cover
Contact Name
Ervita Nindy Oktoriany
Contact Email
rekmedstia@gmail.com
Phone
+6283613722299
Journal Mail Official
rekmedstia@gmail.com
Editorial Address
Jl. Baiduri Bulan No 1 Malang
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
ISSN : 27159817     EISSN : 27229831     DOI : -
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat Nya kamidapat kembali hadir untuk menyajikan artikel-artikel terkini pada JRMIK: Jurnal Rekam Medis & Informasi Kesehatan Volume 03 Nomor 02 Edisi Juni, Tahun 2022. Semua artikel yang dimuat pada Jurnal ini telah diseleksi dan ditelaah oleh Dewan Editor . Hanya artikel-artikel berkualitas baik dan sangat baik yang dapat dimuat pada JRMIK: Jurnal Rekam Medis & Informasi Kesehatan. Topik-topik yang disajikan pada edisi ini meliputi: klasifikasi dan kodefikasi rekam medis, komunikasi rekam medis, dan manajemen rekam medis. Kepada penulis yang telah berkontribusi pada penerbitan jurnal edisi ini, kami menyampaikan terima kasih yang mendalam, selanjutnya kami mengundang rekan sejawat peneliti perekam medis dan informasi kesehatan mengirimkan naskah untuk disajikan pada jurnal ini. Saran dan kritik yang membangun, pembaca dan para pihak lainnya sangat kami harapkan. Selamat membaca.
Articles 47 Documents
KOMUNIKASI TENAGA REKAM MEDIS DAN TENAGA KESEHATAN Soraya Soraya; Etika Nurhayati
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 2 No 2 (2021): JOURNAL JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Komunikasi tenaga rekam medis dan tenaga kesehatan lainnya terkait kelengkapan RM adalah komunikasi yang bertujuan menghubungkan tenaga rekam medis dan tenga kesehatan lainnya Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang mengenai kelengkapan berkas RM, koordinasi, pelaporan kelengkapan berkas. Komunikasi adalah “proses kegiatan pengoperan/penyampaian warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu pihak (seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian.” Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat komunikasi tenaga rekam medis dan tenaga kesehatan lainnya terkait kelengkapan rekam medis dan manfaat komunikasi tenaga rekam medis dan tenaga kesehatan lainnya terkait kelengkapan rekam medis. di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang.Metode: Metode penelitian literature review melalui jurnal. Pada bulan September 2021. Metode penelitian dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa Komunikasi tenaga rekam medis dan tenaga kesehatan lainnya terkait kelengkapan RM, Peran komunikasi antar tenaga rekam medis dengan tenaga kesehatan lainnya yaitu dokter dan perawat sangatlah penting sebagai sarana yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, dimana tenaga rekam medis dengan dokter dapat menyampaikan arahan atau permasalahan terutama mengenai kelengkapan pengisian berkas rekam medis. sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dimasa yang akan datang.Kesimpulan: Peran komunikasi antar tenaga rekam medis dengan tenaga kesehatan lainnya yaitu dokter dan perawat sangatlah penting sebagai sarana yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, dimana tenaga rekam medis dengan dokter dapat menyampaikan arahan atau permasalahan terutama mengenai kelengkapan pengisianberkas rekam medis.
KESESUAIAN KODEFIKASI PENYAKIT UNTUK MENUNJANG KELANCARAN KLAIM BPJS PASIEN RAWAT INAP DI RSUD dr.R.SOEDARSONO KOTA PASURUAN Ali Hanafiah; Nabiila Farah Wardani; Robiatud Daniyah
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 2 No 2 (2021): JOURNAL JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Rumah sakit ialah sebuah fasilitas pelayanan kebugaran tingkat lanjut yang menjadi bagian pendukung berjalannya acara asuransi kebugaran nasional yang diolah instansi BPJS. Rekam medis memiliki fungsi sebagai dasar pondasi pembiayaan kebugaran. Sejak tahun 2014 melalui program jaminan kesehatan nasional, dimana penggantian biaya pelayanan kesehatan tingkat lanjut menggunakan software INA-CGBs. INA-CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS kepada fasilitas kesehatan dimana tarif INA-CBG’s yang menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD 9CM untuk prosedure atau tindakan. Koder bertanggung jawab dalam memberikan kodefikasi yang sesuai agar tidak menghambat proses klaim dan memperlancar pembayaran biaya pelayanan kesehatan.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengkodefikasian penyakit untuk menunjang klaim di RSUD dr.R. Soedarsono serta mengetahui faktor – faktor penyebab ketidak sesuaian kodefikasi penyakit yang mengakibatkan klaim terpending dan mempengaruhi pembiayaan rumah sakit.Metode: Jenis Penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggambarkan pelaksanaan pengkodefikasian penyakit untuk menunjang klaim BPJS pasien rawat inap dan faktor – faktor penyebab ketidak sesuaian kodefikasi penyakit. Metode penelitian ini menggunakan metode wawancara terhadap koder dan verifikator BPJS serta observasi data pending klaim yang disebabkan oleh kodefikasi tidak sesuai periode Januari – Maret 2021.Hasil: Hasil dari penelitian ini pada periode Januari – Maret 2021 prosentase kesesuaian kodefikasi penyakit di RSUD dr.R. Soedarsono pasuruan dikisaran angka 94 – 97% dengan jumlah kode yang sesuai dan terverifikasi oleh BPJS sebanyak 669 dokumen. Sedangkan prosentase kodefikasi yang tidak sesuai dikisaran angka 3 – 6 % dengan masalah kodefikasidan mengalami pending klaim sebanyak 35 dokumen.Kesimpulan: Penyebab ketidak sesuaian kodefikasi tersebut adalah ketidak jelasan tulisan dokter serta diagnosis yang tidak disertai hasil penunjang dan masalah – masalah ketidak telitian koder dalam menentukan kodefikasi penyakitnya. Dari kesimpulan di atas maka saran yang disampaikan adalah sebaiknya rumah sakit memberikan pelatihan terhadap pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dalam melakukan pekerjaanya, serta diharapkan koder lebih teliti dalam menentukan kodefikasi penyakitnya.
PELAKSANAAN INFORMED CONSENT PADA PASIEN BEDAH DI RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN MALANG Farah Adiba; Teguh Adi Kuncahyo
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 2 No 2 (2021): JOURNAL JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Bukti transaksi terapeutik yang diberikan oleh dokter kepada pasien bisa disajikan dalam bentuk tertulis berupa informed consent. Menurut Hatta (2008:206) informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Standar kelengkapan pengisian formulir informed consent diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 129 tahun 2008, dimana standart kelengkapan pengisian formulir informed consent setelah mendapatkan informasi yang jelas sebelum dilakukan tindakan adalah 100%.Tujuan: Tujuan umum dari penelitian ini mengetahui pelaksanaan informed consent pada kasus pasien bedah, mengidentifikasi SPO informed consent, mengidentifikasi formulir informed consent, mengidentifikasi kelengkapan informed consent di Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen Malang.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mengumpulkan data dari hasil laporan praktek kerja lapangan dan Karya Tulis Ilmiah yang telah ada.Hasil: Dari hasil penelitian ditemukan pelaksanaan informed consent dilaksanakan di poli bedah dan informasi yang diberikan sebelum dilakukan tindakan oleh dokter sudah lengkap dan dapat dipahami oleh pasien. Pada SPO tentang pengisian formulir informed consent di Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen Malang, terdapat 3 aspek kurang sesuai pada bagian isiSPO yaitu bagian pengertian,kebijakan dan prosedur.Kesimpulan: Sedangkan desain formulir di Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen Malang jika diamati dari aspek fisik masih terdapat beberapa bagian yang belum sesuai dan perlu diperbaiki. Dan untuk kelengkapan pengisian formulir informed consent masih terdapat banyak ketidaklengkapan dikarenakan dokter terlalu sibuk dan tidak memiliki waktu luang untuk mengisi formulir informed.
EVALUASI PELAKSANAAN TRACER DALAM RANGKA MEMINIMALISIR TERJADINYA MISSFILE RUMAH SAKIT UMUM BUNDA WARU SIDOARJO Galih Ar Rosyid; Amir Ali; Winarti Winarti; Martina Ratna P.L
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 2 No 2 (2021): JOURNAL JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketersediaan berkas rekam medis secara cepat dan tepat pada saat dibutuhkan akan sangat membantu mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Bunda Waru Sidoarjo peneliti masih menemukan adanya berkas rekam medis yang tidak berada pada rak penyimpanan/missfile sebesar 10,3%, kerena tidak digunakannya tracer sebagai pengganti berkas keluar rak penyimpanan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan tracer dalam rangka meminimalisir terjadinya missfile di Rumah Sakit Umum Bunda Waru Sidoarjo. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskiptif. Rancangan penelitian ini menggunakan metode observasional dengan cross sectional yang mengidentifikasi tingkat pelaksanaan tracer. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2020, dan bertempat di Rumah Sakit Umum Bunda Waru Sidoarjo. Populasi penelitiannya adalah BRM yang missfile atau tidak ditemukan pada saat pencarian BRM di bagian penyimpanan atau filling, pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan Purposive Sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Metode penyajian data peneliti dilakukan melalui bentuk tabel dan narasi. Hasil evaluasi pelaksanaan SPO tracer dilaksanakan dengan rata-rata presentase 45,6% dan hasil evaluasi penggunaan tracer belum berjalan 100% dengan rata-rata 72% tidak menggunakan tracer dan 28% menggunakan tracer. Dalam pelaksanaan SPO tracer belum berjalan dengan baik meskipun ada SPO tracer. Faktor-faktor penyebab terjadinya missfile adalah tidak disiplinnya petugas rekam medis dalam menggunakan tracer. Penggunaan tracer yang tidak maksimal diakibatkan karena kurangnya sosialisasi pada petugas rekam medis.
ANALISIS KUALITAS LAYANAN INTERNAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RS. IBNU SINA Nurasia Lestari; Zefan Adiputra Golo
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 2 No 2 (2021): JOURNAL JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya komitmen organisasional perawat adalah rendahnya kualitas layanan internal yang diterima oleh perawat dari rumah sakit.Tujuan: Tujuan penelitian menganalisis pengaruh kualitas layanan internal terhadap komitmen organisasional perawat di Instalasi Rawat Inap RS Ibnu Sina.Metode: Penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sampel penelitian adalah semua perawat di Instalasi Rawat Inap RS. Ibnu Sin asebanyak 107 orang. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan ujiregresi linear berganda untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar kontribusi (R.Square) pengaruh dari setiap variabel independen: pengembangan karir, desain pekerjaan, kesesuaian tujuan, kerjasama tim, imbalan dan pengakuan, dan dukungan manajemen adalah sebesar 0.544 (54,4%). Secara simultan (bersama-sama) ke 6 variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap komitmen afektif (p 0.00 < 0.05). Secara parsial variabel pengembangan karir, imbalan dan pengakuan, dan dukungan manajemen berpengaruh significan terhadap komitmen afektif (p> 0.05), sedangkan variabel desain pekerjaan, kesesuain tujuan dan kerjasama tim tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen afektif (p < 0.05). Besar kontribusi (R. Square) pengaruh dari setiap variabel independen :pengembangan karir, desain pekerjaan, kesesuaian tujuan, kerjasama tim, imbalan dan pengakuan,dan dukungan manajemen adalahsebesar 0.603 (60.3%). Secara simultan (bersama-sama) ke 6 variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap komitmen normatif (p 0.00 < 0.05). Secara parsial variabel pengembangan karir, kerjasama tim dan dukungan manajemen berpengaruh signifikan terhadap komitmen normatif (p> 0.05), sedangkan variabel desain pekerjaan, kesesuain tujuan dan imbalan dan pengakuan tidak berpengaruhsignifikan terhadap komitmen normatif (p < 0.05). Besar kontribusi (R. Square) pengaruh dari setiap variabel independen :pengembangan karir, desain pekerjaan, kesesuaian tujuan, kerjasama tim, imbalan dan pengakuan, dan dukungan manajemen adalah sebesar 0.529 (52.9%). Secara simultan (bersama-sama) ke 6 variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap komitmen berkelanjutan (p 0.00 < 0.05.Kesimpulan: Secara parsial variabel pengembangan karir serta variabel imbalan dan pengakuan berpengaruh signifikan terhadap komitmen berkelanjutan (p> 0.05), sedangkan variabel desain pekerjaan, kesesuain tujuan, kerjasama tim dan dukungan manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen berkelanjutan (p < 0.05)
PERAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DALAM PENCAPAIAN AKREDITASI PARIPURNA PUSKESMAS DINOYO Adretta Putri Cendani; Ali Hanafiah
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 3 No 1 (2022): JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58535/jrmik.v3i1.36

Abstract

Latar Belakang: Berdasarkan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas menyatakan bahwa akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standart akreditasi. Sumber daya manusia penting dan berpengaruh, karena itu keberadaannya dalam organisasi tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Walaupun menggunakan teknologi modern atau memiliki dana yang banyak, namun apabila faktor manusia tidak mendukung maka akan mempengaruhi keberhasilan suatu Puskesmas.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penting sumber daya manusia (SDM) di bidang rekam medis dalam pencapaian akreditasi paripurna di puskesmas Dinoyo.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diperoleh langsung dari pegawai atau staff terkait di Puskesmas Dinoyo dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasiHasil: Fokus penelitian ini berpusat pada unit rekam medis mengenai peran petugas rekam medis dalam pencapaian akreditasi. Hal tersebut sangat mendukung Puskesmas Dinoyo dalam pencapaian akreditasi paripurna.Peran petugas rekam medis dalam akreditasi Puskesmas terkait erat dengan standart 8.4 (Kebutuhan data dan informasi asuhan bagi petugas kesehatan, pengelola sarana, dan pihak terkait di luar organisasi dapat di penuhi melalui proses yang baku) stadart ini meliputi kriteria 8.4.1 (Ada pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol, dan istilah yang dipakai) dengan maksud yaitu standarisasi pada terminologi, definisi, kosakata dan penamaan yang memfasilitasi pembandingan dalam kata dan informasi yang ada di dalam maupun di luar Puskesmas (Fasilitas Rujukan), dan keseragaman dalam penggunaan kode diagnosa serta prosedur atau suatu tindakan yang mendukung pengumpulan dan analisis data. Kriteria 8.4.2 (Petugas memiliki akses informasi sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerja.) yaitu berkas rekam medis merupakan alat komunikasi yang penting karena berkas rekam medis pasien adalah suatu sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien. Kriteria 8.4.3 (Adanya system yang memandu penyimpanan dan pemprosesan rekam medis.) yang dimaksud yaituPuskesmas melaksanakan dan menetapkan suatu kebijakan yang dijadikan pedoman dalam retensi berkas rekam medis dan data informasi yang lainnya, pengelolaan rekam medis didalamnya berisi tentang ketentuan penyimpanan rekam medis, dan SOP penyimpanan rekam medis. Kriteria 8.4.4 (Rekam medis berisi informasi yang memadai dan dijaga kerahasiaannya tentang identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah, kemajuan pasiean dan hasil asuhan.) yang dimaksud yaitu kelengkapan isi rekam medis sangat berpengaruh dalam untuk menjamin kesinambungan pelayanan, serta memantau respon pasien terhadap asuhan yang telah di berikan, berkas rekam medis pasien harus dijaga kerahasiaannya terutama data dan informasi yang sensitif. Kriteria kode tersebut sangat membantu petugas rekam medis dalam melaksankan tugasnya, seperti dalam pengkodean klasifikasi diagnosis dan terminology yang digunakan harus sesuai. Hal tersebut sangat berperan dalam pencapaian akreditasi paripurna, dan komitmen yang dimiliki petugas di unit rekam medis Puskesmas Dinoyo sangat mendukung dalam pekerjaan karena setiap petugas yang memiliki komitmen dapat merasa memiliki tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan.Kesimpulan: Hasil penelitian menyatakan dalam melaksanakan tugasnya petugas rekam medis selalu berpedoman pada Standart Operasional Prosedur (SOP) juga sebagai dasar hukum jika terjadi penyimpangan serta mengarahkan petugas agar disiplin mengikuti peraturan yang telah ditetapkan PuskesmasUntuk pencapaian akreditasi paripurna diharapkan agar standart akreditasi rekam medis dapat di jalankan dengan baik supaya dapat menigkatkan mutu pelayanan bagi puskesmas dan dapat dinilai baik di masyarakat.
IMPLEMENTASI MANAJEMEN INFORMASI REKAM MEDIS MENURUT STANDAR AKREDITASI DI PUSKESMAS RAMPAL CELAKET Asmaul Husna Hari Saputri; M. Arief Rachman
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 3 No 1 (2022): JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58535/jrmik.v3i1.37

Abstract

Latar Belakang: Salah satu sistem pelayanan rekam medis adalah sistem penyimpanan. Sistem penyimpanan adalah kegiatan menyimpan, menyusun atau menyimpan berkas rekam medis untuk memudahkan dalam pencarian kembali berkas rekam medis. Sistem penyimpanan merupakan salah satu standar akreditasi Puskesmas yang terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan.Tujuan: untuk mengetahui penerapan manajemen informasi rekam medis dengan SOP, mengetahui kesesuaian pelaksanaan manajemen informasi rekam medis dengan SK yang ada serta untuk mengetahui kesesuaian manajemen informasi rekam medis dengan pedoman internal rekam medis yang ada di Puskesmas Rampal Celaket.Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.Hasil: Hasil penelitian sistem manajemen rekam medis di puskesmas rampal celaket menggunakan sistem yang berbasis manual dan elektronik dengan menggunakan bentuk layanan rekam medis kertas dan layanan rekam medis manual, serta layanan rekam medis registrasi komputer dan rekam medis online. Manajemen informasi rekam medis berpedoman pada instrumen akreditasi puskesmas yang menyangkut SK (Surat Keputusan) dan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah dibuat. Manajemen informasi rekam medis menurut instrumen akreditasi puskesmas tidak sesuai salah satunya adalah 8.4.3 Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan rekam medis, dimana SOP (Standar Operasional Prosedur) penyimpanan rekam medis tidak berjalan dengan baik dalam penggunaan tracer yang berfungsi sebagai pembatas berkas rekam medis saat dipinjam dan membantu pengembalian berkas rekam medis (retrieval).Kesimpulan: Akibatnya dapat meghambat pelayanan proses pengambilan serta pengembalian berkas rekam medis dan dapat mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan prosedur pelayanan rekam medis. Serta terhambatnya pelaksanaan manajemen informasi rekam medis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sumber daya manusia yang kurang, pedoman pelayanan rekam medis dan aturan instrumen yang belum sesuai serta masyarakat yang belum mampu menyerap informasi dengan baik.
PROTECTION OF PATIENTS RIGHTS IN RECEIVING MEDICAL INFORMATION IN KANJURUHAN REGIONAL GENERAL HOSPITAL REGENCY Astria Susanti Landang; Femy Anggriyani
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 3 No 1 (2022): JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58535/jrmik.v3i1.38

Abstract

Latar Belakang: Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak pasien adalah kewenangan seseorang pasien untuk memenuhi tuntutannya sesuai dengan prinsip-prinsip moral atau etika. Pada hakikatnya, hak adalah kebebasan yang dimiliki tiap manusia yang dilindungi oleh hukum yang berlaku. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait dengan adanya hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.Tujuan: Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor : 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris yaitu dimana dalam menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak-hak pasien dalam menerima informasi medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.Hasil: Hasil penelitian berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara kepada petugas Rekam Medik, Kasubag Rekam Medis Evaluasi dan Pelaporan menyebutkan bahwa “perlindungan hak-hak pasien dalam menerima informasi medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sudah sesuai dengan Standar Prosedur Opersional (SPO) dan peraturan yang ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang” . Bentuk perlindungan atas hak dan kewajiban pasien telah dilaksanakan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang berdasarkan pasal 32 Undang – Undang Nomor : 44 tahun 2009 dan pasal 28 Permenkes RI Nomor: 69tahun 2014.Kesimpulan: Namun pada pelaksanaannya, masih belum sepenuhnya menjelaskan secara detail tentang informasi yang ada pada lembar persetujuan umum (general consent) sehingga memungkinkan pasien tidak mengetahui dan memahami hak dan kewajiban mereka selama mendapatkan pelayanan di RSUD Kanjuruhan.
TINJAUAN PELAKSANAAN KODEFIKASI DIAGNOSIS PENYEBAB DASAR KEMATIAN (UNDERLYING CAUSE OF DEATH/UCOD) DI RSUD. DR. R. SOEDARSONO KOTA PASURUAN Putri Nabila Ramadhani Jaya Winata; Sri Erna Utami; Robiatud Daniyah
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 3 No 2 (2022): JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Pada menurut UU No 44 Tahun 2004 tentang rumah sakit disebutkan bahwa tujuan dari rumah sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Salah satu indikator dari mutu pelayanan tersebut adalah dengan adanya rekam medis yang baik, di dalam rekam medis terdapat lembar surat keterangan sebab kematian yang berguna pada pelaporan data mortalitas rumah sakit. Sebab dasar kematian/underlying cause of death adalah urutan sebab mati seseorang karena suatu penyakit, cedera, kecelakaan atau kekerasan yang dialami seseorang sehingga menyebabkan kematian. Pengisian diagnosis sebab mati pada lembar surat keterangan sebab kematian dilakukan oleh dokter, lalu akan di koding oleh pihak koder sesuai ICD-10 dan penerapan princip umum, Rule 1 sampai 3, serta Rule Modification A sampai F.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keterisian, prosedur pemilihan, faktor penyebab ketidakterisian kode penyebab dasar kematian (underlying cause of death/UCOD), serta mengetahui kendala pelaksanaan pemilihan diagnosispenyebab dasar kematian (underlying cause of death/UCOD) di RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan.Metode: Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kodefikasi dan diagnosis penyebab dasar kematian serta menghitung data yangtelah dikumpulkan melalui observasi berkas rekam medis periode tahun 2020 dengan sampel sebanyak 86 berkas rekam medis pasien meninggal dari total populasi 627 berkas, serta melakukan wawancara pada pihak koder dan Kepala unit rekam medis.Hasil: Hasil Penelitian ini diketahui bahwa penulisan sebab kematian di RSUD dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan tidak dilakukan pada lembar surat keterangan sebab kematian dan dilakukan pada ringkasan pasien rawat inap. Pada periode tahun 2020 terdapat ketidakterisian kode sebanyak 17 berkas (20%) dari 86 berkas rekam medis pasien meninggal. Sedangkan berkas rekam medis pasien meninggal yang terisi kodenya sebanyak 69 berkas (80%). Penyebab ketidakterisian kode tersebut karena terjadinyapembeda waktu antara pengisian kode antara pasien BPJS dan yang lainnya sehingga saat dilakukan penelitian, berkas dokumen tersebut belum terisi.Kesimpulan: Dari kesimpulan tersebut maka saran yang akan disampaikan yaitu sebaiknya mengisi diagnosis yang terkait dengan penyebab dasar kematian (underlying cause of death/UCOD) pada lembar surat keterangan sebab kematian untuk memudahkan petugas koding dalam mengkode diagnosis sebab mati.
ANALISIS KETEPATAN DAN KELENGKAPAN KODEFIKASI PENYAKIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG Iftinan Rasyidah; Tri Marhaeni Widiastuti
JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION Vol 3 No 2 (2022): JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HELATH INFORMATION
Publisher : Malang: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Pentingnya ketepatan dan kelengkapan kodefikasi penyakit karena berkaitan dengan kualitas data rekam medis dan mutu pelayanan. Oleh karena itu, perekam medis harus dapat menentukan kode penyakit dan tindakan yang tepat menurut klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Permasalahan yang ditemukan adalah kode diagnosis tuberkulosis belum sesuai dengan ICD-10 dan tidak lengkapnya kodefikasi.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat ketepatan dan kelengkapan kodefikasi penyakit pada kasus tuberkulosis.Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif, pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Seluruh penyakit tuberkulosis yang terdapat sebanyak 142 dokumen rekam medis, dengan sampel penelitian menggunakan teknik sensus atau sampel jenuh.Hasil: Hasil penelitian di Puskesmas Pandanwangi Kota Malang menunjukan bahwa ketepatan kodefikasi penyakit pasien tuberkulosis dari seluruh populasi diperoleh kode penyakit yang tepat sebanyak 0 dokumen rekam medis dan kode peyakit yang tidak tepat sebanyak 142 dokumen rekam medis. Sedangkan tingkat kelengkapan kodefikasi penyakit pasien tuberkulosis dari seluruh populasi diperoleh kode penyakit yang lengkap sebanyak 39 dokumen rekam medis dan kode penyakit tidak lengkap sebanyak 103 dokumen rekam medis.Kesimpulan: Saran rekomendasi yang disampaikan adalah pembuatan standar operasional prosedur (SOP) tentang kodefikasi untuk mengatur jalannya pengkodefikasian dan mensosialisasikannya serta perlu diadakannya tenaga kerja khusus kodefikasi dalam menunjang pengkodean.