Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Analisis Faktor Penghambat Kepala Keluarga dalam Kepemilikan Jamban Keluarga Fadel Achmad Haikal; Vera Yulyani; Dhiny Easter Yanti
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 1 (2021): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i1.383

Abstract

Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor penghambat kepala keluarga dalam kepemilikan jamban keluarga. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain study cross sectional. Teknik pengambilan yaiu probabilitas sampling. Data primer peneitian meliputi karakteristik responden seperti jenis kelamin, Suku, Pendidikan terakhir dan Pekerjaan. Adapun variabel penelitian meliputi kepemilikan jamban, motivasi, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan. Analisis data menggunakan SPSS 22.0 dengan uji chi square kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan motivasi dengan kepemilikan jamban (p- value 0,002), ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kepemilikan jamban (p- value 0,010, OR= 6,100), dan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban (p-value 0,029, OR= 3,739). Kesimpulan yaitu faktor penghambat kepala keluarga dalam kepemilikan jamban keluarga adalah rendahnya motivasi, rendahnya sosial ekonomi dan pengetahuan yang kurang baik di Desa Kedaung Kecematan Pardasuka
Hubungan Diabetes Mellitus dan Hipertesni pada Paseien Suspek Covid-19 Gejala Ringan-Sedang di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020 Oktaviani, Herlina Putri; Yulyani, Vera; Wulandari, Mardheni; Prasetia, Toni
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/formil.v6i2.357

Abstract

COVID-19 merupakan penyakit dengan beberapa faktor yang memperberat, diantaranya adalah riwayat komorbid diabetes mellitus dan hipertensi. Data pasien COVID-19 di Instalasi Rekam Medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung terdapat 324 data yang terhitung dari bulan Maret 2020-Desember 2020, dengan berbagai penyakit komorbid. Diantaranya diabetes mellitus dan hipertensi. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan riwayat diabetes mellitus dan hipertensi pada kejadian pasien suspek COVID-19 gejala ringan-sedang di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Diketahui nilai p=0,029 yang berarti ada hubungan antara riwayat diabetes mellitus pada kejadian pasien suspek COVID-19 gejala ringan-sedang dan nilai p=0,645 yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat hipertensi pada kejadian pasien suspek COVID-19 gejala ringan-sedang. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara diabetes mellitus pada kejadian pasien suspek COVID-19 gejala ringan-sedang di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Sedangkan satu variabel tidak terdapat hubungan dengan kejadian pasien suspek COVID-19 gejala ringan-sedang di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Analisis Faktor Penghambat Kepala Keluarga dalam Kepemilikan Jamban Keluarga Fadel Achmad Haikal; Vera Yulyani; Dhiny Easter Yanti
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 1 (2021): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i1.383

Abstract

Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor penghambat kepala keluarga dalam kepemilikan jamban keluarga. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain study cross sectional. Teknik pengambilan yaiu probabilitas sampling. Data primer peneitian meliputi karakteristik responden seperti jenis kelamin, Suku, Pendidikan terakhir dan Pekerjaan. Adapun variabel penelitian meliputi kepemilikan jamban, motivasi, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan. Analisis data menggunakan SPSS 22.0 dengan uji chi square kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan motivasi dengan kepemilikan jamban (p- value 0,002), ada hubungan antara sosial ekonomi dengan kepemilikan jamban (p- value 0,010, OR= 6,100), dan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepemilikan jamban (p-value 0,029, OR= 3,739). Kesimpulan yaitu faktor penghambat kepala keluarga dalam kepemilikan jamban keluarga adalah rendahnya motivasi, rendahnya sosial ekonomi dan pengetahuan yang kurang baik di Desa Kedaung Kecematan Pardasuka
Patterns and Determinants of Open Defecation among Urban People Vera Yulyani; Christin Angelina Febriani; Shaharuddin MS; Dessy Hermawan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 16, No 1 (2021): Volume 16, Issue 1, February 2021
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.163 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v16i1.3295

Abstract

At the present time, an estimated of 673 million people defecate in the open space, not in private. Indonesia is a densely populated country with a lot of open defecation (OD) both in urban (37%) and rural areas (43%). Tanjung Karang Pusat Subdistrict is an area in Bandar Lampung City with the highest percentage of OD practice (45%). This study aimed to explore and explain the patterns and determinants of OD among urban people in the Tanjung Karang Pusat Subdistrict in- volving 377 respondents for quantitative analysis. Quantitative data were analyzed using the chi square and regression analysis. After controlling the economic status and education level variables, the data revealed that urban communities were still practicing OD (23.3%) with land ownership, latrine ownership, conative attitude, and occupation as influential factors. Statistical test results showed that the most influential factor in the behavior of OD in the community was latrine ownership (p-value <0.001, OR adj = 58.2). These findings suggested that stakeholders must take action on landowners who do not allow sanitation facilities to be built on their land.
Hubungan Status Demografi, Komorbid Dengan KIPI Post Vaksin COVID-19 Pada Tenaga Kesehatan Vera Yulyani; Neno Fitriyani Hasbie; Achmad Farich; Amelia Valentine
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 11 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Keperawatan Sandi Karsa (Merger) Politeknik Sandi Karsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35816/jiskh.v11i1.725

Abstract

Background: Health workers are potentially infected due to their exposure to COVID-19 patients during work shifts, All clinical symptoms that occur due to needle prick trauma both directly and indirectly should be recorded as a KIPI reaction. Goal: Knowing the symptoms of kipi along with related factors experienced by health workers as the forefront in fighting the current coronavirus pandemic. Method: Observational analytics using a cross sectional method approach using a total sampling technique of 155 samples overall. Data retrieval begins in November 2021. This research was conducted at Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Hospital. Chi-square test statistical data using SPSS 25. Result: There is no relationship between demographic status and comorbid diseases with KIPI because of the results of p-value data <0.05. Conclusion: That there is no relationship between demographic status, comorbid status and KIPI in Health Workers.
Hubungan Perilaku Penggunaan APD, Status Vaksinasi, Zona Kerja Dengan Status Covid-19 Pada Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Neno Fitriyani Hasbie; Vera Yulyani; Dessy Hermawan; Fauzurrahman Al Amin
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 6 (2022): Volume 4 Nomor 6 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.958 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i6.6421

Abstract

ABSTRACT If a person has been infected with the Coronavirus and received a full COVID-19 vaccination, which is up to 2 doses of the vaccine, his body can quickly form strong antibodies to fight the virus and prevent serious complications when he is later exposed. The effectiveness of the COVID vaccination is known to reduce the symptoms experienced when exposed to the COVID-19 virus. Especially for health workers as the front line in breaking the chain of the current COVID-19 pandemic. Instead, this study was conducted to find out the related factors that can affect the status of COVID. Observational analysis using a cross-sectional method approach using a proportion estimation formula for a total of 145 samples. Data collection began in November 2021. This research was conducted at Pertamina Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung. Statistical data chi-square test using SPSS 25. The research respondents totaled 145 health workers, it was found that the most health workers with good PPE use behavior with unconfirmed were 61 respondents (77.2%) and the least was bad use behavior with confirmed status 17 respondents (25.8%). Meanwhile, the vaccination status and the booster dose COVID status were obtained. The booster dose vaccination status has been vaccinated and not confirmed, there are 89 respondents (82.4%). And the non-COVID work zone with confirmed COVID status obtained 102 respondents (76.7%). There is no relationship between the behavior of using PPE with COVID status having a p-value of 0.509 with Odds Ratio (OR) = 0.705, there is a relationship between vaccination status and COVID status having a p-value of 0.002 with Odds Ratio (OR) = 0.280, and there is no relationship The work zone with COVID status has a p-value of 0.437 with Odds Ratio (OR) = 0.608. There is no relationship between PPE use behavior, work zone, and COVID-19 status. There is a relationship between vaccination status and COVID-19 status in Pertamina Bintang Amin Hospital Health Workers 2021. Key words: PPE Use Behavior, COVID Status, Vaccination Status, and Work Zone ABSTRAK Bila seseorang sudah pernah terinfeksi virus Corona dan menerima vaksinasi COVID-19 secara penuh, yaitu sampai 2 dosis vaksin, tubuhnya bisa dengan cepat membentuk antibodi yang kuat untuk melawan virus tersebut dan mencegah komplikasi serius ketika nanti ia terpapar. Efektifitas vaksinasi COVID diketahui dapat mengurangi gejala-gejala yang dialami apabila terpapar virus COVID-19. Terutama pada tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam pemutusan rantai pandemic COVID-19 saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahu factor faktor terkait yang dapat mempengaruhi status COVID. Analitik observasional dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional menggunakan rumus estimasi proporsi sebanyak 145 sampel keseluruhan. Pengambilan data dimulai pada bulan November 2021. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Data statistik uji chi-square menggunakan SPSS 25. Didapatkan responden penelitian berjumlah 145 tenaga kesehatan ditemukan paling banyak Tenaga kesehatan dengan Perilaku penggunaan APD yang baik dengan tidak terkonfirmasi ialah 61 responden (77,2%) dan paling sedikit pada perilaku penggunaan buruk dengan status terkonfirmasi 17 responden (25,8%). Sedangkan pada status vaksinasi dan status COVID dosis booster didaptkan Status vaksinasi dosis booster sudah divaksin dan tidak terkonfirmasi didapatkan 89 responden (82,4%). Dan Zona kerja non-COVID dengan status COVID terkonfirmasi didapatkan 102 responden (76,7%). Tidak terdapat hubungan perilaku penggunaan APD dengan status COVID memiliki p-value sebesar 0,509 dengan Odds Ratio (OR)= 0,705, terdapat hubungan status vaksinasi dengan status COVID memiliki p-value sebesar 0,002 dengan Odds Ratio (OR)= 0,280, dan tidak terdapat hubungan Zona kerja dengan status COVID memiliki p-value sebesar 0,437 dengan Odds Ratio (OR)= 0,608. Tidak terdapat hubungan antara Perilaku Penggunaan APD, zona kerja dengan status COVID-19. Terdapat hubungan anatara status vaksinasi dan status COVID-19 pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin 2021. Key words: Perilaku Penggunaan APD, Status COVID, Status Vaksinasi, Zona Kerja
Gambaran Status Demografi, Penyakit Komorbid Dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Pada Tenaga Kesehatan Setelah Vaksin Covid-19 Di RSUD Abdul Moeloek Vera Yulyani; Neno Fitriyani Hasbie; Devita Febriani Putri; Muhammad Yusuf Ramadhan
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 6 (2022): Volume 4 Nomor 6 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.425 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i6.6424

Abstract

ABSTRACT Health workers are designated as a priority group for COVID-19 vaccine recipients because health workers work in health care facilities and public service workers are a high-risk group for contracting COVID-19. After giving the COVID-19 vaccine, it is possible to develop AEFI. This study was conducted to find out the description of the demographic status, comorbid diseases, and AEFI in health workers after the COVID-19 vaccine in RSUD Abdul Moeloek 2021. Because RSUD Abdul Moeloek is one of the local government referral general hospitals to handle COVID-19. Observational analysis using a cross-sectional method approach using a purposive sampling technique of 280 total samples. Data collection began in December 2021. This research was conducted at RSUD Abdul Moeloek in Bandar Lampung. Univariate data analysis test using SPSS 24. It is known that from 280 respondents, 24 people have not received the third dose of the vaccine, the most age who received the vaccine was the age of 26-35 years as many as 84 people (30%), and the most gender were women as many as 168 people (60%), health workers who did not have comorbidities as many as 267 people (95.4%), and the most common symptom of AEFI after the COVID-19 vaccine was a headache as many as 109 people (38.9%). After conducting the research, it was found that most of the health workers had received the complete vaccine up to the third dose, with the highest age being at the age of 26-35 years, being female. Almost all respondents do not have comorbidities and the symptoms of AEFI after the COVID-19 vaccine are headaches. Keywords: COVID-19 Vaccine, Demography, AEFI ABSTRAK Tenaga kesehatan ditetapkan sebagai kelompok prioritas penerima vaksin COVID-19, dikarenakan tenaga kesehatan merupakan kelompok berisiko tinggi tertular COVID-19. Setelah pemberian vaksin COVID-19 dapat memungkinkan timbulnya KIPI. Maka dari itu penelitian ini di lakukan untuk mengetahui gambaran status demografi, penyakit komorbid dan KIPI pada tenaga kesehatan setelah vaksin COVID-19 di RSUD Abdul Moeloek tahun 2021. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek merupakan salah satu rumah sakit umum daerah rujukan dari pemerintah setempat untuk menangani pasien COVID-19. Analitik observasional dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 280 sampel keseluruhan. Pengambilan data dimulai pada bulan Desember 2021. Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung. Analisis data univariat menggunakan SPSS 24. Didapatkan dari 280 orang responden penelitian, 24 orang belum vaksin dosis ketiga, usia terbanyak mendapat vaksin adalah usia 26-35 tahun sebanyak 84 orang (30%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 168 orang (60%), tenaga kesehatan yang tidak memiliki komorbid sebanyak 267 orang (95,4%), dan gejala KIPI pasca vaksin COVID-19 terbanyak adalah nyeri kepala sebanyak 109 orang (38,9%). Sebagian besar tenaga kesehatan telah mendapat vaksin lengkap sampai dosis ketiga, dengan usia terbanyak pada usia 26-35 tahun, berjenis kelamin perempuan. Hampir seluruh responden tidak memiliki komorbid dan gejala KIPI pasca vaksin COVID-19 yang paling banyak dirasakan adalah nyeri kepala. Kata Kunci : Vaksin COVID-19, demografi, KIPI
Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi Covid-19 pada tenaga kesehatan Tenry Derma Pratama; Neno Fitriyani Hasbie; Achmad Farich; Vera Yulyani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v16i2.6480

Abstract

Background: The situation of Covid-19 in the world is still increasing. The number of cases in the world has more than 32,000,000 people and around 1,000,000 people have died. Indonesian data as of September 29, 2020 shows more than 280,000,000 covid-19 cases. The vaccination program launched by the government is an important part of dealing with the pandemic. Vaccines encourage the formation of specific immunity in the body to avoid contracting or possibly becoming seriously ill.Purpose: To analysis of infection status of health workers during the Covid-19 outbreakMethod: A quantitative study with the population is health workers at Dr.H. Abdul Moeloek Hospital, Lampung. The sampling technique used was a random sampling technique and took a sample of 254 Health Workers. The research instrument used a questionnaire.Results: The health workers who had been vaccinated against Covid-19 dose I and dose II got 100%. However, only 235 received the Booster vaccine. The type of vaccines taken that Sinovac and Moderna. 172 do not have comorbidities and most of them, duty in the yellow area zone of 76. There is no relationship between vaccine status, vaccine type, and comorbidities with the incidence of Covid-19. There is a relationship between duty area zones and the case of Covid-19 (p-value = 0.00).Conclusion: Most of the variables studied do have not a relationship with the occurrence of Covid-19 and the duty area zone variable has a relation with the occurrence of Covid-19.Keywords: Covid-19; Pandemic; Hospital; Health workersPendahuluan: Situasi Covid-19 di dunia masih terus meningkat. Jumlah kasus di dunia sudah lebih dari 32.000.000 orang dan sekitar 1.000.000 orang meninggal. Data Indonesia sampai pada 29 September 2020 menunjukkan lebih dari 280.000.000 orang kasus Covid-19. Program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah menjadi bagian penting untuk mengatasi pandemi. Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik tubuh agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat.Tujuan: Untuk menganalisis status infeksi tenaga kesehatan selama wabah Covid-19Metode: Penelitian kuantitatif dan populasinya tenaga kesehatan di  RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik randome sampling dan didapatkan sampel berjumlah 254 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner.Hasil: Tenaga kesehatan yang telah melakukan vaksinasi Covid-19 dosis I dan dosis II didapatkan 100%. Namun hanya 235 orang yang mendapat vaksin dosis Booster. Jenis vaksin yang didapat yaitu Sinovac dan Moderna. Responden tidak memiliki komorbid sebanyak 172 orang, bekerja pada zona kerja kuning 76 orang. Tidak terdapat hubungan antara Status vaksin, jenis vaksin, dan komorbid dengan kejadian Covid-19. Terdapat hubungan antara zona kerja dengan kejadian Covid-19 (p-value=0,00).Simpulan : Beberapa variabel tidak didapatkan hubungan antara status vaksin, jenis vaksin,dan komorbid dengan kejadian Covid-19, namun terdapat hubungan antara Zona Kerja dengan kejadian Covid-19. 
Studi Kasus Perbedaan Pengkodean Diagnosa Penyakit Sinuitis pada Pasien Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Islam Asy-Syifaa Lampung Tengah Imilia Safitri; Samino Samino; Vera Yulyani
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 10, No 3 (2021): Volume 10 Nomor 3
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v10i3.3558

Abstract

Pada Era BPJS Kesehatan INA-CBG's adalah sebuah sistem untuk menentukan tarif standar  yang digunakan oleh rumah sakit sebagai referensi biaya klaim ke pemerintah selaku pihak BPJS atas biaya pasien BPJS). Berdasarkan hasil audit BPJS terhadap RS Islam Asy-Syifaa Bandar Jaya tentang ketidak sesuaian 64 dokumen penyakit sinusitis yang hanya memenuhi syarat hanya 4 dokumen penyakit sinusitis dan BPJS. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kasus diagnosa penyakit sinusitis pada pasien JKN di RS Islam Asy-Syifaa Lampung Tengah Tahun 2020. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dan FGD terhadap 6 informan yaitu 2 orang dokter penanggung jawab terkait peran, pengalaman petugas dalam pelaksanaan pengodean tindakan medis pasien berdasarkan ICD-9-CM, 3 orang koder, dan 1 orang verifikator BPJS. Hasil penelitian didapatkan bahwa keenam informan mengerti dan faham serta sudah berjalannya alur dan proses dalam pelaksanaan pengkodean diagnosis dan tindakan penyakit sinusitis pada pasien JKN di RS Islam Asy-Syifaa, adanya perbedaan persepsi antara pihak BPJS Kesehatan Cabang Lampung Tengah dan RS Islam Asy-Syifaa terhadap kasus diagnosa dan tindakan penyakit sinusistis pada pasien JKN yaitu adanya ketidaksesuaian laporan kasus operasi pada sinusitis sebagai Sinusektomi yang tercatat di berkas yaitu Anthral Washed Out (AWO) dan solusi yang didapatkan adalah tidak menuliskan  kode tindakan operasi sinusitis dengan istiah Anthral Washed Out (AWO) ataupun Sinustektomi, melainkan dengan Etmodeictomy. Disarankan untuk melakukan kesepakatan antara BPJS Kesehatan Pusat, BPJS Kesehatan Cabang Lampung Tengah dengan RS Islam Asy-Syifaa terkait kasus diagnosa dan tindakan penyakit sinusitis. 
Faktor - faktor berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019 Fitri Eka Sari; Mirza Zainun Nisa; Vera Yulyani
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 10, No 3 (2021): Volume 10 Nomor 3
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v10i3.3361

Abstract

Perawat di RSUD Dr.H Abdul Moeloek memiliki rasio antara jumlah perawat rawat inap dengan tempat tidur memiliki perbandingan 1:2, yang berarti terdapat beban kerja lebih bagi perawat, dan kemungkinan terjadi kelelahan kerja pada perawat menjadi lebih besar. Tujuan penelitian diketahui Faktor - faktor berhubungan dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019.Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan rancangan penelitian survei cross sectional.  Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019. Populasi dan sampel sebanyak adalah seluruh perawat yang ada di ruang Murai, Kenanga, Mawar, Kutilang, Alamanda, Perinatalogi, dan Mahan Munyai yaitu sebanyak 188 orang menggunakan teknik Total Populasi,. Analisa data dengan uji chi square Mantel-Haenszel.Hasil uji statistik didapatkan variabel yang berhubungan dengan kelelahan kerja setelah dipengaruhi status gizi dalam kategori tidak normal yaitu jenis kelamin p-value = 0,021, status perkawinan p-value = 0,001, riwayat penyakit p-value = 0,029, shift kerja p-value = 0,003  dan setelah dipengaruhi status gizi dalam kategori normal  yaitu status perkawinan p-value = 0,001 dan usia responden p-value = 0,008. Variabel yang tidak berhubungan dengan kelelahan kerja setelah dipengaruhi status gizi dalam kategori tidak normal yaitu usia responden p-value = 0,297 dan setelah dipengaruhi status gizi dalam kategori normal  yaitu jenis kelamin p-value = 0,504, riwayat penyakit p-value = 0,232,  dan shift kerja p-value = 0,289. Diharapkan perawat tetap menjaga kondisi kesehatan dengan membawa air putih minimal dua liter untuk menjaga cairan agar tetap berkonsentrasi dalam melaksanakan kerjaannya serta menjaga sikap dan emosi walaupun tingginya beban kerja yang dibebankan oleh perawat shift pagi. Mengkonsumsi makanan yang tinggi protein, vitamin dan multivitamin dalam menjaga kesehatan diri perawat.Kata Kunci       : Kelelahan kerja, gizi, perawat,