Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Mathematical Model of Drying Edamame (Glycine max (L.) Merill) Using Food Dehydrator Technology Based on Multiple Linear Regression (MLR) and Artificial Neural Network (ANN) Rizza Wijaya; Silvia Oktavianur Yudiastuti; Anna Mardhiana Handayani; Elok Kurnia Novita Sari; Tri Wahyu Saputra; Febryan Kusuma Wisnu; Aulia Brilliantina
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 11, No 4 (2022): Desember 2022
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtep-l.v11i4.589-600

Abstract

Edamame is included in perishable products or products that have a fairly short shelf life if post-harvest processing is not carried out. One of the post-harvest processing methods commonly used by the community is drying. The purpose of this study was to analyze the drying process of edamame related to the MLRL and ANN models. This study used a completely randomized design (CRD) with three variations of air velocity, namely 1 m/s, 3 m/s, and 5 m/s. Data collection was repeated three times every 30 minutes until 330 minutes.  Multiple linear regression (MLR) model training and validation produce accuracy values of 88.03 and 82.23, and the value of R2 of 0.93 and 0.90. While the training and validation of the artificial neural network (ANN) model resulted in accuracy values of 88.34 and 82.15, and R2 values of 0.93 and 0.90. Keywords:    ANN, Drying, Edamame, Food  dehydrator
Antioxidant Activity and Chemical Characteristics of Shark Fish Meatball With Various Adding Green Mustard Pure and Tapioca Flour Anna Mardiana Handayani; Yani Subaktilah; Aulia Brilliantina; Artika Mayasari
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 22 No 3 (2022): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v22i3.3495

Abstract

Bakso adalah kuliner yang paling populer dan kebanyakan orang suka terhadapnya. Salah satu jenis bakso yang saat ini berkembang adalah bakso ikan. Dalam penelitian ini, pembuatan bakso menggunakan bahan dasar surimi ikan hiu yang telah diozonasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sawi hijau dan tepung tapioka dengan berbagai konsentrasi terhadap aktivitas antioksidan dan karakteristik kimia bakso ikan dari surimi ikan hiu yang diberi ozonasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu penambahan sawi (10%,20%, dan 30%) dan penambahan tepung tapioka (40% dan 50%). Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 22 dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%. Bakso ikan hiu diuji kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sawi hijau dan tepung tapioka berpengaruh nyata (P<0,05) hanya terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan aktivitas antioksidan bakso ikan hiu. Penambahan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar serat kasar dimana kadar serat pada bakso ikan hiu berkisar antara 0,03% sampai 0,88%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air, kadar protein, dan kadar abu memenuhi baku mutu dengan nilai masing-masing (57,47% sampai 64,61%), (16,67% sampai 18,6%), dan (1,22 – 1,61%). Namun kandungan lemak dari bakso ikan hiu belum memenuhi baku mutu dengan nilai 1,43%-1,69%
Analisis Neraca Massa dan Energi Pembuatan Keripik Kentang (Solanum tuberosum L) Adhima Adhamatika; Aulia Brilliantina; Elok Kurnia Novita Sari; Rizza Wijaya; Dimas Triardianto; Adi Sucipto
JUSTER : Jurnal Sains dan Terapan Vol. 2 No. 1 (2023): JUSTER: Jurnal Sains dan Terapan
Publisher : Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keripik kentang merupakan produk yang paling banyak digemari dengan tekstur kering renyah dan dibuat melalui pengupasan, pengirisan, perendaman dan penggorengan. Setiap proses pengolahan perlu diketahui kapasitas serta efisiensi energi yang digunakan, sehingga perlu dilakukan perhitungan neraca massa dan energi serta rendemen dan susut bobot pada pembuatan keripik kentang. Perhitungan neraca massa yang ada menghasilkan nilai rendemen dan susut bobot pada setiap prosesnya. Perhitungan neraca energi bertujuan untuk menentukan efisiensi energi pada suatu proses. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis neraca massa dan energi pada pembuatan kerupik kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian dilakukan dengan menghitung massa dan energi dari setiap proses pembuatan keripik kentang untuk diketahui kesetimbangannya. Hasil pengamatan didapatkan jika keripik kentang yang dihasilkan dari 2.106 gram kentang segar yaitu sebesar 1.527 gram. Rendemen penggorengan keripik kentang didapatkan sebesar 31,46%. Susut bobot tertinggi terjadi pada proses penggorengan dengan nilai sebesar 68,54%.
Penerapan Life Cycle Assessment (LCA) Untuk Mengurangi Dampak Lingkungan Pada Proses Produksi Gula Kristal Putih Di Bondowoso Aulia Brilliantina; Adhima Adhamatika; Elok Kurnia Novita Sari; Rizza Wijaya; Dimas Triardianto; Adi Sucipto
JUSTER : Jurnal Sains dan Terapan Vol. 2 No. 1 (2023): JUSTER: Jurnal Sains dan Terapan
Publisher : Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim subtropis. Tanaman tebu bisa tumbuh dengan subur, bahkan Indonesia dikenal sebagai pionir tebu di dunia. Sebuah pabrik gula selalu menghasilkan limbah dalam operasionalnya setiap musim giling. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui penanganan limbah yang dihasilkan industri pengolahan gula terhadap lingkungan sekitar dengan metode LCA (Life Cycle Assessment). LCA adalah pendekatan yang digunakan untuk menilai input, output dan potensi kerusakan lingkungan dari produk energi yang baik selama siklus hidupnya Siklus hidup gula dimulai dari proses penggilingan tebu hingga menjadi produk gula. LCA dapat digunakan untuk menganalisis limbah produksi gula kristal putih. Pada proses produksi, losses yang dihasilkan menunjukkan limbah pabrik gula semakin meningkat, baik berupa limbah padat, cair, udara, maupun B3. Pemanfaatan kembali limbah padat dilakukan dengan menggunakan ampas dan blotong sebagai bahan baku kompos, ampas sebagai energi listrik, dan tetes tebu sebagai bahan baku industri etanol, alkohol, dan MSG. Penggunaan kembali gas buang CO2 untuk pemurnian nira sebagai pengganti gas SO2. Sedangkan limbah cair didaur ulang dalam proses pengolahan.
Rancang Bangun Alat Deteksi Dan Pengukur Gas Emisi Karbondioksida (CO2) Dan Gas Emisi Metana (CH4) Berbasis Mikrokontoler Adi Sucipto; Aulia Brilliantina; Elok Kurnia Novita Sari; Rizza Wijaya; Dimas Triardianto; Adhima Adhamatika
JUSTER : Jurnal Sains dan Terapan Vol. 2 No. 1 (2023): JUSTER: Jurnal Sains dan Terapan
Publisher : Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan iklim yang terjadi di bumi saat ini sangat dipengaruhi oleh gas emisi rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai sektor. gas yang digolongkan sebagai gas emisi rumah kaca yaitu karbondioksida (CO2), gas metan (CH4), dinitrogen klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas organik non metal volatile. Gas-gas rumah kaca yang dinyatakan paling berkontribusi terhadap gejala pemanasan global adalah CO2 dan CH4. Gas karbon dioksida (CO2) memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global diikuti oleh gas methan (CH4). Lebih dari 75 % komposisi gas emisi rumah kaca di atmosfir adalah CO2 sehingga apabila kontribusi CO2 dari berbagai kegiatan dapat dikurangi secara signifikan maka ada peluang bahwa dampak pemanasan global terhadap perubahan iklim akan berkurang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah alat yang dapat menghitung gas emisi rumah kaca sebagai alat ukur untuk menghitung gas emisi rumah kaca yang dihasilkan pada sebuah industri. Sehingga dari hasil pengukuran tersebut dapat diambil tindakan evaluasi agar gas emisi yang dihasilkan tidak melebihi ambang batas. Alat pengukuran gas emisi karbondioksida dan gas metana dirancang dengan menggunakan sensor MQ-4 dan MQ-135 dengan mikrokontroller Arduino. Hasil pengukuran gas dapat terlihat di layar laptop. Pengujian sistem perancangan alat deteksi gas emisi karbondioksida dan gas metana secara menunjukan dapat berjalan dengan baik. Hal ini ditujukan saat alat tersebut dikenakan oleh gas karbondioksida dan gas metana mengakibatkan lampu menyala. Sementara, ketika tidak dikenai gas emisi karbondioksida dan gas metana, lampu indikator tidak menyala.
Potensi Pupuk Organik Cair Limbah Kulit Kopi Robusta (Coffea canephora L.) di Perumda Perkebunan Kahyangan Jember Aulia Brilliantina; Yossi Wibisono; Elok Kurnia Novita Sari; Adhima Adhamatika; Dimas Triardianto; Prayitno Prayitno; Nisa Budi Arifiana
ORYZA ( JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI ) Vol 12 No 1 (2023): ORYZA: Jurnal Pendidikan Biologi
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/oz.v12i1.1047

Abstract

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang paling banyak diminati didunia, termasuk di Indonesia. Indonesia merupakan negara terbesar keempat sebagai penghasil biji kopi terbanyak di dunia pada tahun 2020 sebanyak 726,38 ribu ton. Perumda Perkebunan Kahyangan merupakan salah satu BUMD pemnghasil biji kopi robusta terbanyak di Indonesia dengan areal tanaman kopi robusta seluas 760 Ha dengan produktivitas 300 ton biji kopi/tahun dan cukup berpotensi untuk mendukung tekad Pemkab Jember sebagai kota kopi robusta di Indonesia. Permasalahan yang sering terjadi yaitu banyaknya limbah kulit kopi yang dihasilkan perumda selama produksi yang tidak dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini mengangkat potensi kulit kopi sebagai bahan baku utama POC. Hasil pengujian didapatkan bahwa POC dari limbah kulit kopi memenuhi standar mutu pupuk cair dari Kementrian Pertanian. Hasil ini menunjukkan potensi untuk dikembangkan lebih jauh dari POC kulit kopi dengan N-total sebesar 0,084%, C-ogranik sebesar 0,065%, P2O5 0,026%, K2O 0,071%, Fe 43,412 ppm, Mn 99,644 ppm, C/N Ratio 0,780%, Trichoderma sp. 2,83 x 105 cfu/ml, dan Aspergillus sp 1,81 x 105 cfu/ml.
Karakteristik Susu Sapi Terozonisasi dengan Sistem Pasteurisasi Hurdle Non-termal Medan Listrik Berpulsa Tinggi – Ultra Violet Rakatan Setiya Budi; Arfiansyah Yusuf Zuliardi Suyata; Dian Putri Ani; Pandu Dwi Ardiansyah; Putri Adila; Aulia Brilliantina
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 17, No 1 (2023): TEKNOTAN, April 2023
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol17n1.10

Abstract

Susu sapi mengandung zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, namun susu mempunyai umur simpan yang relatif singkat, serta mudah mengalami kerusakan akibat cemaran mikroorganisme apabila dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang. Upaya inaktivasi cemaran mikoorganisme pada susu segar melalui proses pemanasan akan menyebabkan banyak nutrisi yang berkurang atau bahkan hilang akibat proses pemanasan. Teknologi pasteurisasi hurdle non-termal High Pulsed Electronic Fields - Ultra Violet (HPEF-UV) merupakan suatu teknologi pasteurisasi tanpa pemanasan yang dapat menginaktivasi mikroba pada susu. Penambahan proses ozonasi dapat menghilangkan bau amis pada susu segar. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan sensorik dari susu terozonisasi denan sistem pasteurisasi HPEF-UV serta mengetahui efektivitas dari metode ini dalam menghilangkan cemaran mikroorganisme. Pengujian yang dilakukan meliputi uji proksimat dengan parameter uji kadar protein, karbohidrat, dan lemak, uji fisik dengan parameter uji viskositas, pH, dan berat jenis, uji mikrobiologi dengan parameter uji Total Plate Count, Shalmonella sp, dan E. Coli, dan uji organoleptik dengan parameter uji meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur. Hasil yang telah dicapai adalah kombinasi susu terozonisasi dengan sistem pasteurisasi HPEF-UV dapat menurunkan cemaran mikroba sebesar 98,2% tanpa mengubah karakteristik fisikokimia dari susu sapi segar dan aroma susu tidak amis akibat pengaruh ozonasi. Kata kunci: HPEF-UV; ozonasi; pasteurisasi; susu sapi
The study of shelf-life of soymilk treated by pasteurization methods by using organoleptic test Budi Hariono; Syamsiar Kautsar; Aulia Brilliantina; Mokhamad Fatoni Kurnianto; Rizza Wijaya
Rona Teknik Pertanian Vol 16, No 1 (2023): Volume No. 16, No. 1, April 2023
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v16i1.29445

Abstract

AbstractSoymilk is generally processed by a pasteurization process. Pasteurization itself is a method that is widely known in the processing industry as a method to kill microorganisms using high temperatures or commonly referred to as thermal methods that result in damage to physical and chemical components. Therefore, a non-thermal pasteurization process such as high pulsed electric field (HPEF) is needed to maintain product quality attributes. The purpose of this study is to determine the shelf life of soymilk treated by using organoleptic test. About 20 panellists evaluated the quality of soymilk based on color and flavour. Results showed that the HPEF treatment did not change the color and aroma of soybean juice products for 11 hours. It can extend the shelf life of soybean juice for 1 hour compared to the thermal pasteurization process.AbstrakSusu kedelai pada umumnya diolah dengan proses pasteurisasi. Pasteurisasi sendiri merupakan sebuah metode yang banyak dikenal dalam industri pengolahan sebagai metode untuk membunuh mikroorganisme menggunakan suhu tinggi atau biasa disebut dengan metode termal yang  mengakibatkan kerusakan komponen fisik serta kimiawi. Oleh karena itu, dibutuhkan proses pasteurisasi non-termal seperti high pulsed electric field (HPEF) yang dapat menjaga atribut mutu produk. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji umur simpan susu kedelai yang diberi perlakuan metode pasteurisasi dengan uji organoleptik. Sebanyak 20 orang panelis memberikan penilaian terhadap sampel susu secara deskriptif berdasarkan kriteria warna dan aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan HPEF tidak merubah warna dan aroma dari susu kedelai sampai 11 jam. Hal ini menunjukkan bahwa metode HPEF dapat memperpanjang umur simpan susu kedelai selama 1 jam dibandingan metode pasteurisasi termal. 
Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Separator Minyak Atsiri Skala Laboratorium Kapasitas 25 Literrs Budi Hariono; Syamsiar Kautsar; Aulia Brilliantina; Risse Entikaria Rachmanita; Mokhamad Fatoni Kurnianto
Rona Teknik Pertanian Vol 16, No 2 (2023): Volume No. 16, No. 2, Oktober 2023
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v16i2.27919

Abstract

Abstrak. Separator merupakan alat pemisah minyak atsiri dari air destilat pada proses penyulingan minyak atsiri. Perancangan separator disesuaikan dengan berat jenis minyak atsiri yang akan diproses. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan desain dan uji kinerja alat separator minyak atsiri skala laboratorium kapasitas 25 liter secara gravitasi dengan laju destilat sebesar 4.0 – 4.5 L/jam. Hasil uji fungsional menunjukkan komponen separator berfungsi secara baik sesuai dengan fungsinya baik secara individu maupun dalam rakitan mesin. Proses pemisahan dilakukan dengan cara mengalirkan campuran minyak dan air ke dalam separator dengan debit 4.0 – 4.5 L/jam menggunakan pompa aquarium.Hasil rendemen diperoleh nilai berkisar antara 0.82 – 0.88% pada volume minyak yang ditambahkan mulai dari 100 – 150 mL. Artinya diperoleh volume minyak yang masih tertinggal diseparator berkisar antara 18 – 20 mL. Bila waktu pemisahan diperpanjang hingga 12 jam maka akan diperoleh minyak yang tertinggal berkisar 2-5 mL. Manufacture and Performance Test of Laboratory Scale Essential Oil Separator Equipment with a Capacity of 25 LitersAbstract. The separator is a means of separating essential oils from distilled water in the essential oil refining process. The design of the separator is adjusted to the specific gravity of the essential oil to be processed. The purpose of this study was to test the performance of a laboratory scale essential oil separator with a capacity of 25 liters by gravity with a distillate rate of 4.0 – 4.5 L/hour. The results of the functional test show that the separator components function properly according to their functions, both individually and in machine assembly. The separation process is carried out by flowing a mixture of oil and water into the separator with a discharge of 4.0 – 4.5 L/hour using an aquarium pump. The yield results obtained values ranging from 0.82 to 0.88% in the volume of oil added from 100 to 150 mL. This means that the volume of oil that is still left in the separator ranges from 18 to 20 mL. If the separation time is extended to 12 hours, the remaining oil will be in the range of 2-5 mL.  
Quality nutrition, metal content, and health risks in soy milk products using aluminum and stainless steel cookers Budi Hariono; Feby Erawantini; Aulia Brilliantina; Mokhamad Fatoni Kurnianto; Supriyono Supriyono; Syamsiar Kautsar; Rizza Wijaya; Angga Herviona Ikhwanudin
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 8, No 4 (2023): December
Publisher : Department of Nutrition at the Health Polytechnic of Aceh, Ministry of Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/action.v8i4.925

Abstract

Improper processing of soymilk, such as soybean raw materials, use of well water, and use of cooking vessels, produces soymilk that does not meet SNI standards. These conditions can contaminate soymilk with harmful metals. The purpose of this study was to measure the nutritional quality and metal content of soymilk produced using aluminum and stainless steel cooking vessels. The research was descriptive and was conducted in July 2022. Analytical tests were carried out by comparing the nutritional content in the form of total protein, fat, lactose, and solid non-fat (SNF), and analyzing the heavy metal content. The results showed that the contents of Pb, Cu, and Hg in soy milk processed with stainless steel were lower than those of aluminum, from 11,494 ppm to 2,706 ppm, 114,612 ppm to 10,211 ppm, and 0,372 ppm to 0,012 ppm, respectively.  The contents of Zn and As in soymilk with stainless steel were higher than those treated with aluminum, from 884,585 ppm to 73,616 ppm and from 0,107 ppm to 0,079 ppm, respectively. Cooking water also contributed 0,055; 0,044; 0,028, and 0,156 ppm to the heavy metal content of Pb, Cu, Zn, Hg, and As, respectively. In conclusion, the use of stainless steel in soymilk processing resulted in better nutritional quality and lower heavy metal content compared to aluminum.