Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : SEL Jurnal Penelitian Kesehatan

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS RUJUKAN MIKROSKOPIS KABUPATEN ACEH BESAR Eka Fitria; Raisuli Ramadhan; Rosdiana Rosdiana
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 4 No 1 (2017): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.547 KB) | DOI: 10.22435/sel.v4i1.1441

Abstract

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ paru-paru dan menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat di dunia. Kawasan Asia Tenggara menyumbang 35% seluruh kasus TB yang ada di dunia. TB paru dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Salah satu kabupaten di Aceh yang termasuk dalam lima besar kabupaten yang menyumbang 34% kasus baru TB adalah Kabupaten Aceh Besar. Penelitian dilakukan di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Darul Imarah, Suka Makmur dan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar dengan desain potong yang dilakukan selama 8 bulan, terdiri dari 49 responden berdasarkan total sampling. Penelitian ini bertujuan mendapatkan karakteristik penderita TB paru di 3 PRM Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan sputum dengan teknik mikroskopis BTA dan metode PCR. Data dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 29 responden penderita TB paru di PRM Darul Imarah, 2 responden di PRM Suka Makmur dan 18 responden di PRM Seulimum. Karakteristik responden penderita TB paru didapatkan berturut-turut: jenis kelamin laki-laki, umur 45-54, 55-64, pendidikan tidak tamat SD dan tamat SMA, dan bekerja sebagai buruh/tani. Pemerintah terus menggiatkan kegiatan penyuluhan kesehatan bagi warga tentang tata cara mencegah TB paru, menemukan pasien TB paru dan melakukan pengobatan yang intensif dan tuntas sampai mereka sembuh. Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis that attacks the lungs and a public health threat to the world. Southeast Asia contributes 35% of the whole TB cases in the world.TB can be diagnosed based on clinical symptoms, physical examination, investigation such as laboratory and radiology. One of Aceh districts included in the top five districts contributes 34% new TB cases is Aceh Besar District. The study was conducted in Puskesmas referral microscopis Darul Imarah, Suka Makmur and Seulimum, Aceh Besar District with cross sectional design for 8 months, consist of 49 respondents based on total sampling. This study aims to obtain the characteristics TB patients in 3 Puskesmas referral microscopis Aceh Besar District. Data collection was done by interview and examination microscopic sputum technique BTA and PCR. Data were analyzed descriptively. The results is 29 respondents TB patients in Darul Imarah, 2 respondents in Suka Makmur and 18 respondents in Seulimum as Puskesmas referral microscopis. Characteristics respondents tb male is age between 45 to 54 years, 55 to 64 years and education did not finish primary school, graduate high school, and work as laborer / farmer. The government is continuing to intensify health education activities for community about how to prevent of TB , to finding TB patients and perform intensive treatment until healed.
DETEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DAN TEKNIK PCR PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS DARUL IMARAH Raisuli Ramadhan; Eka Fitria; Rosdiana Rosdiana
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 4 No 2 (2017): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.987 KB) | DOI: 10.22435/sel.v4i2.1463

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah utama kesehatan.TB menjadi penyebab kematian kedua terdepan penyakit menular di dunia. Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak setelah India dari enam negara yang menyumbang 60% dari total kejadian TB. Mycobacterium tuberculosis dapat dideteksi pada sputum dengan pemeriksaan mikroskopis, teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), dan kultur bakteri. Aceh Besar menjadi urutan ketiga terbanyak penderita TB dan menyumbang 34 % jumlah seluruh kasus baru di Aceh. Penelitian bertujuan untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dengan pemeriksaan mikroskopik dan teknik PCR pada penderita tuberkulosis paru yang sudah menjalani pengobatan 2 bulan sampai 6 bulan di Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah sampel minimal 29 pasien TB aktif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan sputum secara mikroskopis dan teknik PCR. Data dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan dari 29 responden hanya 1 sampel yang positif (3,4%) secara mikroskopis, sedangkan pemeriksaan dengan teknik PCR ditemukan 19 sampel yang positif (65,5%). Akurasi deteksi Mycobacterium tuberkulosis dengan teknik PCR sangat tinggi. Mycobacterium tuberkulosis yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan mikroskopis (BTA) dapat dideteksi dengan teknik PCR. Sebaiknya hasil negatif pada pemeriksaan BTA secara mikroskopik dilanjutkan dengan teknik PCR guna menghindari salah diagnosis, mengingat PCR akurasinya tinggi. Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis is still a major health problem. TB is the second leading cause of death of infectious diseases in the world. Indonesia was ranked second after India from six countries accounted for 60% of total TB incidence. Mycobacterium tuberculosis can be detected on sputum by microscopic, Polymerase Chain Reaction (PCR) technic and culture. Aceh Besar District became the third largest TB patient and accounted for 34% of all new cases in Aceh province. The study aims to detect Mycobacterium tuberculosis by microscopic and PCR in patients with pulmonary tuberculosis who have been undergoing treatment for 2 months to 6 months at Puskesmas Darul Imarah Aceh Besar District with a sample size of at least 29 active TB patients. Data was collected by interview, sputum microscopic and PCR method. Data were analyzed descriptively. The results showed of 29 respondents only 1 positive samples (3.4%) are microscopic, while the examination with the PCR technic found 19 positive samples (65.5%). Accuracy of Mycobacterium tuberculosis detection with PCR technique is very sensitive. Mycobacterium tuberculosis undetected by microscopic (Gram positive basil) and detected by PCR technique. Should a negative result in microscopic and followed by PCR technique to avoid incorrect diagnosis as the accuracy of PCR technic.
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN FILARIASIS DARI ASPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI KABUPATEN ACEH JAYA PROVINSI ACEH Yulidar Yulidar; Nelly Marissa; Veny Wilya; Rosdiana Rosdiana; Eka Fitria; Ulil Amri Manik; Eka Randiana; Ibnu Muhsi
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 6 No 2 (2019): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.735 KB) | DOI: 10.22435/sel.v6i2.2460

Abstract

Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit tular vektor yang masih endemis di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Program pengendalian filariasis merujuk pada kebijakan yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat. Pemberian obat pencegahan massal sudah dilakukan selama 5 putaran sampai tahun 2015. Pada tahun 2016 dilakukan survei evaluasi prevalensi mikrofilaria (pre-TAS) dan hasilnya adalah Kabupaten Aceh Jaya tidak lulus survei tersebut. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang dilakukan pada bulan oktober 2017 dengan metode indepth interview. Jumlah responden yang diwawancara adalah 4 orang. Keberhasilan atau kegagalan eliminasi filariasis dipengaruhi oleh aspek epidemiologi dan manajemen. Aspek manajemen yang ditelusuri dalam penelitian ini yaitu bagaimana implementasi kebijakan pelaksanaan program pengendalian filariasis. Data dianalisis secara tematik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pelaksanaan program pengendalian filariasis yaitu pemberian obat massal pencegahan berjalan dengan baik. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh data cakupan minum obat pada masyarakat setiap tahunnya selalu lebih dari standar nasional. Faktor kegagalan pre-TAS belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil evaluasis program dari aspek implementasi maka ketersediaan sumber daya manusia dan anggaran belum maksimal untuk pengendalian filariasis. Filariasis or elephantiasis still an endemic vector borne disease in Aceh Jaya district Province Aceh. Prevention program of filariasis in Aceh jaya district is refers to the government policy. Mass drug administration was done during the fifth round of 2015. The survey prevalence of microfilaria (pre-TAS) in Aceh Jaya district 2016 and the result show is failed. This study is a qualitative research and conducted in oktober 2017 with indepth interview methode. The number of respondents interviewed was 4 respondents. The success or failure of filariasis elimination is influenced by epidemiological and management aspects. The management aspect traced is the implementation of the policy for prevention program of filariasis. Data were analyzed thematically. The result showed that the implementation of the policy for prevention program of filariasis is mass drug administration goes well. This success is shown by the annual data on taking medicine in community is always more than the national standard. Pre-TAS failure factor is not known for certain. Based on the evaluation of the program from the implementation aspect, the availability of human resources and the budget is not optimal for filariasis control.