Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac. 1801) YANG DIBERI PAKAN CACING SUTERA (Tubifex sp.) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA zulqifar Jusman; Andi Heryanti Rukka; Nur Hasanah; Eka Rosyida; Irawati Mei Widiastuti; Aswad Eka Putra
Journal of Fish Nutrition Vol. 2 No. 1 (2022): Journal of Fish Nutrition
Publisher : Journal of Fish Nutrition

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.4 KB) | DOI: 10.29303/jfn.v2i1.1376

Abstract

Gouramy (Oshpronemus gouramy Lac. 1801) is a native Indonesian fish that has a high market with relatively expensive prices. One of the obstacles commonly faced in the cultivation of gouramy is its slow growth. Silkworm (Tubifex sp.) is a type of natural feed with a high protein to support the accelerated growth of gouramy. The purpose of this study was to determine the absolute weight growth and survival of gouramy with different doses of silkworms. This study used a completely randomized design with 4 treatments and 5 replications. Giving silkworms in Treatment 1 (P1) was 10%, Treatment 2 (P2) 15%, Treatment 3 (P3) 20% and Treatment 4 (P4) 25% of the weight of the biomass. The results of the analysis of variance (ANOVA) showed that silkworm with different doses has significantly different results (P<0.05) on absolute weight growth of gouramy. Then, treatment 4 showed the highest absolute weight growth of 0.0444 g. Meanwhile, the survival of gouramy showed results that were not significantly different (P>0.05).
Penggunaan madu sebagai bahan seks reversal alami untuk ikan cupang Betta splendens (Teleostei: Osphronemidae) melalui perendaman embrio Muh. Herjayanto; Madinawati; Irawati Mei Widiastuti
Intek Akuakultur Vol. 7 No. 1 (2023): Intek Akuakultur
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Individu jantan Betta splendens memiliki warna dan bentuk yang digemari di pasar ikan hias dibandingkan betina. Karena itu budidaya cupang dapat dilakukan melalui produksi jantan menggunakan teknologi seks reversal dalam mengarahkan perkembangan kelamin ikan menjadi jantan (maskulinisasi). Bahan alami yang telah digunakan untuk maskulinisasi ikan adalah madu. Karena itu tujuan penelitian adalah mengkaji penggunaan madu melalui perendaman embrio untuk maskulinisasi ikan cupang. Keberhasilan maskulinisasi dianalisis melalui karakteristik madu, persentase ikan jantan, tingkat penetasan telur, mortalitas tiap 15 hari, dan sintasan pada akhir pemeliharaan. Embrio yang digunakan berumur 20 jam setelah pembuahan. Perlakuan penelitian adalah perendaman embrio cupang di dalam larutan madu (mL L-1) 5, 10, 15, 20, dan 25. Perendaman dilakukan selama 7 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu yang digunakan memiliki kalium 0,31% dan pH 4. Pada penelitian ini pemberian madu tidak berpengaruh terhadap jumlah cupang jantan. Pemberian madu 25 mL L-1 air menghasilkan 56,98±4,58% jantan, tingkat penetasan telur 99,17±1,67%, dan sintasan umur 90 hari setelah menetas 79,89±4,50%. Mortalitas terjadi pada awal pemeliharaan larva. Setelah umur 60 hari setelah menetas tidak terjadi kematian pada cupang. Nilai tingkat penetasan telur dan sintasan yang tinggi menunjukkan bahwa madu adalah bahan alami yang aman digunakan untuk maskulinisasi ikan dalam budidaya monoseks.Individu jantan Betta splendens memiliki warna dan bentuk yang digemari di pasar ikan hias dibandingkan betina. Karena itu budidaya cupang dapat dilakukan melalui produksi jantan menggunakan teknologi seks reversal dalam mengarahkan perkembangan kelamin ikan menjadi jantan (maskulinisasi). Bahan alami yang telah digunakan untuk maskulinisasi ikan adalah madu. Karena itu tujuan penelitian adalah mengkaji penggunaan madu melalui perendaman embrio untuk maskulinisasi ikan cupang. Keberhasilan maskulinisasi dianalisis melalui karakteristik madu, persentase ikan jantan, tingkat penetasan telur, mortalitas tiap 15 hari, dan sintasan pada akhir pemeliharaan. Embrio yang digunakan berumur 20 jam setelah pembuahan. Perlakuan penelitian adalah perendaman embrio cupang di dalam larutan madu (mL L-1) 5, 10, 15, 20, dan 25. Perendaman dilakukan selama 7 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu yang digunakan memiliki kalium 0,31% dan pH 4. Pada penelitian ini pemberian madu tidak berpengaruh terhadap jumlah cupang jantan. Pemberian madu 25 mL L-1 air menghasilkan 56,98±4,58% jantan, tingkat penetasan telur 99,17±1,67%, dan sintasan umur 90 hari setelah menetas 79,89±4,50%. Mortalitas terjadi pada awal pemeliharaan larva. Setelah umur 60 hari setelah menetas tidak terjadi kematian pada cupang. Nilai tingkat penetasan telur dan sintasan yang tinggi menunjukkan bahwa madu adalah bahan alami yang aman digunakan untuk maskulinisasi ikan dalam budidaya monoseks.
Maskulinisasi Ikan Platy Pedang (Xiphophorus hellerii) melalui Perendaman Larva dalam Larutan Madu dengan Dosis Berbeda Ariatna Dewi Mangia; Novalina Serdiati; Irawati Mei Widiastuti
Jurnal Ilmiah AgriSains Vol. 24 No. 1 (2023): Jurnal Ilmiah AgriSains
Publisher : Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/jiagrisains.v24i1.2023.1-8

Abstract

Ikan platy pedang jantan memiliki keindahan bentuk, warna lebih mencolok dibanding betina, sehingga harga jual ikan platy pedang jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina. Oleh karena itu, para pembudidaya berupaya meningkatkan produksi ikan platy pedang jantan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis madu yang berbeda terhadap maskulinisasi ikan platy pedang (Xiphophorus hellerii) melalui perendaman larva. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan yang diujikan dalam penelitian yaitu perendaman larva dengan dosis madu 0 mL, 25 mL, 30 mL, dan 35 mL masing-masing per liter air. Hasil analisis ragam (ANOVA) penelitian menunjukkan bahwa perendaman larva ikan platy pedang (Xiphophorus hellerii) dalam larutan madu, berpengaruh nyata terhadap maskulinisasi (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis madu yang diberikan, semakin tinggi pula jumlah persentase jantan yang dihasilkan. Dengan demikian perendaman larva ikan platy pedang dalam larutan madu mampu mengarahkan gonad larva ikan platy pedang yang belum terdiferensiasi menjadi jantan. Perendaman dalam larutan madu dengan dosis 35 ml/L selama 7 jam menunjukkan persentase maskulinisasi tertinggi yaitu sebesar 67,86%.
Gerakan Bersih Pantai Dalam Menjaga Kelestarian Pesisir Di Desa Lero Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah Irawati Mei Widiastuti; Andi Heryanti Rukka; James Yosep Walalangi; Samliok Ndobe
Jurnal Cendekia Mengabdi Berinovasi dan Berkarya Vol 1, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/jenaka.v1i3.476

Abstract

Pantai Lero kini mulai ramai dikunjungi wisatawan berkat adanya warung makan Rono Dange (makanan khas ikan teri bakar lokal), sebuah warung makan bergaya kios di sepanjang pantai. Hal ini dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan dan masalah banyaknya buangan ke laut akibat aktivitas di dekat pantai. Salah satu upaya yang diharapkan dalam menunjang kebersihan pantai adalah inisiatif seluruh lapisan masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini selain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar akan kebersihan lingkungan pesisir, juga dapat membantu masyarakat memahami bahwa sampah yang dihasilkan berdampak negatif terhadap perkembangan ekosistem, ekologi laut, dan biota. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah metode observasi dan partisipasi dengan pendekatan langsung untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat di sepanjang Pantai Lero. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini selain dapat mengembangkan pemikiran masyarakat tentang pencegahan pencemaran lingkungan pantai, juga berdampak pada kebersihan lingkungan pantai untuk meningkatkan daya tarik wisatawan ke pantai Lero. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan melibatkan 20 peserta dari kalangan masyarakat pesisir, tokoh desa dan kelompok pemuda untuk meningkatkan kesadaran tentang pariwisata. Kegiatan yang dilakukan adalah membuang sampah-sampah di sepanjang pantai Lero khususnya sampah plastik, kemudian meningkatkan kesadaran akan bahaya sampah plastik bagi lingkungan perairan. Kata kunci : pesisir, pencemaran, lingkungan
Daya Tetas Telur Ikan Mas Koi (Cyprinus rubrofuscus) dengan Perendaman Ekstrak Daun Sukun Artocarpus altilis Sulfa Ayulandari; Madinawati Madinawati; Nur Hasanah; Irawati Mei Widiastuti; Septina F. Mangitung
Jurnal Ilmiah AgriSains Vol. 24 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah AgriSains
Publisher : Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/jiagrisains.v24i2.2023.58-67

Abstract

Pemanfaatan bahan herbal seperti ekstrak daun sukun menjadi alternatifuntuk meningkatkan keberhasilan penetasan. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun sukun Artocarpus altilisterhadap daya tetas telur ikan mas koi (Cyprinus rubrofuscus). Desainpenelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuandan 5 ulangan sehingga menghasilkan 20 unit percobaan. Perlakuan yangdiujikan yaitu perendaman telur dalam ekstrak daun sukun dengan dosisperlakuan A= 0 g/L, B= 2 g/L, C= 4 g/L, dan D= 6 g/L. Data Daya tetasdianalisis menggunakan analisis ragam ANOVA dengan bantuan Minitab 16.Jika terdapat perbedaan perlakuan maka dilanjutkan dengan uji beda nyatajujur (BNJ). Data uji penapisan fitokimia, kelangsungan hidup, dan kualitasair dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dosis palingefektif yaitu perlakuan B (2 g/L) dapat mengobati telur yang terinfeksisehingga menghasilkan daya tetas telur sebesar 83,2%. Penggunaanekstrak daun sukun berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur ikan maskoi yang terserang jamur. Berdasarkan pemeliharaan larva ikan mas koiselama 14 hari menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan B(2 g/L) yaitu sebesar 94,5%.
Sosialisasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan Di Desa Tambu Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah Andi Heryanti Rukka; Achmad Rizal; Irawati Mei Widiastuti; A. Masyahoro
TOLIS MENGABDI : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2023): Desember
Publisher : Universitas Madako Tolitoli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56630/tolis mengabdi.v1i2.482

Abstract

Praktik penangkapan ikan  yang merusak seringkali disebabkan oleh banyaknya permintaan jenis ikan tertentu dipasaran, khususnya ikan hidup. Konsumen dan pasar memiliki kekuasaan yang besar untuk mengendalikan harga ikan hidup, meskipun informasi yang ada masih kurang dan  kesadaran konsumen mengenai cara menangkap ikan di pasar masih rendah. Selain itu, penderitaan masyarakat nelayan yang masih kurang sejahtera membuat mereka  mencari jalan untuk memperoleh banyak uang  dengan mudah dan singkat. Teknik penangkapan ikan destruktif, nelayan dapat mencapai hasil yang signifikan dalam waktu  singkat. Kurangnya pemahaman terhadap siklus hidup ikan dan ekosistem yang mendukungnya (tempat mereka hidup dan berkembang biak) serta kurangnya penegakan hukum terhadap penangkapan ikan yang merusak membuat nelayan sulit memperbaiki kondisi perikanan (khususnya perikanan karang). Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian  masyarakat ini adalah  observasi dan partisipasi dengan  pendekatan langsung penyadaran dan partisipasi masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya dapat mengembangkan  pemikiran masyarakat mengenai penggunaan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, namun juga memberikan kondisi bagi para nelayan dalam melakukan penangkapan ikan. Kegiatan ini  dilaksanakan dengan melibatkan 30  peserta yang merupakan anggota masyarakat pesisir, nelayan dan keluarganya.Kata kunci : Alat tangkap, ikan,  lingkungan
INTERACTION OF STOCKING DENSITY AND DIFFERENT PLANT TYPES IN CULTIVATING SANGKURIANG CATFISH (Clarias gariepinus var. Sangkuriang) AQUAPONIC TECHNOLOGY Risa Apriana A. Dg. Masese; Samliok Ndobe; Irawati Mei Widiastuti
AQUASAINS Vol 12, No 2 (2024): March 2024
Publisher : Jurusan Perikanan dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/aqs.v12i2.p1451-1461

Abstract

This study investigated the impact of varying stocking densities and plant species interactions within an aquaponic framework. Conducted over a 45-day period (August-October 2023) at the Experimental Farm of Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, the research utilized juvenile Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus var. Sangkuriang) as the focal organism. Employing a factorial design, with stocking densities 12, 20, and 28 fish per 40 liters of water and three distinct plant species (Ipomoea aquatica, Brassica rapa subsp. chinensis, and Lactuca sativa), the study aimed to elucidate optimal growth conditions. Key findings revealed that the stocking density of 12 fish per 40 liters of water, coupled with pakchoi plants, yielded the most significant growth enhancements. Specifically, this configuration demonstrated a specific growth rate of 6.66±0.7% and absolute weight growth of 14.06±1.0, along with a specific length growth rate of 2.10±0.6% and absolute length growth of 4.48±0.6%. Notably, water quality parameters remained within acceptable limits across all treatments, ensuring an environment conducive to catfish growth. In conclusion, this research underscores the critical role of stocking density and plant selection in optimizing aquaponic systems. The findings offer valuable insights into enhancing both fish and plant growth dynamics within integrated aquaponic frameworks. Keywords: Catfish farming, aquaponics, growth rate, survival rate.