Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Analisa Keruntuhan Bendungan Salomekko Kabupaten Bone Dengan Menggunakan Aplikasi Zhong Xing HY21 Mirsa Ayu; Pitojo Tri Juwono; Runi Asmaranto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.29

Abstract

Bendungan Salomekko terletak di Dukuh Salomekko Desa Ulu Balang, Kecamatan Salomekko, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki fungsi utama untuk menyediakan air bagi kebutuhan irigasi pertanian seluas 1722 Ha. Bendungan Salomekko disamping memiliki manfaat juga menyimpan potensi bahaya, yaitu apabila bendungan runtuh. Oleh karena itu, dibutuhkan analisa keruntuhan bendungan Bendungan Salomekko yang diasumsikan akibat overtopping dan pipping  menggunakan aplikasi Zhong Xing HY21. Bedasarkan hasil simulasi melalui aplikasi Zhong Xing HY21, keruntuhan akibat overtopping merupakan peyebab keruntuhan Bendungan Salomekko yang menimbulkan dampak paling besar dengan debit banjir rancangan PMF sebesar 753,862 m³/det dan luas genangan 15,694 km2 dengan tinggi genangan maksimum 7,759 m. Keruntuhan Bendungan Salomekko mengakibatkan 11 desa terdampak pada bagian hilir bendungan dengan jumlah penduduk terkena resiko 2565 jiwa.
Analisa Erosi di DAS Kali Lamong Menggunakan Pendekatan ArcSWAT Yasmin Pebriani Sitorus Pane; Mohammad Sholichin; Runi Asmaranto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.44

Abstract

Flood on the downstream and sedimentation at the bottom of the river often occured in Kali Lamong Watershed. From those problems to reduce problems occurin in Kali LamongoWatershed, need new landuse method (scenario) using ArcSWAT as a conservation. To get the result of runoff, erosion, and sedimentation ArcSWAT program need 4 processes : watershed delineation, Hydrological Response Unit (HRU), input database, and simulation. The results showed an average runoff rate of 55.369 mm/tahun, average erosion rate of 31.578 ton/ha/tahun, and average sedimentation rate of 67576.11 m3. The analysis result of the Erosion Hazard Indekx by Hammer (1981), shows that the index at low level (index , 1.0) in an area of 20239.267 ha, medium level (index 1.01-4.0) in an area of 27999.556, high level (index 4.01 – 10.0) in an area of 24166.261 ha. With the conservation that was adjusted to the land capacity of Kali Lamong Watershed, the new land use could reduce runoff by 22.92%, erosion of 22.01%, and sedimentation of 44.55%. Using new land use shows that  the Erosion Hazard Index Kali Lamong Watershed was at low level and medium level. DAS Kali Lamong sering mendapat bencana seperti banjir pada bagian hilir serta pendangkalan dasar sungai akibat laju sedimentasi. Dari permasalahan tersebut maka untuk mengurangi permasalahan pada DAS Kali Lamong diperlukan usaha konservasi dengan merencanakan tata guna lahan yang baru menggunakan model ArcSWAT. Untuk mendapatkan hasil limpasan, erosi, dan sedimentasi model ArcSWAT memerlukan 4 proses yaitu pembuatan delineasi DAS, pengolahan Hydrology Response Unit (HRU), memasukkan database, dan melakukan simulasi. Dari analisa menunjukkan rerata limpasan 55.369 mm/tahun, rerata erosi 31.578 ton/ha/tahun, dan rerata sedimen 67576.11 m3. Hasil analisa Indeks Bahaya Erosi oleh Hammer (1981) diperoleh indeks dengan kriteria rendah (indeks < 1.0) seluas 20239.267 ha, kriteria sedang (indeks 1.01-4.0) seluas 27999.556, kriteria tinggi (indeks 4.01 – 10.0) seluas 24166.261 ha. Hasil dari skenario pembuatan tata guna lahan baru yang disesuaikan dengan kemampuan lahan DAS Kali Lamong menunjukkan penurunan limpasan sebesar 22.92%, erosi sebesar 22.01%, dan sedimentasi sebesar 44.55%. Menggunakan tata guna lahan baru kriteria Indeks Bahaya Erosi DAS Kali Lamong berada di kriteria rendah dan sedang. 
Analisa Keruntuhan Bendungan Gembong Di Kabupaten Pati Dengan Menggunakan Program Zhong Xing HY21 Khofifah Endar Milleanisa; Runi Asmaranto; Pitojo Tri Juwono
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.43

Abstract

A dam is a structure built across a river to hold back water. Reservoirs created by dams not only suppress floods but also provide water for activities such as for water, irrigation, power generation, and flood control. But behind the benefits that can be obtained from dams, dams also have a large potential hazard in the form of the possibility of a dam break. The main causes of dam break are overtopping and pipping. So that analysis is needed related to dam break to minimize the impact. Based on the Zhong Xing HY21 software, the most severe impact of the break of the Gembong Dam was due to overtopping using the QInflow PMF design flood of 780,967 m3/s and resulted in an inundation area of 54,682 km2 with a maximum inundation height of 5,129 m. As a result of the break of the Gembong Dam, 37 villages downstream of the Gembong Dam were flooded. There are 80,819 people affected by this risk and it is stated that all affected villages are at the 4th hazard classification level or very high hazard. Bendungan adalah suatu struktur dibangun di sungai untuk menahan air. Waduk yang diciptakan oleh bendungan tidak hanya menekan banjir tapi juga menyediakan air untuk kegiatan seperti irigasi, pembangkit tenaga listrik, dan pengendali banjir. Namun di samping manfaatnya yang besar, pembangunan bendungan juga berpotensi membahayakan keselamatan masyarakat, yakni berupa keruntuhan bendungan. Penyebab utama dari keruntuhan bendungan adalah overtopping dan pipping. Sehingga diperlukan analisis terkait keruntuhan bendungan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Berdasarkan software Zhong Xing HY21, dampak keruntuhan Bendungan Gembong yang paling parah disebabkan karena overtopping dengan menggunakan QInflow banjir desain PMF sebesar 780,967 m3/det dan menghasilkan luas genangan 54,682 km2 dengan tinggi genangan maksimum 5,129 m. Akibat keruntuhan Bendungan Gembong, 37 desa di hilir Bendungan Gembong terkena banjir. Terdadpat 80.819 jiwa penduduk terkena risiko tersebut dan dinyatakan bahwa seluruh desa terdampak berada pada tingkat klasifikasi bahaya ke-4 atau bahaya sangat tinggi.
Analisa Laju Erosi dan Arahan Konservasi Lahan Berbasis ArcGIS pada DAS Parangjoho Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah Firman Syarif Tuhepaly; Ussy Andawayanti; Runi Asmaranto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.63 KB)

Abstract

Parangjoho Supply, situated in Demesan Town, Eromoko Region, Wonogiri, Focal Java. This investigation plans to discover the worth of the pace of disintegration and residue alongside the degree of disintegration risk in the Parangjoho Repository watershed. In this investigation, to decide the worth of the disintegration rate utilizing the USLE technique. Information on the quantity of stormy days, greatest day by day precipitation information to decide the R esteem, then, at that point soil type information to decide the K worth, slant information to decide the LS esteem, CP coefficient information to decide land use. USLE got a normal disintegration pace of 62,322 tons/ha/year. The aftereffects of the examination of the degree of disintegration danger acquired at exceptionally light 30.63%, gentle 42%, moderate 19.74%, substantial 6.27%, and extremely hefty 1.5%. In light of the computation of the Silt conveyance proportion (SDR), the assessed dregs yield is 42,832 tons/year. The aftereffects of the assessment of silt in the repository are 39,254 m3/year, from different rises is found to have a supply age of 32 years. From that point forward, land protection is dealt with by 2 techniques, to be specific the vegetative strategy and the mechanical strategy. Waduk Parangjoho yang berlokasi di Desa demesan Kecamatan eromoko Wonogiri Jawa Tengah ini merupakan waduk multiguna yang berfungsi sebagai irigasi. Studi ini bertujuan untuk mencari nilai laju erosi dan sedimen beserta tingkat bahaya erosi pada DAS Waduk Parangjoho. Eksplorasi ini juga akan membawa perlindungan lahan untuk diterapkan di lokasi pemeriksaan. Dalam pengujian ini, untuk menentukan nilai laju disintegrasi menggunakan USLE. Penulis menggunakan data jumlah hujan bulanan, data jumlah hari hujan, data hujan harian maksimum untuk menentukan nilai R, kemudian data jenis tanah untuk menentukan nilai K, data kemiringan lereng untuk menentukan nilai LS, data koefisien CP untuk menentukan tata guna lahan, Perhitungan menggunakan metode USLE diperoleh nilai laju erosi rata-rata sebesar 62,322 ton/ha/tahun. Hasil analisis tingkat bahaya erosi diperoleh di sangat ringan sejumlah 30,63%, ringan 42%, sedang 19,74%, berat 6,27%, dan sangat berat 1,5%. Berdasarkan perhitungan Sediment delivery ratio (SDR), didapatkan hasil perkiraan sedimen sebesar 42.832 ton/tahun. Hasil estimasi sedimen di Waduk 39.254 m3/tahun maka waktu pengendapan dari berbagai elevasi dikomulatifkan didapatkan usia guna waduk 32 tahun. Setelah itu dilakukan penanganan Konservasi lahan dilakukan dengan 2 metode yaitu metode vegetatif dan metode mekanis. Hasil konservasi lahan tersebut dapat dilakukan secara optimal karena dapat mengurangi laju erosi dan tingkat bahaya erosi.
Analisis Keruntuhan Bendungan Raknamo Kabupaten Kupang Menggunakan Software HEC-RAS Yehezkiel Christian Purnomo; Runi Asmaranto; Dian Sisinggih
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.02.29

Abstract

Raknamo Dam is a hydraulic structure built on the Noel Puames River to store and control its flow by forming a reservoir in the upstream area. Raknamo Dam, which is categorized as non-homogeneous (zoned) earth dam, was developed to supply water for domestic purposes, irrigation, micro-hydropower, recreational object, and flood control. The essential goal of this study is to discover probable failure scenarios for Raknamo Dam. Based on the hypothetical scenarios, there are two major causes of dam failure: overtopping and piping. Dam-break analysis was carried out via HEC-RAS 5.0.7 Software using various scenarios. Overtopping Scenario produces the largest inundation area that stretches up to 5030.79 hectares. The flash flood triggered by the dam failure had devastating effects on downstream areas: affected 10200 people, damaged 2682 buildings, inundated 3340 hectares cultivated land, 140.512 kilometres roads impassable, and several others followed. The downstream area suffered Rp 1,124,903,589,268.22 loss according to the assessment via Ina-SAFE approach.Bendungan Raknamo merupakan struktur hidrolis yang dibangun pada ruas Sungai Noel Puames untuk menampung dan mengatur aliran air dengan membentuk waduk di sisi hulu bendungan. Bendungan yang dikategorikan dalam jenis bendungan urugan tanah non-homogen (zonal) ini dikembangkan dalam rangka memenuhi pasokan air domestik, pemenuhan kebutuhan air irigasi, pembangkit listrik tenaga mikro-hidro, prasarana wisata, dan pengendalian banjir. Tujuan utama penelitian ini ialah mengetahui skenario kegagalan yang mungkin terjadi pada Bendungan Raknamo. Berdasarkan hipotesis, terdapat dua skenario utama yang menyebabkan Keruntuhan Bendungan Raknamo, yaitu overtopping dan piping. Analisis keruntuhan bendungan dilakukan pada Software HEC-RAS 5.0.7 dengan berbagai pendekatan skenario. Skenario Overtopping menimbulkan genangan dengan luasan terbesar yang membentang seluas 5030.79 hektar. Banjir bandang yang dipicu kegagalan bendungan meimbulkan dampak buruk pada daerah hilir: 10200 penduduk terdampak, 2682 bangunan rusak, 3340 hektar lahan cocok tanam tergenang, 140.512  kilometer ruas jalan tidak dapat dilalui, dan beberapa lainnya. Kerugian pada daerah di hilir Bendungan Raknamo diestimasikan mencapai Rp 1,124,903,589,268.22 hasil penilaian kerugian tersebut dilakukan dengan menggunakan Metode InaSAFE.
Pemetaan Sebaran Indeks Bahaya Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan di Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu Berbasis Sistem Informasi Geografis Yehezkiel Christian Purnomo; Runi Asmaranto; Dian Sisinggih
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.01.18

Abstract

The Upper Brantas sub-watershed is included in one of the watershed areas that is experiencing changes to the reduced ability of the watershed in terms of storing water and the increasing rate of erosion and sedimentation. Related to the handling to be carried out, it is necessary to carry out an analysis of the magnitude of the rate of erosion and sedimentation. This study aims to determine the value of the erosion hazard index (EHI) by Hammer (1981) which is one of the parameters to measure the sensitivity of soil and land to the possibility of erosion that will occur. The MUSLE method was chosen as the main method in determining the sedimentation rate with a combination of Sediment Delivery Ratio (SDR) as a means to obtain erosion values in terms of sedimentation analysis results. The results of the analysis show that the mean of existing sedimentation is 22.97 mm/year. While the Existing EHI results obtained a medium criterion index (1.0 – 4.0) covering an area of 350,660 ha (2.19%), a high criterion index (4.01 – 10.00) an area of 589,059 ha (3.68%), and a very high criterion index (>10.01) covering an area of 15053,150 ha (94.12 %). The results of the new scenario that carries the direction of land use based on the provisions of the RLKT and changes in land management (Factor P) show a decrease in sedimentation by 88.30% to 2.69 mm/year. The EHI results for the new scenario obtained a low to high index (0.01 – 10.00) covering an area of 14820.89 ha (92.67%) and a very high index (>10) covering an area of 1171.97 ha (7.33%). In addition, a check dam is proposed on the new scenario land with very high EHI with result sedimentation reduction effectiveness of 13.46%.SubDAS Brantas Hulu termasuk dalam salah satu area DAS yang mengalami perubahan terhadap berkurangnya kemampuan DAS dari segi menyimpan air dan semakin besarnya laju erosi maupun sedimentasi. Terkait dengan penanganan yang akan dilakukan, perlu dilakukan adanya analisis terhadap besaran laju erosi dan sedimentasi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui nilai indeks bahaya erosi (IBE) oleh Hammer (1981) yang merupakan salah satu parameter untuk mengukur kepekaan tanah dan lahan terhadap kemungkinan erosi yang akan terjadi. Metode MUSLE dipilih sebagai metode utama dalam penentuan laju sedimentasi dengan kombinasi Sedimen Delivery Ratio (SDR) sebagai sarana untuk mendapatkan nilai erosi ditinjau dari hasil analisis sedimentasi.  Hasil analisis menunjukkan rerata sedimentasi eksisiting adalah 22.97 mm/tahun. Sedangkan hasil IBE Eksisiting diperoleh indeks kriteria sedang (1.0 – 4.0) seluas 350.660 ha (2.19%), indeks kriteria tinggi (4.01 – 10.00) seluas 589.059 ha (3.68%) dan indeks kriteria sangat tinggi (>10.01) seluas 15053.150 ha (94.12%). Hasil dari skenario baru yang mengusung arahan penggunaan lahan berdasarkan ketentuan RLKT dan perubahan pengelolaan lahan (Faktor P) menunjukkan penurunan sedimentasi sebesar 88.30% menjadi 2.69 mm/tahun. Hasil IBE skenario baru diperoleh indeks rendah sampai tinggi (0.01 – 10.00) seluas 14820.89 ha (92.67%) dan indeks sangat tinggi (>10) seluas 1171.97 ha (7.33%). Selain itu diusulkan checkdam pada lahan skenario baru dengan IBE sangat tinggi dengan efektifitas reduksi sedimentasi sebesar 13.46%.
Analisis Angkutan Sedimen Sungai Welang Pasuruan Menggunakan Aplikasi HEC-RAS Muhammad Iqbal Saifuddin Zuhri; Dian Sisinggih; Runi Asmaranto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.01.06

Abstract

Welang River is one of the rivers that cross Pasuruan Regency with the upper reaches of the river being on Mount Welirang. The capacity of the Welang River is no longer able to accommodate and flow the magnitude of flood discharge, one of the causes is erosion and sedimentation. Therefore, it is necessary to carry out sediment transport analysis using the HEC-RAS application. To be able to model, several data are needed, including topographic data, dominant discharge data (14,91 m3/second), plan flood data (435,04 m3/second), and gradation data of Welang River sediment grains. Before modeling, it is necessary to calibrate and validate to determine the transport method that is closest to the existing field conditions. Calibration is carried out by conducting sedimentation modeling in 2019 – 2021, the result is the method that is closest to Meyer Peter Muller with an NSE value of 0,69. Sediment transportation modeling carried out for 5 years (2022-2027) found that the magnitude of Welang River sediment transportation was 1,86 x 10 tons per year with changes in aggradation and degradation of an average of 0,4 m. Normalization planning is carried out by improving the slope due to sedimentation with a volume of excavations 110.669 m3, as well as adding an embankment with an average height of 1,4 m so that runoff does not occur.Sungai Welang merupakan salah satu sungai yang melintasi Kabupaten Pasuruan dengan hulu sungai berada di Gunung Welirang. Daya tampung Sungai Welang sudah tidak mampu menampung dan mengalirkan besarnya debit banjir, salah satu penyebabnya adalah karena terjadi erosi dan sedimentasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis angkutan sedimen menggunakan aplikasi HEC-RAS. Untuk dapat melakukan pemodelan dibutuhkan beberapa data antara lain data topografi, data debit dominan (14,91 m3/detik), data banjir rencana (435,04 m3/detik), dan data gradasi butiran sedimen Sungai Welang. Sebelum dilakukan pemodelan, perlu dilakukan kalibrasi dan validasi untuk menentukan metode pengangkutan yang paling mendekati dengan kondisi lapangan yang ada. Kalibrasi dilakukan dengan melakukan pemodelan sedimentasi pada tahun 2019 – 2021, hasilnya adalah metode yang paling mendekati Meyer Peter Muller dengan nilai NSE 0,69. Pemodelan angkutan sedimen yang dilakukan selama 5 tahun (2022-2027) didapatkan bahwa besar angkutan sedimen Sungai Welang adalah sebesar 1,86 x 10 ton per tahunnya dengan perubahan agradasi dan degradasi rata-rata sebesar 0,4 m. Perencanaan normalisasi dilakukan dengan perbaikan slope akibat sedimentasi dengan volume galian sebesar 110.669 , serta penambahkan tanggul dengan tinggi rata-rata 1,4 m agar tidak terjadi limpasan.
Analisis Kerentanan Intrinsik dan Spesifik Airtanah Terhadap Pencemaran di Sub DAS Amprong, Malang, Jawa Timur Analysis of Intrinsic and Specific Groundwater Vulnerability to Pollution in Amprong Sub-watershed, Malang, East Java Yoel Dongan Hezron; Runi Asmaranto; Riyanto Haribowo
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.01.19

Abstract

Airtanah menjadi sumber air yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perkembangan aktivitas masyarakat di daerah Sub DAS Amprong mengakibatkan potensi airtanah untuk tercemar semakin tinggi. Tujuan adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kerentanan intrinsik dan spesifik airtanah di wilayah Sub DAS Amprong dan mengetahui zonasi kerentanan airtanah berdasarkan klasifikasi kerentanan di wilayah Sub DAS Amprong. Metode analisis pada penelitian kali ini yaitu kerentanan airtanah dengan metode Susceptibility Index (SI) oleh Ribeiro. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah kedalaman muka airtanah, media akuifer, imbuhan airtanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Klasifikasi kerentanan airtanah dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian ini adalah (1) kerentanan intrinsik terdiri atas tingkat kerentanan rendah seluas 149.702 km² kerentanan sedang seluas 173.698 km² dan kerentanan tinggi seluas 9.203 km². (2) Kerentanan spesifik terdiri atas tingkat kerentanan rendah seluas 113.34 km², kerentanan sedang seluas 119.471 km² dan kerentanan tinggi seluas 99.792 km². (3) Kerentanan rendah terdapat di bagian hulu, kerentanan sedang terdapat di bagian tengah dan hilir, dan kerentanan tinggi terdapat pada bagian hilir Sub DAS Amprong.Groundwater is a source of water needed by humans for a living. Population growth in the Amprong sub-watershed causes the potential for groundwater to be polluted to be higher. The purpose of this study was to determine the intrinsic and specific groundwater vulnerability in the Amprong sub-watershed and to determine the zoning of groundwater vulnerability in the Amprong sub-watershed. The method used in this study is groundwater vulnerability using the Susceptibility Index (SI) method by Ribeiro. The parameters used in this study are the depth of the groundwater table, recharge, aquifer media, slope, and land use. The classification of groundwater vulnerability consists of three classes based on the level of groundwater vulnerability, low, medium, and high. The results of this study are (1) Intrinsic vulnerability consists of a low vulnerability of 149,702 km², a medium vulnerability of 173,698 km², and a high vulnerability of 9,203 km². (2) Specific vulnerability consists of a low vulnerability of 113.34 km², a medium vulnerability of 119,471 km², and a high vulnerability of 99,792 km². (3) Low vulnerability is upstream, medium vulnerability is in the middle and downstream, and high vulnerability is downstream of the Amprong sub-watershed.
Analisis Banjir Sungai Sesayap Malinau Kota Menggunakan Aplikasi Zhong Xing HY21 Naufal Muhammad Fayiz; Pitojo Tri Juwono; Runi Asmaranto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.01.27

Abstract

Rain with high intensity, which causes an overflow in the Sesayap river is one of causes of flooding. Overflow in Sesayap River also can be happened by many factors, which one is failed existing cross-section which cannot accommodate the existing water because the cross-sectional reservoir decreases and causes flooding, and also based on the Spatial Plan of Malinau Town, the area will be developed into a central office area and development integrated residential area in Malinau Town. Then, its importamt to analyze the flooding of the Sesayap River in Malinau Town using the Zhong Xing HY21. This analysis requires a hydrological analysis to earn design flood discharge. The method being use is the Nakayasu Synthesis Unit Hydrology with a Q50 year return period. After getting the design flood discharge, a flood propagation analysis was carried out using Zhong Xing HY21. The Results found that all villages were flooded with  flood area is 51.93 km2. Therefore, an Emergency Action Plan was made with a priority to evaluate the villages of Malinau Hulu, Pelita Kanaan, Malinau Town, Batu Lidung, Tanjung Keranjang, and Malinau Hilir.Hujan dengan intensitas yang tinggi, yang menyebabkan terjadinya luapan di sungai Sesayap merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Terjadinya luapan di Sungai Sesayap disebabkan banyak faktor juga, salah satunya kegagalan penampang yang ada yang tidak bisa menampung air yang ada dikarenakan tampungan penampang terkurangi lalu banjir, dan juga berdasarkan rencana RTRW Malinau Kota, kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi daerah pusat perkantoran dan pengembangan daerah pemukiman terpadu di Malinau Kota. Maka dari itu diperlukan analisis banjir Sungai Sesayap di Malinau Kota menggunakan Zhong Xing HY21. Analisis tersebut membutuhkan hidrologi pengalisisan untuk memperoleh debit banjir rencana. Penggunaan metodenya dengan Hidrologi Satuan Sintesis Nakayasu dengan Q50 th. Setelah mendapatakan debit banjir rancangan, maka dilakukan analisis rambatan banjir menggunakan Zzhong Xing HY21. Berdasarkan hasil analisis didapatkan seluruh desa tergenang banjir dengan total luasan banjir 51,93 km2. Maka dibuat Rencana Tindak Darurat dengan prioritas evkausai desa Malinau Hulu, Pelita Kanaan, Malinau Kota, Batu Lidung, Tanjung Keranjang, dan Malinau Hilir.
Studi Perencanaan Embung sebagai Upaya Pengendalian Banjir Sungai Kemuning Kabupaten Sampang Madura Provinsi Jawa Timur Achmad Rizkiawan Aditiya; Very Dermawan; Runi Asmaranto
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.03

Abstract

Embung merupakan bangunan air yang berfungsi menampung air hujan dan air limpasan. SungaiiKemuning yang berlokasikan di Kabupaten Sampang, Madura dengan panjang sungai utama kurang lebih 58 km tiap tahunnya saat musim hujan tidak dapat menampung debit banjir yang terjadi dan juga mengalami kekeringan pada saat musing kemarau. Pembangunan embung diharapkan mampu menahan air banjir untuk mengurangi volume debit air yang mengalir dan dapat digunakan di saat musim kemarau terjadi. Pada perencanaan pelimpah direncanakan 3 lokasi embung pada Sungai Kemuning. Tujuanistudi iniiadalah untuk mengetahui besar debit banjir rancangan sungai Kemuning serta pengaruh adanya pembangunan embung terhadap besar reduksi banjir yang terjadi. Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode  Nakayasu. Analisa menggunakan aplikasi HEC-RAS 6.2 dengan menggunakan debit banjir Q25th. Menghitung reduksi dengan adanya perencanaan embung pada sungai Kemuning. Hasil analisa debit banjir rancangan Q25th pada Embung Daleman didapatkan sebesar 255,102 m3/dt, pada Embung Rohayu sebesar 353,868 m3/dt, dan pada Embung Komis sebesar 344,046 m3/dt. Perencanaan 3 embung pada studi ini mereduksi banjir sebesar 17,79% berdasarkan penampang yang melimpas dan 4,85% berdasarkan debit yang terjadi. Retarding basin is a water structure that functions to collect rainwater and runoff water. The Kemuning River which is located in Sampang Regency, Madura, with the main river length of approximately 58 km, every year during the rainy season cannot accommodate the flood discharge but drought during the dry season. The construction of the retarding basin is expected to be able to reduce the volume of flood discharge and also can be used on dry season. It is planned to have 3 locations of retarding basins on the Kemuning River. Calculation of design flood discharge using Nakayasu method. The Q25th design flood discharge at Daleman was 255.102 m3/s, at Rohayu was 353.868 m3/s, and at Komis was 344.046 m3/s. Analysis using the HEC-RAS 6.2 application of Q25th flood discharge. The highest water depht in the downstream Kemuning River is 2.15 m on the left and 1.83 m on the right cross-section. The planning of 3 retarding basins has a flood reduction of 17.79% based on the overflow section and 4.85% based on previous flood design discharge.