craftsmen of Belega’s traditional furniture as the basis for the development of furniture design which raised the value of the local and a global perspective. The results showed that there are four major construction system is applied, namely “purus” (porus-dowell), “purus tembus”, “kawang” and “boleh”; which in the context of the structure has to consider elements of ergonomic, mechanical properties of bamboo, sustained style furniture as well as aesthetics. On the side of development of construction system, there is no development occurred after the development of the style of "boleh" in the 1980s were influenced by the high level of plagiarism among craftsmen, global economic conditions related with trends, lack of promotion massively that directly influence the weakness of the value of innovation and creativity craftsmen bamboo furniture
Jenis Dan Bentuk Pepalihan Peciren Bebadungan Pada Pemesuan : Studi Kasus Desa Kesiman Udiyana Wasista, I Putu; Dwi Noorwatha, I Kadek
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.882 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.552

Abstract

Pepalihan peciren bebadungan merupakan pakem pepalihan yang berkembang di wilayah Denpasar. Pakem pepalihan ini tersisa di wilayah Desa Kesiman, disebabkan daerah Kesiman tidak tersentuh vandalisme arsitektur pada masa penjajahan Belanda. Pepalihan digunakan pada arsitektur tradisional Bali sebagai ornamentasi dengan tujuan estetis. Salah satu jenis arsitektur tradisional bali yang menggunakan pepalihan adalah pemesuan. Penelitian ini memfokuskan pada pemesuan, disebabkan pemesuan merupakan identitas dari sebuah wilayah. melalui pepalihan pada pemesuan di wilayah Desa Kesiman, dapat diketahui bentuk dan jenis pepalihan peciren bebadungan yang lumrah digunakan sebagai gambaran identitas wilayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif komparatif melalui hasil wawancara dengan undagi. Pepalihan peciren bebadungan menggunakan permainan garis geometris dengan sistem konstruksi gandeng yang cukup rumit. Melalui permainan tersebut tercipta estetika khas bebadungan yang terkesan kokoh dan modern. Jenis pepalihan yang lumrah digunakan pada pemesuan di wilayah Desa Kesiman adalah palih sebitan, palih tiasan, palih ganggong, palih gumulung, palih gegilik, palih baong capung, palih kekarangan, palih sasak, dan palih lelempong.Pepalihan peciren bebadungan is a standard transfer system that is developing in the Denpasar area. This transfer system is left in the Kesiman Village area, because the Kesiman area was not touched by architectural vandalism during the Dutch colonial period. Transfers are used in traditional Balinese architecture as ornamentation with aesthetic purposes. One type of traditional Balinese architecture that uses transfer is pemesuan. This research focuses on traditional Balinese entrance, because the traditional Balinese entrance is the identity of a region. Through the transition to the establishment in the Kesiman Village, it can be seen that the shape and type of the traditional Peciren switch that is commonly used as an illustration of regional identity. This study uses a qualitative approach with descriptive comparative methods through the results of interviews with undagi. The transfer system of peciren bebadungan uses a geometric line game with an articulate construction system that is quite complicated. Through the game created a distinctive aesthetic that is solid and modern. The types of shifting that are commonly used in the processing in Kesiman Village are palih sebitan, palih tiasan, palih ganggong, palih gumulung, palih gegilik, palih baong capung, palih kekarangan, palih sasak, and palih lelempong. 
Study Materiality dalam Aplikasi Material Upcycle pada Desain Interior Noorwatha, I Kadek Dwi; Ika, I Wayan Balika; Tiaga, I Nyoman Adi
Dimensi Interior Vol 15, No 1 (2017): JUNE 2017
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.273 KB) | DOI: 10.9744/interior.15.1.1-6

Abstract

Materialitas (materiality) yang dapat diartikan sebagai pengaruh dan keberadaan material terhadap manusia dalam ruang interior khususnya material upcycle, keberadaannya semakin mengemuka di era kekinian. Material upcycle yang berasal dari  limbah  justru  dijadikan  nilai  tambah  materialitas  dalam  visualisasi  desain  interior  ruang  komersial.  Penelitian  ini bertujuan  untuk  mendapatkan  perumusan  tentang  prinsip  materialitas  dalam  aplikasi  material  upcycle  pada  desain interior.  Penelitian  ini  menggunakan  metode  observasional  dengan  pendekatan  kualitatif  dengan  membandingkan sumber  literatur  dan  data  lapangan,  untuk  mendapatkan  suatu  pemahaman  sesuai  dengan  tujuan  penelitian.  Temuan penelitian  menunjukkan  adanya  pertimbangan  dalam  memilih  materialitas  material  upcycle  dalam  interior  komersial  di Bali, seperti: (1) Keunikan (2) Tekstur (3) Transformasi (4) Memorabilia dan (5) Kesesuaian dengan Konsep.
Strategi Desain Dari Visual Branding The 6Th International Seminar on Nusantara Heritage (ISoNH) 2017 Noorwatha, I Kadek Dwi; Wirawan, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 8 No 1 (2020): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1610.75 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i1.720

Abstract

This research is a qualitative descriptive study that examines the process of visual branding conceptualization from the 2017 ISoNH Seminar, whose significance is cross-cultural with a multidisciplinary approach. The stage of visual branding conceptualization can be divided into the stages of formulating a brand strategy, the stage of creative execution and the creative implementation stage. The results of the study indicate that ISoNh 2017's branding is an attempt to formulate the meaning of 'archipelago' as a regional identity as part of the creative design strategy of branding of an international seminar.
Studi Struktur Dan Konstruksi Pada Kerajinan Mebel Bambu Di Desa Belega, Gianyar, Bali I Nyoman Adi Tiaga; I Kadek Dwi Noorwatha
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.836 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.210

Abstract

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk dapat mengeksplorasi berbagai jenis konstruksi bambu dan stuktur mebel bambu yang sedang berkembang, juga merumuskan karakter masing masing konstruksi yang ada pada kerajinan mebel bambu desa Belega Gianyar sebagai patokan dalam memahami keanekaragaman konstruksi mebel bambu yang berkarakter khas Bali. Selain masih kurangnya literatur tentang mebel bambu sebagai bahan pengajaran, juga disesuaikan dengan visi dan misi ISI Denpasar sebagai center of excellence dan bidang seni budaya, dipandang perlu untuk mengkaji hasil karya pengerajin mebel tradisional Bali di desa belega sebagai dasar pengembangan desain mebel yang mengangkat nilai lokal dan berwawasan global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 4 sistem konstruksi utama yang diterapkan yaitu purus, purus tembus, kawang dan boleh; yang dalam konteks struktur telah mempertimbangkan unsur ergonomic, property mekanikal bambu, gaya yang ditopang mebel dan juga estetika. Pada sisi perkembangan, tampak tidak terjadi perkembangan setelah perkembangan gaya “boleh” pada tahun 1980an yang dipengaruhi faktor masih tingginya tingkat plagiasi antar pengerajin, kondisi ekonomi global yang berhubungan tren (selera pasar), kurangnya promosi secara massif yang berpengaruh langsung terhadap lemahnya nilai inovasi dan kreatifitas pengerajin mebel bambu. The goal of this research is to formulate the various types and characteristic of construction structures of bamboo furniture products of Belega village Gianyar. As a benchmark in understanding the diversity of bamboo furniture construction with Balinese character. In addition to the lack of literature on bamboo furniture as teaching materials, also adapted to the vision and mission of ISI as a center of excellence and the field of art and culture, it is necessary to examine the work of craftsmen of Belega’s traditional furniture as the basis for the development of furniture design which raised the value of the local and a global perspective. The results showed that there are four major construction system is applied, namely “purus” (porus-dowell), “purus tembus”, “kawang” and “boleh”; which in the context of the structure has to consider elements of ergonomic, mechanical properties of bamboo, sustained style furniture as well as aesthetics. On the side of development of construction system, there is no development occurred after the development of the style of "boleh" in the 1980s were influenced by the high level of plagiarism among craftsmen, global economic conditions related with trends, lack of promotion massively that directly influence the weakness of the value of innovation and creativity craftsmen bamboo furniture
Jenis Dan Bentuk Pepalihan Peciren Bebadungan Pada Pemesuan : Studi Kasus Desa Kesiman I Putu Udiyana Wasista; I Kadek Dwi Noorwatha
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.882 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.552

Abstract

Pepalihan peciren bebadungan merupakan pakem pepalihan yang berkembang di wilayah Denpasar. Pakem pepalihan ini tersisa di wilayah Desa Kesiman, disebabkan daerah Kesiman tidak tersentuh vandalisme arsitektur pada masa penjajahan Belanda. Pepalihan digunakan pada arsitektur tradisional Bali sebagai ornamentasi dengan tujuan estetis. Salah satu jenis arsitektur tradisional bali yang menggunakan pepalihan adalah pemesuan. Penelitian ini memfokuskan pada pemesuan, disebabkan pemesuan merupakan identitas dari sebuah wilayah. melalui pepalihan pada pemesuan di wilayah Desa Kesiman, dapat diketahui bentuk dan jenis pepalihan peciren bebadungan yang lumrah digunakan sebagai gambaran identitas wilayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif komparatif melalui hasil wawancara dengan undagi. Pepalihan peciren bebadungan menggunakan permainan garis geometris dengan sistem konstruksi gandeng yang cukup rumit. Melalui permainan tersebut tercipta estetika khas bebadungan yang terkesan kokoh dan modern. Jenis pepalihan yang lumrah digunakan pada pemesuan di wilayah Desa Kesiman adalah palih sebitan, palih tiasan, palih ganggong, palih gumulung, palih gegilik, palih baong capung, palih kekarangan, palih sasak, dan palih lelempong.Pepalihan peciren bebadungan is a standard transfer system that is developing in the Denpasar area. This transfer system is left in the Kesiman Village area, because the Kesiman area was not touched by architectural vandalism during the Dutch colonial period. Transfers are used in traditional Balinese architecture as ornamentation with aesthetic purposes. One type of traditional Balinese architecture that uses transfer is pemesuan. This research focuses on traditional Balinese entrance, because the traditional Balinese entrance is the identity of a region. Through the transition to the establishment in the Kesiman Village, it can be seen that the shape and type of the traditional Peciren switch that is commonly used as an illustration of regional identity. This study uses a qualitative approach with descriptive comparative methods through the results of interviews with undagi. The transfer system of peciren bebadungan uses a geometric line game with an articulate construction system that is quite complicated. Through the game created a distinctive aesthetic that is solid and modern. The types of shifting that are commonly used in the processing in Kesiman Village are palih sebitan, palih tiasan, palih ganggong, palih gumulung, palih gegilik, palih baong capung, palih kekarangan, palih sasak, and palih lelempong. 
Strategi Desain Dari Visual Branding The 6Th International Seminar on Nusantara Heritage (ISoNH) 2017 I Kadek Dwi Noorwatha; I Gusti Ngurah Wirawan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2020): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1610.75 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i1.720

Abstract

This research is a qualitative descriptive study that examines the process of visual branding conceptualization from the 2017 ISoNH Seminar, whose significance is cross-cultural with a multidisciplinary approach. The stage of visual branding conceptualization can be divided into the stages of formulating a brand strategy, the stage of creative execution and the creative implementation stage. The results of the study indicate that ISoNh 2017's branding is an attempt to formulate the meaning of 'archipelago' as a regional identity as part of the creative design strategy of branding of an international seminar.
Rachana Vidhi: Metode Desain Interior Berbasis Budaya Lokal dan Revolusi Industri 4.0 I Kadek Dwi Noorwatha; Putu Ari Darmastuti; Ni Luh Kadek Resi Kerdiati
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 15, No 2 (2020)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/dewaruci.v15i2.3160

Abstract

This research is a fundamental research that seeks to formulate an interior design method based on local culture and the industrial revolution 4.0 called 'Rachana Vidhi'. The research problem arises from the urgent need for the formulation of an ideal interior design method, which combines the development of local culture, the needs of the interior design industry and implements the spirit of the industrial revolution 4.0. The research method uses a qualitative document study approach specifically with the systematic review method, which is combined with the comparative method. The reseach results of the 'Rachana Vidhi' method have been discussed using the basic framework of the stages of the HDII professional organization as a synergy between academics and professional organizations. The method also balances knowledge and abilities between academics and practitioners with the 'research based design' paradigm. In the context of cultural development, the interior design method 'Rachana Vidhi' has been filled in at the ‘Predesain’ stage especially at step no. 15 Cultural Exploration, as part of the drafting of interior design concepts. Synergy with the industrial revolution 4.0 on the interior design method 'Rachana Vidhi' is applied to the stages of Input, Design, Conceptual Design and Design Development. Industrial revolution 4.0 application used is for insight searching, data collecting and modeling.
TINJAUAN PSIKOLOGI DESAIN INTERIOR RETAIL Rainna Dwiariani Manikam; I Kadek Dwi Noorwatha
Jurnal Vastukara Vol 1 No 1 (2021): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.311 KB)

Abstract

Retail merupakan salah satu objek desain interior yang paling mengemuka, di tengah merebaknya komersialisme global dan teknologi informasi di dunia. Arus produk baik barang dan jasa yang bersifat lintas negara ditawarkan melalui sektor retail yang aspek promosionalnya dibantu oleh media digital seperti start-up digital dan media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana mekanisme elemen desain interior yang mengkonstruksi psikologi konsumen untuk meningkatkan peluang pembelian dalam retail. Penelitian ini bersifat studi kepustakaan (library research), sebagai studi awal dan komparasi literatur untuk menjawab tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif studi dokumen menggunakan metode systematic review. Hasil penelitian menunjukan bahwa lingkungan retail mempunyai peranan penting dalam mengkontruksi aspek psikologis pengunjung. Desain interior retail dengan seluruh elemen pembangunnya yang didesain secara holistik, mampu mengkonstruksi pembelian impulsif konsumen yang akhirnya meningkatkan omzet dari retail itu sendiri.
DESAIN INTERIOR MUSEUM KAIN TENUN IKAT BALI DI DENPASAR I Dewa Ayu Sukma Indriawati; I Gede Mugi Raharja; I Kadek Dwi Noorwatha
Jurnal Vastukara Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kain tenun ikat endek dan kain tenun ikat gringsing pada tahun 2015 telah ditetapkan sebagai warisan tak benda yang harus dilestarikan. Kain tenun ikat oleh masyarakat Bali banyak digunakan untuk untuk upacara besar maupun sembahyang ke Pura, seiring perkembangan zaman dan mode kain tenun juga digunakan untuk bahan pakaian sehari-hari, hal ini didukung dengan surat edaran Gubernur Bali nomor 4 tahun 2021 tentang penggunaan Kain Tradisional Bali yang membuat belakangan ini muncul produk kain bermotif seperti tenun ikat Bali yang bukan hasil kerajinan Masyarakat Bali yang mengancam keberadaan kain tenun ikat Bali. Melihat dari permasalahan tersebut perlunya upaya pelestarian kain tenun tradisional Bali dengan mendirikan museum kain tenun ikat Bali yang didesain dengan menggunakan metode pengumpulan data, metode analisis juga menggunakan metode desain serta parameter yang ideal bagi masyarakat khususnya di Denpasar. Dalam visualisasinya, desain interior Museum Kain Tenun Ikat Bali mengangkat konsep hasri wastra ning wastu memiliki arti keindahan kain pada bangunan. Konsep ini dapat menjadi solusi dari isu permasalahan museum sebagai pusat edukasi kain tenun ikat Bali yang dapat menarik minat pengunjung dengan menampilkan kemewahan hasil karya tangan kain tenun ikat perempuan Bali.